Anda di halaman 1dari 45

Makalah Kelompok

FARMASETIKA TERAPAN

“IBU HAMIL”

OLEH:

KELOMPOK I :

ARFIANI HASTIAR (O1A118001) WAODE HADIJA (O1A118032)


ANDI FINAYA AZZAHRAH (O1A118004) WAODE SITI SRIANDRI (O1A118033)
ST. RABIATUL ADAWIAH (O1A118007) WA ODE VIVIN H. (O1A118034)
DESI NUR SHOLIHA (O1A118009) YUSFIRA (O1A118039)
NURUL ATIKA (O1A118018) LILI SURIANTO JAHARI (O1A118040)
ASMIAH HUSMIN (O1A118019) DESRI WULANDARI(O1A118044)
INTAN PERMATA SARI (O1A118020) ASTY IKHSANIYAH (O1A118046)
ELVANTRI YANI (O1A118023) WA ODE SUKMAWATI (O1A118052)
ZALNA DESRIANTI (O1A118025) NADIA DWI HAJRA (O1A118053)

KELAS : A
DOSEN : apt NURRAMADHANI A. SIDA, S.Farm., M.Pharm.Sc

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik
dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi
tugas mata kuliah “Farmasetika Terapan” ini dapat selesai sesuai dengan yang
diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya Aamiin.

Makalah ini di susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah
wawasan khususnya mengenai “Ibu Hamil”. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan sebagai sumbangsih pemikiran khususnya untuk para pembaca.

Tidak lupa penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat di harapkan demi kebaikan penulis untuk
kedepannya.

Kendari, 5 Juni 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL…………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………........... 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… ......... 3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… ......... 4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………....... 8
2.1. Fisiologi Maternal Selama Kehamilan. ..................................................................... 8
2.2. Dampak Kehamilan terhadap Farmakokinetika dan Farmakodinamika. ................ 21
2.3. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil. ................................................................................. 26
2.4. Keluhan Selama Kehamilan dan Terapinya. ........................................................... 36
2.5. Hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengobatan Selama Kehamilan. ...................... 38
2.6. Efek Teratogenik dan Beberapa Obat yang Menyebabkan Efek Teratogen. .......... 38
2.7. Kajian Tatalaksana Pengobatan Hipertensi dan Pre-eklamsia pada Ibu Hamil. ..... 39
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….. ....... 43
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 43
3.2 Saran ....................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...... 45
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang
didalam rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa
konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi
hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi 43
minggu.
Kehamilan merupakan sesuatu yang membahagiakan dan dinantikan bagi
seorang yang sudah berumah tangga,akan tetapi proses kehamilan membutuhkan
suatu pengorbanan yang tidak ringan karena umumnya kehamilan berpengaruh
pada kondisi kesehatan ibu hamil. Pengetahuan tentang gangguan yang terjadi
pada masa kehamilan sangat diperlukan khususnya bagi tenaga kesehatan.
Gangguan gangguan pada masa kehamilan sangat komplek dan bermacam
macam dan terkadang gejala antara gangguan satu dan yang lainya hampir mirip.
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal
juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis. Patologi pada kehamilan
merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai ibu saat
kondisi hamil. Risiko tinggi pada kehamilan dapat ditemukan saat menjelang
waktu kehamilan, waktu hamil muda, waktu hamil pertengahan, saat in partu 2
bahkan setelah persalinan. Ibu hamil yang mengalami gangguan medis atau
masalah kesehatan akan dimasukan kedalam kategori risiko tinggi, sehingga
kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada kehamilan menjadi lebih besar.
Ibu hamil memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dengan ibu yang tidak
hamil, karena ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan nutrisi dilihat
bukan hanya dalam porsi tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat nutrisi yang
terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Pertumbuhan maupun aktivitas
janin memerlukan makanan yang disalurkan melalui plasenta. Ibu hamil harus
mendapat nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka
bagi ibu hamil, kualitas maupun jumlah makanan yang biasanya cukup untuk
kesehatannya harus ditambah dengan zat-zat nutrisi dan energi agar pertumbuhan
janin berjalan dengan baik. Selama hamil ibu mengalami banyak perubahan
dalam tubuhnya agar siap membesarkan janin yang dikandungnya, memudahkan
kelahiran, dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang dilahirkannya.
Selain terjadi perubahan fisik, wanita hamil juga mengalami perubahan
emosi diantaranya seperti perasaan takut, sedih dan senang meskipun hanya
dalam beberapa menit, cenderung sensitif, mudah cemburu, minta perhatian
lebih, perasaan ambivalen dan insomnia. Pada trimester tiga, perubahan fisik
yang meningkat seperti kondisi perut yang semakin besar mengakibatkan wanita
hamil susah bergerak, cepat lelah dan cemas sehingga menyebabkan suasana
emosi susah untuk diatur dan menjadi lebih sensitif. Membesarnya uterus
memengaruhi jumlah kebutuhan waktu dari tidur, hal ini di karenakan wanita
hamil tidak bisa mendapatkan posisi yang menurutnya nyaman. Dan penyebab
lain terjadinya insomnia pada wanita hamil yaitu karena adanya perubahan psikis
akibat perubahan hormone yang dialaminya.
Komplikasi dalam kehamilan dapat terjadi pada tahap kehamilan
trimester manapun, mulai dari fertilisasi hingga persalinan. Diagnosis dini faktor
risiko terhadap komplikasi akan mengarah pada pengobatan dan mencegah
timbulnya bahaya terhadap ibu maupun janin.
Penggunaan obat pada wanita hamil penting untuk diperhatikan terutama
dari segi keamanan bagi bayi dalam kandungan maupun kesehatan ibu, karena
pada masa kehamilan, terjadi perubahan fisiologis pada tubuh ibu serta adanya
perkembanganembrio yang mengalami organogenesis yang sangat rentan
terhadap timbulnya cacat karena pengaruh obat-obat yang dikonsumsi oleh ibu
hamil.
Berdasarkan masalah diatas maka dibuatlah makalah ini yang mencakup
tentang ibu hamil, dari fisiologi maternal selama kehamilan, dampaknya terhadap
farmakokinetika dan farmakodinamika, kebutuhan nutrisi, keluhan selama
kehamilan dan terapinya, hal yang diperhatikan pada pengobatan selama
kehamilan, efek teratogenik dan beberapa obat yang menyebabkan efek teratogen
hingga kajian tatalaksana pengobatan hipertensi, dan pre-eklamsia pada ibu
hamil.

1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
a. Bagaimana fisiologi maternal selama kehamilan?
b. Bagaimana dampak kehamilan terhadap farmakokinetika dan
farmakodinamika?
c. Apa saja kebutuhan nutrisi ibu hamil?
d. Apa saja keluhan selama kehamilan dan bagaimana terapinya?
e. Apa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan selama kehamilan?
f. Bagaimana efek teratogenik dan apa saja obat yang dapat menyebabkan efek
teratogen?
g. Bagaimana kajian tata laksana pengobatan hipertensi dan pre-eklamsia pada
ibu hamil?

1.3.Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan yang dapat ditarik
antara lain yaitu :
a. Untuk mengetahui fisiologi maternal selama kehamilan.
b. Untuk mengetahui dampak kehamilan terhadap farmakokinetika dan
farmakodinamika.
c. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi ibu hamil.
d. Untuk mengetahui keluhan selama kehamilan dan bagaimana terapinya.
e. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan selama
kehamilan.
f. Untuk mengetahui efek teratogenik dan apa saja obat yang dapat
menyebabkan efek teratogen.
g. Untuk mengetahui kajian tata laksana pengobatan hipertensi dan pre-eklamsia
pada ibu hamil.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Fisiologi Maternal Selama Kehamilan.


