Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN

GEOGRAFI SEJARAH INDONESIA


Oleh: Yulia Siska

Disusun untuk memenuhi tugas

Dosen Pengampu:Dr.Midawati, M.Hum

Oleh:

2010712022

Nabilah Nur Yasinda

ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
BAB I

KONSEP DASAR GEOGRAFI SEJARAH

A. Hakikat Sejarah
Kata sejarah (History) yang kita gunakan pada masa lalu berpuncak pada istilah Arab yaitu
“Syajaratun” yang berarti pohon. Dalam perkataan Yunani history adalah “Histories” yang
bermakna penyelidikan atau pengkajian. Menurut Herodotus, sejarah adalah satu kajian untuk
menceritakan satu kitaran jatuh bangunnya seorang tokoh, masayarakat dan peradaban
(Ibrahim, 1986:6).
Istilah Historia dalam bahasa latin, makananya masih sama dengan bahasa Yunnai. Tetapi,
Historia lebih menekankan pada pengamatan langsung, penelitian, dan laporan-laporan
hasilnya (Samsuddin, 2012:1-3). Tacitus seorang sejarawan Romawi, menggunakan kata
“Historiae” di dalam bukunya yang menulis laporan-laporan hasil pengamatannya secara
pribadi. Ia menulis laporan-laporan mengenai periode lebih awal (14-68 M) yang berjudul
Annates (Sjamsuddin, 2012:2).
Konsep sejarah mendapat pengertian baru setelah adanya percampuran antara penulisan
kronikel yang ketat secara kronologis dan narasi-narasi sejarah yang bebas. Pada abad
pertengahan hal itu dikenal “biografi” atau vitae. Sejarah saat itu tidak hanya membahas
tokoh-tokoh besar, tetapi juga kelompok masyarakat.
Jadi, sejarah adalah ilmu tentang manusia, tapi bukan cerita manusia secara keseluruhan.
Manusia menjadi objek penelitian antropologi ragawi, seperti hasil penelitian Steve Olson
dalam “Mapping Human History” yang berhasil melacak asal-usul manusia modern di empat
benua dan penyebarannya selama lebih dari 150.000 tahun silam. Hal tersebut bukanlah
sejarah, menurut Aristoteles bahwa sejarah merupakan satu sistem yang memperkirakan
kejadian masa lalu dan tersusun dalam bentuk kronologi. Sejarah adalah peristiwa masa lalu
yang mempunyai catatan, rekaman tertentu atau bukti-bukti yang kuat (R. Suntralingam
1985:58).
Sementara itu, Sidi Gazalba (1966:11), menggambarkan sejarah sebagai masa lampau
manusia yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan
tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian dan keterpahaman tentang apa yang
berlaku. Sejarah dengan kata lain digunakan untuk mengetahui masa lampau berdasarkan
fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih bagi manusia untuk memperkaya khasanah
pengetahuan sekarang dan akan datang menjadi lebih cerah. Sejarah dapat membentuk sikap
waspada terhadap permasalahan yang dihadapi agar peristiwa-peristiwa yang berlaku pada
masa lampau dapat dijadikan pengajaran yang berguna.
Manusia dan sejarah merupakan kesatuan dengan manusia sebagai subjek dan objek
sejarah. Sejarah adalah suatu bidang yang mempelajari tentang apa yang dilakukan,
dipikirkan, dan diucapkan manusia pada masa lampau. Disini, ingatan manusia untuk
menggali kembali pengalaman yang pernah dialaminya. Pengalaman yang dialami manusia
bisa dituturkan kembali ke dalam bahasa (Ali, 2005:101). Manusia adalah penutur sejarah
yang membuat sejarah sehingga semakin jelas bahwa manusia itu sumber sejarah (Ali,
2005:102).
Sejararah secara tidak langsung mengabarkan eksistensi manusia. Manusia juga tampak
ingin membuktikan eksistensi mereka pada suatu masa. Fasilitas yang digunakan sebagai
sarana pembutian itu seperti goresan, lukisan, dokumen, juga monumen. Keteraitan sejarah
dengan manusia dapat digambarkan oleh peran sejarah salam proses pembentukan sifat-sifat
kemanusiaan yang berujung pada pembentukan jati diri manusia.
Menurut Fuad Hassan (1989), sejarah adalah manifestasi yang khas manusiawi, pengenalan
sejarah merupakan kenyataan yang dapat ditelusuri sejak perkembangan kemanusiaan yang
paling dini. Herder (dalam Abdullah, 1985:1) menyatakan bahwa sejarah adalah proses ke
arah tercapainya kemanusiaan yang tertinggi. Proses itu adalah dimana manusia untuk
membentuk dan menemukan jati dirinya; dari yang tidak tahu apa-apa menjadi ragu-ragu
