Anda di halaman 1dari 43

Hak Cipta  dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang

Cetakan pertama, Agustus 2018

Penulis : Dr. Rusli, Sp.FRS, Apt

Pengembang Desain Intruksional : Drs. Elang Krisnadi, M.Pd.

Desain oleh Tim P2M2 :


Kover & Ilustrasi : Faisal Zamil, S.Des.
Tata Letak : Ayuningtias Nur Aisyah

Jumlah Halaman : 40
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I: PENANGANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN SECARA 1


ASEPTIK

Topik 1.
Penanganan Obat Sitostatika ....................................................................... 3
Latihan ....……………………………………..................................................................... 10
Ringkasan ..…………………………………………........................................................... 11
Tes 1 ..……………………………..……............................................................................. 12

Topik 2.
Central Sterilization Supply Department (CSSD) ............................................ 15
Latihan ............……………………………………………...................................................... 20
Ringkasan ..…………………………………………........................................................... 20
Tes 2 ..……………………………..……............................................................................. 21

Topik 3.
Infeksi Nosokomial ........................................................................................ 24
Latihan ....…………………………………………….......................................................... 29
Ringkasan ..…………………………………………...................................................... 29
Tes 3 ..……………………………..…….......................................................................... 30

KUNCI JAWABAN TES .................................................................................... 33


GLOSARIUM …............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 35

 Farmasi Rumah Sakit iii


Bab 1
PENANGANAN SEDIAAN FARMASI
DAN ALAT KESEHATAN SECARA
ASEPTIK
Dr. Rusli, Sp.FRS, Apt

Pendahuluan

S
audara mahasiswa sekarang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik. Tenaga Teknis Kefarmasian bertanggung jawab terhadap
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Perlu diketahui bahwa rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat
yang baik untuk meningkatkan keamanan, khususnya obat dengan penanganan secara aseptik
seperti obat sitostatika, alat kesehatan untuk operasi, dan baju operasi, sarung tangan, tutup
kepala yang harus steril untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Dampak dari alat
kesehatan yang tidak steril dan tidak dikerjakan secara aseptik memungkinkan terjadinya
infeksi nosokomial.
Ruang lingkup modul ini adalah berkaitan dengan sediaan farmasi yang didispensing
secara aseptik dan alat kesehatan yang diproses di unit Central Sterilization Suply
Departement (CSSD). Tujuan dan manfaat dari modul ini adalah memberi pemahaman kepada
mahasiswa tentang bentuk sediaan farmasi yang didispensing secara aseptik sebelum
digunakan dan ruang lingkup CSSD serta kejadian infeksi nosokomial.

 Farmasi Rumah Sakit 1


Materi yang akan disajikan pada Bab 1 ini membahas 3 topik, yaitu:
Topik 1 : Penanganan Obat Sitostatika
Topik 2 : Central Sterilization Supply Department (CSSD)
Topik 3 : Infeksi Nosokomial

Saudara mahasiswa, setelah mempelajari seluruh materi yang disajikan dalam Bab 1 ini
diharapkan Anda mampu menjelaskan tentang penanganan sediaan farmasi dan alat
kesehatan secara aseptik.
Selanjutnya, agar Anda berhasil dengan baik mencapai target atau kompetensi tersebut,
ikutilah saran atau petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah setiap uraian dengan cermat, teliti, dan tertib sampai Anda memahami pesan,
ide, dan makna yang disampaikan.
2. Lakukanlah diskusi dengan teman-teman sejawat dalam mengatasi bagian-bagian yang
belum Anda pahami.
3. Kerjakan semua soal yang terdapat pada latihan dan tes dengan disiplin tinggi.
4. Perbanyak pula membaca dan mengerjakan soal-soal dari sumber lainnya, seperti yang
direferensikan dalam Bab 1 ini.
5. Jangan lupa, tanamkan dalam diri Anda bahwa Anda akan berhasil dan buktikanlah
bahwa Anda memang berhasil.

2 Farmasi Rumah Sakit 


Topik 1
Penanganan Obat Sitostatika
A. PENDAHULUAN

Saudara mahasiswa sediaan obat sitostatika merupakan golongan obat yang digunakan
untuk pengobatan kanker dan proses penangannnya harus dilakukan secara aseptik untuk
menghindari terjadinya kontaminasi. Sitostatika penanganannya harus mempunyai standar
operasional procedur baik dari aspek dispensing, pemberian obat kepada pasien maupun
penangannya limbahnya. Penggunaan sitostatika memiliki risiko yang sangat besar toksisitas
yang sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan handling cytotoxic berupa toksisitas
pada liver, neutropenia ringan, fetal malformation, fetal loss, atau kasus timbulnya kanker.
Dilaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja pada ward oncology
dan ditemukan cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf farmasi yang
tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat kanker.
Perlu diketahui bahwa prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu
dilaksanakan untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi,
transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika.Potensial paparan pada petugas
pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Perawat yang bekerja pada ruangan kemoterapi
tanpa perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan lebih
besar dari pada kontrol subjek.

B. PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA

Penanganan obat sitostatika meliputi penyiapan sitostatika, pencampuran sitostatika,


pemberian sitostatika, penanganan tumpahan dan kecelakaan kerja sitostatika serta
pengelolaan sitostatika.

1. Penyiapan Sitostatika
Proses penyiapan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran obat suntik,
yaitu:
a. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
b. Memeriksa kondisi sitostatika yang diterima (nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal
kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan.

 Farmasi Rumah Sakit 3


c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau tidak
lengkap.
d. Menghitung kesesuaian dosis.
e. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
f. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
g. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan
dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal
kadaluarsa campuran
h. Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medis, ruang
perawatan, jumlah paket
i. Melengkapi dokomen pencampuran.