 Fisiologi pada Organ Kehamilan
a. Uterus
Uterus merupakan organ otot lunak yang sangat unik yang
mengalami perubahan cukup besar selama kehamilan. Selama
kehamilan, serat otot uterus menjadi meregang karena pengaruh dari
kinerja hormon dan tumbuh kembang janin pula. Ukuran uterus
sebelum hamil yaitu berkisar 75 cm x 25 cm dan berkembang pesat
menjadi 30 cm x 22.5 cm 20 cm selama kehamilan seiring
pertumbuhan janin. Untuk berat uterus sendiri meningkat 20 kali dari
semula, dari 60 g menjadi 1000 g. Berat uterus naik secara luar biasa,
dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40 pekan).
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah
alpukat, pada kehamilan 4 bulan berbentuk bulat, dan akhir kehamilan
seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil kira-kira sebesar telur
ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur bebek, dan kehamilan 3
bulan sebesar telur angsa. Pada minggu pertama, isthmus rahim
mengadakan hipertrofi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba
terasa lebih lunak, disebut tanda Hegar.
Pada kehamilan 5 bulan, Rahim teraba seperti berisi cairan
ketuban, dinding Rahim terasa tipis, karena itu bagian-bagian janin
dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim. Pertumbuhan
uterus yang terutama terjadi pada trimester kedua adalah proses
hipertropi atau pembesaran ukuran uterus, hal ini terjadi karena adanya
berbagai rangsangan pada uterus untuk melakukan pembesaran ukuran.
Pertumbuhan janin membuat uterus meregang sehingga menstimulasi
sintesis protein pada bagian miometrium uterus.
Pada akhir trimester pertama yaitu saat umur kehamilan berkisar
antara 3-4 bulan, lapisan dinding uterus menebal dari 10 mm menjadi
25 mm. Namun saat trimester selanjutnya, lapisan dinding uterus
menipis antara 5 sampai 10 mm. Sebelum terjadinya kehamilan, uterus
merupakan salah satu organ yang berada di rongga pelvis, namun saat
akhir trimester I kehamilan uterus menjadi organ yang berada di
rongga abdomen.
Letak uterus tidak terlalu anteversi maupun antefleksi. Posisinya
di rongga abdomen cenderumg menempati rongga kanan atas, hal ini
dikarenakan kolon menempati bagian kiri dari rongga pelviks sehingga
posisi uterus saat pertumbuhannya menjadi cenderung ke sebelah
kanan. Tinggi fundus uteri dapat dipalpasi melalui abdomen bila posisi
uterus telah berada di atas simfisis pubis. Selama kehamilan, lapisan
endometrium uterus menjadi lebih tebal dan lebih banyak pembuluh
darah terutama di bagian fundus uteri tempat implantasi normal
plasenta yang biasa disebut desidua.
Desidua kaya akan cadangan glikogen untuk memenuhi
kebutuhan blastosit sebelum terbentuknya plasenta, oleh sebab itulah
lapisan desidua lebih tebal yang dialami endometrium menjadi 6-8 mm
lebih tebal ini disebabkan karena pertumbuhan janin dan produksi
progesteron luteum. Miometrium merupakan bagian uterus yang
sangat memegang peranan penting yang terdiri dari banyak jaringan
otot. Selama kehamilan, serat otot miometrium menjadi lebih berbeda
dan struktumya lebih terorganisir dalam rangka persiapan kinerjanya
saat persalinan.
Sering berangsur-angsumya perubahan uterus selama
kehamilan, serviks pun ikut mengalami perubahan. Struktur dari
serviks berubah dari yang tadinya kaku menjadi sangat elastis atau
lunak yang mana dapat meregang hingga diameter 10 cm atau lebih
selama persalinan dan kemudian kembali lagi ke keadaan semula.
Selama kehamilan, pada serviks terjadi peningkatan massa, kadar
cairan dan pembuluh darah. Serviks uterymengalami
hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat
prostogen sehingga menimbulkan tanda hegar (Hegars sign), warna
menjadi livid kebiriuan. Sekresi lendir serviks meningkat pada
kehamilan memberikan gejala keputihan.
b. Indung Telur (Ovarium)
Selama kehamilan, ovulasi berhenti karena adanya peningkatan
estrogen dan progesteron yang menyebabkan penekanan sekresi FSH
dan LH dari hipofisis anterior. Masih terdapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya uri mengambil alih pengeluaran estrogen dan
progesteron.
c. Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormon estrogen. Jika korpus. uteri mengandung lebih banyak jaringan
otot, maka serviks mengandung lebih banyak jaringan ikat, hanya 10%
jaringan otot. Di bawah pengaruh homon progesteron, sel epitel
kelenjar yang terdapat di sepanjang kanalis servisis uteri menghasilkan
sekret sehingga membentuk suatu penyumbatan serviks yang disebut
operculum atau mucous plug sehingga melindungi kavum uteri dari
infeksi. Perubahan pada mulut rahim meliputi bertambahnya pembuluh
darah pada keseluruhan alat reproduksi yang menyebabkan terjadi
perlunakan sehingga dapat dibagi sebagai dugaan terjadi kehamilan.
Perlunakan pada mulut rahim disebut tanda Goodell. Perlunakan
bagian istimus rahim disebut tanda Hegar.
d. Vagina
Estrogen menyebabkan perubahan di dalam lapisan otot dan
epitel vagina, lapisan otot-otot sekitar vagina juga hipertrofi, sehingga
beberapa ligamentum sekitar vagina menjadi lebih elastis. Di bawah
pengaruh estrogen, epitel kelenjar sepanjang vagina aktif
mengeluarkan sekret sehingga memberi gambaran seperti keputihan
(leucomhoea). Sel lapisan epitelium juga mengalami peningkatan
glikosen. Sel itu berinteraksi dengan baksil Doderleins
(Lactobacillussp).
Suatu bakteri yang hidup nomal bersama organisme lain pada
vagina, dan menghasilkan suatu lingkungan yang lebih asam sebagai
proteksi ekstra terhadap organisme seperti Candida albicans. Selain itu
vagina juga lebih vaskuler. Sehingga muncul wama merah kebiruan
(livid) terutama pada bulbus vestibule yang menimbulkan tanda
chadwicks). Warna porsio pun tampak livid (Jacquimiers signs).
Peningkatan aliran darah berarti denyut arteri uterus dapat dirasakan
melalui fomiks lateralis.
e. Mammae
Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi hormon
somatomammotropin, estrogen, dan prostrogen, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem
saluran (duktus dan duktulus) sedangkan progesteron menambah sel-
sel, sehingga terjadi perubahan kasein, laktabumin, dan laktoglobulin.
Papilla mamae (putting susu) akan membesar, lebih tegak dan tampak
lebih hitam, seperti seluruh areola mamae karena hiperpigmentasi di
bawah stimulasi MSH.
 Fisiologi pada Organ dan Sistem Lainnya.
a. Fisiologi Sistem Kardiovaskular.
Sistem kardiovaskular beradaptasi selama masa kehamilan
terhadap beberapa perubahan yang terjadi. Meskipun perubahan sisten
kardiovaskular terlihat pada awal trimester pertama kehamilan,
perubahan pada sistem kardiovaskular terus berlanjut ke trimester
kedua dan ketiga.
Menurut hasil penelitian, sistem imun dan sistem hormonal
bekerjasama segera untuk mulai adaptasi hemodinamik. Perubahan
hemodinamik yang paling penting pada sirkulasi selama kehamilan
adalah peningkatan volume darah dan kardiak output serta penurunan
tahanan pembuluh perifer. Perubahan yang lain terjadi pada letak dan
ukuran jantung, detak jantung, stroke volume dan distribusi darah.
Volume jantung meningkat dari 70 ml menjadi 80 ml antara trimester I
dan trimester III. Perubahan anatomi dan fisiologi normal jantung
dapat pula mengakibatkan perubahan suara jantung. Desiran sistol dan
diastol dapat ditemukan pada usia kehamilan 12-20 minggu.
Pada wanita yang tidak hamil, suara desiran diastol merupakan
suatu kelainan, namun pada wanita hamil hal tersebut tidak terlalu
signifikasi karena peningkatan aliran darah pada katup trikuspidal.
Tekanan vena dalam batas-batas normal pada ekstremitas atas dan
bawah, cenderung naik setelah akhir trimester pertama, Nadi biasanya
naik, nilai rata- ratanya' 84 per menit. Pada akhir kehamilan, sebagian
besar wanita mengalami pembengkakan (edema) di tungkai bawah
akibat kombinasi efek progesteron yang melemaskan tonus vaskular
perifer, terhambatnya aliran balik vena oleh uterus (vena cava
syndrome), dan gaya gravitasi.
b. Fisiologi Sistem Respirasi
Kehamilan memengaruhi penubahan sistem pemapasan pada
volume paru- paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi
sistem pemapasan selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi
peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan
janin. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh homonal dan
biokimia. Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada
berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan diameter
melintang dada menjadi 2cm. Perubahan ini menyebabkan perubahan
sistem pemapasan perut menjadi pemapasan dada oleh karena itu
diperlukan perubahan letak diafragma selama kehamilan. Kapasitas
inspirasi meningkat progesif selama kehamilan selain itu tidal volume
meningkat sampai 40%.
Peningkatan volume tidal ini menyebabkan peningkatan ventilasi
pemapasan per menit yaitu jumlah udara yang masuk dalam satu
menit. Karena pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh
karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk napas dalam daripada napas
cepat. Pada akhir kehamilan, ventilasi permapasan per menit
meningkat 40%. Perubahan ini mengakibatkan risiko hiperventilasi
pada ibu. Walaupun hiperventilasi secara normal menyebabkan
alkalosis, hal ini tidak diakibatkan adanya peningkatan kompensasi
eksresi bikarbonat di ginjal.
Namun hiperventilasi ini disebabkan oleh efek progesterone
secara langsung di pusat pemapasan. Ibu hamil mungkin merasa cemas
akan terjadinya dyspnoe dan merasa pusing saat napas pendek yang
biasanya terjadi ketika duduk di bawah. Adaptasi respirasi selama
kehamilan dirancang untuk mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin
serta memfasilitasi perpindahan produk sisa CO2 dari janin ke ibu.
Konsumsi oksigen dan ventilasi semenit meningkat secara progresif
selama masa kehamilan. Volume tidal dalam angka yang lebih kecil
laju pemafasan meningkat. Pada ater, konsumsi oksigen akan
meningkat sekitar 20-50% dan ventilasi semenit meningkat hingga
50%. PaCO2 menurun sekitar 28-32 mmHg.
Alkalosis respiratorik dihindari melalui mekanisme kompensasi,
yaitu penurunan konsentrasi plasma bikarbonat. Hiperventilasi juga
dapat meningkatkan PaO2 secara perlahan. Peningkatan dari 2,3-
difosfogliserat mengurangi efek hiperventilasi dalam afinitas
hemoglobin dengan oksigen. Tekanan parsial oksigen saat hemoglobin
mencapai setengah saturasi ketika berikatan dengan oksigen meningkat
dari 27 ke 30 mmHg. Hubungan antara masa akhir kehamilan dengan
peningkatan curah jantung memicu perfusi jaringan. Posisi dari
diafragma terdorong ke atas akibat dari pembesaran uterus dan
umumnya diikuti pembesaran dari diameter anteroposterior dan
transversal dari cavum thorax.
Mulai bulan kelima kehamilan, expiratory reserve volume,
residual volume, dan fuctional residual capacity menurun. Saat
mendekati akhir masa kehamilan, akan menurun sebanyak 20%
dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Secara umum, ditemukan
peningkatan dari inspiratory reserve volume sehingga kapasitas paru
total tidak mengalami perubahan. Pada sebagian ibu hamil, penurunan
fuctional residual capacity tidak menyebabkan masalah. Namun, bagi
mereka yang mengalami perubahan pada closing volume lebih awal
sebagai akibat dari merokok, obesitas, atau skoliosis dapat mengalami
hambatan jalan nafas awal dengan kehamilan lanjut yang
menyebabkan hipoksemia. Maneuver tredelenburg dan posisi supin
juga dapat mengurangi hubungan abnormal antara closing volume dan
fuctional capacity kembali normal setelah proses persalinan.
