MAKALAH
ELUSIDASI STRUKTUR
OLEH :
KELOMPOK : VII
KELAS : C11
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim,
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan
ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak
merasa kesulitan. Salawat serta salam tidak lupa sanjungkan sanjungkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-Nya yang setia sampai
akhir zaman.
Makalah yang berjudul “ELUSIDASI STRUKTUR” ini, disusun sebagai salah satu tugas
mata kuliah Aqidah di Fakultas farmasi Universitas Muslim indonesia. Dalam penyusunan
makalah ini saya banyak mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari
berbagai pihak, tetapi tidak luput dari kendala yang begitu banyak.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis,
Amin yarobbal ‘alamiin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Elusidasi struktur senyawa organik adalah penggunaan data spektra dari
instrumentasi spektroskopi untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional kimia dan
menentukan struktur kimia suatu senyawa organik.
B. Langkah-langkah untuk mengelusidasi struktur senyawa organic
a) Tentukan gugus fungsi-gugus fungsi yang ditunjukkan oleh spektra IR
b) Tentukan banyaknya lingkungan kimia, perbandingan proton dan jumlah proton
tetangga yang ditampilkan oleh spektra NMR serta simpulkan jenis gugus yang
terdapat di dalamnya (metil (CH3), metilen (CH2), aril, atau gugus berproton lainnya)
c) Susun gugus fungsi – gugus fungsi yang bersesuaian menjadi bentuk usulan struktur
senyawa dengan berpedoman pada data NMR (jumlah lingkungan kimia, jumlah
atom tetangga)
d) Periksa nilai berat molekul struktur senyawa yang diusulkan dengan data berat
molekul yang ditunjukkan oleh spektra massa
e) Bila diperlukan, gunakan data spektra massa untuk mengetahui keberadaan isotop
(Cl, Br) dan atom nitrogen (berdasarkan aturan nitrogen)
f) Diperoleh usulan struktur senyawa organic
C. Elusidasi Struktur Senyawa Organik berdasarkan Metode Spektroskopi
Elusidasi struktur molekul organik dapat dilakukan dengan menggunakan metode
spektroskopi dengan instrumen yang digunakan yaitu: spektrofotometer ultraviolet (UV),
infrared (IR), massa (MS), Nuclear Magnethic Resonance ( 13C-NMR,
1HNMR),Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT), 1H-13C
Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC), 1H-1H Homonuclear Correlated
Spectroscopy (COSY) dan 1H-13C Heteronuclear Multiple Bond 20 Connectivity
(HMBC) dapat mengikuti metodologi seperti bagan dalam Santoni (2009) berikut ini :
a) Spektroskopi ultraviolet
Untuk keperluan penentuan struktur, spektroskopi ultra violet memiliki kemampuan
untuk mengukur jumlah ikatan rangkap atau konyugasi aromatik dalam suatu
molekul.Daerah panjang gelombang dari spektrum ultra violet berkisar 200 - 400 nm.
Penyerapan sinar ultra violet oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi diantara
tingkat energi elektronik molekul tersebut. Transisi tersebut terjadi pada orbital ikatan
atau pasangan elektron bebas dengan orbital anti ikatan.Sistem (gugus atom) yang
menyebabkan terjadinya absorbsi cahaya disebut kromofor.Transisi elektronik yang
mungkin terjadi secara teoritis diberikan pada gambar (Pavia et al, 2009).
b) Spektroskopi inframerah
Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu
senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan elusidasi struktur, daerah dengan
bilangan gelombang 1400 – 4000 cm-1 yang berada dibagian kiri spektrum IR,
merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugusgugus fungsional,
yang merupakan absorbsi dari vibrasi ulur. Selanjutnya daerah yang berada disebelah
kanan bilangan gelombang 1400 cm-1 sering kali sangat rumit karena pada daerah ini
terjadi absorbsi dari vibrasi ulur dan vibrasi tekuk, namun setiap senyawa organik
memiliki absorbsi yang kharakteristik pada daerah ini. Oleh karena itu bagian
spektrum ini disebut daerah sidikjari (fingerprint region).Saat ini ada dua macam
instrumen yaitu spektroskopi IR dan FTIR (Furier Transformation Infra Red). FTIR
lebih sensitif dan akurat misalkan dapat membedakan bentuk cis dan trans, ikatan
rangkap terkonyugasi dan terisolasi dan lain-lain yang dalam spektrofotometer IR
tidak dapat dibedakan (Sitorus, 2009).
c) Spektroskopi 1H-NMR
Spektroskopi 1H-NMR cukup banyak digunakan oleh kimiawan organik.
