FARMAKOTERAPI II
OLEH :
NAMA : ASRINO J
NIM : O1A118051
KELAS :A
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2021
GANGGUAN MUAL MUNTAH
Kasus:
Seorang perempuan 53 tahun baru didiagnosis kanker payudara dan mendapat terapi inisial
doxorubicin 50 mg/m2 , cyclophosphamide 500 mg/m2 , dan docetaxel 75 mg/m2. Riwayat
penyakit : Hipertensi, dyslipidemia, DM tipe 2 selama 2 tahun. Merokok 1 bungkus per hari,
kadang-kadang meminum alkohol. Obat yang sedang digunakan adalah lisinopril 20 mg/hari
dan metformin 1000 mg
Tanda vital:
TD 132/82 mmgHg
HR 80 beats/min
RR 16 breaths/min
Subjektif
1. Riwayat Penyakit
- Kanker Payudara
- Dislipidemia
- Hipertensi
- Diabetes Mellitus Type 2
2. Riwayat Pengobatan
- Doxorubicin 50 mg/m2
- Cyclophosphamide 500 mg/m2
- Docetaxel 75 mg/m2
- Lisinopril 20 mg/hari
- Metformin 1000 mg
Objektif
1. Tanda vital:
- TD 132/82 mmgHg = Pra-hipertensi (120-139)/(80-89)
- HR 80 beats/min = normal 60-100 beats/min
- RR 16 breaths/min = normal 12-16 beats/min
- Suhu 98.6°F (37.0°C) = normal 36,5-37,50c
2. Hasil pemeriksaan Lab:
- Serum creatinine 0.9 mg/dL (80 µmol/L) = normal 0,5-1,1 mg/dL
- Serum potassium 3.9 mEq/L (3.9 mmol/L), = normal 3,7-5,2 mmol/L
- Glukosa puasa 103 mg/dL (5.7 mmol/L), = normal 70-100 mg/dL
- A1C 7.1% (0.071; 54 mmol/mol Hb) = normal 5,7% – 6,4% (Nilai
belebihi batas normal mengindikasikan pasien mengalami diabetes)
1) Apa yang menjadi faktor risiko mual muntah pada pasien?
a. Faktor Resiko dari Penyakit
B. TATALAKSANA TERAPI
Tujuan Terapi
1. Menambah terapi non farmakologi untuk mencegah mual dan muntah.
2. Mengganti kemoterapi pada pasien kanker beserta obatnya antara lain obat
Cyclophosphamide, Doxorubicin, dan Docetaxel yang memiliki interaksi yang
dapat menyebabkan mual dan muntah.
3. Mengatasi interaksi moderate pada pemberian lisinopril dan metformin secara
bersamaan.
Strategi Terapi
1. Menerapkan terapi non farmakologi untuk mencegah mual dan muntah
2. Mengganti kemoterapi beserta obatnya dengan terapi hormonal
3. Mengatasi Pra-hipertensi cukup dengan terapi non farmakologi sehingga
pengobatan dengan lisinopril dihentikan.
4. Melanjutkan terapi metformin untuk mengobati diabetes mellitus pada pasien.
Bagaimana tatalaksana terapi pada pasien?
1. Terapi Non Farmakologi
a. Mencegah Mual dan Muntah
Tindakan nonfarmakologi dalam mengendalikan mual dan muntah
mudah dipelajari dan biaya yang dikeluarkan lebih efektif dibandingkan
dengan terapi farmakologi. Adapun terapi non farmakologi yang dapat
dilakukan antara lain :
Berdasarkan telah literature terdapat beberapa terapi non farmakologi
yang disarankan sebagai terapi pendamping terapi medis, diantaranya
yaitu akupuntur, akupresur, progressive muscular relaxation, imagery
guidance dan terapi musik.
Edukasi pasien untuk menghindari pemicu mual dan muntah seperti
bebauan yang tajam, panas, kondisi lembab, ruangan pengap, keribuatan,
lampu yang berkelap-kelip, cahaya silau, atau menyupir.