akan suatu hal, lalu mengerti dan paham.
Romano Gardin (1885-1968) menyatakan bahwa manusia harus dihadapkan pada masalah
kemanusiaan secara berulang-ulang. Ia harus mencari dan menyelidiki semua kemungkinan
yang tampak terbuka bagi dirinya juga permasalahannya. Eksistensi sejarah tersebut dapat
muncul apabila manusiadalam kehidupannya telah beranjak menuju hari esok sehingga
meninggalkan hari kemarin. Menurut Murtadha Mutahhari (1986:65), sejarah dapat
didefinisikan dalam tiga cara berikut.
Pertama, pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan keadaan-keadaan
kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan kejadian masa kini. Pengertian sejarah
seperti ini, apabila ditelusuri lebih jauh, akan meliputi:
1. Sejarah merupakan pengetahuan tentang sesuatu berupa pengetahuan tentang
rangkaian episode pribadi atau individu, bukan merupakan pengetahuan tentang
serangkaian hukum dan hubungan umum;
2. Sejarah merupakan suatu telaah atas riwayat-riwayat dan tradisi-tradisi, bukan
merupakan disiplin rasional;
3. Sejarah merupakan pengetahuan tentang mengada (being), bukan tentang menjadi
(become);
4. Sejarah berhubungan dengan masa lampau, bukan masa kini. Tipe sejarah ini menurut
Muttahari disebut sebagai sejarah tradisional atau sejarah ditranmisikan.
Kedua, sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai
kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis atas peristiwa
masa lampau. Sejarawan dalam upaya menganalisis berusaha mengungkapkan sifat sejati
peristiwa-peristiwa sejarah tersebut serta hubungan sebab-akibatnya; akhirnya akhirnya,
dapat menemukan hukum-hukum yang bersifat umum dan berlaku pada semua peristiwa
yang serupa. Hukum-hukum yang disimpulakan atas objek penelitian tidak hanya terbatas
pada masa lampau, tetapi jugadapat digeneralisasikan sehingga dapat diterapkan pada masa
kini dan mendatang. Seorang sejarawan menulis sejarah yang bersifat ilmiah, untuk
menemukan kembali sepenuhnya sebagai peristiwa itu terjadi. Untuk menyelesaikan studi
sejarah seperti ini maka para ahli menggunakan beberapa cara pendekatan antara lain
pendekatan objektif (Louis Gottschalk, 1974:144), yaitu 1) setiap jenis eksposisi atau kisah,
fakta fakta sejarah harus diseleksi, 2) Disusun, 3) Diberi atau dikurangi tekanannya, dan 4)
Ditempatkan dalam suatu urut-urutan kausal dan masing-masing diantara proses-proses itu
memiliki komplikasi-komplikasinya sendiri. Croce mengatakan bahwa sejarah adalah bentuk
tertinggi dari filsafat. Bagi Croce, perbuatan berpikir adalah filsafat dan sekaligus sejarah
pada waktu yang bersamaan. Karenanya, sejarah identik dengan tindakan berpikir sendiri.
Dari paradigma ini kemudian lahirlah rumusan tentang identiknya sejarah dengan filsafat
(dalam Ahmad Syafi’i Maarif, 2003:35).
Ketiga, filsafat sejarah (kesejarahan) didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-
perubahan bertahap membawa masyarakat bergerak dari satu tahap ke tahap lain. Filsafat
sejarah adalah ilmu tentang proses menjadinya masyarakat bukan hanya tentang maujudnya
saja. Spengler Tonybee mengemukakan sejarah sebagai suatu keseluruhan laporan mengenai
masa lalu tersebut membentuk diri sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu yang sah secara
universal. Sejarah dalam kerangka ilmiah adalah sejarah sebagai ilmu, artinya sejarah sebagai
ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat
serta kemanusiaan di masa lampau beserta seluruh kejadian dengan maksud untuk menilai
secara kritis.
Dalam ilmunya, sejarah memiliki dimensi spasial dan temporal. Dimensi temporal sangat
penting bagi karakter dasar sejarah. Sejarah yang berisi perubahan-perubahan yang dilakukan
manusia berkonotasi dengan waktu. Manusia turut mempengaruhi sejarah karena manusialah
yang membuat sejarah; manusia yang mengendalikan sejarah. Itu pula berarti menegaskan
kedinamisan dirinya. Karena manusia yang membuat sejarah, sudah seharusnya setiap dari
diri kita menjadi seorang sejarawan, minimal sejarawan bagi dirinya sendiri.

