Anda di halaman 1dari 4

Corak pemikiran sejarah spengler

Berbagai corak pemikiran para tokoh selalu mempunyai ciri khas masing-masing yang
ditonjolkan, sebagaimana yang telah terjadi pula pada para tokoh terdahulu. Bagaimana tokoh-
tokoh pada era yunani klasik memandang bahwa hal yang pertama untuk manusia ketahui
adalah sumber alam (sumber dari kehidupan), atau yang kita sebut dengan kosmologis,
kemudian berkembang dan terus berkembang hingga era modern ini.
Objek dari pada kajian filsafat tidak terbatas dalam bidang-bidang tertentu. Ciri yang
khas dari filsafat adalah berfikir, secara radikal, logis, universal dan sistematis. Berarti berfikir
tidak terbatas, tidak khusus yang hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu, tetapi mencakup
permasalah secara holistik.1 Sebagaimana yang kita ketahui objek yang dikaji dapat masuk
dalam kerangka filosofis, seperti filsafat manusia, filsafat pendidikan dan lain sebagainya.
Begitu pula dengan sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah dalam pengertian filsafat
sejarah. Namun sama halnya dengan kajian filsafat lainnya, para filosof pun memperdebatkan
bagaimana sejarah dalam kerangka filosofis ini.
Filsafat sejarah adalah cabang dari filsafat yang mempelajari tentang prinsip-prinsip
mendasar (hakekat) sejarah sejauh dapat ditangkap oleh akal dan dapat dipertanggung-
jawabkan secara ilmiah, artinya bersifat rasional-ilmiah. Filsafat sejarah mempelajari prinsip-
prinsip dasar keilmuan sejarah. Filsafat sejarah membicarakan “ada” sebagai sejarah.
Pertanyaan yang dapat dikemukakan dalam filsafat sejarah adalah struktur mendasar atau
esensi dasar apa yang menyebabkan sejarah (masa lampau) itu menjadi ada atau hal-hal
mendasar apa yang menyebabkan sesuatu itu terjadi atau berubah. Filsafat sejarah
membicarakan hakekat sejarah atau esensi dasar sejarah.
Menurut Al Khudairi, filsafat sejarah adalah tinjauan terhadap peristiwa-peristiwa
historis secara filosofis untuk mengetahui faktor-faktor essensial yang mengendalikan
perjalanan peristiwa-peristiwa istoris itu, untuk kemudian mengikhtisarkan hukum-hukum
umum yang tetap, yang mengarahkan perkembangan berbagai bangsa dan negara dalam
berbagai masa dan generasi. Sementara itu, F. Laurent mengatakan bahwa sejarah tidak
mungkin hanya merupakan seperangkat rangkaian peristiwa yang tanpa tujuan atau makna.
Dimana sejarah tunduk sepenuhnya pada kehendak Tuhan seperti peristiwa alam yang tunduk
pada hukum hukum yang mengendalikannya.

1 Holistik adalah keseluruhan sebagai kesatuan yang lebih penting daripada bagian-bagiannya.
Filsafat sejarah itu sendiri berpangkal dari keinginan untuk mendapatkan jawaban atas
dua soal esensial, mengapa Sejarah terjadi dan bagaimana terjadinya.2 Demikian, berikut akan
dijelaskan bagaimana Sejarah ini dipandang dalam kerangka filosofis Hegel dan Spengler.
Dengan masing-masing corak pemikirannya yang sama sekali beda diantara keduanya. Hegel
dengan Idea metafisnya dan Spengler dengan hukum-hukum sejarah.
FILSAFAT SEJARAH SPENGLER (1880-1936)
A. Biografi
Oswald Spengler lahir di Blankenburg (Harz) di Jerman Tengah pada tahun 1880, anak
tertua dari empat anak, dan satu-satunya anak laki-laki. Ayahnya, yang semula teknisi
pertambangan dan berasal dari garis panjang mineworkers, adalah seorang pejabat di pos
Jerman birokrasi, dan ia memberikan keluarganya dengan sederhana namun nyaman di rumah
kelas menengah.
Ketika ia berusia sepuluh tahun keluarganya pindah ke kota universitas Halle. Spengler
menerima pendidikan Gymnasium klasik, mempelajari bahasa Yunani, Latin, matematika dan
ilmu alam. Disini juga ia mengembangkan afinitas kuat untuk seni – khususnya puisi, drama,
dan musik.
Spengler pada umur 21 tahun. Spengler mempelajari bidang studi budaya klasik,
matematika, dan ilmu-ilmu fisik. Pendidikan universitasnya sebagian besar dibiayai oleh
sebuah warisan dari almarhum bibi. Ia gagal dalam ujian pertamanya, tetapi ia lulus di ujian
kedua pada tahun 1904 dan kemudian ia menulis disertasi sekunder yang diperlukan untuk
memenuhi syarat sebagai guru sekolah tinggi. Kemudian ia pindah ke Düsseldorf dan akhirnya
Se Hamburg. Dia mengajar matematika, fisika, sejarah dan sastra jerman.
Dia menetap di Munich, di sana untuk menjalani kehidupan sarjana yang independen /
filsuf. Dia mulai menulis sebuah buku pengamatan politik. Awalnya untuk menjadi berjudul
Konservatif dan Liberal, itu direncanakan sebagai sebuah eksposisi dan penjelasan tentang tren
saat ini di Eropa – yang mempercepat perlombaan senjata, Entente “pengepungan” di Jerman,
sebuah suksesi krisis internasional, meningkatkan polaritas dari bangsa-bangsa – dan mana
mereka memimpin. Namun pada akhir 1911 ia tiba-tiba tersentak oleh gagasan bahwa peristiwa
hari hanya dapat ditafsirkan dalam “global” dan “total-budaya” istilah. Dia melihat Eropa
sebagai berbaris pergi untuk bunuh diri, langkah pertama menuju kematian terakhir budaya
Eropa di dunia dan dalam sejarah.

2 Prof. Abdul Hamid Shiddiqi MA. Islam dan Filsafat Sejarah. Cet. 1. 1403 H / 1983 H. Hal 1.
Perang Besar 1914-1918 hanya membenarkan dalam pikirannya keabsahan tesis yang
sudah dikembangkan. Pekerjaan yang direncanakannya terus meningkat dalam lingkup yang
jauh melampaui batas aslinya.
Pada tahun 1922 Spengler mengeluarkan edisi revisi jilid pertama yang berisi koreksi kecil
dan revisi, dan tahun setelah melihat penampilan jilid kedua, dia kemudian puas dengan
pekerjaan, dan semua tulisan-tulisan dan pernyataan-pernyataan.

Karya Oswald Spengler

Dalam karyanya, Spengler meyakini adanya kesamaan dasar dalam sejarah kebudayaan besar
dunia, sehingga memungkinkan ia dapat memprediksi secara umum tentang jalannya sejarah
masa depan (the course of future history). Predeksi Spengler terutama menyatakan bahwa
kebudayaan Barat telah menemui ajalnya (doom), setelah ia melihat awal dan berakhirnya
kebudayaan Barat (the beginning of the end). Ia percaya bahwa setiap kebudayaan
berlangsung melalui sebuah siklus mirip dengan siklus kehidupan organisme. Kebudayaan
dilahirkan, tumbuh kuat (grow strong), melemah (weaken), dan akhirnya mati (die).3

Oswald Spengler yang dilahirkan di Blankenburg, Jerman Tengah berpandangan bahwa


setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan. Proses
perputaran itu memakan waktu sekitar seribu tahun. Dalam karya monumentalnya Spengler
meramalkan keruntuhan Eropa. Ramalan itu didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah
ditentukan oleh hukum alam (fatum), yang dalam bahasa Jerman disebut schiecksal.

Tiap-tiap masa pasti datang menurut waktunya, Itulah keharusan alam yang mesti terjadi.
Seperti halnya historical materialism, paham Spengler tentang kebudayaan pasti runtuh
apabila sudah melewati puncak kebesarannya. Oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan
dapat diramalkan terlebih dahulu menurut perhitungan. Suatu kebudayaan mendekati
keruntuhan apabila kultur sudah menjadi civilization (kebudayaan yang sudah tidak dapat
tumbuh lagi). Apabila kultur sudah kehilangan jiwanya, maka daya cipta dan gerak sejarah
akan membeku.4

Pesimisme berati perkembangan masyarakat ditentukan oleh fatum, bukan manusia sehingga
manusia hidup dalam sikap pesimis. Tidak mampu merubah keadaan. Dalam dunia Islam
termasuk kelompok Jabariyah. Selanjutnya, determinisme berarti manusia tidak bisa.

3 Djoko Suryo. 2009. Transformasi Masyarakat Indonesia Dalam Historiografi Indonesia Modern. Hlm 18
4 http.nasherooy.blogspot.com. diakses pada Rabu(8/12) pukul 07.30 WIB
menentukan jalannya sejarah. Perjalanan sejarah ditentukan oleh faktor dari luar diri manusia.
Dan yang terakhir adalah relativisme. pandangan ini berarti merupakan konsekuensi bahwa
sejarah tidak memiliki patokan yang jelas dan masing-masing kebudayaan memiliki isinya
sendiri-sendiri. Dengan demikian suatu kebudayaan tidak pernah bisa dimengerti oleh
kebudayaan lain.

Anda mungkin juga menyukai