Anda di halaman 1dari 5

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas/Semester : X/1
Pembelajaran 1
Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Tema :

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi, diharapkan siswa dapat;
1. Memahami pengertian sejarah
2. Memahami cara berfikir kronologis dalam memperlajari sejarah
3. Memahami cara diakronik dalam mempelajari sejarah
4. Memahami cara berfikir sinkronik dalam mempalajari sejarah
5. Memahami konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah
B. Waktu : 4 x Pertemuan (8 jam pelajaran)
C. Metode : discovery learning
D. Media/alat dan sumber belajar : Modul, gawai/laptop.
E. sumber : buku paket sejarah Indonesia X
F. Petunjuk :
1. Simak dengan seksama ringkasan materi di bawah
2. Setelah selesai kerjakanlah tugas yang telah diberikan.
G. Materi
1. Pengertian
1.1. Secara Etimologis
Sejarah berasal dari bahasa Arab yakni syajara yang berarti terjadi, syajarah yang berarti
pohon dan syajarah an-nasab yang berarti pohon silsilah (Kuntowijoyo, 2013:1). Definisi pohon ini
merujuk pada skema silsilah keluarga raja (dinasti) pada masa lalu. Kata syajaratun kemudian diserap
ke dalam bahasa Melayu menjadi syajarah. Adapun dalam Bahasa Indonesia disebut dengan sejarah.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, sejarah disebut dengan history yang diserap dari bahasa Yunani
yakni historia, yang memiliki makna penyelidikan, pengumpulan, pengorganisasian, dan penyajian
informasi mengenai peristiwa masa lampau dengan manusia sebagai tokoh utamanya (Rachmawati,
2016: 1).