B. Hakikat Geografi
Geografi berasal dari bahasa Yunani, asal kata geo berarti bumi dan graphien yang berarti
‘lukisan’ atau ‘tulisan’. Menurut Eratothenes, geographika berarti ‘tulisan tentang bumi’
(Sumaatmadja, 1981:31). Pengertian bumi dalam geografi tersebut tidak hanya berkenaan
dengan fisik alamiah bumi saja, tetapi juga tentang segala proses dan gejala alam dan proses
kehidupannya. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi
dengan segenap isinya. Geografi merupakan ilmu yang menunjang kehidupan sepanjang
hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan
manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada
aspek spasial dan ekologis dari eksistensi manusia. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi
memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan
kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.
Integrasi keruangan gejala di permukaan bumi dari suatu wilayah ke wilayah lain selalu
menunjukkan perbedaan. Ini dapat kita kaji dengan ciri-ciri umum suatu wilayah dapat
membedakan diri dari wilayah lain.Ciri umum yang merupakan hasil interelasi, interaksi, dan
integrasi unsur-unsur wilayah yang bersangkutan merupakan objek studi geografi yang
komprehensif (Sumaatmadja, 1981: 33). Selanjutnya, prinsip relasi diterapkan untuk
menganalisis hubungan antara masyarakat dan manusia dengan alam lingkungannya yang
dapat mengungkapkan perbedaan arealnya serta persebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip
pada kajian geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayahyang berbeda dengan
wilayah lainnya.
Geografi mempelajari berbagai gejala berkaitan dengan “ruang muka bumi” sebagai tempat
berkembangnya kehidupan. Para ahli geografi selalu menaruh perhatian pada persebaran,
perubahan, dan keterkaitan antara gejala fisik dan sosial, kajian ini dilakukan dengan
landasan oleh pendekatan regional dan ekologi untuk memahami secara holistik, hubungan
manusia dengan lingkungan alam. Pendekatan regional untuk memahami, mengkaji, dan
menilai tempat. Pendekatan ekologi untuk memahami keterkaitan antara manusia dengan
lingkungan serta bagaimana pengaruhnya pada dinamika kehidupan. Geografi merupakan
ilmu yang menceritakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan
penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi
dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu (Bintaro. 1997:9).
Teori geografi merupakan dasar pemikiran dan prinsip yang mendasari untuk mencapai
tujuan, perumusan masalah dan jawaban sementara, guna mengidentifikasi dan menerapkan
secara tepat ide dan konsep-konsep yang ada dalam teori geografi sebagai kerangka
pemikiran dalam melakukan penelitian geografi. Paradigma geografi pada hakikatnya