2. Pencampuran Sitostatika
Proses pencampuran sitostatika yaitu:
a. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai prosedur tetap
b. Mencuci tangan sesuai prosedur tetap
c. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
d. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai prosedur tetap
e. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sitostatika.
f. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sitostatika.
g. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
h. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
i. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC.
j. Melakukan pencampuran sitostatika secara aseptis.
k. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan
sitostatika
l. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat yang harus
terlindung cahaya.
m. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus.
n. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah
untuk pengiriman.
o. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass box.
p. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap

4 Farmasi Rumah Sakit 


Gambar 1.1.
Alat Pelindung Diri (APD) penanganan sitostatika

3. Penanganan Tumpahan dan Kecelakaan Kerja


a. Penanganan Tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut atau
meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri
dari:
1) Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
a) Beri tanda peringatan di sekitar area.
b) Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
c) Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti
sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
d) Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong
tersebut.
e) Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong
tersebut.

 Farmasi Rumah Sakit 5


f) Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
g) Bilas dengan aquadest.
h) Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
i) Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.
j) Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
k) Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan
dalam kantong kedua.
l) Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus
untuk dimusnahkan dengan incenerator.
m) Cuci tangan.

2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC


a) Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk
tumpahan serbuk.
b) Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru.
c) Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
d) Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan
aqua destilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan.
e) Ulangi pencucian 3x.
f) Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
g) Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
h) Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan
akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.
i) Cuci tangan.

b. Penanganan Kecelakaan Kerja


Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh
1) Kontak dengan kulit
a) Tanggalkan sarung tangan.
b) Bilas kulit dengan air hangat.
c) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan
Chlorin 5 % dan bilas dengan air hangat.
e) Jika kulit sobek pakai H2On3 %.
f) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
g) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)

6 Farmasi Rumah Sakit 


h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan.

2) Kontak dengan mata


a) Minta pertolongan.
b) Tanggalkan sarung tangan.
c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5 menit.
d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl
0,9%.
e) Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
f) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.
g) Catat jenis obat yang tumpah
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan kerja.

3) Tertusuk jarum
a) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap obat
yang mungkin terinjeksi.
b) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam
jaringan yang tertusuk.
d) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.
e) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
f) Tanggalkan semua APD.
g) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan kerja.

c. Pengelolaan Limbah Sitostatika


Perlu menjadi perhatian saudara mahasiswa bahwa pengelolaan limbah dari sisa
buangan pencampuran sitosatatika (seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dan lain-
lain) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran
terhadap lingkungan.
Berikut ini adalah langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
2) Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam seperti
spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk

 Farmasi Rumah Sakit 7


limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu)
dan berlogo sitostatika
3) Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
4) Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
5) Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
6) Cuci tangan.

C. PENGGOLONGAN OBAT SITOSTATIKA

Sebagian besar obat sitostatika yang digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel
kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel kanker tersebut berproliferasi maka
semakin peka terhadap sitostatika
1. Alkylating agents
a. Siklofosfamid
b. Klorambusil
c. Prokarbazin
d. Karboplatin

Gambar 1.2 Obat Sitostatika Golongan Alkilating

2. Antimetabolit
a. 5-fluorourasil (5-FU)
b. Gemsitabin

8 Farmasi Rumah Sakit 


c. 6-Merkaptopurin
d. Methotrexat
e. Sitarabin

Gambar 1.3. Obat Sitostatika Golongan Antimetabolit

3. Produk Alamiah
a. Vinkristin (VCR)
b. Vinblastin (VLB)
c. Paklitaksel
d. Etoposid
e. Irinotekan, Topotekan
f. Daktinomisin (Aktinimisin D)
g. Antrasiklin: Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin
h. Bleomisin

Gambar 1.4. Obat Sitostatika Golongan Produk Alamiah

 Farmasi Rumah Sakit 9


4. Golongan Hormon dan Antagonis
a. Prednison
b. Medroksiprogesteron asetat
c. Etinil estradiol
d. Tamoksifen
e. Testosteron propionate
f. L-asparaginase

Gambar 1.5. Obat Sitostatika Golongan Hormon dan antagonis

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!

1) Terdapat beberapa penggolongan obat sitostatika yang digunakan di unit pelayanan,


tuliskan penggolongan obat tersebut.
2) Dalam menangani proses pencampuran obat sitostatika diperlukan instrumen untuk
melakukan persiapan, jelaskan proses pencampuran tersebut

10 Farmasi Rumah Sakit 


Ringkasan

Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak menunjukkan
kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Prosedur penanganan obat sitostatika yang
aman perlu dilaksanakan untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat
dalam preparasi, transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Selain untuk
melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat kanker.
Penanganan sitostatika harus memperhatikan :
1. Teknik aseptik
2. Pemberian dalam biological safety cabinet (BSC)
3. Petugas yang bekerja harus terlindungi
4. Jaminan mutu produk
5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih
6. Adanya SOP

Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :


1. Teknik khusus penanganan sitostatika
2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)
3. Pelatihan petugas
4. Penandaan, pengemasan, transpotasi
5. Penanganan tumpahan obat sitostatika
6. Penanganan limbah

Preparasi obat sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :


1. Produk harus terlindung dari kontaminasi microba dengan teknik aseptis
2. Personal yang terlibat harus terlindung dari exposure bahan berbahaya
3. Lingkungan harus terhindar dari paparan bahan berbahaya

 Farmasi Rumah Sakit 11


Tes 1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Salah satu pengobatan kanker yang paling banyak menunjukkan kemajuan dalam
pengobatan penderita kanker adalah…..
A. Obat tradisional
B. Obat herbal
C. Obat sitostatika
D. Obat racikan
E. Obat khusus yang dibuat untuk penyakit kanker