c. Fisiologi Sistem Pencernaan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek
(nausea). Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat.
Tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh
traktusdigestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan apa yang telah dicenakan lebih lama berada dalam usus-
usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi akan tetapi menimbulkan
pola obstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama
wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan - bulan pertama
kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari,
dikenal sebagai morning sickness. Emesis, bila terlampau sering dan
terlalu banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum, keadaan
ini patologik. Salivasi ini adalah pengeluaran air liur berlebihan
daripada biasa. Bila terlampau banyak, inipun menjadi patologik.
Gusi menjadi lebih hiperemis, edema dan spongy karena efek
estrogen pada aliran darah dan konsistensi jaringan lunak. Gusi
menjadi mudah berdarah dan lebih peka terhadap makanan yang kasar
dan tindakan menggosok gigi yang kuat. Kadang timbul ny fi pada ulu
hati (heartburn), suatu rasa/sensasi panas atau terbakar di midstemum,
sering terjadi pada 30-70% wanita hamil. Efek progesteron pada tonus
sfingter esophagus bawah menyebabkan kompetensi sfingter terganggu
sehingga meningkatkan kemungkinan regurgitasi asam lambung ke
esofagus. Sckresi HCI lambung cenderung menurun, schingga kadang
terjadi remisi/perbaikan gejala ulkus peptikum selama kehamilan.
Sekresi pepsin juga menurun, begitupun tonus dan motilitaslambung
juga menurun pada kehamilan.
d. Fisiologi Sistem Hematologi
Wanita hamil mengalami anemia ringan. Produksi hemoglobin
dan masa total eritrosit pada ibu meningkat selama kehamilan akibat
meningkatnya produksi eritropoetin. Volume vaskuler maternal
meningkat sangat banyak. Hal ini menyebabkan anemia delusional
ringan yang melindungi ibu dari kehilangan hemoglobin yang
berlebihan saat persalinan. Wanita hamil juga dapat mengalami
leukositosis (peningkatan jumlah lekosit) ringan yang dapat menjadi
jelas selama persalinan dan paska persalinan.
Wanita hamil juga dapat mengalami hiperkoagulabilitas
peningkatan koagulabilitas terjadi karena adanya peningkatan sintesis
prokoagulan di hepar, Sampai 8% wanita akan mengalami
trombositopenia ringan (< 150.000 platelet/ml) (Koes Irianto, 2014).
Volume darah matemal mulai meningkat pada awal masa kehamilan
sebagai akibat dari perubahan osmoregulasi dan sistem renin-
angiotensin yang menyebabkan terjadinya retensi sodium dan
peningkatan dari total body water menjadi 8,5 liter.
Pada masanya, volume darah meningkat sampai 45% dengan
peningkatan volume sel darah merah hanya sampai 30%. Perbedaan
peningkatan ini dapat menyebabkan terjadinya anemia fisiologis dalam
kehamilan dengan hemoglobin rata-rata 11,6 g/dl dan hematokrit
35,5%. Bagaimanapun transportasi oksigen tidak terganggu olch
anemia relatif karena tubuh sang ibu memberikan kompensasi dengan
cara meningkatkan curah jantung, peningkatan Pa02, dan pergeseran
ke kanan dari kurva disosiasi oxyhemoglobin.
e. Fisiologi Sistem Ekskresi
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing.
Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus
gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala
janin mulai turun kebawah pintu atas panggul keluhan sering kencing
akan timbul lagi karena kandung kencing múlai tertekan kembali.
Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena penganuh
progesterone. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar daripada
ureterkiri karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan
dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering
memutar ke arah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering
memakai tangan kanannya atau disebabkan oleh letak kolon dan
sigmoid yang berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan pada
ureter kanan tersebut lebih sering dijumpai hidroureter dekstra dan
pielitis dekstra.
Disamping sering kencing tersebut di atas terdapat pula poliuri.
Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal
pada kehamilan sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat sampai
69%, Reabsorbsi di tubulus tidak berubah sehingga lebih banyak dapat
dikeluarkan urea, asam folik dalam kehamilan. Selama kehamilan,
ginjal meningkatkan ekskresi produk sisa sebagai respons terhadap
peningkatan metabolisme ibu dan janin, sementara retensi cairan dan
elekrolit berubah sebagai respons terhadap perubahan kardiovaskuler.
Peningkatan volume darah sirkulasi dan hemodilusi pada
kehamilan dicapai melalui peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus
ginjal. Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem eksresi selama
kehamilan adalah sebagai berikut :
1) Ginjal
Ginjal ibu hamil harus bekerja sebagai organ ekskresi primer
bagi janin, disamping berhubungan dengan pentingkatan volume
dan metabolisme intravaskular dan ekstraseluler. Perubahan ginjal
secara fisiologis selama kehamilan berhubungan dengan efek
progesteron dalam merelaksasikan otot serta tekanan dari perubahan
uterus dan perubahan sistem kardiovaskuler. Peningkatan panjang
ginjal mencapai 1,5 cm, hal ini disebabkan oleh peningkatan aliran
darah, volume pembuluh darah serta peningkatan cairan ruang
interstitial. Ukuran glomerulus bertambah namun jumlah selnya
tidak berubah. Secara keseluruhan, struktur mikroskopik ginjal
wanita hamil dan tidak hamil sama aja.
2) Ureter
Bagian-bagian ginjal seperti kaliks renal, pelvis renal dan
ureter mengalami dilatasi perpanjangan, peningkatan tonus otot dan
penurunan gerak peristaltik perubahan tersebut mengiringi
terjadinya hemodinamik, filtrasi glomerulus dan kinerja tubular.
Dilatasi kaliks renal, pelvis renal dan ureter dimulai pada trimester
pertama dan menetap sampai trimester ketiga pada lebih dari 90%
wanita, Pada 85% wanita, ureter yang berdilatasi kea rah kanan
lebih banyak daripada kearah kiri, mungkin disebabkan oleh
dekstrorotasi uterus karena adanya kolon sigmoid di kuadran kiri
rongga pelviks.
3) Vesika urinaria.
Kapasitas vesika urinaria meningkat pada kehamilan
mencapai 1000 ml. Estrogen memengaruhi hipertropi lapisan vesika
urinaria. Mukosa vesika urinaria menjadi hiperemis karena
peningkatan ukurannya. Mukosa juga menjadi edema, makanya
rentan terkena trauma atau serangan infeksi.
4) Fisiologis perkemihan kehamilan.
Adanya peningkatan 60% aliran darah sampai akhir
trimester pertama yang kemudian secara bertahap turun sampai
akhir kehamilan. GFR meningkat 50% selama kehamilan yang
dimulai segera setelah konsepsi dan berakhir minggu ke-9 sampai
16 kadar glukosa urine dapat meningkat selama kehamilan. Tubulus
mengalami penurunan kemampuan dalam mengabsorpsi glukosa.
Glukosa umumnya terjadi pada kehamilan. Proteinuria juga umum
terjadi selama kehamilan karena ada ekskresi berlebihan asam
amino, namun proteinuria dengan hipertensi merupakan masalah
serius.
f. Fisiologi Sistem Persarafan
Fungsi sistem saraf pusat dan otak kompleks dan mencakup
semua aktivitas mulai dari refleks dasar sampai perubahan kemampuan
kognitif dan emosional. Kinerjanya sangat berpengaruh dan
dipengaruhi hormon. Perubahan yang terjadi menyangkut
ketidaknyamanan tulang dan otot, gangguan tidur, perubahan sensasi,
pengalaman terhadap nyeri.
g. Fisiologi Sistem Integumen (Kulit)
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat
tertentu Pigmentasi ini discbabkan olch pengaruh Melanophore
Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah
satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus lobus anterior hipofisis.
Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung
dikenal sebagai cloasma gravidarum. Di daerah leher sering terdapat
hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. Linea alba pada
kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarang
dijumpai kulit seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak
hiperemik dan kebiru-biruan disebut striae livide. Setelah partus striae
livide ini berubah wamanya menjadi putih disebut strige albicantes.
Pada seorang multigravida sering tampak striae livide bufsama striae
albikantes.
h. Fisiologi Sistem Endokrin
Perubahan fisiologi pada kehamilan dikendalikan oleh perubahan
sekresi hormon sebagai berikut:
1) Progesteron
Korpus luteum pada ovarium menyediakan progesteron
sampai usia kehamilan 10 minggu. Setelah itu produksi progesteron
plasenta mendominasi sistem ibu. Progesteron aktif di dalam uterus,
di mana progesteron memelihara bagian desidua uterus dan
merelaksasi otot polos miometrium. Progesteron juga memiliki efek
perifer pada otot polos vaskuler dan organ lain harus beradaptasi
terhadap kebutuhan saat kehamilan.
2) Estrogen
Estrogen utama dalam kehamilan adalah estriol, Pada awal
kehamilan, kadar estron dan estradiol meningkat, tetapi kadar
estriol behum meningkat sampai minggu ke-9. Estrogen memiliki
efek merangsang pertumbuhan, dan secara mencolok mendorong
pertumbuhan endometrium. Estrogen juga merangsang retensi
cairan dan meningkatkan kemampuan jaringan ikat menahan air
dengan memengaruhi komposisi jaringan tersebut.
3) Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
hCG mula-mula diproduksi oleh sel lapisan luar blastokista
yang kemudian sel ini berdiferensiasi menjadi trofoblas, dan
kemudian menjadi plasenta. Sinsitiotrofoblas yang berkembang dari
trofoblas terus menghasilkan hCG. Biasanya hCG di dalam sirkulasi
darah ibu pada usia kehamilan 8-10 minggu paska fertilisasi.
Pembentukan hCG maksimal pada 60-90 hari, kemudian turun
kadar rendah yang menetap selama kehamilan. hCG memiliki sifat
dapat merangsang hormon tiroksin dari kelenjar tiroid,
memengaruhi nafsu makan dan pengendapan lemak, dan juga
memengaruhi rasa haus dan pengeluaran dan menghambat
kontraktilitas otot polos termasuk otot polos miometrium.
4) Human Placental Lactogen (hPL)
hPL merupakan hormon protein yang diproduksi secara
eksklusif oleh plasenta. Seiring dengan penurunan kada hCG,
terjadi peningkatan sekresi hPL. hPL bersifat antagonistik terhadap
insulin dan menyebabkan peningkatan glukosa darah
(hiperglikemik). Efek diabetogenik hPL menyebabkan perubahan
metabolisme glukosa dan lemak menguntungkan bagi janin.
5) Relaksin
Hormon ini mungkin disintesis di ovarium dan disimpan
dalam plasenta. Kadar relaksin paling tinggi pada trimester 1
kehamilan. Relaksin memiliki peran dalam pelunakan ligamentum
elastik tulang- tulang pelvis dan telah digunakan secara klinis pada
pematangan serviks selama induksi kchamilan. Peran pasti relaksin
pada kehamilan belum jelas, tetapi zat ini nampaknya dapat
aktivitas uterus pada awal kehamilan.
6) Hormon adrenal dan hipofisis.
Ukuran dan aktivitas kelenjar adrenal meningkat selama
kehamilan. Estrogen merangsang pembentukan kortisol oleh
adrenal dengan menghambat metabolisme kortisol. Peningkatan
kadar kortisol dalam darah dapat menimbulkan efek positif pada
penyakit tertentu seperti artritis reumatoid dan ekzema. Produksi
prolaktin hipofisis juga meningkat secara cepat sebagai akibat
rangsangan estrogen pada wanita hamil.
7) Hormon tiroksin
Estrogen, hCG dan perubahan fungsi hepar dan ginjal
menyebabkan * kadar TI dan T4 globulin pengikat tiroksin (tiroksin
binding globulin) berubah. Keadaan hamil menjadi mirip dengan
kondisi hipertiroidsme pada beberapa aspek misalnya terjadi
peningkatan suhu tubuh, peningkatan nafsu makan, dan peningkatan
rasa lelah.