dibedakan menjadi paradigma tradisional (eksplorasi, evironmentalisme, dan regionalisme,
dan kontemporer).
Bagi Indonesia yang wilayahnya kurang lebih 7.700.000 km 2, dan memiliki
keanekaragaman. Geografi diperlukan untuk hubungan timbal balik antar manusia dengan
alam biotik, abiotik, dan kultural. Terdapat enam tema utama dalam geografi, yaitu lokasi,
tempat, wilayah, Interaksi manusia lingkungan, mobilitas dan skala. Dalam geografi terpadu,
untuk mendekati suatu maslaah geografi digunakan pendekatan secara eksplisit dalam
beberapa analisis, yaitu:
1. Analisis keruangan, melihat perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting dan
memperhatikan penyebaran penggunaan ruang.
2. Analisis ekologikal, yang memperhatikan adanya interaksi antara organisme hidup
dan lingkungannya.
3. Analisis kompleks wilayah, gabungan antara pendekatan regional dengan ekologikal.
Sumaatmadja (1981 : 77-86) mengemukakan secara garis besar terdapat empat pendekatan
yang sering digunakan, yaitu 1) Pendekatan keruangan 2) Pendekatan ekologi dan 3)
Pedekatan historis 4) Pendekatan system. Untuk pendekatan historis menekankan
perkembangan dinamis dari suatu kajian geografis, berdasarkan proses kronologis dengan
memahami kurun waktunya (James, 1959:2). Dari beberapa pendekatan geografi, dapat
dirumuskan konsep-konsep esensial geografi, sebagai berikut:
1. Konsep lokasi, lokasi absolut, dengan sistem koordinat garis lintang dan bujur,
dengan derajat yang dihitung dari garis ekuator dan meridian.
2. Konsep jarak, jarak tempuh yang dikaitkan dengan waktu perjalanan.
3. Konsep keterjangkauan, lebih ke kondisi apa tidak adanya sarana transportasi ke sana.
4. Konsep pola, susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang muka bumi.
5. Konsep morfologi, menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil dari
pengangkatan maupun penurunan wilayah secara geologi.
6. Konsep aglomerasi, persebaran yang bersifat mengelompok pada wilayah yang relatif
sempit yang paling menguntungkan baik mengingat macam-macam gejala.
7. Konsep nilai kegunaan, bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang.
8. Konsep interaksi, peristiwa yang saling mempengaruhi daya-daya, objek-objek, atau
tempat mengembangkan potensi sumber daya dan kebutuhan.
9. Konsep diferensiasi areal, integrasi fenomena menjadikan suatu tempat mempunyai
corak individualitas tersendirisebagai region.
10. Konsep keterkaitan keruangan, menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu
fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat.
Ruang lingkup studi geografi, meliputi:
1. Keanekaragaman SDA
2. Gejala-gejala alam, seperti tanah, air, udara, matahai, tumbuhan, hewan,yang
berkaitan dengan manusia.
3. Mengkaji kehidupan manusia dalam segala aspek kegiatan.