2) Sitostatika penanganannya harus mempunyai standar operasional prosedur baik dari


aspek dispensing, pemberian obat kepada pasien maupun penanganan…..
A. Penanganan obat
B. Penanganan pasien
C. Penanganan kanker
D. Penanganan limbahnya
E. Penanganan lingkungan

3) Penggunaan sitostatika memiliki resiko yang sangat besar, toksisitas yang sering
dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan handling cytotoxic berupa toksisitas pada….
A. Liver
B. Pernafasan
C. Saluran cerna
D. Saraf
E. Darah

4) Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanankan untuk mencegah
resiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi, transportasi,
penyimpanan dan…..
A. Pemberian obat
B. Pengobatan
C. Pemeriksaan
D. Perbaikan mutu
E. Pengendalian

12 Farmasi Rumah Sakit 


5) Penanganan obat sitostatika meliputi penyiapan sitostatika, pencampuran sitostatika,
pemberian sitostatika, penanganan tumpahan dan kecelakaan kerja sitostatika serta….
A. Pengelolaan sitostatika
B. Pengobatan sitostatika
C. Perbaikan mutu
D. Pemberian obat
E. Keamanan sitostatika

6) Proses penyiapan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran obat suntik
yaitu, kecuali….
A. Menghitung kesesuaian dosis
B. Memilih jenis pelarut yang sesuai
C. Menghitung volume pelarut yang digunakan
D. Melengkapi dokumen pencampuran
E. Melakukan pencampuran sitostatika secara aseptis

7) Memberi label yang sesuai pada setiap infuse dan spuit yang sudah berisi sedian
sitostatika merupakan proses dari…..
A. Penyiapan sitostatika
B. Pencampuran sitostatika
C. Penanganan tumpahan
D. Pengelolaan limbah sitostatika
E. Pengelolaan obat sitostatika

8) Penanganan kecelakaan kerja akibat kontak dengan kulit antaranya, kecuali….


A. Tanggalkan sarung tangan
B. Bilas kulit dengan air hangat
C. Laporkan ke supervisor
D. Lengkapi format kecelakaan
E. Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi

9) Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh diantaranya….


A. Kontak dengan kulit
B. Kontak dengan mata
C. Tertusuk jarum
D. a dan b benar
E. a, b dan c benar

 Farmasi Rumah Sakit 13


10) Limbah dari sisa buangan pencampuran sitostatika (seperti: bekas ampul, vial, spuit,
needle, dan lain-lain) harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
bahaya pencemaran terhadap lingkungan merupakan upaya dari….
A. Penanganan lingkungan
B. Pemeliharaan lingkungan
C. Pengelolaan limbah
D. Penanganan limbah
E. Pemeliharaan limbah

14 Farmasi Rumah Sakit 


Topik 2
Central Sterilization Supply Department
(CSSD)
A. PENDAHULUAN

Saudara mahasiswa sterilisasi merupakan suatu kegiatan yang menangani pengolahan


alat atau bahan yang mempunyai tujuan untuk menghambat atau membunuh semua bentuk
kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Sterilisasi ini bertujuan untuk menjamin sterilitas produk maupun karakteristik kualitas
sediaannya, termasuk kestabilan yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan. Agen kimia untuk
sterilisasi disebut sterilant. Proses sterilisasi merupakan hal yang paling utama dalam
menentukan kesterilan dari sediaan akhir, alat kesehatan maupun bahan yang nantinya akan
dibuat atau digunakan. Sehingga, perlu dilakukan metode sterilisasi yang tepat dan sesuai
dengan sifat masing-masing bahan, alat serta wadah yang akan digunakan.
Ketahuilah bahwa sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit
penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi
antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-
lain. Jika terjadi hambatan pada salah satu sub unit di atas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi. Jika dilihat berdasarkan volume alat dan bahan yang
harus disterilisasikan di rumah sakit demikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk
memiliki suatu instalasi pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu
instalasi yang berada dibawah dan tanggung jawab langsung kepada direktur atau wakil
direktur rumah sakit. Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan
terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme (termasuk
endospora) secara tepat dan cepat, untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan
secara profesional, diperlukan pengetahuan atau keterampilan tertentu oleh perawat,
apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman di bidang sterilisasi.
Pusat sterlisasi (CSSD) merupakan instalasi yang sangat berperan untuk mencegah
terjadinya infeksi dan infeksi nosokomial di rumah sakit, sehingga patient safety (keamanan
dan keselamatan pasien) dapat diwujudkan.

 Farmasi Rumah Sakit 15


B. PERAN PUSAT STERILISASI (CSSD)

Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril
untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi
adalah menerima, memproses, meproduksi, mensterilkan, menyimpan serta
mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan
perawatan medis.
1. Tujuan Pusat Sterilisasi (CSSD)
a. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah
terjadinya infeksi.
b. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi
infeksi nosokomial.
c. Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan
terhadap pasien.
d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.

2. Fungsi Pusat Sterilisasi (CSSD)


Beberapa fungsi pusat sterilisasi antara lain:
a. Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat.
c. Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-barang steril
lainnya.
d. Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian,
sterilisasi dan pengiriman barang steril.
e. Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan set
operasi di seluruh lingkungan rumah sakit.
f. Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen.
g. Melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai
dengan arahan komite pengendalian infeksi.
h. Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya.
i. Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional.
j. Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan yang
berlaku.
k. Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
l. Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan pemrosesan
dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan prosedur yang digunakan
dan implementasi metode baru.

16 Farmasi Rumah Sakit 


C. TUGAS PUSAT STERILISASI (CSSD)

Pusat sterilisasi adalah menjamin sterilitas alat perlengkapan medik sebelum dipakai
dalam melakukan tindakan medik. Tugas utama pusat sterilisasi di rumah sakit adalah:
a. Menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien
b. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
c. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar operasi, dan
ruang lain yang membutuhkan
d. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif dan bermutu
e. Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan
f. Mempertahankan standar yang ditetapkan
g. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun
h. sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
i. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nasokomial
j. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi
k. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi CSSD baik yang bersifat
intern dan ekstern
l. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

D. ALUR FUNGSIONAL PUSAT STERILISASI (CSSD)

Perlu diketahui bahwa alur aktivitas fungsional dari pusat sterilisasi secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Pengguna alat dan bahan steril (user)
2. Penerimaan alat
3. Seleksi/Pencatatan
4. Perendaman
5. Pencucian
6. Pengeringan
7. Pengemasan
8. Labeling
9. sterilisasi
10. Kontrol indikator
11. Gudang alat
12. Distribusi

 Farmasi Rumah Sakit 17


Gambar 1.6. Alur Proses Sterilisasi di Pusat Sterilisasi (CSSD) di rumah sakit

E. RUANG PUSAT STERILISASI (CSSD)

Saudara mahasiswa pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana tugas
pokok pusat sterilisasi adalah menerima bahan dan alat medik dari semua unit-unit di rumah
sakit untuk kemudian diproses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya

18 Farmasi Rumah Sakit 


mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan
lokasi pusat sterilisasi perlu diperhatikan :

1. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk
mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda
yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Syarat-syarat ruang
dekontaminasi antara lain :
a. Ventilasi
1) Sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter
2) Pergantian udara 10 kali/jam
3) Tekanan udara negatif
4) Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin
b. Suhu dan kelembaban
1) Suhu 18-22°C
2) Kelembaban antara 35-75%

2. Ruang Pengemasan Alat


Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar pasang alat, dan
penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Prosesing Linen


Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen yang akan
disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan barang. Selain itu di
ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kasa, kapas, dan cotton swab.

4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi etilen oksida,
sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran pembuangan (exhaust).

5. Ruang Penyimpanan Barang Steril


Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain :
a. Dekat dengan ruang sterilisasi
b. Suhu 18-22°C
c. Kelembaban 35-75%
d. Ventilasi menggunakan tekanan positif

 Farmasi Rumah Sakit 19


e. Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 µm)
f. Jauh dari lalu lintas utama
g. Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!

1) Mengapa perlu diketahui alur proses kegiatan sterilisasi alat dan bahan di pusat
sterilisasi (CSSD) di rumah sakit ketika dilakukan sterilisasi? jelaskan
2) Mengapa harus anda ketahui tentang Pusat sterlisasi (CSSD)? jelaskan

Ringkasan

Sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi
dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi
sterilisasi. Pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat
sterilisasi adalah menerima bahan dan alat medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk
kemudian diproses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya
mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan
lokasi pusat sterilisasi perlu diperhatikan.
Pusat sterlisasi (CSSD) merupakan instalasi yang sangat berperan untuk mencegah
terjadinya infeksi dan infeksi nosokomial di rumah sakit, sehingga patient safety (keamanan
dan keselamatan pasien) dapat diwujudkan. Pusat sterilisasi adalah menjamin sterilitas alat
perlengkapan medik sebelum dipakai dalam melakukan tindakan medis.

20 Farmasi Rumah Sakit 


Tes 2
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Kepanjangan dari istilah CSSD adalah .....


A. Central sterilization supply departement
B. Central sterilization supply diagnosis
C. Central sterilization supply diapraghma
D. Central sterilization supply disorder
E. Central sterilization supply discover

2) Fungsi utama pusat sterisasi (CSSD) adalah....


A. Menyiapkan alat – alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di
rumah sakit
B. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
C. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk
mencegah terjadinya infeksi
D. Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan
E. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat

3) Tujuan pusat sterisasi (CSSD) adalah....


A. Menyiapkan alat – alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di
rumah sakit
B. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
C. Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen
D. Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan
E. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat

 Farmasi Rumah Sakit 21


4) Fungsi pusat sterilisasi (CSSD)....
A. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
B. Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen
C. Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan
D. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan
E. Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien

5) Tugas pusat sterilisasi (CSSD)....


A. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
B. Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen
C. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif dan
bermutu
D. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan
E. Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien

6) Syarat – syarat ruang dekontaminasi pada ventilasi adalah....


A. Sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter
B. Pergantian udara 20 kali/jam
C. Pergantian udara 30 kali/jam
D. Tekanan udara positif
E. Dianjurkan menggunakan kipas angina

7) Suhu pada ruang dekontaminasi adalah....


A. 18 - 20℃
B. 18 - 21℃
C. 18 - 22℃
D. 18 - 23℃
E. 18 - 24℃

22 Farmasi Rumah Sakit 


8) Kelembapan pada ruang dekontaminasi adalah....
A. 30 – 75%
B. 35 – 75%
C. 22 – 75%
D. 25 – 75%
E. 36 – 75%

9) Efisiensi partikulat pada ruang penyimpanan barang steril adalah....


A. 55 – 70%
B. 90 – 95%
C. 75 – 95%
D. 80 – 95%
E. 85 – 95%

10) Ukuran partikel pada ruang penyimpanan barang steril adalah....


A. 0,1𝜇𝑚
B. 0,2𝜇𝑚
C. 0,3𝜇𝑚
D. 0,4𝜇𝑚
E. 0,5𝜇𝑚

 Farmasi Rumah Sakit 23


Topik 3
Infeksi Nosokomial
A. PENDAHULUAN

Saudara mahasiswa perlu diketahui bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyebab
utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Pada akhir-akhir ini banyak kejadian
infeksi, terutama infeksi yang sampai saat ini banyak terjadi di Rumah sakit, yakni infeksi
Nosokomial. Infeksi ini sangat rawan terjadi karena penularannya dan penyebarannya terjadi
pada saat seseorang dirawat di rumah sakit. Infeksi ini terjadi karena adanya infeksi
mikroorganisme yang menyerang sistem imun manusia. Hal ini juga dipengaruhi oleh
lingkungan rumah sakit dan juga kesterilan alat atau bahan medis yang digunakan di rumah
sakit yang menjadi penyebab terjadinya infeksi nosokomial. Sebagaimana jenis infeksi
penyakit lainnya, infeksi nosokomial biasanya terjadi jika penderita lemah atau jika barier
alamiah terhadap invasi mikroba terganggu. Terdapat beberapa jenis barier alamiah
terjadinya infeksi penyakit. Sebagaimana diketahui, kulit, membran mukosa, saluran
gastrointestinal, saluran kencing, dan saluran nafas atas berfungsi sebagai barier alamiah
terhadap infeksi.
Infeksi Nosokomial, berasal dari kata yunani nosos (penyakit) dan komeion (merawat)
nosocomion berarti Rumah Sakit jadi infeksi nosokomial ialah infeksi yang di peroleh selama
dalam perawatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya timbul ketika, pasien di rawat 3
x 24 jam di rumah sakit dan infeksi ini sangat sulit di atasi karena di timbulkan oleh
mikroorganisme dan bakteri. Infeksi nosokomial yang diperoleh di rumah sakit ini biasa juga
disebut sebagai ”Health-care Associated Infections” atau ”Hospital-Acquired Infections
(HAIs)”, infeksi nosokomial ini merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab
langsung maupun tidak lagsung kematian pasien, kalaupun tak berakibat kematian, infeksi
yang bisa terjadi melalui penularan antar pasien, bisa terjadi dari pasien ke pengunjung atau
petugas rumah sakit dan dari petugas rumah sakit ke pasien, hal ini mengakibatkan pasien
dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit lebih banyak.

B. EPIDEMIOLOGI INFEKSI NOSOKOMIAL

Saudara mahasiswa epidemologi infeksi nosokomial telah mengenai faktor yang


mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit pada sekelompok orang. Infeksi
nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara termiskin

24 Farmasi Rumah Sakit 


dan negara yang sedang berkembang karena penyakit infeksi masih menjadi masalah utama
yang masih sulit untuk di atasi. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan
bahwa sekitar 8,7 % dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur-Tengah,
Asia Tenggara dan Pasifik masih menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan yang terbanyak
terjadi di Asia Tenggara dengan Prosentase 10 %.
Saudara mahasiswa ketahuilah bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi nosokomial antara lain :
1. Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi)
2. Sumber infeksi
3. Perantara atau pembawa kuman,
4. Tempat masuk kuman pada hospes baru,
5. Daya tahan tubuh hospes baru,
6. Keadaan rumah sakit meliputi;
7. Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi rumah sakit,
8. Pemakaian antibiotik yang irasional,
9. Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika

C. SUMBER PENULARAN

1. Penularan secara kontak


Ketahuilah bahwa penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak
langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung
dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara
oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara
(biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh
infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.

2. Penularan melalui Common Vehicle


Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle
adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.

3. Penularan melalui udara dan inhalasi


Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga
dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan
tuberculosis.

 Farmasi Rumah Sakit 25


4. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara
eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel
pada tubuh vector misalnya Shigella dan Salmonella oleh lalat.
Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat
terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak
mengalami perubahan biologis, misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).

D. MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL

Sumber yang paling vital dan sebagai penyebab utama dari infeksi nosokomial adalah
mikroorganisme. Beberapa jenis mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi ini yang
biasanya terjadi di rumah sakit dan sebagian besar terdapat dalam tubuh inang manusia yang
sehat, seperti, Escherichia Coli, Klebsiella pneumonia, Candica albicans, Staphylococus aureus,
Serratia marcescens, Proteus mirabilis, dan beberapa Actinomyces spp. Mikroorganisme
penyebab infeksi disebabkan oleh perubahan resistensi inang dan modifikasi mikrobiota
inang, bila ketahanan tubuh pasien rendah akibat luka berat, operasi, maka pathogen dapat
berkembang biak dan menyebabkan sakit.
Sal. Cerna E. coli, salmonella, Shigella compylobacter
Sal. pernapasanatas H. influenzae, S. pyogenes, S. pneumoniae
Sal. pernapasan bawah S. pneumoniae, P. aeroginosa, K. pneumoniae, L. Pneumophila
Septikemi E. coli, P. aeroginosa, S. auerus
Luka bakar P. aeroginosa, E. coli, S. aureus pyogenes
Luka S. aureus, S. epidermidis, Klebsiella bacteroides,
P. mirabilis marcescens
Saluran Kemih E. coli, P. aeruginosa, Proteus aerogenes,
S. marcescens, Klebsiella, S. Faecalis

E. PENCEGAHAN

Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi
nosokomial. Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu
meminimalkan resiko terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari
pasien kepada tenaga kesehatan atau sebaliknya. Pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi
bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi
baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas

26 Farmasi Rumah Sakit 


pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan
dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:

1. Cuci Tangan
Teknik mencuci tangan yang baik merupakan satu-satunya cara yang paling penting
untuk mengurangi penyebaran infeksi. Dengan cara menggosok tangan dengan sabun atau
deterjen dan air kuat kuat selama 15 detik dan dibilas baik, baik sebelum dan sesudah
memeriksa penderita, sudah cukup. Namun bila selama merawat penderita, tangan terkena
darah, sekresi luka, bahan bernanah, atau bahan yang lain yang di curigai maka harus di cuci
selama 2 sampai 3 menit dengan menggunakan bahan cuci antiseptik.

2. Asepsis
Asepsis adalah penghinderaan atau pencegahan penularan dengan cara meniadakan
mikroorganisme yang secara potensial berbahaya. Tujuan asepsis ialah mencegah atau
membatasi infeksi, di rumah sakit digunakan 2 konsep asepsis yaitu asepsis medis dan bedah.
Asepsis Medis meliputi segala praktek yang di gunakan untuk menjaga agar para petugas
medis, penderita dan lingkungan terhindar dari penyebab infeksi, seperti cuci tangan, sanitasi
dn kebersihan lingkungan rumah sakit itu hanyalah beberapa contoh asepsis medis. Asepsis
Bedah meliputi cara kerja yang mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam luka dan
jaringan penderita. Maka dari itu dalam asepsis bedah semua alat kesehatan harus berprinsip
steril, lingkungan harus bersanitasi, dan juga flora mikroba di udara harus di saring lewat filter
berefisiensi tinggi.

3. Disinfeksi dan Sterilisasi di Rumah Sakit


Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyediaan yaitu tempat kebanyakan peralatan
dan suplai dibersihkan serta di sterilkan. Hasil proses ini di monitor oleh laboratorium
Mikrobiologi secara teratur. Kecenderungan rumah sakit untuk menggunakan alat alat serta
bahan yang di jual dalam keadaan steril dan sekali pakai karena dapat mempersingkat waktu
tanpa harus mensterilkan alat, tetapi juga dapat mengurangi pemindah sebaran patogen
melalui infeksi silang.

4. Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit


Tujuan sanitasi lingkungan adalah membunuh atau menyingkirkan pencemaran atau
mikroba dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi
pencemaran, dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan
lantai.

 Farmasi Rumah Sakit 27


5. Pengawasan Infeksi
Pengamatan dan pengawasan serta pencatatan secara sistematik terjadinya penyakit
menular, ini merupakan dasar bagi usaha pengendalian aktif. Identisifikasi dan evaluasi
masalah-masalah infeksi nosokomial dan pengembangan serta penilaian pengendalian efektif
hanya dapat dicapai denagn adanya pengawasan teratur terhadap infeksi-infeksi semacam itu
pada penderita.

6. Pengawasan Penderita atau Pasien


Pengawasan infeksi penderita di mulai ketika masuk rumah sakit dengan menyertakan
kartu data infeksi di dalam catatan medis penderita. Data yang di kumpulkan setiap hari
mengenai biakan dari laboratorium mikrobiologi serta dari hasil inspeksi laboratoris dan klinis
di catat pada setiap kartu data infeksi setiap penderita.

7. Pengawasan Pekerja Rumah Sakit


Pemeriksaan fisik harus merupakan persyaratan bagi semua petugas rumah sakit, dan
catatan imunisasi harus diperiksa. Bila tidak tercatat, maka imunisasi terhadap penyakit
polio,tetanus,difteri,dan campak harus di isyaratkan.Petugas yang menunjukkan hasil positif
pada uji tuberculin harus diperiksa dengan sinar x di bagian dada untuk menentukan
kemungkinan adanya tuberculosis aktif.

8. Pengawasan Lingkungan Rumah Sakit


Petugas rumah sakit melakukan pengendalian infeksi menemukan satu atau lebih kasus
infeksi baru, maka mungkin diperlukan banyak biakan dari penderita, petugas dan lingkungan
untuk menemukan sumber patogen dan lalu meniadakannya.

9. Peran Tenaga Kerja Kefarmasian dan Apoteker dalam Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit
Tanggung jawab farmasis dalam pengendalian infeksi di rumah sakit terkait dengan
pengendalian infeksi nosokomial, peningkatan penggunaan yang rasional dari berbagai zat
antimikroba dan edukasi.

F. PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Tanggung jawab farmasis dalam bidang ini, dapat dipenuhi melalui berbagai fungsi
berikut:
1. Berpartisipasi dalam berbagai urusan Komite Pengendalian Infeksi (KPI) atau yang
setara.

28 Farmasi Rumah Sakit 


2. Memberi petunjuk kepada rumah sakit, tentang seleksi dan penggunaan antiseptik,
disinfektan, dan sterilan yang sesuai.
3. Menetapkan berbagai kebijakan, prosedur, dan program pengendalian mutu internal
IFRS untuk mencegah kontaminasi pada sediaan obat yang disiapkan atau dibuat dalam
atau didispensing dari IFRS. Yang paling penting dalam bidang ini adalah pembuatan dan
penanganan sediaan steril. Perhatian lain termasuk (tetapi tidak terbatas pada)
ketentuan untuk pembersihan berbagai barang dari peralatan farmasetik (seperti
kabinet laminar air flow, penampan dosis unit, peralatan pembuatan ruah dan
penetapan kebijakan personel yang sesuai (misalnya, pembatasan kegiatan anggota staf
yang menunjukkan gejala nyata pilek, influenza, atau kondisi menular lain).
4. Mendorong penggunaan kemasan dosis tunggal obat steril sebagai pengganti wadah
multidosis.
5. Memberi rekomendasi berbagai kebijakan untuk frekuensi penggantian perlengkapan
intravena dan alat pemberian intravena lain serta pembalut
6. Memberi rekomendasi penyiapan sediaan steril dan wadah multi dosis yang tepat.

Latihan

Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!

1) Mengapa terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit perlu diketahui? jelaskan


2) Mengapa penularan melalui udara dan inhalasi yang mengakibatkan terjadinya infeksi
nosocomial dapat terjadi? jelaskan

Ringkasan

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika pasien di rawat di rumah sakit
infeksi ini dapat menular dari satu pasien ke pasien lainya serta petugas medis,selain itu alat
kesehatan yang di gunakan biasanya sebagai media transmisi dalam segi penularan sebab
biasanya kurang sterilnya alat kesehatan tersebut.
Infeksi nosocomial disebabkan dari mikroorganisme yang ada dalam tubuh manusia dan
juga bakteri dari lingkungan rumah sakit.oleh karna itu dengan pencegahan dan pengendalian
terhadap infeksi ini dengan berbagai cara mulai sterilisasi alat kesehatan,pemusnahan
mikroorganisme yang menjadi penyebabnya serta sanitasi lingkungan.

 Farmasi Rumah Sakit 29


Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain
1. Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi)
2. Sumber infeksi
3. Perantara atau pembawa kuman,
4. Tempat masuk kuman pada hospes baru,
5. Daya tahan tubuh hospes baru,
6. Keadaan rumah sakit meliputi;
7. Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi rumah
sakit,
8. Pemakaian antibiotik yang irasional,
9. Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika

Tes 3
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1) Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian di dunia. Pada akhir-akhir ini banyak kejadian infeksi, teruma infeksi yang
sampai saat ini banyak terjadi di rumah sakit. Jenis infeksi yang banyak terjadi di rumah
sakit adalah….
A. Infeksi HIV/AIDS
B. Infeksi nosokomial
C. Infeksi saluran pernafasan
D. Infeksi saluran cerna
E. Infeksi bakteri

2) Infeksi nosokomial biasanya timbul ketika pasien dirawat 3x24 jam dirumah sakit dan
infeksi ini sangat sulit diatasi karena ditimbulkan oleh……
A. Mikroorganisme
B. Bakteri
C. Mikroorganisme dan bakteri
D. Bakteri E. Coli
E. Salmonella

30 Farmasi Rumah Sakit 


3) Infeksi nosokomial yang diperoleh dirumah sakit ini biasanya juga disebut sebagai ….
A. Health-care Associated Infection
B. Safety care Associated Infection
C. Biological Associated Infection
D. Central sterilization Associated Infection
E. Patient care Associated Infectio

4) Faktor yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit pada sekelompok


orang disebut dengan….
A. Penanganan penyebaran penyakit
B. Kesehatan lingkungan
C. Epidemologi
D. Resintensi
E. Faktor biologis

5) Suatu penelitian yang dilakukan WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah
sakit dari 14 negara yang berasal dari eropa, timur-tengah, asia tenggara dan pasifik
masih menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan yang terbanyak terjadi di….
A. Eropa dengan presentase 40%
B. Timur-tengah dengan presentase 30%
C. Pasifik dengan presentase 20%
D. Asia tenggara dengan presentase 10%
E. Amerika utara 25%

6) Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial,


yang tidak termasuk faktor terjadinya infeksi nosokomial adalah....
A. Sumber infeksi
B. Perantara atau pembawa kuman
C. Tempat masuk kuman pada hospes baru
D. Pemakaian antibiotik yang irasional
E. Bahan medis habis pakai

 Farmasi Rumah Sakit 31


7) Terdapat beberapa sumber penularan, yang bukan termasuk sumber penularan
adalah....
A. Penularan secara kontak
B. Penularan melalui common vecicle
C. Penularan melalui makanan
D. Penularan melalui udara dan inhalasi
E. Penularan dengan perantara vector

8) Penularan melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu terjadi melalui penularan….
A. Penularan secara kontak
B. Penularan melalui common vecicle
C. Penularan melalui makanan
D. Penularan melalui udara dan inhalasi
E. Penularan dengan perantara vector

9) Bakteri E.colli, salmonella, shigella campylobacter dapat menyebabkan infeksi….


A. Saluran cerna
B. Saluran pernafasan atas
C. Saluran pernafasan bawah
D. Septikemi
E. Saluran kemih

10) Bakteri S.pneumoniae, P.aeroginosa, K. Pneumonia, L. Pneumophila dapat


menyebabkan infeksi….
A. Saluran cerna
B. Saluran pernafasan atas
C. Saluran pernafasan bawah
D. Septikemi
E. Saluran kemih

32 Farmasi Rumah Sakit 


Kunci Jawaban Tes
Test 1
1) C
2) D
3) A
4) A
5) A
6) E
7) B
8) E
9) E
10) C

Test 2
1) A
2) A
3) B
4) C
5) C
6) A
7) C
8) B
9) B
10) E

Test 3
1) B
2) A
3) A
4) C
5) D
6) E
7) C
8) B
9) A
10) C

 Farmasi Rumah Sakit 33


Glosarium
BSC : Biological Safety Cabinet atau disebut juga Biological Safety cabinet
merupakan sebuah area kerja laboratorium dengan ventilasi udara
yang telah direkayasa untuk mengamankan pekerja yang bekerja
dengan sampel material, lingkungan kerja dan sampel material dari
kemungkinan bahaya terkontaminasi atau menimbulkan penyebaran
bakteri / virus yang bersifat patogen. sekilas mirip dengan lemari
asam, hanya saja pada lemari asam tidak ada proteksi penyaring
sekelas HEPA Filter. Namun, Biosafety cabinet mempunyai beberapa
kelas keamanan, dan tujuan kelas keamanan ini juga berbeda beda.
APD : Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment yaitu
alat-alat atau peralatan yang harus dipakai membuat perlindungan
dan melindungi keselamatan pekerja saat lakukan pekerjaan yang
mempunyai potensi bahaya atau kemungkinan kecelakaan kerja. Alat-
alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai mesti sesuai sama potensi
bahaya dan kemungkinan pekerjaannya hingga efisien melindungi
pekerja sebagai pemakainya.
Endospora : Merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri, seperti
Bacillus dan Clostridium memproduksi bentuk pertahanan hidup pada
kondisi yang tidak menguntungkan

34 Farmasi Rumah Sakit 


Daftar Pustaka
Aslam M, Tan CK, Prayitno A, 2003, Farmasi Klinik, (Clinical Pharmacy), Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, Elex Media komputindo, Jakarta.

Siregar Charles, J.P., Kumolosari, E., 2006, Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta.

Siregar Charles, J.P., Lia Amalia, 2003, Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Barber, N., Wilson, A., 2007, Clinical Pharmacy, Second Edition, Churchill Livingstone Elsevier
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Mushuda A (Ed), 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPF)/Good
Pharmacy Practice (GPP). Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dan
Kementrian Kesehatan RI.

Cipolle, R.J, Strand, L,M, Morley, P.C, 2007, Pharmaceutical Care Practice: The Clinician's
Guide, 2nd Edition, The McGraw-Hill Companies, Chapter 4.

Rusli dan Raimundus Chaliks, 2013, Buku Ajar Farmasi Klinik, Poltekkes Makassar.

Badan POM RI, 2012, Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Bagi Tenaga
Kesehatan, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Jakarta, hal.
4-6.

Badan POM RI, 2013, Drug for Patien Safety, Buletin MESO, No. ISSN: 0852-6184, Volume 31,
No. 1 Edisi Juni, 2013, hal 2-10.

Aslam M, Tan CK, Prayitno A, 2003, Farmasi Klinik, (Clinical Pharmacy), Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, Elex Media komputindo, Jakarta.

Siregar Charles, J.P., Kumolosari, E., 2006, Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta.

 Farmasi Rumah Sakit 35


Siregar Charles, J.P., Lia Amalia, 2003, Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Barber, N., Wilson, A., 2007, Clinical Pharmacy, Second Edition, Churchill Livingstone Elsevier.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Mushuda A (Ed), 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPF)/Good
Pharmacy Practice (GPP). Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dan
Kementrian Kesehatan RI.

Cipolle, R.J, Strand, L,M, Morley, P.C, 2007, Pharmaceutical Care Practice: The Clinician's
Guide, 2nd Edition, The McGraw-Hill Companies, Chapter 4.

Rusli dan Raimundus Chaliks, 2013, Buku Ajar Farmasi Klinik, Poltekkes Makassar.

Badan POM RI, 2012, Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Bagi Tenaga
Kesehatan, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Jakarta, hal.
4-6.

Badan POM RI, 2013, Drug for Patien Safety, Buletin MESO, No. ISSN: 0852-6184, Volume 31,
No. 1 Edisi Juni, 2013, hal 2-10.

Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,
Jakarta, 1-126.

Aslam M, Tan CK, Prayitno A, 2003, Farmasi Klinik , (Clinical Pharmacy), Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, Elex Media komputindo, Jakarta.

Siregar Charles, J.P., Kumolosari, E., 2006, Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta.

Siregar Charles, J.P., Lia Amalia, 2003, Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Barber, N., Wilson, A., 2007, Clinical Pharmacy, Second Edition, Churchill Livingstone Elsevier.

36 Farmasi Rumah Sakit 


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Mushuda A (Ed), 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPF)/Good
Pharmacy Practice (GPP). Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dan
Kementrian Kesehatan RI.

Cipolle, R.J, Strand, L,M, Morley, P.C, 2007, Pharmaceutical Care Practice: The Clinician's
Guide, 2nd Edition, The McGraw-Hill Companies, Chapter 4.

Rusli dan Raimundus Chaliks, 2013, Buku Ajar Farmasi Klinik, Poltekkes Makassar.

Badan POM RI, 2012, Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Bagi Tenaga
Kesehatan, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Jakarta, hal.
4-6.

Badan POM RI, 2013, Drug for Patien Safety, Buletin MESO, No. ISSN: 0852-6184, Volume 31,
No. 1 Edisi Juni, 2013, hal 2-10.

 Farmasi Rumah Sakit 37

Anda mungkin juga menyukai

  • Dapus
    Dapus
    Dokumen2 halaman
    Dapus
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Bagan KTI
    Bagan KTI
    Dokumen1 halaman
    Bagan KTI
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Pergerakan Nasional (Jaman Jepang)
    Sejarah Pergerakan Nasional (Jaman Jepang)
    Dokumen27 halaman
    Sejarah Pergerakan Nasional (Jaman Jepang)
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Alanine Aminotransferase
    Alanine Aminotransferase
    Dokumen1 halaman
    Alanine Aminotransferase
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Filsafat Sejarah-1
    Filsafat Sejarah-1
    Dokumen4 halaman
    Filsafat Sejarah-1
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Form Kosong Kemajuan Ta Ii
    Form Kosong Kemajuan Ta Ii
    Dokumen3 halaman
    Form Kosong Kemajuan Ta Ii
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Prodia
    Prodia
    Dokumen3 halaman
    Prodia
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Attachment
    Attachment
    Dokumen6 halaman
    Attachment
    nazi rahmatullah06
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen13 halaman
    Laporan
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Definisi I
    Definisi I
    Dokumen1 halaman
    Definisi I
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Point
    Point
    Dokumen1 halaman
    Point
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Definisi I
    Definisi I
    Dokumen9 halaman
    Definisi I
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Penge
    Penge
    Dokumen4 halaman
    Penge
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Definisi I
    Definisi I
    Dokumen9 halaman
    Definisi I
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Definisi I
    Definisi I
    Dokumen9 halaman
    Definisi I
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Definisi I
    Definisi I
    Dokumen9 halaman
    Definisi I
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • MKLH Dssoooooo
    MKLH Dssoooooo
    Dokumen8 halaman
    MKLH Dssoooooo
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Tabel 2-1
    Tabel 2-1
    Dokumen1 halaman
    Tabel 2-1
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Umum
    Anestesi Umum
    Dokumen2 halaman
    Anestesi Umum
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Bagan KTI
    Bagan KTI
    Dokumen1 halaman
    Bagan KTI
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Lia Nurhayati
    Belum ada peringkat