Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sudah dikenal sejak dahulu, kare
na jamur hidupnya kosmopolitan sehingga banyak terdapat pada macam-macam b
enda yang berhubungan dengan manusia seperti makanan, pakaian, rumah dan per
abotannya dapat ditumbuhi jamur. Hal tersebut berlaku pula pada tumbuhan dan b
inatang peliharaan. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dengan kele
mbapan berkisar antara 70-90% dan temperatur rata-rata 30oC. Faktor-faktor terse
but sangat optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur (Coveney, Peck
dan Townsend, 1966; Hall, 1970; Townsend dkk., 1971). Di negara-negara tropis,
kontaminasi makanan oleh jamur merupakan masalah yang sulit diatasi. Jamur ya
ng tumbuh pada makanan tersebut dapat memproduksi dan mengakumulasikan mi
kotoksin yang sangat berbahaya bagi hewan maupun manusia. (Suryani, 2020)
Kata jamur berasal dari kata latin yakni fungi. Jamur (fungi) bereproduksi
secara aseksual yang menghasilkan spora, kuncup, dan fragmentasi. Sedangkan de
ngan cara seksual pada zigospora, askospora, dan basidiospora. Jamur (fungi) hid
up di tempat-tempat yang lembap, air laut, air tawar, tempat yang asam dan bersi
mbosis dengan ganggang hingga kemudian membentuk lumut (lichenes). Menurut
Gandjar (2006) jamur atau fungi adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofi
l, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat hete
rotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim ekstrasel
ular ke lingkungan melalui spora, dan melakukan reproduksi secara seksual dan as
eksual. Sementara menurut Campbell (2003) Fungi adalah eukariota, dan sebagian
besarnya merupakan eukariota multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompokka
n ke dalam kingdom tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berb
eda dari eukariota lainnya ditinjau dari caranya memperoleh makanan, organisasi
struktural, pertumbuhan dan cara bereproduksi.
Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut Hifa. Hifa memb
entuk jaringan yang disebut Miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu
membentuk tubuh buah. Hifa sendiri adalah struktur menyerupai benang yang ters
usun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma da
n sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hif
2

a dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa memiiliki pori besar yang cuku
p untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan inti sel yang mengalir dari sel ke sel.
Namun demikian  adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hif
a senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti deng
an pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat prasit biasanya mengala
mi modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari s
ubstrat, haustoria dapat menembus jaringan substrat.
Organisme uniseluler atau multiseluler berbentuk benang (hifa), eukariotik,
tidak berklorofil, dan dinding selnya tersusun dari zat kitin.hidup secara saprofit d
an parasit.Jamur saprofit banyak terdapat di atas tanah, kayu lapuk dan bangkai bi
natang contohnya jamur kuping, jamur merang.Jamur parasit misalnya jamur panu.
Jamur uniseluler misalnya jamur ragi (khamir), contohnya Saccharomyces.Jamur
tempe (Rhizopus) dan jamur oncom (Neurospora) mempunyai hifa.Hifa jamur ta
mpak seperti serabut kapas.Hifa tumbuh bercabang-cabang membentuk anyaman
yang disebut miselium. Tubuh jamur tersusun dari kumpulan miselium.Bentuk tub
uh jamur beranekaragam.jamur berbentuk seperti payung misalnya jamur merang,
sedangkan jamur berbentuk lembaran misalnya jamur kuping.
Uniseluler adalah organisme yang hanya terdiri dari satu sel sedangkan mu
ltiseluler adalah organisme yang terdiri dari banyak sel. Protista juga termasuk dal
am makhluk hidup bersel eukariotik yang dimaksud memiliki membran inti. Seba
gian besar Protista bersifat aerob, yakni memerlukan oksigen untuk kelangsungan
hidupnya. Oksigen digunakan dalam proses respirasi yang bertempat pada mitoko
ndria. Namun, beberapa jenis Protista bersifat anaerob, yakni tidak memerlukan o
ksigen dalam hidupnya. Protista anaerob melakukan respirasi dengan bersimbiosis
bersama bakteri yang bersifat aerobPada jamur yang uniseluler reproduksi vegetat
ive dilakukan dengan pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu bar
u. Pada jamur yang multiseluler dilakukan dengan cara fragmentasi hifa dan pemb
entukan spora vegetative. Fragmentasi hifa (pemutusan hifa), potongan hifa yang
putus tumbuh menjadi individu baru. Pembentukan spora vegetative yang berupa
sporangiospora dan konidiospora. Jamur yang telah dewasa menghasilkan spongio
for (tangkai kotak spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak sp
ora). Di dalam kotak spora pembelahan sel dilakukan secara  mitosis dan menghas
3