Pasien perlu menghindari makanan yang pedas dan berlemak serta
makanan yang berbau tajam dan dapat merangsang mual. Hindari
makanan kering dan tawar. Makanan lain yang dianjurkan berupa
makanan atau minuman yang mengandung jahe dan peppermint, kaldu,
serta biskuit.
Minum air putih atau kuah sup. Hindari minuman yang berkafein.
Istirahat yang cukup.
Saat bangun tidur, konsumsi makanan ringan dulu sebelum beraktivitas.
Hirup udara segar dan tenangkan pikiran.
Gunakan pengharum ruangan, parfum, atau pewangi pakaian dengan
aroma terapi untuk mengalihkan rasa mual.
Terapi keperawatan komplementer yang dapat digunakan sebagai
intervensi untuk mengatasi mualdiantaranya aromaterapi lemon.
Secara non farmakologi menurut American Cancer Society (2018e)
menganjurkan salah satu treatment yaitu air minuman dingin, roti kering
dan yogurt. Air putih dingin merupakan minuman yang paling disenangi
dan dipilih, karena jenis air yang tidak mengandung banyak resiko atau
kontra indikasi terhadap zat lain.
b. Terapi Non Farmakologi untuk Pra-Hipertensi
Pada Kasus Pra hipertensi, biasanya mengutamakan terapi non
farmakologi terlebih dahulu yaitu dengan mengubah pola hidup. Adapun terapi
non farmakolgi yang dapat dilakukan antara lain :
Atur pola makan
Meski diet dirancang khusus untuk mengatasi hipertensi, pola makan
ini juga membantu Anda mengelola prehipertensi supaya tensi Anda tetap
berada di batas normal. Diet mengutamakan pola makan yang kaya akan
buah, sayur, gandum utuh, dan produk rendah lemak, sembari membatasi
asupan garam dan kolesterol.
Diet juga membuat Anda memperbanyak konsumsi makanan sumber
kalsium dan sederet mineral penting, seperti kalium dan magnesium yang
membantu menurunkan tekanan darah.
Batasi konsumsi garam
Para ahli merekomendasikan untuk mengurangi garam sebagai salah
satu cara penting untuk mengatasi prehipertensi. Jangan lupa juga untuk
periksa label nutrisi makanan, membatasi makanan olahan, dan mengganti
garam dengan bumbu atau rempah lainnya.
American Heart Association (AHA) merekomendasikan untuk
membatasi natrium atau garam tidak lebih dari 1.500 mg alias sekitar 1
sendok teh garam untuk keseluruhan makanan Anda dalam satu hari
(termasuk dari makanan kemasan).
Olahraga Teratur
Lakukan aktivitas fisik atau olahraga setidaknya selama 150 menit
dalam seminggu atau 30 menit per hari. Lakukanlah olahraga dengan rutin
setiap hari untuk mendapatkan hasil yang optimal. Anda bisa memulai
kegiatan ini dari hal kecil, seperti berjalan kaki pada saat berangkat kerja
atau bersepeda.
Jaga Berat Badan yang Ideal
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan kemungkinan prehipertensi
dan hipertensi. Oleh karena itu, Anda perlu menjaga berat badan Anda
untuk mencegah hal tersebut terjadi. Bila Anda memiliki obesitas, Anda
perlu menurunkan berat badan. Penurunan berat badan sedikit saja dapat
membantu menurunkan tekanan darah Anda.
Batasi Konsumsi Alkohol
Jangan minum alkohol lebih dari dua gelas per hari jika Anda pria dan
tidak lebih dari satu gelas jika Anda wanita. Jika Anda memang tidak
minum alkohol, jangan memulai. Ada baiknya hindari minuman
beralkohol sama sekali untuk menjaga tekanan darah yang normal.
Berhenti Merokok
Merokok bisa meningkatkan risiko Anda terkena prehipertensi dan
hipertensi. Oleh karena itu, Anda perlu berhenti merokok untuk dapat
membantu Anda menjaga tekanan darah. Bila perlu tanyakan pada dokter
untuk dapat berhenti dari merokok.