2.2.Dampak Kehamilan terhadap Farmakokinetika dan Farmakodinamika.


a. Farmakokinetika
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang
mempengaruhi farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi
peningkatan cairan tubuhmisalnya penambahan volume darah sampai 50%
dan curah jantung sampai dengan 30%. Pada akhir semester pertama aliran
darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir kehamilan aliran darah ke rahim
mencapai puncaknya hingga600-700 ml/menit. Peningkatan cairan tubuh
tersebut terdistribusi 60 % diplasenta, janin dan cairan amniotik, 40% di
jaringan si ibu.
Perubahan volume cairan tubuh tersebut diatas menyebabkan
penurunankadar puncak obat-obat di serum, terutama obat-obat yang
terdistribusi di airseperti aminoglikosida dan obat dengan volume distribusi
yang rendah.Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan pengenceran
albumin serum(hipoalbuminemia) yang menyebabkan penurunan ikatan
obat-albumin.Steroid dan hormon yang dilepas plasenta serta obat-obat lain
yang ikatanprotein plasmanya tinggi akan menjadi lebih banyak dalam
bentuk tidakterikat. Tetapi hal ini tidak bermakna secara klinik karena
bertambahnyakadar obat dalam bentuk bebas juga akan menyebabkan
bertambahnyakecepatan metabolisme obat tersebut.
Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak
menimbulkanefek yang bermakna pada absorpsi obat. Aliran darah ke hepar
relatif tidakberubah. Walau demikian kenaikan kadar estrogen dan
progesteron akandapat secara kompetitif menginduksi metabolisme obat
lain, misalnyafenitoin atau menginhibisi metabolisme obat lain misalnya
teofilin.Peningkatan aliran darah ke ginjal dapat mempengaruhi bersihan
(clearance)ginjal obat yang eliminasi nya terutama lewat ginjal, contohnya
penicilin.
Perpindahan obat lewat plasenta umumnya berlangsung secara difusi
sederhana sehingga konsentrasi obat di darah ibu serta aliran darah plasenta
akan sangat menentukan perpindahan obat lewat plasenta. Seperti juga pada
membran biologis lain perpindahan obat lewat plasenta dipengaruhi oleh hal-
hal dibawah ini :
 Kelarutan dalam lemak
Obat yang larut dalam lemak akan berdifusi dengan mudah
melewati plasenta masuk ke sirkulasi janin. Contohnya , thiopental, obat
yang umum digunakan pada dapat menyebabkan apnea (henti nafas)
pada bayi yang baru dilahirkan.
 Derajat ionisasi
Obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta.
Sebaliknya obat yang terionisasi akan sulit melewati membran
Contohnya suksinil kholin dan tubokurarin yang juga digunakan pada
seksio sesarea, adalah obat-obat yang derajat ionisasinya tinggi, akan
sulit melewati plasenta sehingga kadarnya di di janin rendah. Contoh
lain yang memperlihatkan pengaruh kelarutan dalam lemak dan derajat
ionisasi adalah salisilat, zat ini hampir semua terion pada pH tubuh akan
melewati akan tetapi dapat cepat melewati plasenta. Hal ini disebabkan
oleh tingginya kelarutan dalam lemak dari sebagian kecil salisilat yang
tidak terion. Permeabilitas membran plasenta terhadap senyawa polar
tersebut tidak absolut. Bila perbedaan konsentrasi ibu-janin tinggi,
senyawa polar tetap akan melewati plasenta dalam jumlah besar.
 Ukuran molekul
Obat dengan berat molekul sampai dengan 500 Dalton akan
mudah melewati pori membran bergantung pada kelarutan dalam lemak
dan derajat ionisasi. Obat-obat dengan berat molekul 500-1000 Dalton
akan lebih sulit melewati plasenta dan obat-obat dengan berat molekul
>1000 Dalton akan sangat sulit menembus plasenta. Sebagai contoh
adalah heparin, mempunyai berat molekul yang sangat besar ditambah
lagi adalah molekul polar, tidak dapt menembus plasenta sehingga
merupakan obat antikoagulan pilihan yang aman pada kehamilan.
 Ikatan protein.
Hanya obat yang tidak terikat dengan protein (obat bebas) yang
dapat melewati membran. Derajat keterikatan obat dengan protein,
terutama albumin, akan mempengaruhi kecepatan melewati plasenta.
Akan tetapi bila obat sangat larut dalam lemak maka ikatan protein tidak
terlalu mempengaruhi, misalnya beberapa anastesi gas. Obat-obat yang
kelarutannya dalam lemak tinggi kecepatan melewati plasenta lebih
tergantung pada aliran darah plasenta. Bila obat sangat tidak larut di
lemak dan terionisasi maka perpindahaan nya lewat plasenta lambat dan
dihambat oleh besarnya ikatan dengan protein. Perbedaan ikatan protein
di ibu dan di janin juga penting, misalnya sulfonamid, barbiturat dan
fenitoin, ikatan protein lebih tinggi di ibu dari ikatan protein di janin.
Sebagai contoh adalah kokain yang merupakan basa lemah, kelarutan
dalam lemak tinggi, berat molekul rendah (305 Dalton) dan ikatan
protein plasma rendah (8-10%) sehingga kokain cepat terdistribusi dari
darah ibu ke janin.
Metabolisme obat di plasenta dan di janin.
Dua mekanisme yang ikut melindungi janin dari obat disirkulasi ibu
adalah.
 Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermiabel juga
sebagai tempat metabolisme beberapa obat yang melewatinya. Semua
jalur utama metabolisme obat ada di plasenta dan juga terdapat
beberapa reaksi oksidasi aromatik yang berbeda misalnya oksidasi
etanol dan fenobarbital. Sebaliknya , kapasitas metabolisme plasenta
ini akan menyebabkan terbentuknya atau meningkatkan jumlah
metabolit yang toksik, misalnya etanol dan benzopiren. Dari hasil
penelitian prednisolon, deksametason, azidotimidin yang struktur
molekulnya analog dengan zat-zat endogen di tubuh mengalami
metabolisme yang bermakna di plasenta.
 Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin
lewat vena umbilikal. Sekitar 40-60% darah yang masuk tersebut
akan masuk hati janin, sisanya akan langsung masuk ke sirkulasi
umum janin. Obat yang masuk ke hati janin, mungkin sebagian
akandimetabolisme sebelum masuk ke sirkulasi umum janin,
walaupun dapat dikatakan metabolisme obat di janin tidak
berpengaruh banyak pada metabolisme obat maternal.
b. Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat ibu hamil.
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada
kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase
kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena
kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah jantung,
aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita
hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil.
Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan
karena peningkatan beban jantung pada kehamilan. Atau insulin yang
dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi
oleh kehamilan.
Mekanisme kerja obat pada janin.
Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang
dengan pesat, yang berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil
yang ditujukan untuk pengobatan janin walaupun mekanismenya masih
belum diketahui jelas. Contohnya kortikosteroid diberikan untuk
merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur.
Contoh lain adalah fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk
metabolisme bilirubin sehingga insidens jaundice ( bayi kuning) akan
berkurang. Selain itu fenobarbital juga dapat menurunkan risiko perdarahan
intrakranial bayi kurang umur. Anti aritmia juga diberikan pada ibu hamil
untuk mengobati janinnya yang menderita aritmia jantung.
Kerja obat teratogenik.
Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat mempengaruhi
struktur janin pada saat terpapar. Thalidomid adalah contoh obat yang besar
pengaruhnya pada perkembangan anggota badan (tangan, kaki) segera
sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan ini akan berefek pada saat waktu
kritis pertumbuhan anggota badan yaitu selama minggu ke empat sampai
minggu ke tujuh kehamilan. Mekanisme berbagai obat yang menghasilkan
efek teratogenik belum diketahui dan mungkin disebabkan oleh multi faktor.
 Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak
langsung mempengaruhi jaringan janin.
 Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat
plasenta sehingga mempengaruhi jaringan janin.
 Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan
janin, misalnya vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan
pada jaringan normal. Dervat vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah
teratogenik yang potensial.
 Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada
abnormalitas. Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat
menurunkan insiden kerusakan pada selubung saraf, yang menyebabkan
timbulnya spina bifida. Paparan berulang zat teratogenik dapat
menimbulkan efek kumulatif. Misalnya konsumsi alkohol yang tinggi
dan kronik pada kehamilan, terutama pada kehamilan trimester pertama
dan kedua akan menimbulkan fetal alcohol syndrome yang berpengaruh
pada sistem saraf pusat, pertumbuhan dan perkembangan muka.