ilkan banyak sporangiospora dengan kromosom yang haploid (n). Adapun jamur j
enis lain menghasilkan konidiofor (tangkai konidia). Pada ujung konidiofor terdap
at konidium (kotak konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel seca
ra mitosis yang menghasilkan banyak konidiospora dengan kromosom yang haplo
id (n). Baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh di tempat yang sesuai
akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).
Biasanya jamur bereproduksi secara generative karena kondisi lingkungan
yang berubah atau pada kondisi darurat lainnya. Keturunan yang dihasilkan sendir
i memiliki genetik yang beragam dan lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan
Reproduksi secara generative didahului dengan pembentukan spora seksual yang
memiliki jenis hifa berbeda.  Hifa (+) dan hifa (-) yang berkromosom haploid men
dekat dan membentuk gametangium (organ yang menghasilkan gamet).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan mengetahui
jamur Multiseluler dan Uniseluler serta untuk mengetahui bentuk makro dan
mikro dari jamur tersebut.
4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Jamur
Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan
karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora,
tetapi tidak mempunyai klorofil. Jamur tidak mempunyai akar, batang, daun dan
system pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.Umumnya jamur
berbentuk benang, bersel banyak, dan semua bagian jamur tersebut memiliki
potensi untuk tumbuh. Setiap lembar benang disebut hifa, dan kumpulan hifa
dinamakan miselium (Rukmana 1997). Jamur adalah suatu organisme heterotrop
artinya untuk hidupnya memerlukan zat-zat organik dari organisme lain. Dari cara
hidupnya jamur dibagi dalam 4 golongan yaitu: parasit, saprofit, komensal dan
simbion. Sebagai parasit jamur memerlukan zat hidup yang diperoleh dari
makhluk lain yaitu manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sebagai saproba atau
saprofit jamur memerlukan zat organik mati untuk hidupnya terutama pada
tumbuh-tumbuhan. Sebagai komemsal atau simbion jamur memerlukan organisme
lain untuk menumpang atau bersimbiosis misalnya mikoriza dan lichen. (suryani,
2020) Di bidang industri makanan, jamur Rhizopus sp. berperan penting dalam
pembuatan tempe atau oncom atau Saccharomyces sp. yang merupakan khamir
fermentor dalam pembuatan keju, roti, dan bir (Chazali dan Pratiwi, 2009).

Metabolisme dibagi dua yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme


merupakan penguraian atau desimilasi senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang disertai dengan pembebasan energi. Energi tersebut
disimpan dalam bentuk Adenosin trifosfat (ATP) hasil sintesis dari ADP dan
fosfat atau melalui reduksi Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NADP+ ) menjadi
Nikotinamida Dinukleotida Fosfat Hidrogen (NADPH). Anabolisme merupakan
pembentukan senyawa-senyawa kompleks dari nutrisi-nutrisi sederhana dan
disebut juga asimilasi/ biosintesis ATP dan NADPH sebagai energi tinggi
digunakan dalam proses-proses asimilasi atau biosintesis. Perkembanganbiakan
jamur ialah pembentukan individu baru yang mempunyai sifat-sifat khas bagi
species. Pada jamur terdapat 2 macam perkembangbiakan yaitu seksual dan
asekual. Perkembangbiakan secara seksual cirinya adalah pertemuan 2 (dua)
nukleus (inti) yang sesuai. Proses reproduksi seksual ini terdiri dari 3 fase yaitu:
5

plasmogamy, karyyogamy, dan fase meiosis. Meiosis yaitu fase mereduksi jumlah
kromonsom diploid menjadi haploid (suryani, 2020)