1.2. Secara Terminologis


Menurut bapak sejarah Herodotus, sejarah bukan berkembang dan bergerak lurus ke depan
dengan tujuan pasti, melainkan melingkar, disebabkan oleh keadaan manusia itu sendiri. Sementara
itu, Ibnu Khaldun mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang manusia dan peradabannya.
Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo, sejarah pada hakikatnya dibatasi oleh dua hal, yaitu sejarah
dalam arti objektif dan sejarah dalam aarti subjektif. Sejarah objektif menunjuk kejadian atau peristiwa
itu sendiri. Adapun sejarah subjektif dipengaruhi oleh emosi dan pikiran sejarawan atau penulis sejarah
tentang suatu peristiwa. (Ratna Hapsari & M. Adil, 2016: 7). Sedangkan menurut Murtadha Muthahhari
(2002: 303-307), pengertian sejarah didefinisikan ke dalam tiga cabang yang saling berhubungan erat:
(1) sejarah adalah cabang dari pengetahuan tentang peristiwa masa lalu dan kondisi yang berkaitan
dengan masyarakat masa lalu. (2) sejarah adalah cabang pengetahuan tentang aturan dan tradisi yang
mengatur kehidupan masyarakat di masa lalu atas dasar tradisi. (3) sejarah digunakan untuk
menunjukan filsafat sejarah yaitu pengetahuan tentang perkembangan masyarakat dari tahap ke tahap
dan pengetahuan tentang hokum yang mengatur perubahan-perubahan tersebut. Allan Nevin (1962: 14
dalam Ahmad Syafii Maarif, 2006: 29 dalam Aman, 2011:15), menyatakan bahwa sejarah merupakan
jembatan penghubung masa silam dan masa kini, dan sebagai petunjuk ke arah masa depan.
Seyogyanya, sejarah adalah ilmu yang menggambarkan perkembangan masyarakat, suatu proses
yang panjang. Sejarah juga merupakan kisah manusia dengan perjuangan yang dikenal dengan
kebudayaan. Memahami asal-usul kebudayaannya, berarti memahami kenyataan dirinya dan
kekiniannya. Memahami hakekat kekiniannya berarti mampu mengambil pelajaran untuk menghadapi
masa depan. (Isjoni, 2007: 37). Kejadian-kejadian atau perbuatan-perbuatan manusia tersebut untuk
dapat menjadi bahan kajian sejarah haruslah bersifat konkrit, dibatasi waktu dan tempat tertentu, sebab
sejarah bersifat singular atau individual mencakup kejadian-kejadian yang bersifat unik (Wasino,
2007:2).
2. Konsep Manusia, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah
Apakah kalian mengetahui definisi tentang waktu?, menurut KBBI waktu adalah seluruh
rangkaian saat proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala
waktumerupakan interval antara 2 buah keadaan/lama berlangsungnya suatu kejadian.
Ruang,waktu,&manusia merupakan 3 unsur penting kehidupan manusia. Suatu kejadian/peristiwa yang
berkaitan dengan manusia dapat diamati berdasarkan dimensi ruang, dimensi waktu, & dimensi
manusia.
Waktu(dimensi temporal) memiliki 2 makna yakni makna denotatif & konotatif. Secara denotatif
merupakan satu kesatuan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad dan seterusnya.
Sedangkan secara konotatif waktu sebagai suatu konsep. Berdasarkan dimensi waktu, suatu peristiwa
merupakan suatu proses. Yaitu peristiwa tersebut mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Waktu
itu ada & akan terus berjalan (continuity). Waktu dapat dimanfaatkan oleh setiap orang yang memiliki
kesadaran bahwa waktu terus berjalan. Jadi hanya manusia yang dapat memanfaatkan waktu yang
dapat mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
Ruang(dimensi spasial) merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa, baik alam maupun
sosial & peristiwa sejarah dalam proses perjalanan waktu. Dalam dimensi ruang akan berlangsung
berbagai peristiwa pada waktu bersamaan.
Manusia adalah pelaku pada peristiwa. Manusia adalah menjadi objek & subjek peristiwa. Setiap
peristiwa akan membawa pengaruh terhadap perubahan pada dimensi manusia, baik sebagai objek
mauoun subjek. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang lebih baik, oleh karena itu perlu
kesadaran manusiadalam memaknai setiap peristiwa.
Manusia, ruang dan waktu dalam sejarah adalah unsur yang tak bisa dipisahkan satu sama
lain. Pada pokoknya sejarah menjadikan MANUSIA sebagai SUBJEK sekaligus OBJEK. Adapun
manusia sendiri tak akan pernah bisa lepas dari ruang dan waktu sebab peristiwa sejarah ini
berlangsung dalam ruang dan dibatasi oleh waktu. Tanpa keduanya, tak akan ada yang dinamakan
dengan peristiwa sejarah.
Sejarah sebagai ilmu pada hakekatnya adalah menjadikan peristiwa yang dialami manusia
sebagai pokok bahasan. Dengan demikian dalam hal ini manusia merupakan objek studi sejarah
sekaligus pelaku (subjek) sejarah. Sebagai objek sekaligus subjek sejarah, manusia pun tak akan
terlepas dari ruang juga waktu dalam menjalani kehidupannya sebab semua aktifitasnya berlangsung di
dalam ruang dan waktu tersebut. Apabila diurai maka kedudukan 3 unsur utama sejarah tersebut
adalah sebagai berikut:
a) MANUSIA, merupakan subjek sekaligus objek sejarah.
b) RUANG, merupakan unsur di mana peristiwa sejarah berlangsung atau terjadi.
c) WAKTU, merupakan unsur yang membatasi suatu peristiwa sejarah.