2.3.Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil.


a. Kebutuhan Nutrisi Makro
Zat Gizi Makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan
memberi energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan
satuan gram (g). Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein
(Pane, et al 2020). Zat gizi makro yang dibutuhkan oleh ibu hamil antara
lain:
1) Energi
Kebutuhan energi selama masa kehamilan bervariasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa hal yang memengaruhi antara
lain Basal Metabolisme Rate (BMR), berat badan sebelum hamil, masa
kehamilan dan aktivitas fisik. Selama masa kehamilan rata-rata ibu hamil
membutuhkan total energi tambahan sebesar 85.000 kalori, untuk 40
minggu masa kehamilan. Dengan demikian, kebutuhan pertambahan
energi untuk ibu hamil adalah sebesar 300 kalori per hari.
Asupan energi ibu, dibutuhkan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan energi ibu tetapi juga dibutuhkan untuk pertumbuhan janinnya.
Selama kehamilan, seorang ibu mengalami pertambahan berat badan,
terjadi peningkatan volume darah, terjadi peningkatan kerja jantung,
terjadi penambahan beban dengan adanya janin, serta terjadi peningkatan
metabolisme. Dengan perubahan ini, maka seorang ibu hamil
memerlukan energi yang lebih banyak dari biasanya sebelum
kehamilannya.
Energi terutama dibutuhkan pada trimester II dan II, hal ini
dikarenakan pertumbuhan janin mengalami percepatan. Kebutuhan energi
untuk janin pada minggu ke 33 sekitar 9 gram karbohidrat, dan menjelang
kelahiran kebutuhan energi mengalami peningkatan menjadi 34 gram
serta konsentrasi glukogen pada hati dan otot-otot mengalami
peningkatan menjelang akhir kehamilan. Kebutuhan energi pada janin
tersebut digunakan untuk proses metabolisme, pertumbuhan fisik, dan
kebutuhan minimal aktivitas fisik, Pemberian asupan energi yang
diberikan kepada ibu hamil pada trimester kedua secara signifikan
berkorelasi dengan berat badan bayi yang dilahirkan.
Selain itu peningkatan kebutuhan zat gizi energi selama kehamilan.
dipergunakan kebutuhan energi tersebut seiring dengan jumlah oksigen
yang digunakan oleh berbagai jaringan. Sekitar sepertiga dari kebutuhan
energi dipergunakan untuk kerja jantung. Sepertiganya untuk kebutuhan
respirasi, peningkatan jaringan payudara, otot-otot rahim, dan plasenta
serta sepertiga untuk kebutuhan janin.
2) Protein
Selama masa kehamilan kebutuhan protein digunakan untuk
pertumbuhan janin, perkembangan plasenta, produksi cairan ketuban,
peningkatan volume darah ibu, dan untuk kebutuhan jaringan lainnya.
Peningkatan kebutuhan protein tersebut digunakan untuk ibu dan
pertumbuhan janinnya. Kebutuhan protein tersebut dibutuhkan pada awal
kehamilan, yaitu trimester I dan II, digunakan untuk terjadi pembelahan
sel dan mengalami peningkatan pada trimester III.
Kebutuhan wanita hamil akan protein meningkat mencapai 68%
dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir
kehamilan diperkirakan sebanyak 925g yang tertimbun dalam jaringan
ibu, plasenta serta janin. Di Indonesia melalui widya karya nasional
pangan dan gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan protein
12g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan
protein dapat mencapai 75-100g (sekitar 12% dari jumlah total kalori)
atau sekitar 1,3kgBB/hari. Bahan pangan yang dijadikan sumber protein
sebaiknya (2/3 bagian) bahan pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti
daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Selama masa
kehamilan kebutuhan total protein dibutuhkan sebesar 925 gram protein
atau dibutuhkan perhari 3,3 gr/hari.
Secara spesifik kebutuhan protein pada minggu 0-10 0,64 gram per
hari, minggu 10-20 sebanyak 1,84 gram, minggu 20-30 sebanyak 4,76
gram, minggu 30- 40 sebanyak 6,1 gram. Dari jumlah tersebut kebutuhan
protein terbanyak adalah untuk janin 47,6%, plasenta 10,8%, rahim
17,9% dan cairan ekstraseluler 14,6%. Kebutuhan protein pada ibu hamil
mengalami peningkatan selama masa kehamilan berdasarkan usia
kehamilan. Peningkatan tersebut terutama digunakan untuk pertambahan
jaringan. Hal ini digunakan sebagai pertumbuhan dan perkembangan
janin perkembangan plasenta, meningkatkan volume darah. volume
cairan ekstraselular yang dibutuhkan untuk rahim dan juga untuk
akumulasi plaseta.
3) Lemak
Sumber energi dari lemak dibutuhkan selama masa kehamilan.
Pada trimester awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun kecuali
lipid esensial dan fosofolipid untuk pertumbuhan susunan syaraf pusat,
dan dinding sel saraf. Kejadian tersebut berlangsung sampai trimester ke
II masa kehamilan dan hanya sekitar 0.5% lemak dalam tubuh janin.
Setelah itu jumlahnya meningkat mencapai 7,8% pada trimester ke III.
Sebelum kelahiran mengalami peningkatan sebesar 16%, dan pada bulan
terakhir masa kehamilan sekitar 14g lemak per hari ditimbun.
Transpor asam lemak melalui plasenta sekitar 40% dari lemak ibu,
sisanya disintesa oleh janin. Pada minggu ke 35-40 masa kehamilan,
terjadi penimbunan lemak sebesar 500g untuk kebutuhan tubuh janin. Hal
ini disebabkan karena kebutuhan dan protein mengalami peningkatan
dengan cepat pada bulan terakhir masa kehamilan bersamaan dengan
meningkatnya berat janin. Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah
subkutan. Oleh karena itu, pada bayi aterm, 80% jaringan lemak tubuh
terdapat pada jaringan sub kutan.
b. Kebutuhan Nutrisi Mikro
Mikronutrien (zat gizi mikro) adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam jumlah sedikit, namun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim serta mengatur
fungsi sistem imun dan sistem reproduksi. Meskipun hanya dibutuhkan
tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, mikronutrien sangat dibutuhkan
oleh tubuh. Bagi ibu hamil, kekurangan zat gizi mikro dapat
meningkatkan risiko kematian ibu saat melahirkan, dan melahirkan bayi
dengan berat badan kurang (low birth weight). Di bawah ini adalah
beberapa zat gizi mikro penting untuk ibu hamil:
1) Zinc
Zat seng merupakan komponen dari enzim atau sebagai
katalisator pada kegiatan lebih dari 200 enzim. Zat seng berperan
dalam fungsi metabolisme seperti reaksi-reaksi yang berkaitan
dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lemak dan asam
nukleat. Protein hewani seperti daging, hati, kerang, tiram dan telur
merupakan sumber zat eng yang sangat baik. Pada ibu hamil
diperlukan tambahan 2 mg pada kehamilan 3 bulan pertama, 4 mg
pada 3 bulan kedua, dan 10 mg pada 3 bulan ketiga. Total
kebutuhan zinc yang dibutuhkan selama masa kehamilan untuk
fetus, jaringan plasenta, dan lain-lain diperkirakan sebesar 50 mg.
Dari jumlah tersebut diperkirakan sekitar 60% dari zinc total
dibutuhkan dalam konsepsi dan 40% untuk kebutuhan jaringan ibu.
2) Fe
Zat besi merupakan bagi mikronutrisi yang penting untuk
pembentukan hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen
dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, elektron ke dalam sel, dan
membentuk enzim zat gizi besi yang dibutuhkan untuk produksi
energi seluler, sistem kekebalan tubuh, dan fungsi otak. Zat besi
dalam makanan terdapat dalam bentuk yaitu heme dan non-heme.
Bentuk ini berpengaruh terhadap penyerapannya dalam tubuh. Besi-
heme merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin, umumnya
terdapat dalam bahan pangan hewani dan mempunyai ketersediaan
biologis (bioavailability) yang baik karena mudah diserap dua kali
lipat dibandingkan besi non-heme.
Mengkonsumsi besi heme dan non-heme zat secara bersama-
sama dapat meningkatkan penyerapan besi non heme. Asam
organik, seperti vitamin C diketahui juga dapat membantu
penyerapan besi non- heme. Hati, daging, ayam, ikan, tiram, dan
kerang merupakan sumber besi yang sangat baik dari segi jumlah