Jamur Saprolegnia sp. adalah jamur air tawar yang hidup di lingkungan air
tawar dan memerlukan air untuk tumbuh dan bereproduksi. Jamur Saprolegnia sp
dapat juga ditemukan di air payau dan air asin. Sementara itu Saprolegnia sp. juga
digambarkan sebagai "mold", dengan perbedaan bahwa menjadi "mold" adalah
massa jamurnya. Makanan favorit dari jamur Saprolegnia sp adalah jaringan
organik yang sudah mati. Kita dapat melihat bukti dari jamur saprolegnia pada
ikan yang mati, telur ikan yang hidup dan yang mati bahkan pada makanan yang
tersisa di air (Webster et al, 2007). Aspergillus flavus adalah salah satu jenis
jamur yang sering mengkontaminasi makanan. Jamur jenis ini dapat menyebabkan
infeksi Aspergillosis dan juga merupakan jamur yang paling banyak
menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin adalah jenis toksin yang bersifat
karsinogenik. Menurut (Roy tahun 2008) aflatoksin dapat mengakibatkan
keracunan dengan gejala mual dan muntah, dan bila berlangsung lama penyakit
yang timbul adalah kanker hati dan berakibat meninggal dunia dan apabila
seseorang mengkonsumsi bahan pangan yang terkontaminasi aflatoksin
konsentrasi rendah secara terus-menerus, maka hal itu dapat merusak hati serta
menurunkan sistem kekebalan pada tubuh. Aspergillus flavusmerupakan jamur
yang biasa tumbuh pada hasil panen yang mengandung minyak, misalnya kacang-
kacangan, jagung, cabe, biji kapas dan serealia (Pakki, 2009).

Struktur tubuh jamur pytium terdiri dari golongan Ascomycotina,


golongan ini struktur tubuhnya ada yang multiseluler atau uniseluler. Golongan
Ascomycotina ini. Hidup saprofit di dalam tanah atau hipogean, hidup di kotoran
ternak disebut koprofil,ada juga yang parasit pada tumbuhan Tubuhnya terdiri atas
benang-benang yang bersekat atau ada yang unisel. Jamur Phytum adalah
organisme yang kecil, bersifat filamen yang kekurangan klorofil. Oleh karena itu
organisme ini mendapatkan makanannya dari tanaman atau binatang yang
mengandung bahan organik, apakah itu sebagai saprophyte. Parasyte atau punp
atogen (Agrios, 2005).
6

Pilobolus adalah cendawan koprofil yang tergolong dalam Ascomycota.


Pilobolus disebut cendawan koprofil karena dapat hidup di kotoran hewan dan
dapat bertindak sebagai cendawan saprob. Keunikan dari cendawan ini adalah
dapat menembakkan sporanya sehingga terkadang Pilobolus disebut Shot-gun
Fungi. Pilobolus menunjukkan adanya mekanisme fototropisme dimana
sporangiumnya menembakkan spora ke arah datangnya cahaya. Pilobolus
memiliki habitat hidup yang unik, yaitu di kotoran temak herbivora, seperti sapi,
kambing, domba, dsb. Kebiasaan hidup ini mungkin tampak "mengerikan" bagi
kita, tetapi jamur seperti Pilobolus sangat berperan dalam kehidupan. Karena
Jamur ini, salah satu jenis "dekomposer" yang mampu memecah bahan organik
dari makhluk hidup yang telah mati. Untuk hidup di kotoran Herbivor, jamur
pilobolus harus terlebih dahulu masuk ke dalam kotoran lemak..

Genus Trichoderma bersifat kosmopolitan di tanah dan di atas bahan kayu


dan sayuran yang membusuk. Spesies Trichoderma seringkali merupakan
komponen dominan dari mikroflora tanah di habitat yang sangat bervariasi. Hal
ini mungkin disebabkan oleh beragam kemampuan metabolisme spesies
Trichoderma yang sifatnya kompetitifnya dan agresif. Strain Trichoderma jarang
dikaitkan dengan penyakit tanaman hidup, meskipun strain T. harzianum yang
agresif menyebabkan penyakit yang signifikan pada jamur komersial (Christian
dan Gary, 2002).Spesies dari genus Trichoderma termasuk dalam salah satu
kelompok mikroba yang paling berguna dan berdampak pada kesejahteraan
manusia dalam beberapa waktu terakhir. Jamur filamen ini memiliki banyak
aplikasi. Spesies dari genus Trichoderma adalah biofungisida yang paling banyak
digunakan sebagai pengubah pertumbuhan tanaman, dan merupakan sumber
enzim untuk keperluan industri, termasuk yang digunakan dalam industri biofuel
atau bahan bakar hayati. Selain itu, Trichoderma adalah produsen metabolit
sekunder yang produktif, beberapa di antaranya memiliki signifikansi klinis, dan
beberapa spesies telah direkayasa untuk bertindak sebagai pabrik sel mikroba
untuk produksi protein penting yang heterologous atau berbeda dalam hal ukuran,
bentuk, dan jumlah gen.. Di dalam tanah, spesies Trichoderma digunakan dalam
bioremediasi limbah organik dan anorganik termasuk logam berat (Mukherjee
dkk, 2013).
7