Ruang lingkup geografi yang pokok, yaitu:


1. Penyebaran umat manusia di permukaan bumi.
2. Hubungan timbal balik antara masyarakat manusia dengan alam lingkungan, dan
3. Region / wilayah.

C. Hubungan Geografi dan Sejarah


Sebleum tahun 1960-an, geografi manusia memiliki beberapa sub bidang penting seperti
geogerafi sejarah. Ilmu ini dibagi berdasarkan minat praktisi dan belahan dunia tertentu.
Menurut Johnston (2000:406), terdapat empat sub disiplin yang saling bersinggungan dan
berpotongan yang mencerminkan hubungannya dengan ilmu sosial lain, yaitu: 1)Geografi
ekonomi bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu ekonomi; 2) Geografi sosial
bersinggungan dan bepotongan dengan sosiologi; 3) Geografi politik bersinggungan dan
berpotongan dengan ilmu politik; 4)Geografi kultural bersingungan dan berpotongan dengan
budaya antropologi. Para sejarawan di Jerman berpendapat ada dua golongan ilmu bantu
sejarah Pertama, dalam arti luas, meliputi ilmu yang dapat bermanfaat seperti biologi
kelautan, teknik, antropologi fisik dan budaya, matematika, numismatik, ekonomi, filsafat,
germanistik, dan seterusnya. Kedua, ilmu bantu sejarah khusus, yang dibutuhkan oleh
sejarawan, meliputi geografi kesejarahan, kronologi, geneologi, ilmu sumber, paleografi,
ilmu prasasti, akta heraldik, sfragistik dan numismatik.
Frederick dan Soeroto (Dalam Setiadi, 2006:1-8) menyatakan bahwa pemikiran sejarah
paling tidak mengandung 3 unsur utama, yaitu:
1. Waktu sebagai pangkal pemikiran sejarah. Setiap penggal perjalanan waktu harus
dapat diuraikan sesuai dengan ciri khasnya sehingga dapat memberikan kerangka
guna menafsirkan masa lampau.
2. Fakta, baik berupa keterangan yang bersifat abstrak maupun mutlak. Fakta merupakan
unsur penting guna menarik makna tertentu yang paling mendekati kebenaran dalam
memahami masa lampau.
3. Kausalitas, pemikiran sejarah bukan saja menjawab kapan suatu kejadian terjadi,
tetapi juga mengapa dan bagaimana terjadinya.
Dalam falsafah keilmuan ruang dan waktu selalu dipandang secara terintegrasi, Oleh sebab
itu, kondisi timeless space dan spaceless time tidak diakui keberadaannya. Menurut
kedisiplinan ilmunya, ilmu geografi selalu berkaitan dengan ruang, sedangkan sejarah
berkaitan dengan waktu. Kedua ilmu ini seringkali berjalan secara terpisah. Menurut Meinig
(1978: 1186-1205), geografi dan sejarah sebenarnya berakar pada satu hal yang sama. Oleh
karenanya, antara kedua disiplin ilmu tersebut tercipta hubungan yang saling ketergantungan.
Menurut Soemarsaid Martono (dalam Setiadi, 2006:1-8) menyatakan bahwa penelitian
sejarah selalu memerlukan kejelasan akan batas temporal dan spasial. Pada sisi lain Ogilvie
(dalam Setiadi, 2006: 1-8), menyatakan bahwa pentingnya elemen waktu dalam kajian
geografi. Harsthorne menyatakn bahwa dimensi waktu memiliki peran penting dalam analisis
geografi, antara lain:
1. Untuk mendapatkan penjelasan atau deskripsi yang representatif, tentang siklus atau
fluktuasi fenomena tertentu.
2. Untuk menentukan kecenderungan saat ini sebagai dampak kumulatif dari perubahan
yang terjadi di masa lalu.
3. Untuk mengkaji keterkaitan antar gejala.