maupun ketersediaan biologis (bioavailability). Sumber besi lainnya
terdapat dalam serealia tumbuk, kacang kacangan, sayur-sayuran
dan beberapa jenis buah. Namun demikian, ketersediaan biologis
besi dalam bahan pangan nabati tidak sebaik bahan pangan hewani,
terutama pada bahan pangan nabati yang mengandung asam oksalat
tinggi seperti bayam dan asam fitat yang tinggi seperti serealia dan
kedelai.
Tanin, senyawa polifenol yang terdapat dalam teh, kopi dan
beberapa jenis sayur dan buah juga dapat menghambat absorpsi zat
besi dalam tubuh. Kalsium dosis tinggi juga dapat menghambat
absorpsi besi. Defisiensi zat besi dapat menyebabkan anemia. Kadar
haemoglobin yang rendah dan anemia defisiensi besi berfungsi
sebagai indikator status gizi ibu selama kehamilan. Ketika asupan
makanan secara keseluruhan tidak adekuat, maka risiko terjadinya
anemia akan meningkat.
Ancemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh
wanita hamil, wanita menyusui dan wanita usia subur pada
umumnya. Hal ini dikarenakan fungsi kodrati wanita yang
mengalami haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Untuk dapat
meningkatkan penyerapan zat besi dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan faktor diet yang berfungsi untuk meningkatkan
penyerapan zat besi. Adapun zat gizi yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi adalah asam askorbat dan protein hewani antara
lain seperti daging, ayam, dan ikan.
Disamping itu harus mengurangi konsumsi makanan yang
dapat menghambat penyerapan zat besi, yaitu fitat dan senyawa
fenolik. Selain itų untuk meningkatkan kandungan zat besi dari
makanan yang difortifikasi atau pe suplemen. Kebutuhan zat besi
sejak trimester I masa kehamilan sangat erian diperlukan, dan
mengalami peningkatan di trimester II dan I. Pada minggu ke 12
masa kehamilan penyerapan zat besi hanya 7% yang digunakan
untuk proses pembelahan sel, dan mengalami peningkatan pada
minggu ke 36 sebesar 66%. Tingginya presentase penyerapán zat
besi hal ini dikarenakan untuk kebutuhan ibu hamil dan janin. Jika
ketersediaan besi pada. ibu hamil tersebut rendah, maka akan
berdampak pada ibu dan janin. Dampak tersebut antara lain risiko
terjadi bayi baru lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah,
bayi lahir meninggal, serta berdampak pada gangguan mental dan
motorik pada bayinya. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu
upaya yang dilakukan adalah memberikan suplementasi zat besi
pada ibu hamil di awal kehamilannya.
Untuk mengetahui kecukupan zat besi pada ibu hamil harus
diperiksa kadar haemoglobinnya. Hasil pemeriksaan haemoglobin
dapat dikategorikan sebagai berikut: kategori normal dengan kadar
Hb 2 11gr% dan kategori anemia dengan kadar Hb <llgr%
(Manuaba, 20). Akibat kekurangan kadar besi pada saat kehamilan
bisa menyebabkan abortus, partus prematurus, kelainan kongenital
bayi, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim, menurunnya kecerdasan setelah bayi dilahirkan, dan bisa
mengakibatkan kematian perinatal.
3) Asam folat
Asam folat adalah suatu kofaktor untuk reaksi enzim dalam
sistem metabolisme pada proses sintesa DNA, ekspresi gen, dan
regulasi gen. Dampak secara khusus jika selama masa kehamilan
asupan asam folat rendah maka akan dapat terjadi hal-hal sebagai
berikut yaitu meningkatkan premature, kelainan struktural pada
janin, cacat bawaan pada bayi baru lahir, berat badan bayi lahir
rendah, janin mengalami hambatan pertumbuhan, dan bayi lahir
mati. terjadinya pecah plasenta, risiko melahirkan Selama
kehamilan kebutuhan folat mengalami masa asam peningkatan
scbesar 50% yang digunakan untuk membangun atau sebagai
cadangan dikarenakan kebutuhan yang berkembang pesat untuk
jaringan ibu dan janin.
4) Kalsium
Kalsium selama kehamilan selain penting bagi kesehatan
tulang ibu dan janin, diperlukan pula untuk mencegah hipertensi
dalam kehamilan. Wanita hamil di negara berkembang umumnya
memiliki asupan kalsium yang rendah. Sejak masa kehamilan, di
trimester I dan II kebutuhan kalsium dibutuhkan untuk
pembentukan dan pembelahan sel. Kebutuhan kalsium untuk janin
adalah sekitar 300 mg/hari. 2/3 kalsium dalam janin disimpan
selama 10 minggu terakhir pada masa kehamilan. Untuk mencukupi
kebutuhan kalsium tersebut, dianjurkan pada ibu hamil untuk
mengkonsumsi kalsium sebesar 1.200 mg per hari.
5) Vit E
Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak, selain itu
berfungsi untuk meningkatkan pelepasan prostasiklin, yang
merupakan metabolit asam arakidonat yang menghambat agregasi
platelet, kontraktilitas uterus untuk dapat meningkatkan
vasodilatasi, sehingga berpotensi meningkatkan aliran darah antara
janin dan plasenta.
6) Vit B6
Selama masa kehamilan terjadinya penurunan konsentrasi
vitamin B6 dikarenakan volume darah meningkat dan kebutuhan
vitamin B6 mengalami peningkatan yang digunakan untuk
transportasi di seluruh plasenta. Adapun kebutuhan vitamin B6
sebesar 11,9 mg/hr dan mengalami peningkatan sebesar 46%
selama masa kehamilan. Defisiensi vitamin B6 pada ibu hamil
dapat mengakibatkan terjadinya precklampsia, toleransi
karbohidrat, hiperemesis gravidarum, dan penyakit neurologis bayi.
7) Tembaga
Enzim-enzim yang mengandung tembaga, misalnya sitokrom
oksidase, berperan penting dalam banyak proses oksidatif. Oleh
karena itu tembaga juga merupakan unsur yang penting dalam
produksi sebagian besar energi yang dibutuhkan untuk
metabolisme. Kehamilan menimbulkan dampak besar pada
metabolisme tembaga yang terjadi pada ibu, disertai dengan
peningkatan yang sangat berarti terhadap kadar seruloplasminserum
dan tembaga plasma. Belum pernah dilaporkan adanya studi tentang
defisiensi tembaga selama masa kehamilan. Peran tembaga pada ibu
hamil adalah untuk pembentukan jantung, tulang, sistem saraf,
arteri, dan pembuluh darah.
8) Yodium
Kebutuhan yodium meningkat selama kehamilan dikarenakan
peningkatan kebutuhan Tiroksin untuk menjaga kenormalan
metabolisme tubuh ibu, transfer tiroksin dan yodium dari ibu ke
janin, serta peningkatan ekskresi yodium melalui ginjal. Defisiensi
yodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid (goiter).
Kekurangan yodium yang parah di awal kehamilan dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin,
dalam keadaan parah dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
pada bayi yang dilahirkan yang disebut kretinisme (cebol).
Penelitian yang dilakukan oleh James E. Haddow, 1999 terhadap
25.216 ibu hamil, membuktikan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang menderita gangguan kelenjar gondok, yang berarti
kekurangan yodium, tingkat kecerdasannya 7 point lebih rendah
daripada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak menderita
gangguan kelenjar gondok. Menurut WHO, jumlah kecukupan
yodium rata-rata yang dianjurkan per orang per hari untuk ibu hamil
adalah 200 g/hari.
9) Magnesium
Magnesium berperan dalam sistem homeostasis, sistem enzim
dan stabilitas kalsium tulang. Berdasarkan hasil penelitian (Doyle,
et al 1989) pemberian magnesium 300 mg/hari pada trimester
pertama, berdampak terhadap berat lahir bayi, panjang badan bayi,
dan lingkar kepala. Menurut (Duley L, et al 2010) pemberian
magnesium pada ibu hamil bisa menurunkan terjadinya anemia,
mencegah terjadinya kelahiran bayi rendah.
10) Selenium
Selenium sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan
janin dan antioksidan. Jika kekurangan selenium pada saat hamil
akan berakibat terjadinya peningkatan stres oksidatif. Stres oksidatif
adalah jumlah radikal bebas yang diproduksi oleh tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralkannya. Kekurangan selenium dapat
menyebabkan komplikasi kehamilan, keguguran dan kekurangan
saraf dan sistem kekebalan janin. Jika konsentrasi selenium rendah,
maka bayi diprediksi akan lahir dengan berat badan rendah.