Kelola Stres
Stres dapat menjadi salah satu penyebab kenaikan tekanan darah.
Apalagi jika Anda berupaya menghilangkan stres dengan merokok,
mengonsumsi alkohol, atau gaya hidup tidak sehat lainnya. Oleh karena
itu, kelola stres Anda dengan baik dan carilah cara yang sehat untuk
mengatasinya. Lakukanlah hal-hal yang positif untuk menghilangkan
stres, seperti melakukan hobi atau meditasi.
2. Terapi Farmakologi
- Terapi untuk Kanker Payudara
a) Terapi Hormonal
Terapi adjuvant hormonal merupakan pilihan terapi yang
efektif bagi pasien kanker payudara stadium dini dengan hormonal
responsif dan Her-2 negatif. Outcome klinis dari terapi kanker
payudara adalah Disease Free Survival (DFS), Overall Survival (OS).
Secara umum kerja terapi adjuvant hormonal adalah mencegah
pertumbuhan dan perkembangan kanker yang diduga berkaitan dengan
peran hormon estrogen yang menyebabkan proliferasi dan
pertumbuhan sel kanker payudara.
Pada pasien premenopause terapi adjuvant hormonal yang
diberikan adalah tamoxifen. Penggunaan tamoxifen direkomendasikan
sebagai terapi lini pertama pada pasien kanker payudara dengan ER(+).
Tamoxifen merupakan antiestrogenik pada sel kanker payudara yang
paling sering digunakan. Dosis terapi yang digunakan adalah 20
mg/hari dosis tunggal karena memiliki waktu paruh yang panjang.
Terapi adjuvant tamoxifen diberikan sesaat setelah pembedahan atau
sesaat setelah hasil patologi keluar
1. Edukasi penderita untuk menghindari pemicu mual dan muntah seperti bebauan yang
tajam, panas, kondisi lembab, ruangan pengap, keribuatan, lampu yang berkelap-
kelip, cahaya silau, atau menyupir.
2. Edukasi Penderita untuk memodifikasi diet. Modifikasi diet yang perlu dianjurkan
pada pasien adalah untuk makan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi sering (small
frequent meals).
3. Pasien perlu menghindari makanan yang pedas dan berlemak serta makanan yang
berbau tajam dan dapat merangsang mual.
4. Hindari makanan kering dan tawar. Makanan lain yang dianjurkan berupa makanan
atau minuman yang mengandung jahe dan peppermint, kaldu, serta biskuit.
5. Komunikasikan aturan pakai obat sebaiknya sekali sehari dan 1 jam sebelum makan.
6. Komunikasikan cara penyimpanan obat untuk mempertahankan kualitas obat.
7. Informasikan bahwa obatnya generik dan berbentuk tablet dengan dosis 20 mg.
D. MONITORING DAN FOLLOW UP
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson, P.A.,Kradjan, W.A.
2013. Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs.
Lippincott Williams & Wilkins : Pennsylvania.
Chisholm, B., Marie A., Terry L. S., Barbara G. W., Patrick M. M., Jill M. K., and J. T.
Dipiro. 2016. Pharmacotherapy Principles and Practice 4th Edition. USA : MC Graw
Hill Education.
Dipiro, J. T., Talbert R. L., Yee G. C., Matzke G. R., Wells B. G., and Posey L. M. 2008.
Pharmacotherapy a Pathophyfisiologic Approach 7th Edition. USA : The McGraw-Hill
Companies.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2007. Pharmaceurical Care untuk Penderita
Gangguam Depresif, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan : Departemen
Kesehatan RI.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2015. Informasi Spesialite Obat Indonesia vol 50. Yogyakarta :
ISFI.
Wahyuni, F. S., & Khambri, D. (2019). Evaluasi Terapi Adjuvant Hormonal Dan
Hubungannya Terhadap Outcome Klinis Pasien Kanker Payudara Stadium Dini Di
Kota Padang. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Vol. 5(3).