Beberapa spesies paling baik ditandai dengan kurangnya pigmen secara


terbalik, sedangkan pigmen kemerahan terjadi secara terbalik dalam beberapa
isolat. Pigmen kekuningan kusam umum terjadi pada banyak spesies, tetapi tidak
terlalu khas. Karakteristik Kristal yang diproduksi di media biasanya terdapat
pada Trichoderma aureoviride. Bau aromatik khas menyerupai kelapa diproduksi
umumnya oleh strain Trichoderma viride, dan kadang-kadang juga oleh
Trichoderma atroviride (Christian dan Gary, 2002). Pola percabangan
conidiophore dan agregasi conidiophores menjadi fascicles dan pustula berguna
untuk identifikasi strain Trichoderma ke bagian dan agregat spesies. Pustula
kompak adalah karakteristik dari banyak spesies di kelompok Trichoderma
Pachybasium, meskipun banyak strain di bagian lain juga. Percabangan
conidiophore dapat secara teratur verticillate atau tidak teratur. Cabang bisa luas
dan lurus atau relatif sempit dan fleksibel. Apex conidiophore pada beberapa
spesies dibagian Pachybasium secara karakteristik berakhir dengan memanjang
dan lurus, tidak diinduksi atau dikompilasi (Christian dan Gary, 2002).

Bentuk phialide adalah karakteristik dari bagian phialide sebuah jamur,


khususnya pada Trichoderma. Jenis phialides dari segi bentuk dapat dibandingkan
pada dua jenis spesies Trichoderma yaitu pada Trichoderma Pachybasium yang
memilki bnetuk phialide yang gemuk dan pendek. Sedangkan bentuk phialide
pada Trichoderma Longibrachiatum adalah memanjang dan silindris. Phialides
terminal pada sebagian besar spesies cenderung lebih memanjang dan lebih
sempit. Sel-sel subterminal conidiophore dapat menghasilkan conidia melalui
leher lateral pendek, sehingga faring antarcalary atau yang disebut
aphanophialides; ini agak umum terlihat dalam sekte Trichoderma (Christian dan
Gary, 2002).

Jamur Saccharomyces cerevisiae, atau di Indonesia lebih dikenal dengan


nama jamur ragi, telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri fermentasi.
Karena kemampuannya dalam menghasilkan alkohol inilah, S. cerevisiae disebut
sebagai mikroorganisme aman (Generally Regarded as Safe) yang paling
komersial saat ini. Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya
terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang), yaitu Rhizopus,
8

Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula


anomala,, Lactobacillus, Acetobacter, dan sebagainya
9

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Pengantar Mikologi Tumbuhan pada hari Rabu, Pukul 16.00-17.50
WIB. di Laboratorium Fitopatologi , Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mikroskop, objek gelas,deck
gelas,jamur, pipet tetes dan bahan yang digunakan isolat jamur, rangi dan aquades
C. Cara Kerja
Ambil sampel jamur yang akan diamati menggunakan jamur ose. Lalu
letakan jamur pada gelas objek yang telah di tetesi dengan aquades kemudian
Tutup dengan Lover gllas. kemudian letakan preparat di bawah mikroskop dan
diamati dengan bantuan mikroscop
10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

gambar literatur keterangan


Jamur uniseluler

(sinhyu 2017)
Jamur Trichoderma
sp

(Yuliana,maya 2021)
Jamur
neoscytalidium
dimidiatum sp

(crous dan slippers


2006)

B. Pembahasan
Jamur ada yang tersusun dari satu sel atau dikenal dengan uniseluler.
Namun, adapula yang tersusun atas banyak sel atau yang dikenal dengan
multiseluler. Jamur yang uniseluler sering disebut berbentuk khamir. Sedangkan,
jamur yang multiseluler berbentuk kapang atau mold atau cendawan atau
mushroom .Dari praktikum yang dilakukan 3 pengamatan jamur yaitu dari jamur
accharomyces cerevisiae ( jamur uniseluler) , Trichoderma sp ( multiseluler ) dan
Neoscytalidium dimidiatum ( jamur multiseluler).
1. Saccharomyces cerevisiae (Ragi roti)
11