2.4.Keluhan Selama Kehamilan dan Terapinya.


a. Toksoplasmosis
Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang disebabkan
oleh Toxoplasma gondii. Pola transmisinya ialah transplasenta pada wanita
hamil. Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama akan
menyebabkan 20 % janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin,
sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ke tiga 65 % janin akan
terinfeksi. Infeksi ini dapat berlangsung selama kahamilan. Pencegahan
dapat dilakukan antara lain dengan cara : memasak daging sampai matang ,
menggunakan sarung tangan baik saat memberi makan maupun
membersihkan kotoran hewan ternak, dan menjaga agar tempat bermain
anak tidak tercemar kotoran hewan ternak.
b. Sifilis
Penyakit ini disebabkan infeksi Treponema pallidum. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui plasenta sepanjang masa kehamilan. Biasanya
respon janin yang hebat akan terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan
dengan manifestasi klinik hepatosplenomegali, ikterus, petekie,
meningoensefalitis, khorioretinitis, dan lesi tulang. Infeksi penyakit ini juga
dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau bahkan
kematian janin. Pencegahan antara lain dengan cara : promosi kesehatan
tentang penyakit menular seksual, mengontrol prostitusi bekerjasama dengan
lembaga sosial, memperbanyak pelayanan diagnosis dini dan
pengobatannya, untuk penderita yang dirawat dilakukan isolasi terutama
terhadap sekresi dan ekresi penderita.
c. HIV/AIDS
Penyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus. Pada janin penularan
terjadi secara transplasenta, tetapi dapat juga akibat pemaparan darah dan
sekret serviks selama persalinan. Kebanyakan bayi terinfeksi HIV belum
menunjukan gejala pada saat lahir. Pencegahan antara lain dengan cara :
menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan terutama hubungan
seks anal, skrining donor darah lebih ketat dan pengolahan darah dan
produknya dengan lebih hati – hati.
d. Rubella (German measles)
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili
Tgaviridae dan genus Rubivirus. Pada wanita hamil penularan ke janin
secara intrauterin. Masa inkubasinya rata – rata 16 – 18 hari. Penyakit ini
agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubella hanya mengancam janin
bila didapat saat kehamilan pertengahan pertama, makin awal (trimester
pertama) Ibu hamil terinfeksi rubella makin serius akibatnya pada bayi yaitu
kematian janin intrauterin, abortus spontan, atau malformasi kongenital pada
sebagian besar organ tubuh ( kelainan bawaan)
e. Herpes simpleks ( Herpervirus hominis)
Penyakit ini disebabkan infeksi herpes simplex virus (HSV). Pada bayi
infeksi ini didapat secara perinatal akibat persalinan lama sehingga virus ini
mempunyai kesempatan naik melalui mukosa yang robek untuk menginfeksi
janin. Gejala pada bayi biasanya mulai timbul pada minggu pertama
kehidupan tetapi kadang-kadang baru pada minggu ke dua atau ketiga.
Pencegahan antara lain dengan cara: menjaga kebersihan perseorangan dan
pendidikan kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius,
menggunakan kondom dalam aktifitas seksual, dan penggunaan sarung
tangan dalam menangani lesi infeksius.
2.5.Hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengobatan Selama Kehamilan.
Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu memerhatikan apakah obat
tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh-kembang janin. Pengaruh obat
terhadap janin dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Obat yang tergolong tidak boleh diberikan saat hamil.
b. Obat yang dapat diberikan saat hamil dengan keamanan terbatas umumnya
aman diberikan setelah hamil trimester II.
c. Obat yang aman diberikan namun tidak ada keterangan tertulis yang
lengkap.
d. Obat atau bahan kimia yang pemberiannya saat hamil memerlukan
pertimbangan dengan saksama.
e. Obat atau bahan kimia yang aman jika diberikan pada kehamilan, yaitu
vitamin khusus untuk ibu hamil.