3. Cara Berfikir Kronologis dalam Mempelajari Sejarah


Secara epistemologi atau ilmu asal-usul bahasa, kronologi berasal dari bahasa Yunani khronos
yang artinya waktu, dan logos yang artinya ilmu. Sedangkan pengertian dari konsep kronologis itu
sendiri adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah sesuai urutan waktu terjadinya, dari
awal hingga akhir. Sebab setiap peristiwa sejarah pastilah akan diurutkan sesuai waktu terjadinya
secara runtut dan berkesinambungan (Rachmawati, 2016: 2-3).
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut,
teratur, dan berkesinambungan. Konsep kronolgis akan memberikan kepada kita gambaran yang utuh
tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu. Tujuannya agar kita dapat
dengan mudah menarik manfaat dan makna dari hubungan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi.
Jadi, kronologi adalah ilmu tentang waktu yang membantu untuk menyusun peristiwa atau kejadian-
kejadian sejarah sesuai urutan waktu terjadinya. Oleh sebab itu, cara berpikir kronologis dapat
mempermudah kita dalam melakukan rekonstruksi terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat
(Ratna Hapsari & M. Adil, 2016: 10).
Berpikir kronologi sangatlah penting agar terhindar dari anakronisme sejarah. Anakronisme
adalah ketidakcocokan dengan zaman tertentu. Kronologi juga dapat membantu kita untuk
membandingkan suatu peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat yang berbeda, tetapi dalam waktu
yang sama. Contohnya, pada Agustus 1945 dalam Perang Dunia II, pihak sekutu menjatuhkan bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki yang mengakibatkan kekalahan Jepang. Rentetan dari peristiwa
tersebut adalah pada bulan dan tahun yang sama tersebut bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya (Badrika, 2006: 11).
Kronologi sejarah merupakan urutan peristiwa sejarah yang telah terjadi. Kronologi dalam
peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu
secara tepat. Selain itu, kronologi dapat membantu membandingkan kejadian sejarah dalam waktu
yang sama, tetapi di tempat berbeda yang terkait peristiwanya. Kronologi sejarah diperlukan karena
kajian sejarah terdiri atas berbagai jenis peristiwa dan bentuk yang berbeda. Setiap peristiwa perlu
diklasifikasikan berdasarkan jenis dan bentuk peristiwanya. Peristiwa tersebut kemudian disusun
secara runut berdasarkan waktu berlangsungnya. Peristiwa tersebut disusun dari masa paling awal
hingga masa paling akhir. Tanpa konsep kronologi, penyusunan peristiwa sejarah akan mengalami
kerancuan dan dikhawatirkan peristiwa yang terjadi pada suatu masa akan masuk pada masa atau
zaman lain (Ririn Darini, 2013: 58).
Konsep berfikir kronologi juga bisa diartikan sebagai catatan kejadian dari sebuah peristiwa
yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya peristiwa tersebut. Berfikir secara kronologis dalam
sejarah sangat perlu dianjurkan. Berfikir secara kronologis atau berfikir secara urut, runtut,
berkesinambungan dan teratur dapat memberikan secara utuh tentang suatu peristiwa sejarah.
Manfaat berfikir kronologis yaitu kita dengan mudah dapat memahami dan mengetahui makna serta
manfaat sebuah peristiwa bersejarah (sumbersejarah1.blogspot.com).
Konsep kronologis juga memiliki cara berpikir seperti (1) mempelajari kehidupan sosial secara
memanjang dan berdimensi waktu, (2) memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terus
bergerak dan memiliki hubungan kausalitas atau sebab akibat, (3) menguraikan proses transformasi
yang terus berlangsung dari waktu ke waktu kehidupan, (4) menguraikan kehidupan masyarakat secara
dinamis, (5) digunakan dalam ilmu sejarah (idsejarah.net).
Contoh dalam penerapan konsep kronologis dalam sejarah salah satunya mengenai penjajahan
Belanda di Indonesia dilatarbelakangi oleh putusnya hubungan dagang rempah-rempah Belanda
dengan Portugis. Hal ini kemudian membuat Belanda mencari daerah rempah-rempah baru kemudian
sampai ke Indonesia. Setelah berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah kemudian Belanda
membentuk VOC atau kongsi dagang Belanda untuk menghindari persaingan antara pendagang
Belanda. Setelah dibentuk maka era penjajahan Belanda masa VOC terjadi dengan beberapa hak
istimewa yang dimiliki.
Kronologi meniscayakan peristiwa sejarah yang berlangsung sesuai urutan waktunya. Oleh
karena itu, sejarah harus dipahami sebagai sebuah proses, bukan kumpulan acak peristiwa-peristiwa
dengan tanggalnya. Pada awalnya, para sejarawan hanya mengurutkan sejarah berdasarkan atas
teknologi saja. Namun seiring perkembangan teori dan teknik –teknik seperti radiokarbon yang bisa
menetapkan pertanggalan mutlak, maka mulai diklasifikasikan urutan kejadian berdasarkan masa atau
waktu, sehingga penyusunan peristiwa sejarah dari satu zaman ke zaman lain tidak mengalami
kerancuan. Contohnya kronoligis kedatangan Spanyol dan Portugis ke Indonesia sebagai berikut ini:
a) Tahun 1511 Portugis mendarat di Malaka, dipimpin oleh Alfonso
d’Alburquerque.
b) Tahun 1512 Portugis telah berhasil menduduki Maluku.
c) Tahun 1521 Spanyol tiba di Kepulauan Maluku di bawah pimpinan Sebastian d’Elcano.
d) Tahun 1529 dilakukan Perjanjian Saragosa yang berisi pembagian kekuasaan antara Portugis
dan Spanyol (M. Taupan, 2010: 23).
Kronologi berarti sesuai dengan urutan waktu. Peristiwa sejarah akan selalu berlangsung
sesuai urutan waktu, sehingga peristiwa-peristiwa sejarah tidak terjadi secara melompat-melompat
urutan waktunya, atau bahkan berbalik urutan waktunya (anakronis). Oleh sebab itu, dalam mempelajari
sejarah agar kita mendapatkan pemahaman yang baik hanya memperhatikan urutan-urutan kejadiannya
atau kronologisnya.
Kronologi sebagai ilmu dasar sejarah mempelajari tentang tarikh (sistem kalender) yang
digunakan di berbagai tempat dan berbagai zaman serta menterjemahkan suatu sistem kalender
terhadap sistem kalender lainnya. Sebagai contoh pada zaman Hindu di wilayah nusantara
menggunakan kalender Saka. Penyesuaian kalender Saka dengan kalender Masehi dapat dilakukan
dengan mudah karena keduanya menggunakan dasar peredaran matahari. Oleh sebab itu kronologis
juga terbukti mampu membantu berpikir tentang akal pikir manusia pada zamannya masing-masing
(Mustopo, 2006: 10).
Dalam ilmu sejarah, kronologi adalah ilmu untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa
dan tempat peristiwa tersebut secara tepat berdasarkan urutan waktu. Tujuan kronologi adalah untuk
menghindari anakronisme atau kerancuan waktu dalam sejarah. Dengan memahami konsep kronologi,
peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu dapat direkonstruksi kembali secara tepat
berdasarkan urutan waktu terjadinya. Dengan bantuan konsep kronologi, kita juga dapat melihat kaitan
sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di belahan bumi satu dengan peristiwa yang terjadi di belahan
bumi lain. Kronologi merupakan ilmu dasar yang sangat penting bagi ilmu sejarah, karena ilmu ini
menggambarkan proses sejarah. Sebuah kronologi dapat disusun berdasarkan waktu terjadinya atau
tahun kejadiannya (Magdalia Alfian, dkk, 2006: 16).
Salah satu cara yang baik dalam menunjukan tatanan kronologis di mana peristiwa-peristiwa
terjadi adalah penggunaan garis waktu. Garis waktu dapat menunjukan peristiwa-peristiwa dalam suatu
hari atau satu abad. Hal ini tergantung pada skala garis tersebut. Dalam menentukan skala garis waktu
tersebut, sejarawan sering harus membagi waktu dalam banyak cara. Kadang-kadang para sejarawan
menggunakan periode waktu yang panjang. Misalnya, masa Orde Baru adalah sebutan yang diberikan
untuk suatu periode pada akhir abad ke-20 di Indonesia. Periode tersebut merupakan masa
pemerintahan rezim Soeharto yang berkuasa antara tahun 1966-1998.