Dari pengamatan kami bentuk dari jamur ragi roti ini berbentuk oval dan
berkemangbiak secara bertunas dan memlah diri setelah kami cari tau ragi masuk
genus Saccharomyces. Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang
mencakup jenis ragi (Mayangsari dan Agus Krisno, 2012). Salah satu contoh dari
genus ini adalah spesies Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam
pembuatan anggur, roti, dan bir (Bahri, et al 2018). Ragi atau khamir adalah
jamur yang terdiri dari satu sel dan tidak membentuk hifa. Termasuk golongan
jamur Ascomycotina. Reproduksi dengan membentuk tunas (budding) (Bahri, et
al., 2018). Genus ini ada yang hanya terdiri dari sel tunggal (uniseluler) maupun
bersel banyak (multiseluler). Setiap sel memiliki kemampuan untuk mengalami
pertumbuhan, memperbanyak diri, dan menghasilkan energi (Faridah dan Sari,
2019). Spora Saccharomyces cerevisiae berbentuk bulat atau pipih (Agustining,
2012: khazalina, 2020).
Khamir Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang
bersel tunggal dengan panjang 1-5 µm sampai 20-50 µm, dan lebar 1-10 µm.
Bentuk sel khamir bermacam-macam, yaitu bulat, oval, silinder, ogival (bulat
panjang dengan salah satu ujung runcing), segitiga melengkung (triangular),
berbentuk botol, bentuk alpukat atau lemon, membentuk pseudomiselium, dan
sebagainya. Ukuran dan bentuk sel khamir mungkin berbeda pada kultur yang
sama, karena pengaruh umur sel dan kondisi lingkungan (Widyanti dan Moehadi,
2016; khazalina, 2020)
2. Trichoderma sp
Dari melakukan praktikum kami mengalami kesulitan dalan mengamati
bentuk dari jamur Trichoderma sp karena kesalahan mengambil dari isolat yaitu
telalu tebal yang dapat kami amati bentuk konidi dan hifa bersekat untu ciri
khasnyayaitu fialid kami tidak dapatkan. Trichoderma merupakan jamur
multiseluler yang bersifar safrofit yang dapat berfungsi sebagai agensi hayati. Dari
pengamatan kami dari isolat terdapat hifa berwarna putih dan hijau meligkar.
Menurut (suanda. 2016) :Penampakan secara mikroskopis Trichoderma sp. isolat
JB yaitu hifa bewarna hijau, tangkai fialid pendek, konidia berwarna kehijauan,
berbentuk globuse (bulat) tumbuh pada ujung dan ada juga konidium terbentuk
secara bergerombol berwarna hijau muda pada permukaan sel konidiofornya.
12

Fialid memiliki ukuran panjang ±11,1µ dan cabang konidiofor panjangnya


±13,4µ. Adanya banyak percabangan konidiofor yang menyerupai piramid yaitu
cabang yang lebih panjang dibawahnya, fialid tersusun pada kelompok-kelompok
yang berbeda, terdapat 2-3 fialid per kelompok.
3. Neoscytalidium dimidiatum
Dari pengamatan kami bentuk dari isolat jamur pada PDA adalah abu-abu
menuju hitam yang memliki hifa bersekat dab bentu konidia yang basil. Jamur
Neoscytalidium dimidiatum merupakan jamur multiseluler yang bersifat patogen
yaitu patogen penting yang tersebar luas pada pertanaman buah naga yang
menyebabkan penyakit kanker sulur.Berdasarkan karakteristik morfologi berupa
makroskopis koloni cendawan yang tumbuh pada media PDA, baik hasil isolasi
sampel tanaman bergejala kanker batang dari lapangan maupun sampel tanaman
sakit dari hasil postulat Koch, cendawan ini memproduksi aerial hifa berwarna
putih abu-abu seperti wol berambut, hifa berkembang sangat cepat dalam 1–2 hari
setelah isolasi pada media, koloni cendawan memenuhi cawan petri setelah 3–4
hari. Warna koloni berubah warna pada hari ke 5–7 dari putih abu-abu menjadi
abu-abu kecoklatan atau abu-abu gelap.( Jumjunidang et al. 2019)
Aerial hifa (hifa yang tumbuh ke atas) sangat banyak dan menutupi
seluruh permukaan koloni Pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa
cendawan ini memiliki hifa bersekat dan bentuk spora yang bervariasi, yaitu
lonjong, membulat, seperti batang, dan ada yang saling terkait satu sama lain
sehingga membentuk rantai Pengamatan mikroskopis juga dilakukan pada spora
yang didapatkan dengan cara memencet piknidia cendawan yang ada pada
jaringan tanaman sakit.(Jumjunidang et al. 2019)
13

