PENDAHULUAN
Sejarah adalah ilmu tentang realita peristiwa, kejadian yang berkaitan dengan
perilaku dan pengalaman hidup manusia di masa lampau adalah suatu realita yang
obyektif, artinya suatu peristiwa yang benar-benar terjadi apa adanya. Sejarah
bukanlah mitos (dongeng) yang sama-sama menceritakan masa lalu. Sejarah berbeda
dengan mitos. Mitos menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan
kejadian yang tidak masuk akal, sedangkan sejarah melalui prosedur ilmiah yang bisa
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik
Sebuah peristiwa berlangsung dalam dimensi ruang. Ruang memiliki arti, yaitu
tempat berlangsungnya atau terjadinya peristiwa sejarah. Adanya konsep ruang
membuat para sejarawan mengkategorikan peristiwa – peristiwa sejarah berdasarkan
tempat, misalnya sejarah daerah, sejarah lokal, sejarah dunia, dan sejarah dunia dan
seja rah dunia. Jika peristiwa tidak bisa melewati dimensi ruang begitupun dimensi
waktu. Kehidupan maanusia tidak dapat terlepaskan dari yang namanya waktu.
Konsep waktu dalam sejarah adalah konsep dasar,dimana setiap peristiwa sejarah
memiliki unsur waktu kapan peristiwa sejarah tersebut terjadi. Dalam ilmu sejarah,
waktu terjadinya peristiwa sejarah tidak dapat dipisahkan menjadi beberapa babak
atau periode, dalam proses yang disebut dengan periodisasi. Tanpa waktu sejarah
menjadi diam bahkan tidak ada. Dengan waktu itulah, sejarah menjadi dinamis,
berkembang. Konsepsi sejarah tentang dimensi temporal, meliputi tiga aspek, yaitu
masa lalu/lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Memang, Sejarah bertumpu
pada masa lalu. Sebab masa lalu itu itulah yang merupakan bahan untuk menyusun
cerita sejarah. Akan tetapi, dengan bertumpu pada masa lalu bukanlah berarti bahwa
sejarah hanya untuk masa lalu semata.
1
Peristiwa yang tidak memiliki hubungan dengan masa lampau bukalah peristiwa
sejarah. Demikian pula dengan adanya peristiwa dimasa sekarang belum menjadi
sejarah. Kehidupan manusia pada hari ini tidak terlepas dari kehidupan manusia pada
masa lampau. Begitu juga dengan masa yang akan datang, itu disebut mata rantai
kehidupan manusia. Sebuah peristiwa selalu berkaitan dengan peristiwa lainnya tidak
terpisahkan. Pada makalah ini kami akan membahas secara rinci apa hubungan
manusia dengan waktu dan ruang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep ruang dan waktu dalam sejarah?
2. Baagaimana keterkaitan manusia dengan dimensi ruang dan waktu?
3. Apa yang dimaksud periodisasi dan kronologi?
4. Bagaimana proses timbulnya cerita sejarah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsep ruang dan waktu dalam sejarah
2. Untuk mengetahui keterkaitan manusia dengan dimensi ruang dan waktu dalam
sejarah
3. Untuk mengetahui periodisasi dan kronologi
4. Untuk mengetahui proses timbulnya cerita sejarah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menyebar ke ruang yang lebih luas seolah-olah ruang tempat terjadinya peristiwa
tersebut bergerak.
B. Waktu
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah serangkaian
saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Masyarakat
Barat melihat waktu sebagai garis lurus itu menciptakan urutan kejadian atau
peristiwa, sebuah garis waktu yang berurut sejak zaman dahulu, zaman sekarang, dan
zaman yang akan dating. Dari sejak zaman praaksara, zaman kerajaan-kerajaan,
zaman penjajahan, zaman kemerdekaan dan seterusnya.
“Konsep Waktu” dalam hal ini (bisa hari, tanggal, bulan dan tahun)
merupakan konsep esensial dalam sejarah. Bahkan bagi semua masyarakat, waktu
merupakan parameter di mana kehidupan dibangun, diatur dan diselaraskan waktu.
(https://kbbi.web.id./waktu.html)
Kerangka waktu ini bias berwujud kalender, jam, hari, tanggal, bulan, musim,
tahun, windu, abad, rentangan kehidupan dari kelahiran sampai kematian, kejadian-
kejadian hidup pribadi, maupun kejadian-kejadian social dalam masyarakat seperti
halnya pemilihan umu, pemberontakan, kudeta, revolusi, kejuaraan dunia, upacara-
upacara religious, semester perkuliahan, maupun jam buka sebuah bank, semuanya
sebagai parameter, waktu biasa digunakan untuk menghitung sebuah durasi-
perhitungan waktu pergerakan benda-benda angkasa, kejadian-kejadian diri manusia
yang mirip berulang secara teratur, dan proses dari serangkaian kejadian. ( Adam-
2000: 1096-1097).
Seperti halnya unsur ruang atau tempat, maka unsur waktu juga memberikan
konteks atau setting tertentu bagi berlangsung peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah
menempati unsur ruang dan waktu yang terus bergerak ke depan secara dinamis. Oleh
karenanya, konteks sejarah pun terus bergerak ,mengalir dan berubah secara
kronologis. Setiap zaman juga memiliki sistem budaya, sistem sosial dan semangat
4
zaman (zeitgeist) yang berbeda-beda. Unsur waktu ini juga menjadikan setiap
peristiwa sejarah hanya sekali terjadi (einmaligh). Walaupun bisa ditemukan
peristiwa sejarah yang hampir sama, namun konteks ruang dan waktunya selalu
berbeda. (M. Habib Mustopo, 2013:24)
Sejarah membutuhkan waktu (dimensi temporal). Tanpa waktu sejarah
menjadi diam bahkan tidak ada. Dengan waktu itulah, sejarah menjadi dinamis,
berkembang. Konsepsi sejarah tentang dimensi temporal, meliputi tiga aspek, yaitu
masa lalu/lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Memang, sejarah bertumpu
pada masa lalu. Sebab masa lalu itu itulah yang merupakan bahan untuk menyusun
cerita sejarah. Akan tetapi, dengan bertumpu pada masa lalu bukanlah berarti bahwa
sejarah hanya untuk masa lalu semata. Pengetahuan tentang masa lalu pada dasarnya
adalah pengetahuan manusia yang benar-benar telah dimiliki, untuk mengetahui
sejauh apa peristiwa yang sudah terjadi, akan tetapi ini tidak berarti bahwa masa lalu
hanya mengabdi pada masa lalu an sich. Pengetahuan masa lalu itu hendaknya dapat
menambah pengetahuan dan wawasan serta menjadi bekal untuk mengambil sebuah
keputusan.
Sumber: https://wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rangesdengklok
Gambar 2.1 Perundingan Soekarno dan Moh. Hatta dengan golongan muda.
2. Peristiwa Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran tentara dan milisi Pro
kemerdekaan Indonesia dan tentara Britania Raya. Puncaknya terjadi pada 10
November 1945 di Surabaya Indonesia.
6
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/sutomo
https://id.m.wikipedia.org/pertempuran_Surabaya
Contoh peristiwa tersebut menunjukan bahwa konsep ruang merupakan unsur
penting yang tidak dapat dipisahkan. Segala aktivitas manusia pasti berlangsung
bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian. Manusia selama hidupnya tidak akan
dilepaskan tanpa unsur tempat dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan
perjalanan itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup.
7
disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya. (R. Moh.
Ali,2003:55)
Periodisasi atau pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturisasi waktu
dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode. Peristiwa-
peristiwa masa lampau yang begitu banyak dibagi-bagi dan dikelompokkan menurut
sifat, unit, atau bentuk sehingga membentuk satu kesatuan waktu tertentu. Periodisasi
atau pembagian babakan waktu merupakan inti cerita sejarah.
Rentang waktu atau masa sejak manusia ada hingga sekarang merupakan rentang
yang sangat panjang, sehingga para ahli sejarah sering mengalami kesulitan untuk
memahami dan membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan
manusia. Untuk mempermudah pembabakan kehidupan manusia, para ahli menyusun
periodisasi sejarah. (Kuntowijoyo,1995:4).
Periodisasi digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan sejarah
kehidupan manusia. Periodisasi yang dibuat oleh banyak peneliti berakibat adanya
perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodisasi sejarah bersifat subjektif yang
dipengaruhi subjek permasalahan serta pribadi penelitinya. (Kuntowijoyo,1995:45)
Dalam sejarah Indonesia, periodisasi dibagi dua, yaitu zaman praaksara dan
zaman sejarah.
1. Zaman praaksara, yaitu zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Sejarah
dapat dipelajari berdasarkan peninggalan benda-benda purbakala berupa artefak,
fitur, ekofak, dan situs. Artefak adalah semua benda yang jelas memperlihatkan
hasil garapan sebagian atau seluruhnya sebagai pengubahan sumber alam oleh
tangan manusia. Fitur adalah artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak
tempatnya. Ekofak adalah benda dari unsur lingkungan abiotik atau biotik. Situs
adalah bidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala
2. Zaman sejarah, yaitu zaman di mana manusia sudah mengenal tulisan. Zaman
sejarah dibagi tiga sebagai berikut :
8
a. Zaman Kuno, yang membicarakan sejak kerajaan tertua sampai abad ke-14.
Pada zaman ini, berkembang kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama
Hindu dan Buddha.
b. Zaman Indonesia Baru, mulai abad ke-15 yang membicarakan masa
berkembangnya budaya Islam sampai abad ke-18.
c. Zaman Indonesia Modern, sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800),
pergerakan kemerdekaan Indonesia merdeka sampai sekarang atau masa
kontemporer. Ada beberapa unsur yang sering memengaruhi penyusunan
periode-periode sejarah, salah satunya adalah unsur geografi, sebab adanya
perubahan tapal batas, perubahan aliran sungai, gedung kuno direhab, bahkan
adanya perubahan flora dan fauna dapat mengaburkan jejak-jejak sejarah.
(Kuntowijoyo, 1995:66)
Konsep teoritik tentang periodisasi sejarah Indonesia pernah dibahas dalam
Seminar Sejarah Nasional I tahun 1957, yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Konsep periodisasi dari Soekanto
Menurut pendapat Soekanto, periodisasi hendaknya berdasarkan ketatanegaraan
artinya bersifat politik. Pembagian atas babakan masa (periodisasi) yang
berdasarkan kenyataan-kenyataan sedapat mungkin harus eksak serta praktis.
Menurutnya, periodisasi sejarah Indonesia diusulkan secara kronologis sebagai
beriku :
9
a) Zaman Kompeni (1800–1808)
b) Zaman Daendels (1808–1811)
c) Zaman British Government (1811–1816)
d) Zaman Nederlands – India (1816–1942)
e) Zaman Nippon (1942–1945)
8) Masa Republik Indonesia (1945–Sekarang)
(Kuntowijoyo,1995:45)
2. Periodisasi menurut Sartono Kartodirdjo
Menurut pemikiran Sartono Kartodirdjo, sebagai dasar bagi babakan masa
(periodisasi) adalah derajat integrasi yang tercapai di Indonesia pada masa
lampau. Menurut pemikirannya, faktor ekonomi sangat memengaruhi
perkembangan sosial, politik, dan kultur di Indonesia. (Sartono
Kartodirdjo.1992:199)
Faktor ekonomi memengaruhi kontak Indonesia dengan luar negeri yang
mendatangkan pengaruh kebudayaan luar, baik budaya Hindu dari India, budaya
Islam dari Asia Barat, serta budaya barat baik dari Eropa atau negara-negara lainnya.
Maka ada kemungkinan untuk membedakan dua periode besar, yaitu pengaruh Hindu
dan pengaruh Islam. Sebutan dari periode itu memakai nama kerajaan sebab sifat
masyarakat pada waktu itu masih homogen dan berpusat pada raja (istana sentris).
Adapun periodisasi yang diusulkan oleh Sartono adalah sebagai berikut:
1) Prasejarah
2) Zaman Kuno
a) Masa kerajaan-kerajaan tertua
b) Masa Sriwijaya (dari abad VII – XIII atau XIV).
c) Masa Majapahit (dari abad XIV – XV).
3) Zaman Baru
10
a) Masa Aceh, Mataram, Makassar/Ternate/Tidore (sejak abad XVI).
b) Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad XIX).
c) Masa pergerakan nasional (abad XX).
4) Masa Republik Indonesia (sejak tahun 1945). (Sartono Kartodirdjo.1992:108)
1. Melakukan Penyederhanaan
Gerak pikiran dalam usaha mengerti ialah melakukan penyederhanaan. Begitu
banyaknya peristiwa-peristiwa sejarah yang beraneka ragam disusun menjadi
sederhana, sehingga mendapatkan ikhtisar yang mudah dimengerti.
2. Memudahkan Klasifikasi Dalam Ilmu Sejarah
11
Klasifikasi dalam ilmu alam meletakkan dasar pembagian jenis, golongan suku,
bangsa, dan seterusnya. Klasifikasi dalam ilmu sejarah meletakkan dasar babakan
waktu. Masa lalu yang tidak terbatas peristiwa dan waktunya dipastikan isi,
bentuk, dan waktunya menjadi bagian-bagian babakan waktu.
3. Mengetahui Peristiwa Sejarah Secara Kronologis
Menguraikan peristiwa sejarah secara kronologis akan memudahkan pemecahan
suatu masalah. Ahli kronologi menerangkan pelbagai tarikh, atau sistem
pemenggalan yang telah dipakai dipelbagai tempat dan waktu, memungkinkan
kita untuk menerjemahkan pemenggalan dari satu tarikh ke tarikh yang lain
4. Memudahkan Pengertian
Gambaran peristiwa-peristiwa masa lampau yang sedemikian banyak itu
dikelompok-kelompokkan, disederhanakan, dan diikhtisarkan menjadi satu
tatanan (orde), sehingga memudahkan pengertian.
5. Untuk Memenuhi Persyaratan Sistematika Ilmu Pengetahuan
Semua peristiwa masa lampau itu setelah dikelompokkan antara motivasi dan
pengaruh peristiwa itu kemudian disusun secara sistematis.
Jadi, tujuan diadakannya periodisasi ialah untuk mengadakan tinjauan
menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa dan saling hubungannya dengan berbagai
aspeknya. Pelaksanaan periodisasi yang paling mudah ialah dengan pembabakan
yang disusun berdasarkan urutan abad. Akan tetapi, periodisasi yang demikian
mempunyai kelemahan tidak mengungkapkan corak yang khas zaman-zaman yang
ditinjau. (Dadang Supardan,2011:178)
C. KRONOLOGI SEJARAH
Kronologis mengandung arti pengetahuan tentang urutan waktu dari sejumlah
kejadian atau peristiwa. Pengetahuan ini sangat penting dalam pelajaran sejarah yang
senantiasa menekankan perlunya mengurutkan seluruh kejadian atau peristiwa
12
berdasarkan urutan waktunya, yakni menempatkan kejadian atau peristiwa yang
terjadi lebih dahulu daripada yang terjadi kemudian. Sebagai contoh: peristiwa yang
terjadi pada tahun 1945 lebih didahulukan dari pada peristiwa yang terjadi pada tahun
1946, atau peristiwa yang terjadi pada bulan Januari lebih didahulukan daripada
peristiwa yang terjadi pada bulan Februari, atau peristiwa yang terjadi pada hari Senin
lebih didahulukan daripada peristiwa yang terjadi pada hari Selasa, atau peristiwa
yang terjadi pada jam 8 lebih didahulukan daripada peristiwa yang terjadi pada jam 9.
Meski kemampuan berpikir kronologis merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam sejarah, namun sejarah tidak dapat disamakan dengan kronik.
Pengertian kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Di
dalam kronik hanya dilakukan pencatatan terhadap peristiwa tanpa mempedulikan
keterkaitan antara peristiwa yang pertama dengan yang kedua dan selanjutnya.
Sementara kronologi sangat menekankan keterkaitan antara peristiwa yang pertama
dengan yang kedua dan selanjutnya. (Haris Iskandar.2017:12)
13
peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadiannya, maka anakronisma cara berpikir
yang mencampuradukan atau memutar balikan urutan peristiwa sehingga
memberikan pemahaman yang salah. Cara berpikir anakronistis menyalahi gambaran
waktu sebagai proses yang bergerak menurut garis lurus dari awal hingga akhir.
Gerakan waktu secara matematis diukur dengan detik, menit dan jam. Satuan ukuran
waktu yang lebih besar adalah hari, minggu, bulan, tahun, windu, dasawarsa, dan
abad. Anakronistis menempatkan kejadian atau peristiwa yang terjadi lebih dahulu di
belakang kejadian atau peristiwa yang terjadi kemudian. (Haris Iskandar. 2017:13)
14
berkaitan dengan kejadian-kejadian tertentu disekitar tokoh sakti yang diperlukan
dalam menghadapkan problema masyarakat. ( Maskun.2016:14-15)
1. Historiografi Kolonial
2. Historiografi Nasional
Pada saat Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945. Dan saat itu juga
penulisan sejarah kita mulai diubah. diubah menjadi Indonesia dan rakyat Indonesia
menjadi pusat dan fokus perhatian, yang harus diceritakan dan diungkapkan. Karna
sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat
15
Indonesia dalam segala aktifitasnya, baik sosial, politik, ekonomi maupun budaya,
dan dari itu muncullah Historiografi Nasional yang memiliki sifat atau ciri-ciri:
16
fakta mental mengenai akibat perang yang menyisakan kehidupan yang sangat
memprihatinkan. Orang akan ada yang merasa kemana-mana tidak aman.
(Sartono Kartodirdjo.1992:199)
2. Fakta Sosial
Fakta Sosial merupakan sebuah hasil dari penafsiran data yang menunjukkan
aktivitas hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Fakta sosial merupakan suatu bukti yang menunjukkan keadaan sosial tokoh
sejarah baik itu pelaku ataupun saksi itu berada, seperti suasana zaman,
lingkungan, dan masyarakatnya. Suatu peristiwa sejarah yang dipengaruhi oleh
masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan kehidupan masyarakat.
Masalah sosial yang muncul dan berkembang di masyarakat kerap kali
menimbulkan suatu peristiwa. Contohnya yaitu : Peperangan yang terjadi dapat
menghancurkan tatanan sosial dalam kehidupan suatu bangsa. Sebelum terjadi
perang, kehidupan sosial masyarakat terjalin dengan baik, tetapi setelah
peperangan semuanya hancur. Dan hubungan sosial yang pernah hancur akibat
perang tersebut mulai dibenahi sehingga dapat memunculkan jalinan hubungan
sosial yang lebih erat dari masa. (Sartono Kartodirdjo.1992:199)
17