Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

IDENTIFIKASI SENYAWA POLIFENOL DAN TANIN


DAUN PEPAYA ( Carica papaya L.)

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa polifenol dan tanin dalam simplisia Daun
Pepaya (Carica Papaya L.)
2. Mahasiswa mampu menentukan reaksi didalam simplisia Daun Pepaya secara kualitatif.

II. DASAR TEORI


Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum tampak
melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat memisahkan antara bahan alam
yang memiliki kandungan fitokimia tertentu. Skrining fitokimia merupakan tahap
pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang golongan senyawa yang tekandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode
skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan
suatu pereaksi warna (Kristianti dkk., 2008).
Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder
yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas
dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian
tertentu. Beberapa jenis senyawa yang dapat dideteksi secara skrining fitokimia antara lain:
1. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki
tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol sering terdapat
dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 1985).
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang
mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Senyawa fenol senderung larut dalam air karena
umumnya mereka sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat
pada vakuola sel (Putra, 2007).
Pada senyawa polifenol, aktivitas antioksidan berkaitan erta dengan struktur rantai
samping dan juga substitusi pada cincin aromatiknya. Kemampuannya untuk bereaksi dengan
radikal bebas DPPH dapat mempengaruhi urutan kekuatan antioksidannya. Aktivitas
peredaman radikal bebas senyawa polifenol diyakini dipengaruhi oleh jumlah dan posisi
hidrogen fenolik dalam molekulnya. Dengan demikian aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
akan dihasilkan pada senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil yang lebih
banyak pada inti flavonoidnya. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan untuk
menyumbangkan hidrogen, maka aktivitas antioksidan senyawa fenolik dapat dihasilkan pada
reaksi netralisasi radikal bebas yang mengawali proses oksidasi atau pada penghentian reaksi
radikal berantai yang terjadi.( Putra, 2007)
2. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus
dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk
kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin
yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan :
a. Tanin terkondensasi hampir terdapat didalam paku-pakuan dan gimnospermae, serta
tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Nama lainnya
adalah proantosianosin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-
karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antisianidin. Kebanyakan
proantosianidin adalah prosianidin kareana bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan
sianidin. Proantosianidin dapat dideteksi langsung dengan mencelupkan jaringan tumbuhan
ke dalam HCL 2M mendidih selama setengah jam yang akan menghasilkan warna merah
yang dapat dieksraksi dengan amil atau butil alkohol. Bila digunakan jaringan kering, hasil
tanin agak berkurang karena terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya didalam sel.
b. Tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Terutama
terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini
glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Jenis kedua, ini molekul berupa
senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa.
Bila dihidrolisis menghasilkan asam angelat. Cara deteksi tanin terhidrolisis adalah dengan
mengidentifikasi asam galat/asam elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat yang dipekatkan.
(Harbrone, J.B, 1987).

Taksonomi daun pepaya adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L
Daun pepaya merupakan daun tunggal yang berukuran besar dan bercangap, mempunyai
bangun bulat (orbicularis), ujung daun meruncing, tangkai daun panjang dan berongga.
Dilihat dari susun tulang daunnya, daun papaya termaksud daun yang bertulang menjari
(palmineruis) (Priyono, 2007)
Senyawa kandungan yang ada pada daun pepaya tersebut yang diduga memiliki potensi
sebagai larvasida adalah enzim papain, alkaloid , saponin, flavonoid, dan tanin (Hutapea,
1991). Daun pepaya dapat menambah nafsu makan, obat cacing, meluruhkan haid, dan
menghilangkan sakit (analgetik) (Dalimarta, 2000).
Kandungan kimia pepaya meliputi:
a. Daun: enzim papain, alkaloid, pseudo-carpaina, glikosid, karposid dan saponin,
sakarosa,dekstrosa, dan levulosa.
b. Buah: beta karoten, pectin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayotimin papain,
fitokinase.
c. Biji: glucoside cacirin dan karpein.
d. Getah: papain, kemokapain, lisosim, lipase, glutamin, siklotransferase
(Dalimartha, 2008).
Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya L. Mengandung alkaloid, flavonoid, dan
saponin, disamping itu daun dan akar juga mengandung saponin (Hutapea, 1991). Buah
mengandung beta karoten, pektin, delta-galaktosa, lamda-arabinosa, papain, papayotimin
papain, alkaloid karpain, fitokinase, vitamin A, vitamin C (Rahardjo, 2006)

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
1. Tabung reaksi 1. Serbuk daun pepaya
2. Rak tabung reaksi 2. NaCl
3. Lampu spiritus 3. FeCl3
4. Penjepit tabung 4. Larutan gelatin
5. Kaki tiga 5. KOH
6. Batang pengaduk 6. Aquadest
7. Corong kaca
8. Beakerglass
9. Kawat kasa
10. Korek api
11. Cawan porselin
12. Mattglass
13. Pipet tetes
IV. CARA KERJA
1. Uji Pendahuluan

Ditimbang serbuk simplisia Daun Pepaya sebanyak 2 gram, masukkan kedalam tabung
reaksi, tambahkan 10ml aquadest, aduk

Dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit

Disaring menggunakan kapas

Ampas Filtrat

Kuning merah Kuning merah

Ditambahkan
Mengandung
KOH
Gugus kromofor

Warna larutan lebih


intensif
2. Reaksi Warna

Ditimbang serbuk simplisia Daun Pepaya sebanyak 0,3 gram, masukkan kedalam tabung
reaksi, tambahkan 10ml aquadest, aduk

Dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit

Disaring menggunakan kapas

Ampas Filtrat

Ditambahkan 3-4
tetes NaCl 10%

(Tabung A) (Tabung B) (Tabung C)


Blanko Uji Ferri Klorida Uji Gelatin

Ditambahkan Ditambahkan sedikit


FeCl3 gelatin dan 5ml NaCl 10%

Larutan warna Tidak terjadi


biru, hijau, endapan
Terjadi
hitam
endapan putih

Ditambahkan
Positif FeCl3
Polifenol Positif Tanin

Larutan warna biru,


hijau, hitam

Positif
Polifenol
3. Reaksi Etanol

Ditimbang serbuk simplisia Daun Pepaya sebanyak 0,3 gram, masukkan kedalam tabung
reaksi, tambahkan 10ml etanol

Dikocok kuat

Disaring menggunakan kapas

Ampas Filtrat

Ditambahkan
FeCl3

Larutan warna
biru, hijau,
hitam

Positif
Polifenol
V. HASIL PENGAMATAN

Pengujian Pereaksi Hasil menurut Hasil percobaan Keterangan


Rep I Rep II
pustaka
Blanko Kuning Kuning
kecoklatan kecoklatan
Uji + air 10ml Larutan kuning Kuning Kuning (+) kromofor
pendahuluan dipanaskan + merah intensif kecoklatan kecoklatan
KOH lebih lebih
intensif intensif
Reaksi warna
Tabung A coklat coklat
(blanko)
Tabung B
Uji fenol + FeCl3 Hijau kehitaman Hijau Hijau (+) fenol
kehitaman kehitaman
Tabung C
Uji gelatin + gelatin + Tidak terjadi Tidak Tidak (-) tanin
NaCl endapan terjadi terjadi
endapan endapan
+ gelatin + Hijau, biru, Hijau Hijau (+) fenol
NaCl + FeCl3 hingga hitam kehitaman kehitaman
Reaksi etanol
blanko Hijau muda Hijau
muda
+ 10ml etanol Hijau tua Hijau tua (+) fenol
+ FeCl3