Spektroskopi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap kelompok proton (H) dalam
molekul organik akan beresonansi pada frekuensi yang tidak identik atau beresonansi
pada frekuensi spesifik. Hal ini disebabkan kelompok proton suatu molekul organik
dikelilingi elektron yang berbeda (lingkungan elektroniknya berbeda). Makin besar
kerapatan elektron yang mengelilingi inti maka makin besar pula medan magnet yang
digunakan. Karena setiap atom H (proton) suatu molekul organik mempunyai
lingkungan elektronik (kimia) yang berbeda maka akan menyebabkan frekuensi
resonansi yang berbeda (Sitorus, 2009). Pergeseran kimia, dilambangkan dengan δ,
menyatakan seberapa jauh (satuan ppm) proton tersebut digeser dari proton standar
Tetrametilsilana (TMS)(δ = 0 ppm), terhadap frekuensi spektrometer yang digunakan.
Pada skala δ maka untuk TMS didefinisikan sebagai (0,0 ppm) dengan skala (0-10)
ppm. Beberapa spektroskopi menggunakan skala Ł (tou) yang besarnya adalah (10- δ)
ppm.Pada spektroskopi 1H-NMR, maka skala δ dan Ł dicatat dari kiri ke kanan pada
kertas spektrum (Sitorus, 2009).
d) Spektroskopi karbon NMR (13C-NMR)
Spektroskopi proton atau 1H memberikan gambaran atom-atom hidrogen dalam
sebuah molekul organik.Spektroskopi karbon-13 atau 13C memberikan gambaran
karbon-karbon dalam sebuah molekul organik.Spektra karbon-13 tidak digunakan
meluas seperti spektra proton.Dalam spektroskopi proton yang dilibatkan adalah
isotop yang lazim dan alamiah dari hidrogen, 99,985% atom hidrogen adalah 1H.
Tetapi karbon-13 hanya 1,1% dari atom karbon yang terdapat di alam, karena 98,9%
atom karbon adalah 12C, suatu nukleotida yang tidak punya spin. Transisi inti 13C
dari keadaan paralel ke antiparalel hanyalah transisi berenergi rendah. Karena
kelimpahannya di alam hanya 1,1% maka sensitifitas 13C-NMR jauh lebih kecil dari
1H yang mempunyai kelimpahan 99,98% di alam. Pergeseran kimia 13C antara 0
sampai dengan 230 ppm yang terbagi atas sp3 antara 0 – 60, alkohol 60 – 80 ppm, sp
antara 70 – 80 ppm, sp2 antara 100 – 160 ppm, gugus karbonil dari gugus karboksilat,
ester, lakton, amida, anhidrida, antara 160-180 ppm sedangkan aldehid antara 180 –
200 ppm dan keton antara 190 – 230 ppm.Bentuk sinyal dari gugus metil (CH3)
berbentuk quartet, metilen (CH2) berbentuk triplet, metin berbentuk doublet
sedangkan karbon quartener berbentuk singlet (Santoni, 2009).
e) Spektroskopi Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT)
Percobaan DEPT (Distortionless Enhancement by Polarization Transfer) dapat
membedakan signal karbon metil, metilen, metin dan karbon quarterner. Karbon metil
dan metin menunjuk ke atas, karbon metilen ke bawah dan karbon quarterner hilang.