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bawa jamur
terbagi menjadi dua, yaitu uniseluler dan multiseluler. Untuk jamur uniseluler
salah satunya yaitu ragi dengan spesies Saccharomyces cerevisiae yang secara
mikroskopis berbentuk oval dengan panjang 1-5 µm dan lebar 1-10 µm.
Sedangkan untuk jamur multiseluler yang diamati yaitu Trichoderma sp, dan
Neoscytalidium dimidiatum. Untuk pengamatan jamur multiseluler tidak dapat
diamati secara jelas karena beberapa hal yaitu kesalahan saat pengambilan isolate
dan peletakan diatas kaca objek yang terlalu tebal sehingga saat pengamatan
dengan mikroskop tidak terlihat morfologinya secara jelas. Hal yang dapat diamati
dari jamur Trichoderma sp yaitu memiliki hifa berwarna putih dan hijjau
melingkar, sedangkan dari jamur Neoscytalidium dimidiatum hal yang dapat
diamati yaitu isolat pada media PDA berwarna abu-abu menuju hitam, memiliki
hifa bersekat, dan bentuk konidianya basil.

B. Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan saran yang bisa diberikan untuk
praktikum selanjutnya yaitu sebelum praktikum dilakukan sebaiknya lebih
diajelaskan tentang tahapan yang akan dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari
ataupun hal-hal yang harus lebih dierhatikan ketika pelaksanaan praktikum
sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan yang akan terjadi pada saat
praktikum.
14

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N.2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Gajah Mada University Press,


Yogyakarta.

Bobek, P. Dose And Time Dependent. 2005. Hypocholesterolemic Effect Of


Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) in rats. Nutrition 14 (3):; ( 1): 282-
86.

Chazali, Syammahfuz dan Putri Sekar Pratiwi. 2019. Usaha Jamur Tiram Skala
Rumah Tangga. Bogor: Penebar Swadaya.

Jumjunidang et al. 2019. Identifikasi dan Karakterisasi Penyakit Kanker Batang


dan Buah Pada Tanaman Buah Naga (Hylocereus sp.) di Indonesia .J.
Hort. Vol. 29 No. 1: 103-110

Marwan, H. 2010. Pengujian Dosis Kompos Trichoderma untuk


PengendalianJamur Patogen Tular Tanah pada Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogea L.). Jurnal Agronomi 8 (1): 53-57.

Norfajrina. 2021. Jenis-Jenis Jamur (Fungi) Makroskopis Di DesaBandar Raya


Kecamatan Tamban Catur. Universitas Islam Negri Banjarmasin.

Pakki, Syahrir. 2009. Efektivitas Amonia, Asam Propionat, dan Ekstrak Daun
Cengkeh dalam Pengendalian Aspergilkes flavus pada Jagung Balai
Penelitian Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi Selatan.

Rukmana, H.R. 1997. Usaha TaniJagung Yogyakarta Kanisius. Semangun, H.


2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.

Wahyuningsih, Sri P. A. 2006. Penggunaan Formalin Untuk Pengendalian


Sapprolegniasis pada Telur Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Jurnal.
Univ. Airlangga Surabaya.

Webster J. and Weber.R.W.S.(2007) Pengenalan Jamur New York: Cambridge


University Press
15

LAMPIRAN

Dokumentasi Keterangan

alat yang di gunakan objek glass,cover


glass,jarum,cawan petri dan
mikroskop

Aquades untuk pengamatan jamur

Campuran ragi dan glukosa yang telah


di buat selama 6 jam

Pembiakan jamur Trichoderma sp


16

Pembiakan jamur Neo

Mengsterirkan objek glass dengan


alkohol

Penetesan aquades untuk di atas objek


glass dengan pipet tetes

Pengambilan pembiakan jamur pada


cawan petri dan di letakkan di atas
objek glass

Objek glass di tutup dengan cover


glass
17

Bersihkan dengan tisu air yang keluar


dari cover gelass

Amati jamur dengan mikroskop


18

LAMPIRAN

NAMA NIM TUGAS

AYU SAFIRA 2110251038 LAMPIRAN DAN


DOKUMENTASI
KHOMISATUL 2110253001 BAB 4 PEMBAHASAN
AHDANIAH
NABILA UFAIRA RIZKI 2110253033 BAB 1
OKTA VIYANNI 2110251026 BAB 3 DAB BAB 4 HASIL
RIAN BASRI 2110252028 BAB 5 DAN DAFTAR
PUSTAKA
SEFRI ULFADMI 2110251008 BAB 2

Anda mungkin juga menyukai