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum Fitokimia kali ini mengidentifikasi kandungan senyawa golongan polifenol
dan tanin pada tanaman simplisia daun pepaya (Carica Folium). Tanin sendiri merupakan
campuran dari polifenol yang terdapat dalam tumbuhan dalam bentuk glikosida yang jika
terhidrolisis akan menghasilkan glikon dan aglikon sedangkan polifenol adalah sekelompok
zat kimia yang di temukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki
banyak gugus fenol dalam molekulnya. Fenol sendiri merupakan struktur yang terbentuk dari
benzena tersubstitusi dengan gugus -OH. Gugus -OH yang terkandung merupakan aktivator
yang kuat dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik (Fessenden, 1982).
Untuk identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu :
1. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji polifenol dan tanin.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gugus kromoform dalam daun
pepaya(Carica Folium). Uji pendahuluan dilakukan dengan cara mencampurkan serbuk
simplisia daun pepaya 2g dengan air sebanyak 10 ml dan dipanaskan selama 30 menit dalam
air mendidih. Pemanasan tersebut bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga diperoleh
larutan berwarna kuning kecoklatan. Larutan berwarna kuning kecoklatan yang terjadi
menunjukkan bahwa daun pepaya memiliki gugus kromoform. Gugus kromoform adalah
suatu gugus fungsi yang memiliki peranan menyebabkan suatu senyawa memiliki warna.
Larutan berwarna kuning kecoklatan tersebut menjadi lebih intensif dengan penambahan
KOH, karena KOH termasuk dalam gugus auksokrom yang mempunyai peranan untuk
memberikan warna lebih intensif pada suatu senyawa. Auksokrom dapat berfungsi tidak lepas
kaitannya dengan adanya kromoform di dalam senyawa tersebut. Mekanisme kerja gugus
auksokrom terhadap gugus kromoform yaitu gugus auksokrom akan memperlebar sistem
kromoform dan menggeser maksimum absorpsi ke arah panjang gelombang yang lebih
panjang. Gugus auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200 – 800 nm, namun
mempengaruhi spektrum kromoform dimana auksokrom tersebut terikat.
2. Reaksi Warna
Pada reaksi warna identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin yang pertama dilakukan
adalah dengan mencampurkan serbuk simplisia daun pepaya sebanyak 0,3 gram selanjutnya
di masukan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10ml aquadest panas, ini
bertujuan untuk menarik seluruh tanin yang ada dalam simplisia daun pepaya. Hal ini di
karenakan tanin merupakan senyawa polifenol yang dalam keadaan alami pada tumbuhan
yang berada dalam bentuk glikosidanya sehingga dapat larut dalam air. Proses ini dilakukan
untuk mempercepat reaksi. Kemudian larutan tersebut diaduk dan dibiarkan sampai suhu
kamar. Kemudian ditambahkan 3 - 4 tetes 10% larutan NaCl, kemudian diaduk dan disaring.
Penambahan NaCl bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan protein, sehingga mencegah
terjadinya negatif palsu pada uji warna. Filtrat kemudian dibagi menjadi tiga bagian masing –
masing ± 4 ml dan disebut sebagai larutan A, B, dan C.
Kemudian dilakukan uji ferriklorida, yaitu larutan tabung A digunakan sebagai blanko, hasil
dari percobaan replikasi pertama dan kedua menghasilkan warna coklat. Kemudian larutan
tabung B sebagain uji ferriklorida yang ditambahkan dengan beberapa tetes ferriklorida
(FeCl3) ± 2-3 tetes maka akan terjadi perubahan warna pada replikasi pertama dan kedua
menjadi warna hijau kehitaman. Warna hijau kehitaman tersebut merupakan endapan fenol
yang dihasilkan oleh penambahan ferriklorida sehingga terjadi reaksi kimia antara
ferriklorida dan gugus fenol dari tanin. Oleh karena itu pada uji ferriklorida ini menunjukkan
hasil yang positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam simplisia daun pepaya (Carica
Folium) mengandung positif fenol.
Untuk mengetahui lebih jelas apakah simplisia daun pepaya (Carica Folium) mengandung
tanin atau polifenol maka dilanjutkan dengan uji gelatin. Larutan tabung C ditambahkan
dengan sedikit larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%. Jika terjadi endapan putih
menunjukkan adanya tanin. Hal tersebut terjadi karena gelatin maupun dengan reagen garam-
gelatin merupakan indikasi adanya tanin. Dasar untuk reaksi ini adalah terbentuknya endapan
antara protein / gelatin dan tanin, dimana reaksi menjadi lebih sensitif dengan penambahan
NaCl untuk meningkatkan “salting out” dari kompleks protein-tanin. Tapi pada praktikum
yang telah dilakukan, dengan uji gelatin ini tidak menunjukkan adanya endapan berwarna
putih pada replikasi pertama maupun kedua. Sehingga dapat dinyatakan bahwa simplisia
daun pepaya (Carica Folium) menunjukan negatif tanin.
Simplisia daun pepaya (Carica Folium) positif mengandung polifenol karena pada uji
ferriklorida menunjukkan hasil yang positif dan uji gelatin menunjukkan hasil yang negatif
tanin.
3. Reaksi Etanol
Pada uji etanol pertama di lakukan penimbangan serbuk simplisia sebanyak 0,3g masukan
dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 10ml etanol. Dikocok kuat kemudian disaring
menggunakan kapas. Filtrat kemudian di bagi menjadi 2 bagian. Larutan pertama digunakan
sebagai blako. Pada percobaan yg di lakukan blanko replikasi pertama dan kedua
menghasilkan warna hijau muda. Sedangkan larutan kedua ditambahkan dengan larutan
FeCl3. Pada percobaan yang dilakukan hasil replikasi pertama dan kedua setelah di
tambahkan dengan larutan FeCl3 larutan berubah menjadi warna hijau tua. Hal tersebut
menunjukan bahwa simplisia daun pepaya mengandung positif fenol.

VII. KESIMPULAN
Mahasiswa dapat melakukan dan mengidentifikasi kandungan senyawa polifenol dan tanin
pada simplisia daun pepaya (Carica Folium). Identifikasi daun pepaya (Carica Folium) dalam
praktikum ini menghasilkan bahwa daun pepaya positif mengandung senyawa fenol. Karena
pada uji Ferriklorida yang ditambahkan dengan beberapa tetes ferriklorida (FeCl3) ± 2-3 tetes
terjadi perubahan warna pada replikasi pertama dan kedua menjadi warna hijau kehitaman.
Warna hijau kehitaman tersebut merupakan endapan fenol yang dihasilkan oleh penambahan
ferriklorida sehingga terjadi reaksi kimia antara ferriklorida dan gugus fenol dari tanin. Oleh
karena itu pada uji ferriklorida ini menunjukkan hasil yang positif. Sehingga dapat dikatakan
bahwa dalam simplisia daun pepaya (Carica Folium) mengandung positif fenol.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus: Bogor.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Terbitan kedua. ITB: Bandung.
Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Depkes RI Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta.
Priyono. 2007. Enzim Papain dari Pepaya (Carica papaya). Bandung
LAMPIRAN
Semarang, …………….…..…

Dosen Pembimbing

(……………..……..)

Praktikan Praktikan Praktikan

(……..……………..) (...............................) (……..……………..)


LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
IDENTIFIKASI SENYAWA POLIFENOL DAN TANIN
DAUN PEPAYA (Carica papaya L)

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5

INDAH NOVITASARI 16.0563


FITRIA ROHMAWATI 16.0573
DEWI ISTYANTI 16.0616

LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI THERESIANA
SEMARANG

2017

Anda mungkin juga menyukai