Spektroskopi NMR DEPT memiliki 3 sub-spektrum yang berbeda: 45 MHz, 90 MHz
dan 135 MHz. Pada DEPT-45 akan menunjukkan seluruh puncak atom karbon yang
mengemban proton (hidrogen). Pada DEPT-90, puncak yang ditunjukkan hanya
untuk atom karbon gugus metin (CH). Sementara pada DEPT-135 karbon metin dan
metil memberikan puncak keatas (positive peaks), sedangkan karbon metilen
puncaknya mengarah kebawah (Pavia et al, 2009).
f) Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC)
HMQC merupakan salah satu jenis H-NMR dua dimensi yang digunakan untuk
membantu dalam penentuan struktur suatu senyawa.Melalui data HMQC ini dapat
diketahui proton-karbon dengan jarak satu ikatan, sehingga secara tidak langsung
dapat mengetahui karbon yang mengikat proton dan karbon yang tidak mengikat
proton.Selain itu, juga untuk menentukan nilai geseran kimia karbon yang memiliki
proton (Mitchell, 2007). Spektroskopi 1H-1H Homonuclear Correlated Spectroscopy
(COSY) Spektrum H-H COSY adalah satu dari beberapa jenis spektroskopi NMR
dua dimensi. Percobaan pertama untuk NMR dua dimensi diusulkan oleh Jean Jenner,
seorang professor di Université Libre de Bruxelles pada tahun 1971.Spektrum H-H
COSY dapat memberikan korelasi H dengan H tetangga melalui kontur yang muncul
pada spektrum.Dari spektrum ini dapat diketahui protonproton yang berdekatan pada
suatu senyawa.Spektroskopi H-H COSY adalah metode yang paling mudah pada 2D
NMR (Supratman, 2010).
g) Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Bond Connectivity (HMBC)
HMBC merupakan salah satu jenis NMR dua dimensi yang digunakan untuk
pembuktian struktur molekul (struktur dua dimensi) senyawa.Melalui data HMBC ini
dapat diketahui proton-karbon dengan jarak dua atau tiga ikatan sehingga secara tidak
langsung dapat digunakan untuk mengetahui karbon-karbon tetangga yang memiliki
jarak dua sampai tiga ikatan dengan suatu proton tertentu (Mitchell, 2007).
h) Spektroskopi massa
Spektroskopi UV-Vis untuk kimiawan organik digunakan untuk analisis kualitatif
(λmaks) dan analisis kuantitatif berdasarkan persamaan Lambert-Beer.Spektroskopi
IR untuk analisis gugus fungsional utama dan spektroskopi 1HNMR untuk
menentukan tipe (jenis) proton dan perbandingan jumlah proton tersebut.
Spektroskopi massa (MS) akan melengkapi pelacakan struktur untuk suatu molekul
yang belum diketahui BMnya. Spektroskopi massa akan 26 memberikan informasi
harga BM (g/mol) dan bagaimana pola pemecahan (fragmentasi) dari suatu molekul
organik. Rekonstruksi terhadap fragmen dan dipadu dengan interpretasi data spektra
IR dan 1H-NMR akan dapat mengelusidasi struktur molekul organik unknown
(Sitorus, 2009).
Jurnal
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Fisher melting point apparatus, spektrum UV ditetapkan
dengan spektrofotometer UV/Vis (Type UV- 160A; Shimadzu), spektrum IR ditetapkan dengan
Spektrometer IR Perkin Elmer Spectrum, MS JEOL JMS-700/6I mass spectrometer, 13C-NMR
dan 1H-NMR ditentukan dengan alat JEOL JNM-ECA. Kromatografi Vakum Cair (KVC)
menggunakan silica gel 60 G Art 7731 kode 1194358 (Merck), analisis KLT menggunakan pelat
KLT Kiesegel 60 GF254 (Merck). Pelarut yang digunakan berkualitas teknis yang telah
didistilasi kecuali pelarut untuk proses kristalisasi menggunakan pelarut pure analisis (pa).
Pengujian aktifitas insektisida menggunakan seperangkat alat uji bioaktifitas (injektor, serbet,
pipet mikro, kaca petri, kotak plastik, pinset, dan kuas). Agistik dan daun kubis. Bahan tumbuhan
yaitu kulit batang Toona sinensis seberat 5,5 kg kering dan identifikasi dari tumbuhan dilakukan
di Herbarium Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas. Tercatat sebagai spesimen No. 1 atas
nama Adlis Santoni. Bahan uji yang digunakan adalah larva Crosidolomia pavonana.
Prosedur
Isolasi
Kulit kering batang Toona sinensis yang telah digiling halus sebanyak 5,5 kg dimaserasi dengan 31,5 L
metanol, kemudian dikisatkan pelarutnya dengan menggunakan rotaryevaporator sehingga diperoleh
ekstrak kental metanol 824 g. Ekstraksi dan Pemurnian Fraksi Heksan Fraksi heksan sebanyak 5 g
dilakukan proses pemurnian dengan metoda kromatografi vakum cair dan dielusi secara bergradien
menggunakan pelarut heksan, etil asetat dan metanol. Selanjutnya dilakukan kristalisasi menggunakan
sistim dua pelarut yaitu heksan dan metanol. Padatan putih kekuningan yang diperoleh dilarutkan
menggunakan pelarut heksan kemudian ditambahkan pelarut metanol secara perlahan tetes per tetes.
Penambahan metanol dihentikan sebelum terbentuk kekeruhan, kemudian larutan ini disimpan pada
suhu kamar dan dibiarkan selama 12 jam sehingga terbentuk kristal jarum putih sebanyak 200 mg.
Pengujian Aktifitas Insektisida Pengujian aktifitas insektisida dilakukan dengan metoda percobaan
makan terhadap larva Crosidolomia pavonana. Ekstrak heksan 1%, diteteskan pada sehelai daun kubis
yang telah dipotong bulat dengan diameter 3 cm dan dikeringkan. Selanjutnya diletakkan kedalam
cawan petri (diameter 9 cm) yang telah dialas dengan tisu. Ke dalam cawan petri dimasukkan 10 ekor
larva Crosidolomia pavonana instar II yang telah dilaparkan selama 3 jam. Dibiarkan selama 48 jam
kemudian diganti dengan daun tanpa perlakuan setiap 24 jam sekali. Setelah perlakuan, larva yang mati
di hitung setiap hari sampai menjadi pupa. Pada perlakuan kontrol, serangga uji hanya diberi makan
daun yang dicelup dengan pelarut saja. Prosedur yang sama juga dilakukan terhadap 3-hidroksieupha- 7-
en pada konsentrasi 0,5%, kemudian ditentukan mortalitas, antifeeding. Penentuan nilai Lc50 dan Lt50
dilakukan dengan analisis probit dengan program komputer[15].
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Elusidasi struktur senyawa organik adalah penggunaan data spektra dari instrumentasi
spektroskopi untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional kimia dan menentukan
struktur kimia suatu senyawa organik.
2. Langkah-langkah untuk mengelusidasi struktur senyawa organic
a) Tentukan gugus fungsi-gugus fungsi yang ditunjukkan oleh spektra IR
b) Tentukan banyaknya lingkungan kimia, perbandingan proton dan jumlah proton
tetangga yang ditampilkan oleh spektra NMR serta simpulkan jenis gugus yang
terdapat di dalamnya (metil (CH3), metilen (CH2), aril, atau gugus berproton lainnya)
c) Susun gugus fungsi – gugus fungsi yang bersesuaian menjadi bentuk usulan struktur
senyawa dengan berpedoman pada data NMR (jumlah lingkungan kimia, jumlah
atom tetangga)
d) Periksa nilai berat molekul struktur senyawa yang diusulkan dengan data berat
molekul yang ditunjukkan oleh spektra massa
e) Bila diperlukan, gunakan data spektra massa untuk mengetahui keberadaan isotop
(Cl, Br) dan atom nitrogen (berdasarkan aturan nitrogen)
f) Diperoleh usulan struktur senyawa organic
3. Elusidasi Struktur Senyawa Organik berdasarkan Metode Spektroskopi
a) Spektroskopi ultraviolet
b) Spektroskopi inframerah
c) Spektroskopi 1H-NMR
d) Spektroskopi karbon NMR (13C-NMR)
e) Spektroskopi Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT)
f) Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC)
g) Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Bond Connectivity (HMBC)
h) Spektroskopi massa
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh data kata sempurna oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, T.N., dan Costisella, B. 2007. NMR From Spectra to Structures, an Experimental
Approach. 2nd edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S., dan Vyvyan, J.R. 2009. Introduction to Spectroscopy.
Sauders College. Philadelphia.
Santoni, A. 2009. Elusidasi Struktur Senyawa Metabolit Sekunder Kulit Batang Surian (Toona
sinensis) Meliaceae dan Uji Aktivitas Insektisida. Disertasi.Program Pascasarjana
Universitas Andalas. Padang.