2.6.Efek Teratogenik dan Beberapa Obat yang Menyebabkan Efek


Teratogen.
Efek Teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel
selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga
pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir).
Bahan-bahan yang bersifat teratogenik dikontra indikasikan kegunaannya pada
kehamilan. Adapun beberapa obat yang dapat menimbulkan efek teratogenik
sebagai berikut :
2.7.Kajian Tatalaksana Pengobatan Hipertensi dan Pre-eklamsia pada Ibu
Hamil.
a. Tatalaksana Pengobatan Hipertensipada Ibu Hamil.
Pada kehamilan normal, MAP (Mean Arterial Pressure) pada
perempuan turun 10-15 mmHg selama paruh pertama kehamilan. Mayoritas
perempuan dengan hipertensi kronik derajat sedang (sistolik 140-160 mmHg
dan diastolik 90-100mmHg) memiliki penurunan yang sama pada tekanan
darah dan tidak membutuhkan terapi farmakologis selama periode ini.
Sebaliknya, tekanan diastolik >110 mmHg berhubungan dengan
peningkatan risiko abruptio placenta dan IUGR sementara tekanan sistolik
>160 mmHg meningkatkan risiko perdarahan intraserebral pada ibu. Oleh
karena itu, pasien yang hamil harus memulai terapi obat jika tekanan sistolik
>160 mmHg atau tekanan diastolik >100 mmHg.
Keberhasilan terapi farmakologis yakni jika tekanan diastolik <100
mmHg dan tekanan sistolik >160 mmHg. Perempuan dengan tanda-tanda
klinis kerusakan organ target dari hipertensi kronik harus memulai terapi
farmakologis lebih awal yakni ketika TD >139/89 mmHg dengan target
penurunan tekanan yang lebih rendah yakni <140/90 mmHg.
1) Metildopa
Metildopa, suatu agonis reseptor-alfa2, adalah obat yang relatif
aman, tetapi antihipertensi ini memiliki aksi onset lambat dan
berhubungan dengan kelelahan yang akhirnya membatasi toleransi pasien
terhadap obat ini. Dosis awal yang bisa digunakan yakni 3x500 mg per
hari dengan dosis maksimal 3 g per hari. Obat pilihan pertama lainnya
yakni labetalol.
2) Labetalol
Labetalolmemiliki aksi dengan onset cepat, dapat diberikan secara
oral maupun IV. Namun, di Indonesia tidak terdapat labetalol IV. Dosis
awal labetalol oral adalah 10 mg.
3) Nifedipin
Nifedipin juga menjadi obat pilihan untuk mengobat hipertensi
kronik. Dosis nifedipin bervariasi antara 30-90 mg per hari.
4) ACE-I (Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor)
ACE-I (Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor), misalnya
captopril, harus dihindari selama kehamilan karena berhubungan dengan
disgenesis renal janin atau kematian ketika digunakan pada trimester dua
dan tiga dan juga meningkatkan risiko malformasi sistem saraf pusat dan
kardiovaskuler ketika digunakan pada trimester pertama.
5) ARB (Antagonis Reseptor Angiotensin II)
ARB (Antagonis Reseptor Angiotensin II) juga tidak boleh
digunakan pada saat hamil karena memiliki mekanisme aksi yang sama
dengan ACE-I.
6) Diuretik
Diuretik tidak menyebabkan malformasi janin, tetapi sangat
dihindari saat hamil karena menganggu volume plasma sehingga
mengganggu aliran darah utero-plasenta.
b. Tatalaksana PengobatanPre-eklamsiapada Ibu Hamil.
Penatalaksanaan preeklampsia tergantung dari usia gestasi dan tingkat
keparahan penyakit. Persalinan/terminasi adalah satu-satunya terapi definitif
untuk pre-eklampsia. Tujuan utama penatalaksanaan preeklampsia adalah
kondisi ibu yang aman dan persalinan bayi yang sehat. Pasien dengan
preeklampsia tanpa tanda-tanda severitas (preeklampsia berat), induksi sering
dilakukan setelah usia gestasi di atas 37 minggu. Sebelumnya, pemberian
kortikosteroid dilakukan untuk mempercepat pematangan paru janin. Pada
preeklampsia berat, induksi dipertimbangkan setelah usia gestasi di atas 34
minggu. Pada kondisi seperti ini, beratnya penyakit pada ibu lebih
dipertimbangkan dari risiko prematuritas bayi. Pada situasi gawat darurat,
pengontrolan terhadap tekanan darah dan kejang harus menjadi prioritas.
Tatalaksana mayoritas pasien dengan preeklampsia tanpa tanda-tanda
severitas (bukan preeklampsia berat) dapat dilakukan dengan cara berobat
jalan, tetapi tetap dibutuhkan observasi yang ketat terhadap terjadinya
perburukan. Pasien dianjurkan untuk melakukan tirah baring dengan posisi
miring ke kiri ketika pasien sedang tidur guna menghilangkan tekanan rahim
pada vena kava inferior sehingga meningkatkan aliran darah ke jantung.
Selain pemantauan tekanan darah dan protein urin secara berkala,
pemeriksaan nostress test (NST dengan menggunakan CTG)
direkomendasikan untuk dilakukan dua kali seminggu sampai persalinan.
Pada preeklampsia tanpa tanda-tanda severitas (bukan preeklampsia
berat) dengan kehamilan preterm (<37 minggu), jika tekanan darah mencapai
normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu hingga aterm. Namun
pada kehamilan aterm (>37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset
persalinan atau dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan pada
taksiran tanggal persalinan. Sementara pada pasien dengan pre-eklampsia
berat, persalinan/terminasi dipertimbangkan saat usia gestasi sudah lebih dari
34 minggu. Namun, selain pertimbangan usia gestasi, terminasi kehamilan
juga dilakukan jika terdapat kondisi sebagai berikut:
 Pada ibu : terjadi kejang (eklampsia), solusio plasenta, ketuban pecah,
sindrom HELLP (haemolysis, elevated liver enzyme, low platelet count),
atau kondisi klinis memburuk.
 Pada janin : adanya tanda-tanda gawat janin, intrauterine growth
retardation (IUGR), atau oligohidramnion.
Pada preeklampsia berat, persalinan/terminasi harus terjadi dalam 24 jam.
Sedangkan pada eklampsia, persalinan/terminasi harus terjadi dalam 6 jam
sejak kejang timbul.
1) Obat antikonvulsan
Obat antikonvulsan pada pre-eklampsia yang sampai saat ini masih
menjadi pilihan pertama baik di dunia maupun di Indonesia adalah
magnesium sulfat (MgSO4). Pemberian MgSO4 memiliki syarat-syarat:
harus tersedia antidotum MgSO4 yakni Ca Gluconas 10%, refleks pattela
yang kuat, dan frekuensi pernapasan ≥16x/menit serta tidak ada tanda-
tanda distres pernapasan. Pemberian magnesium sulfat harus dihentikan
jika terdapat tanda-tanda intoksikasi atau setelah 24 jam pascapersalinan/24
jam setelah kejang terakhir. Alternatif antikonvulsan lain selain magnesium
sulfat yang dapat dipakai adalah diazepam dengan catatan bahwa
pemberian diazepam sebagai antikonvulsan pada preeklampsia dilakukan
jika memang betul-betul dalam kondisi tidak tersedia magnesium sulfat.
c. Pemberian Obat Antihipertensi pada Preeklampsia
Obat antihipertensi mulai diberikan pada pre-eklampsia berat dengan
tekanan darah ≥160/100 mm Hg. Obat hipertensi yang dapat digunakan pada
kasus preeklampsia adalah hidralazin, labetalol, nifedipin, dan sodium
nitroprusside. Di Indonesia, karena tidak tersedia hidralazin dan labetalol IV,
obat antihipertensi yang menjadi lini pertama adalah nifedipin.
Dosis awal nifedipin adalah 10-20 mg per oral, diulangi setiap 30 menit
bila perlu (maksimal 120 mg dalam 24 jam). Nifedipin tidak boleh diberikan
secara sublingual karena efek vasodilatasi yang sangat cepat.
Untuk obat antihipertensi lini kedua jika tidak tersedia nifedipin, dapat
juga digantikan dengan labetalol oral atau sodium nitroprusside IV. Dosis
inisial labetalol oral adalah 10 mg. Jika setelah 10 menit respon tidak
membaik, dapat diberikan lagi labetalol 20 mg. Sementara untuk sodium
nitroprusside IV, dosis yang dipakai adalah 0.25 mcg/kg/menit (infus)
kemudian dapat ditingkatkan menjadi 0.25 mcg/kg/5 menit.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa
a. Fisiologi maternal selama kehamilan terbagi menjadi dua Fisiologi pada
Organ Kehamilan dan Fisiologi pada Organ dan Sistem Lainnya. Fisiologi
pada Organ Kehamilan terdiri dari Uterus, Indung Telur (Ovarium), Serviks,
Vagina dan Mammae . Fisiologi pada Organ dan Sistem Lainnya terdiri dari
Fisiologi Sistem Kardiovaskular, Fisiologi Sistem Respirasi, Fisiologi Sistem
Pencernaan, Fisiologi Sistem Hematologi, Fisiologi Sistem Ekskresi,
Fisiologi Sistem Persarafan, Fisiologi Sistem Integumen (Kulit), dan
Fisiologi Sistem Endokrin.
b. Dampak kehamilan terhadap farmakokinetika dan farmakodinamika, pada
Farmakokinetika Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi
yang mempengaruhi farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi
peningkatan cairan tubuhmisalnya penambahan volume darah sampai 50%
dan curah jantung sampai dengan 30%. Pada akhir semester pertama aliran
darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir kehamilan aliran darah ke rahim
mencapai puncaknya hingga600-700 ml/menit. Peningkatan cairan tubuh
tersebut terdistribusi 60 % diplasenta, janin dan cairan amniotik, 40% di
jaringan si ibu. Sedangkan Farmakodinamika, Mekanisme kerja obat ibu
hamil. Berefek pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada
kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase
kehamilan. Mekanisme kerja obat pada janin, Beberapa penelitian untuk
mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan pesat, yang berkaitan
dengan pemberian obat pada wanita hamil yang ditujukan untuk pengobatan
janin walaupun mekanismenya masih belum diketahui jelas. Kerja obat
teratogenik., Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat
mempengaruhi struktur janin pada saat terpapar.
c. Kebutuhan nutrisi ibu hamil terdiri dari Kebutuhan Nutrisi Makro dan
Kebutuhan Nutrisi Mikro
d. Keluhan selama kehamilan terdri dari penyakit Toksoplasmosis, Sifilis,
HIV/AIDS, Rubella (German measles) dan Herpes simpleks ( Herpervirus
hominis)
e. Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan selama kehamilan, Pengobatan
penyakit saat hamil harus selalu memerhatikan apakah obat tersebut tidak
berpengaruh terhadap tumbuh-kembang janin.
f. Efek teratogenik dan obat yang dapat menyebabkan efek teratogen, Efek
Teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama
kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan
organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). obat yang dapat
menimbulkan efek teratogenik salah satunya dalah fenilamine.
g. Kajian tata laksana pengobatan hipertensi dan pre-eklamsia pada ibu hamil,
Tatalaksana Pengobatan Hipertensipada Ibu Hamil terdiri dari obat
Metildopa, Labetalol, Nifedipin, ACE-I (Angiotensin-Converting-Enzyme
Inhibitor), ARB (Antagonis Reseptor Angiotensin II) dan Diuretik.
Tatalaksana PengobatanPre-eklamsiapada Ibu Hamil terdiri dari Obat
antikonvulsan. Pemberian Obat Antihipertensi pada Preeklampsia, Obat
hipertensi yang dapat digunakan pada kasus preeklampsia adalah hidralazin,
labetalol, nifedipin, dan sodium nitroprusside.

3.2 Saran
Makalah ini tidak lepas dari kekurangan / kesalahan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat dibutuhkan oleh penulis untuk
kebaikan dari penulisan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Atinc Kerjatin. 2016. Keperawatan Maternitas. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia : Jakarta

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi
Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Erjon, E., Dwiputri, J., & Meisyayati, S. (2019). Efek Teratogenik Ekstrak Etanol
Daun Sirsak (Annona Muricata L) Terhadap Fetus Tikus Putih Galur
Wistar. Jurnal Penelitian Sains, Vol. 21(2), 78-82.

Johnson, J.Y. 2016.Keperawatan Maternitas DeMYSTiFieD Buku Wajib Bagi


Praktisi dan Mahasiswa Keperawatan.Rapha Publishing : Yogyakarta.

Kuswanti, Ina. 2014.Asuhan Kebidana. Pustaka Pelajar : Jogjakarta.

Liliy, Yulaikah. 2008. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan.EGC : Jakarta.

Manuaba I.B.G.,Chandaranita M.,Fajar M. 2007. PengantarKuliahObstetri. EGC :


Jakarta.
Manuaba, Ayu Ida C.H Bagus, Ida G.F.Manuaba, Ida Bagus Manuaba. 2008.Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC : Jakarta.

Pieter, H.Z. & Lubis, N.L. 2010.Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Kencana :
Jakarta.

Sukarni, I dan Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Nuha Medika :
Yogyakarta.

Walyani, E. S. 2015.Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Pustaka Baru : Yogyakarta.

Yulianti D.R.,Et All. 2021.Asuhan Keperawatan.Yayasan Kita Menulis : Medan.

Anda mungkin juga menyukai