4. Cara Berfikir Diakronik dalam Mempelajari Sejarah


Diakronik aslinya berasal dari bahasa latin yaitu Berpikir diakronik disebut juga berpikir
kronologis,Berbeda dengan berpikir sinkronik, berpikir diakronik itu, kita menganalisa suatu peristiwa
dari awal mula peristiwa itu terjadi hingga akhir dari peristiwa itu. Contohnya menjelaskan tentang
pertempuran 5 hari disemarang mulai dari awal mula kenapa peristiwa itu terjadi sampai akhir atau
menceritakan tentang kisah hidup seseorang sejak dilahirkan hingga saat ini. Jadi dengan berpikir
secara diakronik/kronologis kita dapat mempelajari proses dari suatu peristiwa bersejarah.
Adapun ciri-ciri berpikir Diakronik :
a. Bersifat vertikal. (menjelaskan prroses suatu peristiwa dari awal hingga akhir)
b. Cakupan kajian jauh lebih luas.
c. Terdapat konsep perbandingan.
d. Memiliki sifat historis/komparatif.
e. Mengkaji masa yang satu dan yang lain.

5. Cara Berfikir Sinkronik dalam Mempelajari Sejarah


Sinkronik aslinya berasal dari bahasa Yunani yaitu "syn" yang artinya Dengan dan "khronos" yang
artinya Waktu/Masa. Tapi Sinkronik artinya Meluas dalam ruang tetapi sempit dalam waktu. Jadi
berpikir secara sinkronik itu, kita menganalisa suatu peristiwa pada intinya saja,tidak menganalisa
suatu suatu peristiwa dari awal.Contohnya menjelaskan tentang suasana pada saat tragedi
pemberontakan G30S/PKI. Jadi dengan berpikir secara sinkronik kita dapat mempelajari peristiwa
bersejarah secara mendetail.
Adapun ciri-ciri berpikir sinkronik :
a. Bersifat horizontal. (tidak menjelaskan suatu peristiwa dari awal dan hanya pada intinya saja)
b. Cakupan kajian yang lebih sempit.
c. Cenderung lebih sulit dan serius.
d. Kajiannya lebih terstruktur.
e. Mengkaji masa tertentu.
f. Tidak terdapat konsep perbandingan.

6. Konsep Perubahan dan Keberlanjutan dalam Sejarah


Maksud dari konsep perubahan dan berkelanjutan dalam sejarah adalah Dalam ilmu sejarah
tidak hanya mempelajari sebuah peristiwa yang terjadi pada masa lampau saja, namun berupa
pengulangan, kesinambungan serta perubahan peristiwa peristiwa yang dilakukan oleh umat manusia.
Konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah berkaitan antara waktu dengan peristiwa sejarah
meliputi perkembangan, kesinambungan, pengulangan dan perubahan.

Perkembangan :
Perkembangan masyarakat dapat terjadi ditengahnya apabila kelakuan masyarakat bergerak dengan
mengubah perilaku dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya. Sebuah perubahan dalam masyarakat
akan menjadi masyarakat yang berkembang saat bentuk perilaku manusia dari bentuk yang sederhana
dan bentuk yang komplek.
Kesinambungan :
Proses kesinambungan terjadi di dalam masyarakat apabila suatu masyarakat tersebut mengadopsi
berbagai lembaga lembaga yang telah ada sebelumnya. Peristiwa dapat disebut sebagai sebuah
proses kesinambungan apabila masyarakat baru meneruskan kegiatan yang telah ada sebelumnya.

Pengulangan :
Pengulangan adalah proses dimana suatu kejadian yang telah terjadi pada masa lampau terjadi
kembali dimasa sekarang. Dalam konsep pengulangan dalam ilmu sejarah mengkaji terhadap kejadian
kejadian penting pada masa lampau dan masa yang akan datang. Pencocokan terhadap suatu
kejadian, dan memiliki kemiripan terhadap satu kejadian dengan kejadian lain menjadikan hal ini
sebagai konsep pengulangan.

Perubahan :
Konsep perubahan dapat terjadi apabila suatu masyarakat mengalami sebuah pergeseran yang
mengikuti perkembangan. Perkembangan dapat terjadi secara besar besaran maupun kecil kecilan
dengan waktu yang lama maupun singkat. Sebuah perubahan dapat terjadi karena berbagai faktor
entah itu internal maupun eksternal. Di dalam konsep perubahan sangat berhubungan erat dengan
salah satu unsur sejarah yaitu waktu.

H. Latihan

I. Evaluasi

J. Daftar Istilah

Anda mungkin juga menyukai