Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR ILMU SEJARAH

FILSAFAT SEJARAH

DOSEN PENGAMPU : Dr. AHMAL, S.Pd, M.Hum


O
L
E
H

ADEK JUNI RAHAYU 2105111528


ADINDA SRI MAHARANI 2105112010
DIAN SRIWILNA 2105124825
FIRDAUS 2105134598
PUTRI SEKAR ARUM PUJIATI 2105110849
REKA RUZAILA WAHYUNI 2105110843
SRI ULFA DESTIANA 2105110852
BAB I PENDAHULUAN
Filsafat sejarah tidak hanya masa lampau dalam masa sekarang tetapi juga berusaha untuk
membuat proyeksi ke masa depan. Beberapa pandangan atau aliran dalam pengkajian sejarah
bermacam-macam sehingga memerlukan beberapa pilihan untuk mengkaji lebih lanjut. Dalam
filsafat ada berbagai metode dan objek filsafat yang sangat perlu untuk di ketahui. Makalah ini
akan membahas beberapa hal tersebut.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Sejarah.


Kesadaran manusia tentang sejarah telah dimulai sejak adanya filsafat yang
berfikir mengenai sejarah, perkembangan bangsa dan bangunan. Beberapa ahli filsafat
Yunani kuno telah melangkah maju dengan berpendapat bahwa arus sejarah yang
simpang siur itu sebetulnya berdasar sebuah rencana yang masuk akal ( Meullen,
1987: 24). Marcus Tullius Cicero menyebut Herodatus sudah berusaha menjaring
sumber-sumber yang dapat dipercaya dan berusaha dengan jujur untuk mencapai
kebenaran ( Pospoprodjo, 1987 : 10). Namun demikian istilah filsafat sejarah baru
untuk pertama kali di kemukakan oleh Voltaire (1694-1778) (Lowith, 1970 : 1).
Ungkapan filsafat sejarah secara tradisional berarti usaha memberikan keterangan
atau tafsiran yang luas mengenai seluruh proses sejarah ( Gardiner, 1987: 123).
Filsafat sejarah tidak hanya berusaha untuk memahami masa lampau dalam perspektif
masa kini, akan tetapi juga berusaha untuk membuat sesuatu proyeksi ke masa depan.
Kaerna itu seorang filosof filsafat sejarah berusaha untuk memehami perkembangan
kemanusiaan secara utuh.
Filsafat sejarah dalam istilah lain disebut dengan Historisitas. Historisitas dalam
filsafat barat menjadi agenda penting pemikiran modern dan dianggap sebagai
langkah evaluatif yang dapat membuka pemahaman tentang masa depan. Historisitas
tidak hanya sebagai cirri khusus zaman moder, tetapi juga telah di alami oleh zaman
sebelumnya. Namun demikian Historositas tidak selalu di alami dengan cara yang
sama pada setiap periode sejarah. Pada zaman modern manusia lebih sadar akan
historisitasdi bandingkan denga zaman sebelumnya (Bertens, 1987 : 186). Manusia
zaman modern dalam memahami historisitasnya lebih dinamik dan kreatif, ia tidak
hanya berusaha untuk meramalkan tentang corak dan bentuk masa depan ideal yang
di inginkannya lebih dari ia berusaha untuk mewujudkan cita-citanya itu.
Russell, ( 1989 : 1) mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam lingkungan
masyarakat yang tidak mereka ciptakan. Struktur sosial, ekonomi dan politik
merupakan factor penentu, apakah dapat memperlancar atau menghambat
perkembangan biografis mereka. Maka untuk memahami sejarah individu perlu
dimengerti struktur yang membentuklatar belakang atau pilihan-pilihan hidupnya.
Agar para individu bias memahami sejarah mereka maka hendaknya mereka
berpegang teguh pada struktur yang jelas, yaitu arah kecenderunga sejarah. Marx
melihat proses sejarah sebagai upaya untuk merekontruksi sejarah manusia untuk
kembali ke zaman prasejarah yang tanpa kelas. Comte mengemukakan bahwa sejarah
adalah proses perkembangan intelektual dan kebudayaan manusia. Sedangkan
Spengler, Tonybebe dan Sorokin melihat pasang surut, kebangkitan dan kehancuran
kebudayaan manusia dalam serah.
Berdasarkan kenyataan bahwa sejarah tidak dapat di pastikan begitu saja
perkembangannya, maka muncullah kelompok historisme-kritis yang melawan aliran
historisme. Aliran historisme adalah aliran filsafat sejarah yang beranggapan bahwa
ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk meramalkan perkembangan sejarah dengan
membentuk alur atau pola “ hokum atau frend” yang menentukan jalanya sejarah
(Popper, 1985 : 3). Pandangan-pandangan tentang sejarah telah bantak di tampilkan
oleh para filosof filsafat sejarah. Hal ini menandakan bhwa filsafat sejarah ada
gunanya terlebih bagi peneliti sejarah. Ankersmith, (1987 : 10) mengatakan bahwa
dengan di latarbelakangi oleh filsafat sejarah, seorang peneliti sejarah akan lebih
mampu mengadakan suatu penilaian pribadi mengenai pengadaan pangkajian sejarah
masa kini dengan memuaskan. Sebab pengkajian sejarah turut di tentukan oleh
diskusi-diskusi antara filosf sejarah mengenai tujuan kemungkinan-kemungkinan
dalam pengkajian sejarah. Pengetahuan mengenai filsafat sejarah, memaparkan latar
belakang bagi seorang ahli sejarah untuk menentukan posisinya sendiri terhadap
usaha-uaha memasukkan pendekatan baru terhadap sejarah.
B. Aliran Dalam Pengkajian Sejarah.
Dalam pengkajian sejarah banyak terhadap aliran yang oleh tiap pendukungnya
terus disuarakan sehingga perlu diadakan suatu pilihan.
Aliran tersebut diantaranya :