D. Konsep Geografi Sejarah


Geografi sejarah merupakan kajian geografi tentang masa lalu yang berkaitan dengan
berbagai peristiwa manusia. Ruang lingkup geografi sejarah adalah persebaran penduduk,
penyebaran dan pola pemukiman, zona lahan dan vegetasi yang menggantikan hutan rawa-
padang rumput karena perkembangan kehidupan bertani dan pengembalaan di suatu wilayah
di permukaan bumi yang ditinjau perkembangannya pada masa lalu sebelum mencapai masa
yang akan datang. Tujuan studi geografi sejarah adalah untuk memenuhi perhatian geografi
sejarah yang bersangkutan dan memandang latar belakang kondisi perkembangan sejarah
gejala geografi untuk mnegungkapkan keadaan masa sekarang (Hermawan, 2009:70).
Butlin (1992) menyatakan “geografi sejarah” adalah kajian geografis tentang masa lampau.
Kajian tersebut dilakukan melalui rekonstruksi imajinatif dalam suatu rentang waktu dengan
menekankan pada pemahaman integratif terhadap dinamika kehidupan dalam suatu area.
Pusat perhatian kajian geografi sejarah adalah fenomena atau proses keruangan yang
menggambarkan dinamika keterkaitan antara manusia-lingkungan antara lain dalam hal
memanfaatkan SDA, membangun pemukiman, mengembangkan kekuasaan, mengontrol
teritori.
Harsthorne (dalam N. Daldjoeni, 1995:108) dalam buku The Nature of Geography
mengatakan, bahwa geografi itu sejarah masa sekarang. Maka lahirlah geografi kesejarahan,
yang didalamnya wilayah dipandang panggung dimana penghuninya memainkan lakon
mereka. Geografi dapat dipakai dalam membantu penelitian sejarah. Caranya dengan usaha
menelaah kondisi geografis dari wilayah yang bersangkutan di masa lampau menggunakan
metode khusus dan dipelajari dengan seksama. Dengan demikian, geografi memegang
peranan penting dalam sejarah, karena sangat mempengaruhi jalannya sejarah. Ilmu sejarah
sebagai suatu telaah manusia harus menghitungkan unsur ruang selain waktu. Berdasarkan
penjabaran di atas, geografi sejarah adalah studi tentang manusia, fisik, fiksi geografi teoritis,
dan “nyata” dari masa lalu. Studi geografi sejarah mempelajari berbagai macam isu dan
topik. Geografi sejarah banyak mempelajari pola geografis melalui waktu, termasuk
bagaimana orang berinteraksi dengan lingkungan mereka dan menciptakan landskap budaya.
Adapun tradisi yang berkembang dalam ilmu geografi menurut Setiadi (2006: 1-8):
1. Tradisi Man-Land Relation
Geografi banyak mempelajari faktor penyebab dan dampak dari keterkaitan masing-
masing.
2. Tradisi Areal Differentiation
Menenkankan pada kajian penyajian dan penafsiran secara akurat, teratur, dan
rasional mengenai perbedaan karakter berbagai tempat di permukaan bumi.
3. Tradisi Spatial Analysis
Berkembang pada tahun 1950-an dengan adanya perhatian yang lebih besar pada
pola-pola keruangan. Kemunculan tradisi ini didukung secara kuat oleh terjadinya
“revolusi kuantitatif” dalam kajian geografi.
4. Tradisi Social Theory
Seiring dengan terjadinya krisis sosial pada tahun 1960-an, banyak ahli geografi yang
mulai mempertanyakan peranan ilmu geografi dalam menanggapi berbagai perubahan
sosial. Aliran Marxis memberikan pengaruh kuat dalam kajian-kajian geografis
terutama yang berkaitan dengan ketimpangan ekonomi dan dampaknya pada struktur
sosial-politik, kajian ini dikenal dengan geografi radikal.
Carl O. Sauer mengungkapkan beberapa tema yang dapat diangkat dalam kajian geografi
sejarah. Tema-tema tersebut antara lain:
1. Gejala geografi fisik tertentu yang mempengaruhi perubahan muka bumi seperti
halnya perubahan iklim yang diakibatkan oleh manusia dan kembali menimbulkan
dampak terhadap manusia.
2. Kajian tentang manusia beserta prilakunya yang mengakibatkan perubahan alam.
3. Kajian tentang tata letak pemukiman, tipologi, perumahan, dan pola pemukiman yang
atara lain berkaitan erat dengan nilai budaya dan cara pandang manusia dalam
mengatasi kendala fisik dan sosial.
4. Pengelolaan SDA kepemilikan, penguasaan, dan pengambilan, keputusan dalam
kaitannya dengan dinamika struktur sosial-politik dalam lingkup budaya tertentu.
5. Perkembangan atau siklus kebudayaan yang memunculkan pusat-pusat peradaban
sehubungan dengan perkembangan penduduk, kemajuan teknologi, dan dinamika saya
dukung lingkungan.
6. Pola-pola pembauran antar kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan difusi
informasi dan pengetahuan dari stau tempat ke tempat lain.
7. Konflik-konflik teritorial yang berkaitan dengan adanya kelompok dominan yang
bersifat agresif dan kelompok marjinal baik dalam konteks politi, ekonomi, maupun
sosial.
Dengan meneelaah suatu wilayah geografis dapat diketahui seluk beluk cara manusia dari
abad ke abad telah memanfaatkan berbagi kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan
geografis kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai