BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sudah dikenal sejak dahulu, kare
na jamur hidupnya kosmopolitan sehingga banyak terdapat pada macam-macam b
enda yang berhubungan dengan manusia seperti makanan, pakaian, rumah dan per
abotannya dapat ditumbuhi jamur. Hal tersebut berlaku pula pada tumbuhan dan b
inatang peliharaan. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dengan kele
mbapan berkisar antara 70-90% dan temperatur rata-rata 30oC. Faktor-faktor terse
but sangat optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur (Coveney, Peck
dan Townsend, 1966; Hall, 1970; Townsend dkk., 1971). Di negara-negara tropis,
kontaminasi makanan oleh jamur merupakan masalah yang sulit diatasi. Jamur ya
ng tumbuh pada makanan tersebut dapat memproduksi dan mengakumulasikan mi
kotoksin yang sangat berbahaya bagi hewan maupun manusia. (Suryani, 2020)
Kata jamur berasal dari kata latin yakni fungi. Jamur (fungi) bereproduksi
secara aseksual yang menghasilkan spora, kuncup, dan fragmentasi. Sedangkan de
ngan cara seksual pada zigospora, askospora, dan basidiospora. Jamur (fungi) hid
up di tempat-tempat yang lembap, air laut, air tawar, tempat yang asam dan bersi
mbosis dengan ganggang hingga kemudian membentuk lumut (lichenes). Menurut
Gandjar (2006) jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofi
l, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat hete
rotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim ekstrasel
ular ke lingkungan melalui spora, dan melakukan reproduksi secara seksual dan as
eksual. Sementara menurut Campbell (2003) Fungi adalah eukariota, dan sebagian
besarnya merupakan eukariota multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompokka
n ke dalam kingdom tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berb
eda dari eukariota lainnya ditinjau dari caranya memperoleh makanan, organisasi
struktural, pertumbuhan dan cara bereproduksi.
Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut Hifa. Hifa memb
entuk jaringan yang disebut Miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu
membentuk tubuh buah. Hifa sendiri adalah struktur menyerupai benang yang ters
usun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma da
n sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hif
2
a dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa memiiliki pori besar yang cuku
p untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan inti sel yang mengalir dari sel ke sel.
Namun demikian adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hif
a senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti deng
an pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat prasit biasanya mengala
mi modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari s
ubstrat, haustoria dapat menembus jaringan substrat.
Organisme uniseluler atau multiseluler berbentuk benang (hifa), eukariotik,
tidak berklorofil, dan dinding selnya tersusun dari zat kitin.hidup secara saprofit d
an parasit.Jamur saprofit banyak terdapat di atas tanah, kayu lapuk dan bangkai bi
natang contohnya jamur kuping, jamur merang.Jamur parasit misalnya jamur panu.
Jamur uniseluler misalnya jamur ragi (khamir), contohnya Saccharomyces.Jamur
tempe (Rhizopus) dan jamur oncom (Neurospora) mempunyai hifa.Hifa jamur ta
mpak seperti serabut kapas.Hifa tumbuh bercabang-cabang membentuk anyaman
yang disebut miselium. Tubuh jamur tersusun dari kumpulan miselium.Bentuk tub
uh jamur beranekaragam.jamur berbentuk seperti payung misalnya jamur merang,
sedangkan jamur berbentuk lembaran misalnya jamur kuping.
Uniseluler adalah organisme yang hanya terdiri dari satu sel sedangkan mu
ltiseluler adalah organisme yang terdiri dari banyak sel. Protista juga termasuk dal
am makhluk hidup bersel eukariotik yang dimaksud memiliki membran inti. Seba
gian besar Protista bersifat aerob, yakni memerlukan oksigen untuk kelangsungan
hidupnya. Oksigen digunakan dalam proses respirasi yang bertempat pada mitoko
ndria. Namun, beberapa jenis Protista bersifat anaerob, yakni tidak memerlukan o
ksigen dalam hidupnya. Protista anaerob melakukan respirasi dengan bersimbiosis
bersama bakteri yang bersifat aerobPada jamur yang uniseluler reproduksi vegetat
ive dilakukan dengan pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu bar
u. Pada jamur yang multiseluler dilakukan dengan cara fragmentasi hifa dan pemb
entukan spora vegetative. Fragmentasi hifa (pemutusan hifa), potongan hifa yang
putus tumbuh menjadi individu baru. Pembentukan spora vegetative yang berupa
sporangiospora dan konidiospora. Jamur yang telah dewasa menghasilkan spongio
for (tangkai kotak spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak sp
ora). Di dalam kotak spora pembelahan sel dilakukan secara mitosis dan menghas
3
ilkan banyak sporangiospora dengan kromosom yang haploid (n). Adapun jamur j
enis lain menghasilkan konidiofor (tangkai konidia). Pada ujung konidiofor terdap
at konidium (kotak konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel seca
ra mitosis yang menghasilkan banyak konidiospora dengan kromosom yang haplo
id (n). Baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh di tempat yang sesuai
akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).
Biasanya jamur bereproduksi secara generative karena kondisi lingkungan
yang berubah atau pada kondisi darurat lainnya. Keturunan yang dihasilkan sendir
i memiliki genetik yang beragam dan lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan
Reproduksi secara generative didahului dengan pembentukan spora seksual yang
memiliki jenis hifa berbeda. Hifa (+) dan hifa (-) yang berkromosom haploid men
dekat dan membentuk gametangium (organ yang menghasilkan gamet).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan mengetahui
jamur Multiseluler dan Uniseluler serta untuk mengetahui bentuk makro dan
mikro dari jamur tersebut.
4
plasmogamy, karyyogamy, dan fase meiosis. Meiosis yaitu fase mereduksi jumlah
kromonsom diploid menjadi haploid (suryani, 2020)
Jamur Saprolegnia sp. adalah jamur air tawar yang hidup di lingkungan air
tawar dan memerlukan air untuk tumbuh dan bereproduksi. Jamur Saprolegnia sp
dapat juga ditemukan di air payau dan air asin. Sementara itu Saprolegnia sp. juga
digambarkan sebagai "mold", dengan perbedaan bahwa menjadi "mold" adalah
massa jamurnya. Makanan favorit dari jamur Saprolegnia sp adalah jaringan
organik yang sudah mati. Kita dapat melihat bukti dari jamur saprolegnia pada
ikan yang mati, telur ikan yang hidup dan yang mati bahkan pada makanan yang
tersisa di air (Webster et al, 2007). Aspergillus flavus adalah salah satu jenis
jamur yang sering mengkontaminasi makanan. Jamur jenis ini dapat menyebabkan
infeksi Aspergillosis dan juga merupakan jamur yang paling banyak
menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin adalah jenis toksin yang bersifat
karsinogenik. Menurut (Roy tahun 2008) aflatoksin dapat mengakibatkan
keracunan dengan gejala mual dan muntah, dan bila berlangsung lama penyakit
yang timbul adalah kanker hati dan berakibat meninggal dunia dan apabila
seseorang mengkonsumsi bahan pangan yang terkontaminasi aflatoksin
konsentrasi rendah secara terus-menerus, maka hal itu dapat merusak hati serta
menurunkan sistem kekebalan pada tubuh. Aspergillus flavusmerupakan jamur
yang biasa tumbuh pada hasil panen yang mengandung minyak, misalnya kacang-
kacangan, jagung, cabe, biji kapas dan serealia (Pakki, 2009).
A. Hasil
(sinhyu 2017)
Jamur Trichoderma
sp
(Yuliana,maya 2021)
Jamur
neoscytalidium
dimidiatum sp
B. Pembahasan
Jamur ada yang tersusun dari satu sel atau dikenal dengan uniseluler.
Namun, adapula yang tersusun atas banyak sel atau yang dikenal dengan
multiseluler. Jamur yang uniseluler sering disebut berbentuk khamir. Sedangkan,
jamur yang multiseluler berbentuk kapang atau mold atau cendawan atau
mushroom .Dari praktikum yang dilakukan 3 pengamatan jamur yaitu dari jamur
accharomyces cerevisiae ( jamur uniseluler) , Trichoderma sp ( multiseluler ) dan
Neoscytalidium dimidiatum ( jamur multiseluler).
1. Saccharomyces cerevisiae (Ragi roti)
11
Dari pengamatan kami bentuk dari jamur ragi roti ini berbentuk oval dan
berkemangbiak secara bertunas dan memlah diri setelah kami cari tau ragi masuk
genus Saccharomyces. Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang
mencakup jenis ragi (Mayangsari dan Agus Krisno, 2012). Salah satu contoh dari
genus ini adalah spesies Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam
pembuatan anggur, roti, dan bir (Bahri, et al 2018). Ragi atau khamir adalah
jamur yang terdiri dari satu sel dan tidak membentuk hifa. Termasuk golongan
jamur Ascomycotina. Reproduksi dengan membentuk tunas (budding) (Bahri, et
al., 2018). Genus ini ada yang hanya terdiri dari sel tunggal (uniseluler) maupun
bersel banyak (multiseluler). Setiap sel memiliki kemampuan untuk mengalami
pertumbuhan, memperbanyak diri, dan menghasilkan energi (Faridah dan Sari,
2019). Spora Saccharomyces cerevisiae berbentuk bulat atau pipih (Agustining,
2012: khazalina, 2020).
Khamir Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang
bersel tunggal dengan panjang 1-5 µm sampai 20-50 µm, dan lebar 1-10 µm.
Bentuk sel khamir bermacam-macam, yaitu bulat, oval, silinder, ogival (bulat
panjang dengan salah satu ujung runcing), segitiga melengkung (triangular),
berbentuk botol, bentuk alpukat atau lemon, membentuk pseudomiselium, dan
sebagainya. Ukuran dan bentuk sel khamir mungkin berbeda pada kultur yang
sama, karena pengaruh umur sel dan kondisi lingkungan (Widyanti dan Moehadi,
2016; khazalina, 2020)
2. Trichoderma sp
Dari melakukan praktikum kami mengalami kesulitan dalan mengamati
bentuk dari jamur Trichoderma sp karena kesalahan mengambil dari isolat yaitu
telalu tebal yang dapat kami amati bentuk konidi dan hifa bersekat untu ciri
khasnyayaitu fialid kami tidak dapatkan. Trichoderma merupakan jamur
multiseluler yang bersifar safrofit yang dapat berfungsi sebagai agensi hayati. Dari
pengamatan kami dari isolat terdapat hifa berwarna putih dan hijau meligkar.
Menurut (suanda. 2016) :Penampakan secara mikroskopis Trichoderma sp. isolat
JB yaitu hifa bewarna hijau, tangkai fialid pendek, konidia berwarna kehijauan,
berbentuk globuse (bulat) tumbuh pada ujung dan ada juga konidium terbentuk
secara bergerombol berwarna hijau muda pada permukaan sel konidiofornya.
12
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bawa jamur
terbagi menjadi dua, yaitu uniseluler dan multiseluler. Untuk jamur uniseluler
salah satunya yaitu ragi dengan spesies Saccharomyces cerevisiae yang secara
mikroskopis berbentuk oval dengan panjang 1-5 µm dan lebar 1-10 µm.
Sedangkan untuk jamur multiseluler yang diamati yaitu Trichoderma sp, dan
Neoscytalidium dimidiatum. Untuk pengamatan jamur multiseluler tidak dapat
diamati secara jelas karena beberapa hal yaitu kesalahan saat pengambilan isolate
dan peletakan diatas kaca objek yang terlalu tebal sehingga saat pengamatan
dengan mikroskop tidak terlihat morfologinya secara jelas. Hal yang dapat diamati
dari jamur Trichoderma sp yaitu memiliki hifa berwarna putih dan hijjau
melingkar, sedangkan dari jamur Neoscytalidium dimidiatum hal yang dapat
diamati yaitu isolat pada media PDA berwarna abu-abu menuju hitam, memiliki
hifa bersekat, dan bentuk konidianya basil.
B. Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan saran yang bisa diberikan untuk
praktikum selanjutnya yaitu sebelum praktikum dilakukan sebaiknya lebih
diajelaskan tentang tahapan yang akan dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari
ataupun hal-hal yang harus lebih dierhatikan ketika pelaksanaan praktikum
sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan yang akan terjadi pada saat
praktikum.
14
DAFTAR PUSTAKA
Chazali, Syammahfuz dan Putri Sekar Pratiwi. 2019. Usaha Jamur Tiram Skala
Rumah Tangga. Bogor: Penebar Swadaya.
Pakki, Syahrir. 2009. Efektivitas Amonia, Asam Propionat, dan Ekstrak Daun
Cengkeh dalam Pengendalian Aspergilkes flavus pada Jagung Balai
Penelitian Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi Selatan.
LAMPIRAN
Dokumentasi Keterangan
LAMPIRAN