1. Filsafat Sejarah Hegel


George Wilhem Friedrich Hegel (1770-1831) merupakan seorang filosof idealis, ia
yakin bahwa atau jiwa adalah realitas terakhir. Ia juga seorang filosof manis dalam
fakta, ia berpendapat bahwa setiap hal yang berhubungan satu sama lain dalam
system besar dan kompleks atau keseluruhan yang sisebut dengan absolute. Idealis
manistik sebagaimana yang ia kemukakan disebutnya dalam Phenomenology of
Mind, membawa Hegel pada keyakinan bahwa terdapat suatu pemikiran atau
subtansi mental (Collinson, 200 : 142).Teorinya tentang kebenaran berkaitandengan
ini, karena ia berpendapat bahwa yang riil adalah apa yang rasional dan bahwa yang
benar adalah keseluruhan.
Hegel dalam bukunya Philosophy of Histori mengembangkan sebuah teori yang
didasarkan pada pandangan bahwa Negara merupakan realitas kemajuan pikiran kea
rah kesatuan dengan nalar. Ia melihat Negara aebagai kesatuan wujud dari kebebasan
objektif dan nafsu subjektif adalah organisasi rasional dari sebuah kebebasan yang
sebenarnya berubah-ubah dan sewenang-wenang jika di biarkan pada tingkah laku
individu. Dalam bukunya mengenai filsafat sejarah Hegel membahas dunia timur,
dunia Yunani-Romawi dan dunia Germania. Pembagian ini didasarkan atas Trias
Hegel yakni : roh objektif, roh subjektif dan roh mutlak. Dalam dunia Timur, roh
belum sadar diri, manusia masih dalam keadaan alami sedangkan roh berkarya dan
menyusun dalam objektifitas ( seperti hukum alam). Dalam dunia Yunani-
Romawitimbullah subjektifitas, roh menempatkan diri di luar dan berhadapan dengan
apa yang secara objektif ada. Akan tetapi roh subjektif kurang memahami kenyataan
objektif. Baru dengan munculnya roh mutlak didalam dunia Germania terjadi
perukunan antara yang subjektif dan yang objektif ( Smith, 1987 : 38-39). Filsafat
sejarah bagi Hegel representasinya yang nyata terlihat dalam bentuk- bentuk
kekuasaan dalam Negara. Negara merupakan realitas kemajuan pikiran ke arah
kesatuan yang nalar. Ia melihat bahwa Negara adalah kesetuan wujud kebebasan
objektif dan nafsu subjektifnya adalah organisasi rasional dari sebuah kebebasan
yang sebenarnya berubah-ubah dan sewenang-wenang jika di biarkan pada tingkah
laku individu ( Collinson, 2001 : 143) lebih lajut dalam pengantar bukunya
Philosophy of History ia menulis :

“ Negara adalah ide tentang roh didalam perwujudan lahir kehendak manusia dan
kebebasanya. Maka bagi Negara, perubahan dalam aspek sejarah tidak dapat
membatalkan pemberian itu sendiri dan berbagai tahap yang berkesinambungan
dengan ide mewujudkan diri mereka di dalamnya sebagai prinsip-prinsip politik yang
jelas” ( Hegel, 2001: 65).

Negara adalah tujuan yang sesungguhnya dari manusia, tidak sekedar sarana. Negara
mendamaikan kepentingan perorangan dan masyarakat. Negara didirikan atas
ketaatan hak-hak perorangan pada kewajiban-kewajiban masyarakat.

2. Filsafat Sejarah Karl Marx


Karl Heinrich Marx ( 1818-1883) adlah filosof Jerman yang pemikiranya telah
menjadi inspirasi dasar “ Marxisme” sebagi ideology perjuangan kaum buruh, yang
menjadi komponen inti dari ideology komunisme pemikiran Marx juga telah menjadi
salah satu rangsangan besar bagi perkembangan sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat
kritis ( Magnis-Suseno, 2000:3). Pemikiran Mark tidak hanya tinggal diam di
wilayah teori, melainkan ideology yang di kenal ideology Marxisme dan komunisme.
Ideologi ini dalam sejarah telah menjadi kekuatan sosial politik. Dalam sejarah
filsafat barat hanya Marx yang mengembangkan sebuah pemikiran yang pada dasar
filosofis namun kemudian menjadi teori perjuangan gerakan pembebasan. Motor
perubahan dan perkembangan menurut Karl Marx adalah pertentangan antara kelas-
kelas sosial, bukan oleh individu-individu tertentu ( Magnis-Suseno, 2000:125).
Maka menurut Marx tidak tepat jika sejarah di pandang sebagai hasil tindakan raja-
raja dan orang-orang besar lainya.
Apa yang di putuskan dan di usahakan oleh orang-orang besar yang dikenal dari
buku-buku sejarah popular, meskipun tidak pernah tanpa kepentingan atau cita-cita.
Dalam garis besarnya selalu akan bergerak dalam rangka kepentingan kelas mereka
serta mencerminkan struktur kekuasaan kelas-kelas dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Tiga tahap filsafat sejarah Marx menggambarkan pola “ satu langkah ke belakang,
dua langkah ke depan”. Komunitas-komunitas primitif harus di hancurkan terlebih
dahulu sebelum satu komunitas bisa di buat lagi pada tingkat yang lebih sempurna.
Materialisme histories menekankan bahwa tahap-tahap berurutan dalam
penghancuran ini juga sebagai tenggang waktu. Ketika para produsen dengan cepat
terpisah dari sarana-sarana produksi mereka, maka kerja mereka semakin produktif.
Pemisahan ini berlangsung sangat ekstrim dalam kapitalisme yang notabene juga
salah satu tahap dimana perkembangan kekuatan-kekuatan produksi mencapai
tingkat yang paling tinggi ( Elster, 2000:16).
Marx membedakan Arga tahapan manusia :
1. Tahap pertama : Adalah masyarakat purba sebelum pembagian kerja dimulai.
2. Tahap kedua-yang masih berlangsung : adalah tahap pembagian kerja
sekaligus tahap kepemilikan hak pribadi dan hak keterasingan.
3. Tahap ketiga : adalah tahap kebebasan yaitu apabila hak milik pribadi telah di
hapus ( Magnis, 2000: 102).
Jadi system hak milik pribadi bukan sebuah “ kecelakaan” melainkan tahap yang
pasti dalam perjalanan umat manusia ke tahap kebebasan. Tahap hak milik pribadi
tidak dapat di hindari karena pembagian kerja juga tidak bisa dihindari. Hanya
melalui pembagian kerja umat manusia dapat menjamin keberlangsungan hidupnya.
Maka meskipun keterasingan manusia dinilai negative, tetapi keterasingan tersebut
merupakan tahap yang harus dilalui oleh umat manusia.
Menurut Marx masyarakat masa depan yang di idealkan adalah komunisme.
Seperti yang di kutip oleh Fromm dalam Manuskrip II, Marx menegaskan bahwa :
komunismne merupakan penghapusan kepemilikan pribadi secara positif yang
merupakan apresrasi nyata dari watak manusia melalui dan untuk manusia.
Komunisme pengembalian manusia sebagai makluk sosial yaitu pengembalian yang
lengkap dan sadar yang mencampurkan semua kekayang dan perkembangan
sebelumnya. Komunisme sebagai naturalisme yang paling maju adalah humanisme,
dan humanisme yang paling maju adalah naturalisme. Tentang struktur mana yang
mendukung atau memajukan kebebasan tindakan mereka semua.
Patrick Gardiner (1985 : 123-124) mengatakan bahwa ungkapan filsafat sejarah
menunjukkan kepada dua jenis penyelidikan yang sangat berbeda. Secara tradisional
ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjukkan kepada usaha memberikan
keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh proses sejarah. Filsafat sejarah
dalam arti ini disebut “ filsafat sejarah formal atau spekulatif” yang secara khas
berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti “ apa arti (makna, tujuan ) sejarah?
“atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dan perubahan
dalam sejarah?”. Diatara tokoh-tokoh utama yang paling mewakili tepri ini : Vico,
Herder, Hegel, Comte, Marx, Tonybee dan lain-lain.
Secara modern ungkapan tersebut berarti suatu kritik terhadap filsafat sejarah
formal atau spekulatif, terutama kritik dari sudut logika maupun metodologi. Filsafat
sejarah dalam arti ini disebut dengan “ Filafat sejarah kritis” dengan tokohnya antara
lain Popper.
David Bebbyngton (1979 :17-20) membagi filsafat sejarah ke dalam lima aliran
yaitu :
1. Aliran Siklus.
Yang berpandangan bahwa alur perkembangan sejarah itu tidak maju, tetapi selalu
kembali seperti perputaran musim. Tokoh yang mewakili aliran ini adalah Nietzsche
dan Tonybee.
2. Aliran pemikiran yang khusus berhubungan dengan tradisi Yahudi dan Kristiani.
Aliran inn sangat dipengaruhi oleh pandangan agama. Sejarah tidak hanya dilihat
sebagai siklus, akan tetapi juga sebagai gerak garis lurus. Tokoh yang bergabung
dalam aliran ini adalah Agustinus dan Niehbuhr.
3. Aliran pemikiran yang melihat perkembangan sejarah sebagai suatu proses yang
bergerak secara linier kea rah kemajuan.
Filosof yang mewakili aliran ini adalah Comte.
4. Aliran Historisme. Aliran ini menolak keyakinan bahwa sejarah adalah linier.
Menurut mereka perkembangan sejarah sangat di tentukan oleh berbagai factor
dalam kebudayaan manusia. Tokoh yang bergabung dalam aliran ini ialah Vico,
Ranke, Collingwood.
5. Aliran yang dipengaruhi oleh filsafat sejarah Marxisme
John Edward Sulivan ( 1970 : 265-290) dalam bukunya Propets of The Wesr ; An
Intruduction to the Philosophy of History, mengatakan bahwa para filosof filsafat
sejarah dalam pandangannya tentang sejarah berdasarkan pada situasi yang di hadapi
pada waktu itu dan mencoba untuk memperlihatkan komunisme adalah solusi teka-
teki sejarah dan mengetahui bahwa dirinya merupakan solusi ( Fromm, 2001:168).
Komunisme.

3. Filsafat Sejarah Auguste Comte.


Auguste Comte ( 1798-1870) adalah pendiri aliran filsafat positivisme yang
anti metafisisme. Ia hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif –
ilmiah. Baginya tidak ada gunanya mencari “ kakekat” kenyataan. Hanya ada satu hal
yang terpenting yaitu “ Savor p our prevour” ( mengetahui supaya siap untuk
bertindak, mengetahui supaya manusia dapat menantikan apa yang akan terjadi)
(Hamersma, 1983 :54). Manusia harus menyelidiki gejala-gejala dan hubungan
antara gejala-gejala ini supaya ia dapat meramalkan apa yang akan terjadi.
Hubungan antara gejala-gejala oleh Comte disebut “konsep-konsep‟dan
“hukum-hukum‟. Hukum-hukum bersifat “positif” . Positif dalam arti Comte adalah
yang berguna untuk diketahui. Sejarah umat manusia, jiwa manusia, baik secara
individual maupun secara kelompok berkembang menurut hukum tiga tahap, yaitu
tahap teologi atau fiktif, tahap metafisik atau abstrak dan tahap positif atau riel
( Koento Wibisono, 1982 :11).

C. Metode Filsafat

Sebenarnya jumlah metode filsafat hampir saam banyaknya dengan definiusi


para ahli dan filusuf sendiri karena metode adalah suatu alat pendekatan untuk
mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filusuf itu sendiri.
Beberapa metode filsafat :
1. Metode Kritis :
Socrates dan Plato Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau
aturan-aturan yang dikemukakan orang merupakan hermenecetika yang
menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan
bertanya ( berdialog), membedaka, membersihkan, menyisihkan dan menolak
yang akhirnya ditemukan hakikat.
2. Metode Intuitif :
Plotinus dan Bergson Dengan jalan metode intuitif dan dengan pemakain
symbol-simbol diusahakan membersihkan intelektual ( bersama dengan
pencucian moral) sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan
Bergson denga jalan pembaura antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai
perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
3. Metode Skolastik :
Aristoteles, Thomas Aquinas, filsafat abad pertengahan. Metode ini
bersifat sintesis-deduktif dengan bertitik tolak dari definisi- definisi atau
prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya ditarik kesimpulan-kesimpulan.
4. Metode Geometris :
Rene descarfes dan pengikutnya Melalui analisis mengenai hal-hal
kompleks dicapai intusi akan hakikat- hakikat sederhana ( ide terang da
berbeda dengan lainya) dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara
matematis segala pengertian lainya.
5. Metode Empiris :
Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume. Hanya pengalamanlah yang
menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian ( ide-ide) dalam
intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan ) impresi dan kemudian
disusun bersama secara geometris.
6. Metode Transendal :
Immanuel Kant dan Neo Skolastik Metode ini bertitik tolak dari tepatnya
pengertian tertentu dengan jalan analisis diselisiki syarat-syarat aprori bagi
pengertian demikian.
7. Metode Fenomenologis :
Huserl, Eksistensialisme. Yakni dengan jalan beberapa pemotongan
sistematis (reduction), refleksi atau fenomin dalam kesadaram mencapai
penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomenologi adalah suatu aliran yang
membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri atau
membicarakan gejala. Hakeat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan.
Menurut Huserl ada 3 macam reduksi yaitu :
a. Reduksi Fenomenologis
b. Reduksi Eidetis
c. Reduksi Transendental
8. Metode Dialektis : Hegel dan Marx Dengan jalan mengikuti pikiran atau
alam sendiri menurut triade tesis, antitesis, sintesis dicapai hakekat kenyataan.
Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah yaitu dua pengertian yang
bertentangan kemudian di damaikan ( tesis-antitesis-sintesis).
9. Metode non-Positif.
Kenyataan yamg di pahami menurut hakikatnya dengan jalan
mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif
(eksata).
10. Metode Analitika Bahasa :
Wiittgenstern. Dengan jalan analisa pemakaina baahsa sehari-sehari
ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini dinilai cukup
netral sebab sama sekali tidak mengendalikan salah satu filsafat.
Keistimewaanya adalah semua dan hasilnya selalu didasarkan pada penelitian
bahasa yang logis.

D. Objek Filsafat.

Objek filsafat ini terdiri dari:

1. Objek Meterial Filsafat.


Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan atau hal yang di selidiki. Di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin
ilmu yang mencangkup apa saja hal-hal yang konkrit ataupun abstrak. Menurut Dr.
H. A. Dardiri bahwa objek material adalah sesuatu yang ada, baik yang ada dalam
pikiran, kenyataan maupun yang ada dalam kemungkinan. Segala yang ada itu di
bagi menjadi dua yaitu :
a. Ada yang bersifat umum (ontology ), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal
yang ada pada umumnya.
b. Ada yang bersifat khusus yang terbagi menjadi dua yaitu ada secara mutlak
( theodicae) dan tidak mutlak yang trdiri dari manusia ( antropologi metafisik) dan
( kosmologi).
2. Objek Formal Filsafat.
Yaitu sudut pandang yang di tunjukkan pada bahan dari peneliti atau
pemberntukan pengetahuan, suatu dari sudut mana objek material tersebut di
pandang .
Contoh : Objek materialnya adalah manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang
berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia diantaranya
Psikologi, Antropologi, Sosiologi dsb.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ungkapan filsafat sejarah secara tradisonal adalah usaha untuk memberikan


keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh proses sejarah.
2. Filsafat sejarah tidak hanya untuk memahami masa lampau dalam pandangan
masa kini, akan tetapi juga berusaha untuk membuat proyeksi ke masa depan.
3. Aliran dalam pengkajian sejarah : filsafat sejarah Hegel, filsafat sejarah Karl
Marx, filsafat sejarah Auguste Comte.
4. Metode-metode dalam filsafat : Metode Kritis, metode intuitif, metode
sekolastik, metode geometris, metode empiris, metode transcendental, metode
fenomenologis, metode dialektis, metode non-positifisme, metode analitika bahasa.
5. Objek dalam filsafat : Objek material filsafat, objek formal filsafat.

B. PENUTUP

Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari para
pembaca untuk perbaiakan yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai