Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah adalah ilmu tentang realita peristiwa, kejadian yang berkaitan dengan
perilaku dan pengalaman hidup manusia di masa lampau adalah suatu realita yang
obyektif, artinya suatu peristiwa yang benar-benar terjadi apa adanya. Sejarah
bukanlah mitos (dongeng) yang sama-sama menceritakan masa lalu. Sejarah berbeda
dengan mitos. Mitos menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan
kejadian yang tidak masuk akal, sedangkan sejarah melalui prosedur ilmiah yang bisa
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik
Sebuah peristiwa berlangsung dalam dimensi ruang. Ruang memiliki arti, yaitu
tempat berlangsungnya atau terjadinya peristiwa sejarah. Adanya konsep ruang
membuat para sejarawan mengkategorikan peristiwa – peristiwa sejarah berdasarkan
tempat, misalnya sejarah daerah, sejarah lokal, sejarah dunia, dan sejarah dunia dan
seja rah dunia. Jika peristiwa tidak bisa melewati dimensi ruang begitupun dimensi
waktu. Kehidupan maanusia tidak dapat terlepaskan dari yang namanya waktu.
Konsep waktu dalam sejarah adalah konsep dasar,dimana setiap peristiwa sejarah
memiliki unsur waktu kapan peristiwa sejarah tersebut terjadi. Dalam ilmu sejarah,
waktu terjadinya peristiwa sejarah tidak dapat dipisahkan menjadi beberapa babak
atau periode, dalam proses yang disebut dengan periodisasi. Tanpa waktu sejarah
menjadi diam bahkan tidak ada. Dengan waktu itulah, sejarah menjadi dinamis,
berkembang. Konsepsi sejarah tentang dimensi temporal, meliputi tiga aspek, yaitu
masa lalu/lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Memang, Sejarah bertumpu
pada masa lalu. Sebab masa lalu itu itulah yang merupakan bahan untuk menyusun
cerita sejarah. Akan tetapi, dengan bertumpu pada masa lalu bukanlah berarti bahwa
sejarah hanya untuk masa lalu semata.
1
Peristiwa yang tidak memiliki hubungan dengan masa lampau bukalah peristiwa
sejarah. Demikian pula dengan adanya peristiwa dimasa sekarang belum menjadi
sejarah. Kehidupan manusia pada hari ini tidak terlepas dari kehidupan manusia pada
masa lampau. Begitu juga dengan masa yang akan datang, itu disebut mata rantai
kehidupan manusia. Sebuah peristiwa selalu berkaitan dengan peristiwa lainnya tidak
terpisahkan. Pada makalah ini kami akan membahas secara rinci apa hubungan
manusia dengan waktu dan ruang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep ruang dan waktu dalam sejarah?
2. Baagaimana keterkaitan manusia dengan dimensi ruang dan waktu?
3. Apa yang dimaksud periodisasi dan kronologi?
4. Bagaimana proses timbulnya cerita sejarah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsep ruang dan waktu dalam sejarah
2. Untuk mengetahui keterkaitan manusia dengan dimensi ruang dan waktu dalam
sejarah
3. Untuk mengetahui periodisasi dan kronologi
4. Untuk mengetahui proses timbulnya cerita sejarah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RUANG DAN WAKTU


A. Ruang
Ruang itu bersifat objektif dan merupakan sejenis wadah yang didalamnya
terdapat kejadian-kejadian serta berbagai jenis objek. Bahkan ruang tetap ada
walaupun didalamnya tidak ada kejadian atau tidak terdapat objek apapun. Dengan
kata lain, ruang bersifat netral terhadap apa saja yang menempatinya atau apa yang
terjadi didalamnya. Ruang dapat dikatakan sebagai rangka yang dapat diisi kejadian-
kejadian atau objek-objek. (Jurnal filsafat,april 2003, jilid33, Nomor 1)
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan pengertian
ruang adalah sela-sela antara dua (deret) tiang atau sela-sela antara empat tiang (di
bawah kolong rumah); juga diartikan sebagai rongga yang berbatas atau terlingkung
oleh bidang; atau juga rongga yang tidak berbatas, tempat segala yang ada. “Ruang.”
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (https://kbbi.web.id/waktu.html)
Dalam sejarah ruang atau tempat merupakan unsur penting yang harus ada.
Bila diibaratkan sebuah pertunjukan, maka ruang merupakan panggung ketika
peristiwa sejarah berlangsung. (M. Habib Mustopo.2013:23). Segala aktivitas
manusia pasti berlangsung dalam tempat kejadian. Dalam Menentukan konsep
dimensi ruang dalam penulisan sejarah harus jelas.
Berdasarkan dimensi ruang, suatu peristiwa itu memiliki batas-batas tertentu.
Dalam suatu ruang akan berlangsung berbagai peristiwa atau kejadian, pada waktu
yang bersamaan dan dengan dimensi ruang, diadakan pengkajian tentang peristiwa
dan perkembangannya, akibat dari perkembangan IPTEK dalam bidang komunikasi,
maka batas ruang menjadi tidak berarti karena sebuah peristiwa akan dengan mudah

3
menyebar ke ruang yang lebih luas seolah-olah ruang tempat terjadinya peristiwa
tersebut bergerak.

B. Waktu
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah serangkaian
saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Masyarakat
Barat melihat waktu sebagai garis lurus itu menciptakan urutan kejadian atau
peristiwa, sebuah garis waktu yang berurut sejak zaman dahulu, zaman sekarang, dan
zaman yang akan dating. Dari sejak zaman praaksara, zaman kerajaan-kerajaan,
zaman penjajahan, zaman kemerdekaan dan seterusnya.
“Konsep Waktu” dalam hal ini (bisa hari, tanggal, bulan dan tahun)
merupakan konsep esensial dalam sejarah. Bahkan bagi semua masyarakat, waktu
merupakan parameter di mana kehidupan dibangun, diatur dan diselaraskan waktu.
(https://kbbi.web.id./waktu.html)
Kerangka waktu ini bias berwujud kalender, jam, hari, tanggal, bulan, musim,
tahun, windu, abad, rentangan kehidupan dari kelahiran sampai kematian, kejadian-
kejadian hidup pribadi, maupun kejadian-kejadian social dalam masyarakat seperti
halnya pemilihan umu, pemberontakan, kudeta, revolusi, kejuaraan dunia, upacara-
upacara religious, semester perkuliahan, maupun jam buka sebuah bank, semuanya
sebagai parameter, waktu biasa digunakan untuk menghitung sebuah durasi-
perhitungan waktu pergerakan benda-benda angkasa, kejadian-kejadian diri manusia
yang mirip berulang secara teratur, dan proses dari serangkaian kejadian. ( Adam-
2000: 1096-1097).
Seperti halnya unsur ruang atau tempat, maka unsur waktu juga memberikan
konteks atau setting tertentu bagi berlangsung peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah
menempati unsur ruang dan waktu yang terus bergerak ke depan secara dinamis. Oleh
karenanya, konteks sejarah pun terus bergerak ,mengalir dan berubah secara
kronologis. Setiap zaman juga memiliki sistem budaya, sistem sosial dan semangat
4
zaman (zeitgeist) yang berbeda-beda. Unsur waktu ini juga menjadikan setiap
peristiwa sejarah hanya sekali terjadi (einmaligh). Walaupun bisa ditemukan
peristiwa sejarah yang hampir sama, namun konteks ruang dan waktunya selalu
berbeda. (M. Habib Mustopo, 2013:24)
Sejarah membutuhkan waktu (dimensi temporal). Tanpa waktu sejarah
menjadi diam bahkan tidak ada. Dengan waktu itulah, sejarah menjadi dinamis,
berkembang. Konsepsi sejarah tentang dimensi temporal, meliputi tiga aspek, yaitu
masa lalu/lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Memang, sejarah bertumpu
pada masa lalu. Sebab masa lalu itu itulah yang merupakan bahan untuk menyusun
cerita sejarah. Akan tetapi, dengan bertumpu pada masa lalu bukanlah berarti bahwa
sejarah hanya untuk masa lalu semata. Pengetahuan tentang masa lalu pada dasarnya
adalah pengetahuan manusia yang benar-benar telah dimiliki, untuk mengetahui
sejauh apa peristiwa yang sudah terjadi, akan tetapi ini tidak berarti bahwa masa lalu
hanya mengabdi pada masa lalu an sich. Pengetahuan masa lalu itu hendaknya dapat
menambah pengetahuan dan wawasan serta menjadi bekal untuk mengambil sebuah
keputusan.

Begitu pentingnya waktu dalam sejarah diisyaratkan dengan pertanyaan,


kapan suatu peristiwa terjadi. Malahan sejarah sebagai disiplin ilmu mempunyai
karakteristik berbeda dengan disiplin ilmu lain, karena perlakuan sejarah terhadap
waktu sangat mendasar. Di sisi lain, pentingnya waktu dalam sejarah juga tampak
pada periodisasi atau pembabakan dalam sejarah dan kronologi.

2.2 KETERKAITAN MANUSIA DALAM DIMENSI RUANG DAN WAKTU

Ilmu sejarah lebih berusaha untuk memahami perilaku manusia di waktu


lampau. Waktu yang dikaji dalam sejarah adalah waktu subjektif, ialah waktu yang
dialami dan dirasakan oleh manusia. Makna waktu bagi manusia tergantung relasinya
terhadap dirinya.
5
Berikut ini contoh Keterkaitan manusia dengan dimensi ruang dan waktu pada
peristiwa sejarah :
1. Peristiwa Ranges Dengklok
Peristiwa yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana,
Aidit dan Chaerul Saleh terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rangesdengklok,
karawang untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia.

Sumber: https://wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rangesdengklok
Gambar 2.1 Perundingan Soekarno dan Moh. Hatta dengan golongan muda.
2. Peristiwa Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran tentara dan milisi Pro
kemerdekaan Indonesia dan tentara Britania Raya. Puncaknya terjadi pada 10
November 1945 di Surabaya Indonesia.

6
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/sutomo
https://id.m.wikipedia.org/pertempuran_Surabaya
Contoh peristiwa tersebut menunjukan bahwa konsep ruang merupakan unsur
penting yang tidak dapat dipisahkan. Segala aktivitas manusia pasti berlangsung
bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian. Manusia selama hidupnya tidak akan
dilepaskan tanpa unsur tempat dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan
perjalanan itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup.

2.3 PERIODISASI DAN PEMBABAKAN SEJARAH


A. Pengertian Periodisasi
Pengertian periodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang dipergunakan
untuk berbagai peristiwa. Kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
manusia pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk
serta jenis peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu

7
disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya. (R. Moh.
Ali,2003:55)
Periodisasi atau pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturisasi waktu
dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode. Peristiwa-
peristiwa masa lampau yang begitu banyak dibagi-bagi dan dikelompokkan menurut
sifat, unit, atau bentuk sehingga membentuk satu kesatuan waktu tertentu. Periodisasi
atau pembagian babakan waktu merupakan inti cerita sejarah.
Rentang waktu atau masa sejak manusia ada hingga sekarang merupakan rentang
yang sangat panjang, sehingga para ahli sejarah sering mengalami kesulitan untuk
memahami dan membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan
manusia. Untuk mempermudah pembabakan kehidupan manusia, para ahli menyusun
periodisasi sejarah. (Kuntowijoyo,1995:4).
Periodisasi digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan sejarah
kehidupan manusia. Periodisasi yang dibuat oleh banyak peneliti berakibat adanya
perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodisasi sejarah bersifat subjektif yang
dipengaruhi subjek permasalahan serta pribadi penelitinya. (Kuntowijoyo,1995:45)
Dalam sejarah Indonesia, periodisasi dibagi dua, yaitu zaman praaksara dan
zaman sejarah.
1. Zaman praaksara, yaitu zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Sejarah
dapat dipelajari berdasarkan peninggalan benda-benda purbakala berupa artefak,
fitur, ekofak, dan situs. Artefak adalah semua benda yang jelas memperlihatkan
hasil garapan sebagian atau seluruhnya sebagai pengubahan sumber alam oleh
tangan manusia. Fitur adalah artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak
tempatnya. Ekofak adalah benda dari unsur lingkungan abiotik atau biotik. Situs
adalah bidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala
2. Zaman sejarah, yaitu zaman di mana manusia sudah mengenal tulisan. Zaman
sejarah dibagi tiga sebagai berikut :

8
a. Zaman Kuno, yang membicarakan sejak kerajaan tertua sampai abad ke-14.
Pada zaman ini, berkembang kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama
Hindu dan Buddha.
b. Zaman Indonesia Baru, mulai abad ke-15 yang membicarakan masa
berkembangnya budaya Islam sampai abad ke-18.
c. Zaman Indonesia Modern, sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800),
pergerakan kemerdekaan Indonesia merdeka sampai sekarang atau masa
kontemporer. Ada beberapa unsur yang sering memengaruhi penyusunan
periode-periode sejarah, salah satunya adalah unsur geografi, sebab adanya
perubahan tapal batas, perubahan aliran sungai, gedung kuno direhab, bahkan
adanya perubahan flora dan fauna dapat mengaburkan jejak-jejak sejarah.
(Kuntowijoyo, 1995:66)
Konsep teoritik tentang periodisasi sejarah Indonesia pernah dibahas dalam
Seminar Sejarah Nasional I tahun 1957, yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Konsep periodisasi dari Soekanto
Menurut pendapat Soekanto, periodisasi hendaknya berdasarkan ketatanegaraan
artinya bersifat politik. Pembagian atas babakan masa (periodisasi) yang
berdasarkan kenyataan-kenyataan sedapat mungkin harus eksak serta praktis.
Menurutnya, periodisasi sejarah Indonesia diusulkan secara kronologis sebagai
beriku :

1) Masa pangkal sejarah (–0)


2) Masa Kutai-Tarumanegara (0–600)
3) Masa Sriwijaya-Medang-Singosari (600–1300)
5) Masa Kerajaan Islam (1500–1600)
6) Masa Aceh, Mataram, Makassar (1600–1700)
7) Masa pemerintah asing (1700–1945)

9
a) Zaman Kompeni (1800–1808)
b) Zaman Daendels (1808–1811)
c) Zaman British Government (1811–1816)
d) Zaman Nederlands – India (1816–1942)
e) Zaman Nippon (1942–1945)
8) Masa Republik Indonesia (1945–Sekarang)
(Kuntowijoyo,1995:45)
2. Periodisasi menurut Sartono Kartodirdjo
Menurut pemikiran Sartono Kartodirdjo, sebagai dasar bagi babakan masa
(periodisasi) adalah derajat integrasi yang tercapai di Indonesia pada masa
lampau. Menurut pemikirannya, faktor ekonomi sangat memengaruhi
perkembangan sosial, politik, dan kultur di Indonesia. (Sartono
Kartodirdjo.1992:199)
Faktor ekonomi memengaruhi kontak Indonesia dengan luar negeri yang
mendatangkan pengaruh kebudayaan luar, baik budaya Hindu dari India, budaya
Islam dari Asia Barat, serta budaya barat baik dari Eropa atau negara-negara lainnya.
Maka ada kemungkinan untuk membedakan dua periode besar, yaitu pengaruh Hindu
dan pengaruh Islam. Sebutan dari periode itu memakai nama kerajaan sebab sifat
masyarakat pada waktu itu masih homogen dan berpusat pada raja (istana sentris).
Adapun periodisasi yang diusulkan oleh Sartono adalah sebagai berikut:

1) Prasejarah
2) Zaman Kuno
a) Masa kerajaan-kerajaan tertua
b) Masa Sriwijaya (dari abad VII – XIII atau XIV).
c) Masa Majapahit (dari abad XIV – XV).
3) Zaman Baru

10
a) Masa Aceh, Mataram, Makassar/Ternate/Tidore (sejak abad XVI).
b) Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad XIX).
c) Masa pergerakan nasional (abad XX).
4) Masa Republik Indonesia (sejak tahun 1945). (Sartono Kartodirdjo.1992:108)

Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa munculnya banyak pandangan tentang


babakan masa periodisasi, seperti yang diajukan Soekanto dan Sartono, disusun
dengan:
a. Memakai dasar perkembangan peradaban (civilization)
b. Babakan masa didasarkan atas segi kebudayaan (culture)
c. Babakan masa atas dasar agama yang masuk ke Indonesia.

B. Tujuan Periodisasi Sejarah


Mengetahui pembabakan waktu sejarah akan sangat bermanfaat bukan saja
bagi penulis sejarah akan tetapi juga bagi para pembaca/penggemar cerita sejarah
apalagi bagi para siswa yang belajar ilmu sejarah. Cerita sejarah yang ditulis para
sejarawan dengan menempatkan skenario peristiwa sejarah dalam setting babakan
waktu, akan sangat memudahkan serta menarik para pembaca atau siswa untuk
mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis. (Surjomihardjo Ahmad,1985:43)
Adapun tujuan dari pembabakan waktu adalah sebagai berikut :

1. Melakukan Penyederhanaan
Gerak pikiran dalam usaha mengerti ialah melakukan penyederhanaan. Begitu
banyaknya peristiwa-peristiwa sejarah yang beraneka ragam disusun menjadi
sederhana, sehingga mendapatkan ikhtisar yang mudah dimengerti.
2. Memudahkan Klasifikasi Dalam Ilmu Sejarah

11
Klasifikasi dalam ilmu alam meletakkan dasar pembagian jenis, golongan suku,
bangsa, dan seterusnya. Klasifikasi dalam ilmu sejarah meletakkan dasar babakan
waktu. Masa lalu yang tidak terbatas peristiwa dan waktunya dipastikan isi,
bentuk, dan waktunya menjadi bagian-bagian babakan waktu.
3. Mengetahui Peristiwa Sejarah Secara Kronologis
Menguraikan peristiwa sejarah secara kronologis akan memudahkan pemecahan
suatu masalah. Ahli kronologi menerangkan pelbagai tarikh, atau sistem
pemenggalan yang telah dipakai dipelbagai tempat dan waktu, memungkinkan
kita untuk menerjemahkan pemenggalan dari satu tarikh ke tarikh yang lain
4. Memudahkan Pengertian
Gambaran peristiwa-peristiwa masa lampau yang sedemikian banyak itu
dikelompok-kelompokkan, disederhanakan, dan diikhtisarkan menjadi satu
tatanan (orde), sehingga memudahkan pengertian.
5. Untuk Memenuhi Persyaratan Sistematika Ilmu Pengetahuan
Semua peristiwa masa lampau itu setelah dikelompokkan antara motivasi dan
pengaruh peristiwa itu kemudian disusun secara sistematis.
Jadi, tujuan diadakannya periodisasi ialah untuk mengadakan tinjauan
menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa dan saling hubungannya dengan berbagai
aspeknya. Pelaksanaan periodisasi yang paling mudah ialah dengan pembabakan
yang disusun berdasarkan urutan abad. Akan tetapi, periodisasi yang demikian
mempunyai kelemahan tidak mengungkapkan corak yang khas zaman-zaman yang
ditinjau. (Dadang Supardan,2011:178)

C. KRONOLOGI SEJARAH
Kronologis mengandung arti pengetahuan tentang urutan waktu dari sejumlah
kejadian atau peristiwa. Pengetahuan ini sangat penting dalam pelajaran sejarah yang
senantiasa menekankan perlunya mengurutkan seluruh kejadian atau peristiwa

12
berdasarkan urutan waktunya, yakni menempatkan kejadian atau peristiwa yang
terjadi lebih dahulu daripada yang terjadi kemudian. Sebagai contoh: peristiwa yang
terjadi pada tahun 1945 lebih didahulukan dari pada peristiwa yang terjadi pada tahun
1946, atau peristiwa yang terjadi pada bulan Januari lebih didahulukan daripada
peristiwa yang terjadi pada bulan Februari, atau peristiwa yang terjadi pada hari Senin
lebih didahulukan daripada peristiwa yang terjadi pada hari Selasa, atau peristiwa
yang terjadi pada jam 8 lebih didahulukan daripada peristiwa yang terjadi pada jam 9.
Meski kemampuan berpikir kronologis merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam sejarah, namun sejarah tidak dapat disamakan dengan kronik.
Pengertian kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Di
dalam kronik hanya dilakukan pencatatan terhadap peristiwa tanpa mempedulikan
keterkaitan antara peristiwa yang pertama dengan yang kedua dan selanjutnya.
Sementara kronologi sangat menekankan keterkaitan antara peristiwa yang pertama
dengan yang kedua dan selanjutnya. (Haris Iskandar.2017:12)

Kronologi memberikan gambaran waktu yang bersifat linear, yakni waktu


yang bergerak dari belakang ke depan, atau waktu yang bergerak dari kiri ke kanan,
atau waktu yang bergerak dari titik awal hingga mencapai titik akhir. Oleh karena itu,
gerakan waktu bersifat progresif karena memandang perjalanan waktu sebagai proses
perkembangan menuju kemajuan.

Dalam pandangan waktu yang bersifat linear dan progresif tersebut,


pergerakan waktu dibagi menjadi tiga dimensi waktu yaitu masa lalu, masa kini dan
masa depan. Di antara dimensi waktu itu, sejarah mempelajari peristiwa yang terjadi
pada masa lalu. Namun, peristiwa masa lalu dalam sejarah mempunyai keterkaitan
dengan masa kini dan masa depan. Keterkaitan ketiga dimensi waktu itu berada
dalam kerangka berpikir kausalitas artinya cara berpikir sebab akibat .Kebalikan dari
berpikir kronologis adalah berpikir anakronistis. Bila berpikir kronologis mengurut

13
peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadiannya, maka anakronisma cara berpikir
yang mencampuradukan atau memutar balikan urutan peristiwa sehingga
memberikan pemahaman yang salah. Cara berpikir anakronistis menyalahi gambaran
waktu sebagai proses yang bergerak menurut garis lurus dari awal hingga akhir.
Gerakan waktu secara matematis diukur dengan detik, menit dan jam. Satuan ukuran
waktu yang lebih besar adalah hari, minggu, bulan, tahun, windu, dasawarsa, dan
abad. Anakronistis menempatkan kejadian atau peristiwa yang terjadi lebih dahulu di
belakang kejadian atau peristiwa yang terjadi kemudian. (Haris Iskandar. 2017:13)

2.4 PROSES TIMBULNYA CERITA SEJARAH


Berawal dari timbulnya kesadaraan akan pentingnya pengalaman masa
lampau untuk tujuan-tujuan sosial kelompok , contohnya saat menghadapi problem
kelompok saat ingin mendapatakan bantuan tokoh-tokoh sakti dari masyarakat pada
waktu menghadapi bahaya . dari situasi seprti timbul usaha untuk memeberi tanggung
jawab yang lebih besar terhadap pengumpulan-pengumpulan cerita yang propesional
bagi usaha mengabadikan masa lampau dalam bentuk cerita. Dimulai dari usaha-
usaha menyusun sejarah dalam pengertian elementer(sederhana). Karna pada saat
dahulu ritual keagaaman masih sanggat dikait-kaitkan pada apa yang terjadi dan
hingga kehidupan masa kini tidak bisa dilepaskan dari ritual keagamaan dalam hal
pemujaan tokoh-tokoh cikal bakal tersebut.

Ritual ini mengharuskan tukang cerita tersebut semakin akurat dalam


menceritakan atau mengabdikan pengalaman masa lampau dari kelompok walaupun
masih sanggat lekat oleh unsur kegaiban. Lebih jelasnya agar mendapat bantuan dari
tokoh cikal bakal (yang telah didewakan) maka ritual dibuat lebih akurat dan ini
berarti dalam pencatataan tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
kehendak-kehendak tokoh-tokoh sakti itu sehingga lebih dicermati. Jadi kecermataan
dibutuhkan untuk ketetapan formula dalam pelaksanaan upacra-upacara yang

14
berkaitan dengan kejadian-kejadian tertentu disekitar tokoh sakti yang diperlukan
dalam menghadapkan problema masyarakat. ( Maskun.2016:14-15)

A. Cerita Sejarah Dibagi Menjadi 2 Bentuk

1. Historiografi Kolonial

Historiografi colonial adalah penulisan sejarah yang membahas masalah


penjajahan Belada atas Bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-
orang Belanda dan bahkan tidak sedikit penulis yang tidak tahu secara jelas
bagaimana bentuk dan cerita Indonesia. Biasanya mereka mengunakan acuan atau
sumber –sumber yang digunakan hanya berasal dari arsip Negara di Belanda dan di
Jakarta yang saat itu bernama Batavia. Disebut historiografi kolonial karena
sesungguhnya ia tidak membahas tentang Indonesia secara khusus karna ia lebih
tentang sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda. karena dalam penulisannya
mereka lebih focus pada pembicaraan pada Bangsa Belanda. maka dari itu sifat
historio kolonial adalah Eropa senstris atau Belanda sestris. yang dibahas mereka
biasamya dalam cakupan aktifitas Bangsa Belanda, pemerintahan kolonial, aktifitas
pegawai kompeni (orang-orang kulit putih), asal usul kegiatan para Gubernur jenderal
dalam menjalankan tugasnya di tanah jajahan atau di Indonesia,dan aktifitas rakyat
tanah jajahan (rakyat Indonesia) diabaikan sama sekali. Mereka hanya melihatkan
kekuasaan mereka dan kehebataan mereka. (Agastya.2016:13-14)

2. Historiografi Nasional

Pada saat Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945. Dan saat itu juga
penulisan sejarah kita mulai diubah. diubah menjadi Indonesia dan rakyat Indonesia
menjadi pusat dan fokus perhatian, yang harus diceritakan dan diungkapkan. Karna
sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat

15
Indonesia dalam segala aktifitasnya, baik sosial, politik, ekonomi maupun budaya,
dan dari itu muncullah Historiografi Nasional yang memiliki sifat atau ciri-ciri:

1. Mengingat adanya character and national building.


2. Indonesia sentris.
3. Sesuai dengan pandangan hidup Bangsa Indonesia.
4. Disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri,mereka yang
memahami dan menjiwai ,dengan tidak meninggalkan syarat-syarat ilmiah.

Untuk menyusun sebuah cerita sejarah dibutuhkan fakta sejarah . Fakta


sejarah secara umum menyatakan bahwa: pertama, fakta adalah apa yang benar-benar
telah terjadi dan kedua fakta sebagai bukti-bukti dari apa yang telah benar-benar
terjadi Suatu peristiwa sejarah pasti akan meninggalkan bukti yang menunjukkan
kebenaran dari suatu peristiwa, bukti tersebut setelah dikritik dan ditafsirkan maka
akan menghasilkan fakta sejarah. (Agastya.2016:13-14)
Sehingga Fakta hanya merupakan sebagian dari kenyataan atau kebenaraan
sejarah. Dari fakta-fakta yang ada akan disusun dan dihubungkan untuk selanjutnya
dituliskan dan menghasilkan karya sejarah.
B. Bentuk Fakta Sejarah
Ada dua macam benruk fakta sejarah menurut para ahli sejarah, yaitu :
1. Fakta Mental
Fakta mental merupakan fakta yang diperoleh berhubungan dengan
masalah batin, rohani, dan watak manusia sehingga dapat menentukan baik
buruknya perjalanan kehidupan manusia, masyarakat atau bangsa. Fakta mental
merupakan penjelasan tentang pemikiran, pandangan, perasaan, sikap tokoh
sejarah mengenai suatu peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada
masa lalu dapat mempengaruhi mental kehidupan masyarakat baik di masa kini
maupun di masa depan. Contohnya yaitu : Terjadinya peperangan, memberikan

16
fakta mental mengenai akibat perang yang menyisakan kehidupan yang sangat
memprihatinkan. Orang akan ada yang merasa kemana-mana tidak aman.
(Sartono Kartodirdjo.1992:199)
2. Fakta Sosial
Fakta Sosial merupakan sebuah hasil dari penafsiran data yang menunjukkan
aktivitas hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Fakta sosial merupakan suatu bukti yang menunjukkan keadaan sosial tokoh
sejarah baik itu pelaku ataupun saksi itu berada, seperti suasana zaman,
lingkungan, dan masyarakatnya. Suatu peristiwa sejarah yang dipengaruhi oleh
masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan kehidupan masyarakat.
Masalah sosial yang muncul dan berkembang di masyarakat kerap kali
menimbulkan suatu peristiwa. Contohnya yaitu : Peperangan yang terjadi dapat
menghancurkan tatanan sosial dalam kehidupan suatu bangsa. Sebelum terjadi
perang, kehidupan sosial masyarakat terjalin dengan baik, tetapi setelah
peperangan semuanya hancur. Dan hubungan sosial yang pernah hancur akibat
perang tersebut mulai dibenahi sehingga dapat memunculkan jalinan hubungan
sosial yang lebih erat dari masa. (Sartono Kartodirdjo.1992:199)

17

Anda mungkin juga menyukai