Anda di halaman 1dari 34

BAHASA INDONESIA

HURUF ABJAD SAMPAI PEMENGGALAN KATA

Dosen Pengampu: Drs. Iqbal Hilal, M.Pd.

Siska Meirita, S.Pd., M.Pd.

KLOMPOK 2

Disusun Oleh :

1. Shyna Risha Intan Muli (1953033002)


2. Anisya Munatama (1953033007)
3. Winda Pitriani Parhamah (1913033005)
4. Dona Oktavia (1913033025)
5. Latifah Asmul Fauziyah (1913033035)
6. Renaldy Jovanda (1913033002)
7. Nuril Huda (1913033011)
8. Ahmad Fariz AM (1913033033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafaatnya di
akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Bahasa Indonesia dengan judul “HURUF ABJAD SAMPAI PEMENGGALAN
KATA. ”

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. dan Siska Meirita, S.Pd. M.Pd. yang telah membimbing
kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Bandar Lampung, Maret 2020

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi ...................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan

2.1 Pemakaian Huruf ...................................................................................... 3

A. Huruf Abjad.............................................................................................. 3

B. Huruf Vokal..............................................................................................4

C. Huruf Konsonan ....................................................................................... 7

D. Huruf Diptong ........................................................................................... 9

E. Gabungan Huruf Konsonan ..................................................................... 10

F. Huruf Kapital .......................................................................................... 10

G. Huruf Miring .......................................................................................... 17

H. Huruf Tebal ............................................................................................ 18

2.2. Penulisan Kata ...................................................................................... 19

2. Kata Dasar ................................................................................................ 19

A. Kata Berimbuhan..................................................................................... 20

B. Bentuk Ulang .......................................................................................... 23


iv

C. Gabungan Kata ....................................................................................... 24

D. Pemenggalan Kata .................................................................................. 25

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 29

3.2 Saran ....................................................................................................... 29

Daftar Pustaka ............................................................................................ 30


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi
masyarakat Indonesia, tidak terkecuali murid sekolah dasar. Dalam bidang
pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar, Bahasa Indonesia merupakan mata
pelajaran pokok. Pelajaran bahasa Indonesia diajarkan kepada murid berdasarkan
kurikulum yang berlaku, yang di dalamnya (kurikulum pendidikan dasar) tercantum
beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah murid mampu
dan terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah mengalami proses
belajar mengajar di sekolah. Keterampilan berbahasa itu tidak saja meliputi satu
aspek, tetapi di dalamnya termasuk kemampuan membaca, menulis, mendengarkan
(menyimak), dan berbicara, dalam proses pemerolehan dan penggunaannya,
keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan. Bahasa tulis mencakup sejumlah
unsur-unsur bahasa, salah satunya adalah mengenai ejaan yang mencakup macam-
macam pemakaian huruf, berbagai kata, dan penulisan kata. Ada beberapa hal yang
perlu dikemukakan, khususnya berbagai persoalan yang akan dibahas dalam
makalah ini. Hal-hal yang dimaksud adalah pemakaian huruf, dan penulisan kata
pada Bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemakaian huruf pada bahasa Indonesia yang sesuai dengan


Ejaan Yang Disempurnakan?

2. Bagaimana pemakaian kata pada bahasa Indonesia yang sesuai dengan


Ejaan Yang Disempurnakan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara cara pemakaian huruf maupun kata sesuai dengan
Ejaan Yang Disempurnakan.
2. Mahasiswa dapat menerapkan dalam pembuatan laporan-laporan,
makalah, karya tulis, dan skripsi yang sesuai dengan pemakaian kata.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemakaian Huruf


A. Huruf Abjad

Huruf (tyipo/typeface/type/font) adalah bentuk visual yang disembunyikan sebagai


kebutuhan komunikasi verbal. Bahasa tulisan merupakan salah satu indikator yang
membedakan antara masa awal sejarah dan prasejarah. Perkembangan bahasa
tulisan bermula sejak sebelum masehi dimana awalnya manusia menggunakan
bahasa gambar untuk berkomunikasi. Bangsa Afrika dan Eropa mengawali pada
Tahun 3500 – 4000 sebelum masehi dengan membuat lukisan dinding gua.
Perpindahan yang mendasar dari bahasa gambar dan tanda yang dibunyikan
(pictograph – menunjukan benda serta gagasan) hingga bahasa tulisan yang dapat
dibunyikan dan memiliki arti (phonograph – setiap tanda atau huruf menandakan
bunyi) dapat disaksikan pada sistem alfabet phoenician pertama yang
diperkenalkan pada Tahun 1300 sebelum masehi. Alfabet ini terdiri dari 23 simbol
yang sangat sederhana dan terbatas hanya sebagai perwakilan unsur bunyi sebagai
contoh, huruf pertama dari alfabe phoenician berupa gambar sederhana dari kepala
banteng yang dalam bahasa mereka disebut Aleph dan kemudian kata ini mewakili
bunyi dari huruf “A” (Liza Yulianti, dkk, 2013 ː 68-69).
Bangsa yunani kemudian mengadaptasi sistem alfabet ini kedalam struktur anatomi
huruf yang lebih teratur dengan menerapkan bentuk – bentuk geometris.
Perkembangan yang terpenting dari sistem alfabet ini adalah penerapan pada pola
membaca dari arah kiri ke kanan (Alfabet phoenician dari kanan ke kiri. Istilah
alfabet (berasal dari singkatan dua huruf pertama) dalam sistem alfabet yunani yaitu
Alpha dan Beta. Sistem alfabet kemudian terus berkembang hingga akhirnya
bangsa romawi menyempurnakan kedalam bentuk atau rupa huruf yang
sebagaimana kita kenal dan gunakan sekarang adalah abjad berbentuk huruf kapital
seperti : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z (Liza Yulianti,
dkk, 2013 ː 68-69).
Huruf dalam abjad kita terdiri dari 26 huruf. Setiap huruf terdiri atas huruf kapital
dan huruf kecil, diantaranya ː (Dadang Sunendar, 2016ː 1-2).
4

Huruf Nama Pengucapan


Kapital Nonkapital
A A a a
B B Be bé
C C ce cé
D D de dé
E E e é
F F Ef éf
G G ge gé
H H ha ha
I I i i
J J je Jé
K K ka ka
L L el él
M M em ém
N N en én
O O o o
P P pe Pé
Q Q ki ki
R R er ér
S S es és
T T te té
U U u u
V V ve vé
W W we wé
X X eks éks
Y Y ye yé
Z Z zet zét

B. Huruf Vokal
Kamus besar bahasa Indonesia, huruf didefinisikan sebagai tanda aksara dalam tata
tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa. Huruf
5

melambangkan fonem vocal yaitu A, I, U, E, O. Jadi huruf adalah abjad yang


melambangkan bunyi (Tim penyusun,2009). Milawati ( 2014 : 34) menyatakan
bahwa bunyi huruf vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah,
bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Jadi, bunyi huruf vokal tidak
dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak terdapat
artikulasi. Sehingga bunyi yang di hasilkan tidak disertai hambatan pada alat bicara,
hambatan hanya terdapat pada pita suara. Semua huruf vokal dihasilkan dengan
bergetarnya pita suara. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa semua vokal adalah
bunyi suara yang dihasilkan oleh artikulator atau bagian alat ucap yang dapat
bergerak (Rora Rizki Wandini, 2017 ː 122-123).
Sri Hastuti dkk, (1993:26) mengatakan bahwa fonem vocal merupakan bunyi yang
dihasilkan dengan udara yang keluar dari paru–paru di daerah dasar ucapan tidak
mengalami hambatan atau rintangan ketika bunyi tersebut dilafalkan.Dalam bahasa
Indonesia dikenal ada enam macam fonem vocal yaitu, a, i, u, e, o. Dalam
pemakaiannya fonem vocal mengalami variasi bunyi atau variasi ucapan. Menurut
Permendiknas nomor 58 tahun 2009 dalam aspek bahasa anak :
a. Mengenal lambang huruf vocal

b. Menyebutkan simbol huruf vocal

c. Meniru huruf

d. Fungsi pengenalan Huruf Vokal bagi anak

Fungsi pengenalan huruf vokal bagi anak sangat penting kerana huruf-huruf vokal
diperlukan untuk menyambung huruf atau rangkaian huruf-huruf dari kumpulan
konsonan yang dijadikan satu perkataan. Fungsi pengenalan huruf-huruf vokal
sebagai huruf penyambung misalnya;

a. Minta anak mengeja perkataan Sekolah.

b. Buang huruf vokal 'e', 'o' dan 'a' = Sklh

c. Coba minta anak menyebutkan kata Sklh dengan nyaring! (hati-hati, mungkin
ada yang tergigit lidah!)
6

Kegiatan pengenalan tersebut akan memberikan dampak positif bagi anak sehingga
dengan mudah menyusun huruf vokal dan dapat mengeja kata yang tersusun dengan
baik dan sistematik (Rora Rizki Wandini, 2017 ː 123).
Huruf yang melambangkan vocal dalam Bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf
yaitu a, e, i, o, dan u.

Huruf Vokal Misalnya Pemakaian dalam Kata

Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

a api padi lusa

E enak petak sore

ember pendek -

emas kena tipe

I itu simpan murni

O oleh kota radio

U ulang bumi ibu

Keterangan:

 Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat
digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.

a. Diakritik (é) dilafalkan [e]


Misalnya :
Anak-anak bermain di teras [téras].
Kedelai merupakan bahan pokok kecap [kécap].
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ].
Misalnya :
Kami menonton film seri [sèri].
7

Pertahanan militer [militèr] Indonesia cukup kuat.


c. Diakritik (ê) dilafalkan [Ə]
Misalnya :
Pertandingan itu berakhir seri [sêri].
Upacara itu dihadiri pejabat teras [têras] Bank Indonesia.
Kecap [kêcap] dulu makanan itu (Grasindo, 2016ː 8-7).

C. Konsonan

Apabila vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan adanya pelonggaran
arus udara dari paru-paru tanpa mendapat halangan dalam rongga mulut, tidak
demikian halnya dengan konsonan. Dalam penghasilan bunyi konsonan, arus udara
dari paru-paru mendapat hambatan di rongga mulut oleh artikulasi. Penggolongan,
penjenisan, atau lain berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria itu adalah (1) titik
artikulasi, (2) cara hambatan, dan (3) ikut bergetar tidaknya pita suara (Asisda,
2016: 98).

Berdasarkan titik artikulasi, didapati beberapa jenis konsonan.

(1) Bilabial : [b], [p], [m], [w]

(2) Labiodental :[v], [f]

(3) Apikodental : [q ],[d ]

(4) Apiko alveolar :[d], [t], [l], [n],[r]

(5) Apiko palatal : [d], [t], [r]

(6) Lamino alveolar : [z], [s]

(7) Medio palatal : [j], [c], [ny], [y]

(8) Dorso velar : [g], [k], [x], [ng]

(9) Uvular : [R]

(10) Laringal : [h]

(11) Faringal : [h]

(12) Glotal : [?] (Asisda, 2016: 99).

a) Konsonan hambat (stop) Konsonan ini dihasilkan dengan menghambat arus


udara sama sekali di tempat artikulasi tertentu secara tiba-tiba, sesudahnya alat-alat
8

bicara di tempat artikulasi tersebut dilepaskan kembali. Yang tergolong bunyi


konsonan hambat ini adalah [b], [p], [d], [t], [g], [k], [?].

b) Konsonan paduan (afrikat) Bunyi konsonan afrikat ini dihasilkan seperti bunyi
hambat, hanya diletupkan secara bertahap. Yang tergolong bunyi ini adalah [j], [c],
[y].

c) Konsonan geseran (frikatif) Bunyi konsonan frikatif ini dihasilkan seperti halnya
bunyi hambat letup, hanya udara tadi dilepaskan melalui celah tempat udara
diembuskan. Yang tergolong bunyi ini adalah [v], [f], [z], [s], [h], [x] (Asisda, 2016:
99).

Bunyi Konsonan yang Terganggu Pada Anak ASD Dewasa Bunyi konsonan yang
selalu terganggu dalam bahasa ASD Dewasa adalah substitusi (pertukaran bunyi,
omission (Pelesapan), dan metatesis (kesalahurutan). Berikut akan dideskripsikan
satu per satu di bawah ini:

Bunyi Konsonan yang Bertukar (Substitusi) Bunyi konsonan yang selalu bertukar
dalam ujaran ASD dewasa adalah:

1. Velar hambat, tak bersuara [k] dan bersuara [g] pada awal dan tengah suku kata
bertukar menjadi dental hambat [t atau d].

Contoh:

//# kertas # //→ [# tatas #]: 17 tahun

//#gerobak#//→ [# dobak #]:18 tahun

//#pagar#//→ [# padal #]: 20 tahun

Labiodental frikatif [k] pada awal dan tengah suku kata bertukar menjadi bila-bila
hambat, tak bersuara [p].

Contoh:

//# foto#//→ [# poto#]: 17-24 tahun//

#aktivitas#//→ [#atæpæta#]: 17-24tahun

//# aktif#//→ [#atæp#]: 17-24 tahun

3. Dental-alveolar, frikatif, bersuara pada awal suku bertukar menjadi dental


hambat, tak bersuara atau bersuara.

contoh:

//# ziarah #//→ [#dalah#]: 19-24 tahun


9

[#talah#]: 17-18 tahun

4. Nasal palatal dan nasal velar bersuara pada awal dan tengah suku bertukar
menjadi nasal dental.

Contoh :

//# ñañi#// → [#nanæ#]: 17-24 tahun

/# keriŋ #//→ [# telin #]: 17-24 tahun

//# ŋaŋa #// → [# nana #]: 17-24 tahun

5. Getar pada awal dan tengah suku bertukar menjadi lateral alveolar atau lateral
palatal aproksiman, Contoh:

//# rambutan #//→ [# lambutan #]: 17-24 tahun

//# baris #//→ [# balæs #]: 17-24 tahun

6. Palatal, hambat [c] dan [j] bertukar menjadi dental/alveolar, hambat, tak
bersuaradan bersuara,

Contoh:

//#cacing#//→[#tatæn#]:17-24tahun

//#jambu#//→ [#dambo#]: 17-24 tahun

(Ali, 2017: 4).

D. Diftong

Di dalam Bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan


gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi (PUEBI).

Diftong adalah dua huruf vokal yang berhimpitan dan dibaca menjadi satu kesatuan.
Sebagaimana Marsono mengatakan dalam bukunya bahwa diftong termasuk dalam
pengklasifikasian bunyi rangkap. Bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua
bunyi dan terdapat dalam satu suku kata (silabel). Diftong dalam Bahasa Indonesia
terdiri dari ai, au, dan oi. Ciri diftong yaitu waktu diucapkan posisi lidah yang satu
dengan yang lain saling berbeda.

Misalnya diftong /ai/ pada kata capai, landai, bagai, diftong /au/ pada kata pisau,
kau, aurat, dan diftong /oi/ pada kata boikot.

Bahasa Aceh adalah bahasa yang unik karena hampir semua kelas katanya terdapat
diftong. Mahmud mengatakan bahwa dalam bahasa Aceh terdapat empat belas jenis
10

diftong yaitu diftong /ai/, /ie/, /ue/, /ui/, /ée/, /ei/, /eue/, /oe/, /ôi/, /’ai/, /’ie/, /’ue/,
/eu/, dan /’eue/ (Prima, 2018: 16).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan


bahwa diftong dalam bahasa Aceh tergolong unik dan secara definifisi berbeda
dengan diftong dalam bahasa daerah lainnya. Dalam bahasa Aceh terdapat sepuluh
diftong Diftong dalam bahasa Aceh tergolong banyak karena kata-kata dalam
bahasa Aceh dominan menggunakan vokal rangkap. Semua kelas kata dalam
bahasa Aceh memiliki kata-kata yang berdiftong. Kelas kata verba, nomina,
adjektiva, adverbial, dan kata tugas semuanya memiliki kata-kata yang berdiftong
dalam bahasa Aceh. Hal ini disebabkan jenis vokal suku Aceh yang sengau yang
mirip seperti bahasa Perancis (Prima, 2018: 22).

E. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu
bunyi konsonan.

Gabungan Contoh Pemakaian Dalam Kata


Huruf
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Konsonan

Kh Khusus Akhir Tarikh

Ng Ngarai Bangun senang

Ny Nyata Banyak -

Sy syarat musyawarah arasy

F. Huruf Kapital
a. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
- Apa maksudnya?
- Dia membaca buku.
- Kita harus bekerja keras.
- Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
11

b. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
Misalnya:
- Amir Hamzah
- Dewi Sartika
- Jendral Kancil
- Dewa Pedang
- Alessandro Volta
- Andre-Marie Ampere
- Mujair

Catatan:

1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran,
Misalnya:
- ikan mujair
- mesin diesel
- 5 ampera
- 10 volt
2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menulis huruf pertama kata yang
bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama
kata tugas
Misalnya:
- Abdul Rahman bin Zaini
- Siti Fatimah binti Salim
- Indani boru Sitanggang
- Charles Andriaan van Ophuijsen
- Ayam Jantan dari Timur
- Mutiara dari Selatan
3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat petikan langsung.
Misalnya:
- Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
12

- “Mereka berhasil meraih medali emas”, katanya.


4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
- Islam
- Kristen
- Alquran
- Alloh
5) a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
- Sultan Hasanuddin
- Mahaputra Yamin
- Agung Permana, Sarjana Hukum
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
keangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
- Selamat dating, Yang Mulia
- Terima kasih, Kiai
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
- Wakil Presiden Adam Malik
- Sekretaris Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
- Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
- Misalnya:
- bangsa Indonesia
13

- suku Dani
- bahasa Bali

Catatan:

Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar
kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

- pengindonesiaan kata asing


- keinggris-inggrisan
8) a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya.
Misalnya:
- tahun Hijriah
- bulan Agustus
- hari Jumat
- hari Lebaran
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah.
Misalnya:
- Konfrensi Asia Afrika
- Perang Dunia II

Catatan:

Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak
ditulis dengan huruf capital.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

9) Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:
- Jakarta
14

- Pulau Miangas
- Dataran Tinggi Dieng

Catatan:

1. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
- berlayar ke teluk
- menyebrangi selat
2. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak
ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
- jeruk bali (Citrus maxima)
- kacang bogor (Voandzeia subterranea)
- nangka belanda (Anona muricata)
- petai cina (Leucaena glauca)
3. Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
- Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula
tebu, gula aren, dan gula anggur.
- Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang
berbeda.

Contoh berikut bukan nama jenis.


- Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik
Yogyakarta, dan batik Madura.
- Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan
film Jepang.
- Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan,
tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.
15

10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk.
Misalnya:
- Republik Indonesia
- Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil
Presiden serta Pejabat Lainnya
- Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah
serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
- Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
- Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
- Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata”.
12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
- S.H. sarjana hokum
- S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
- S.S. sarjana sastra
- M.A. master of arts
- M.Hum. magister humaniora
- M.Si. magister sains
- K.H. kiai haji
16

- Hj. Hajah
- Dr. doctor
- Prof. profesor
- Tn. Tuan
- Ny. Nyonya
- Sdr. saudara
13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
- “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
- Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
- “Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
- Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
- “Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
- “Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”

Catatan:

1. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.


Misalnya:
- Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
- Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
2. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
- Sudahkah Anda tahu?
- Siapa nama Anda?

Kesalahan Pemakaian Huruf Kapital

Pada Nama kota, nama orang, nama bulan harus ditulis dengan huruf kapital. Akan
tetapi, data penelitian menunjukkan adanya kesalahan penulisan tersebut.
Perhatikan data berikut!

1) … sebuah kompleks pemakaman di jakarta, dan chairil memang segera ..


17

2) ... satu-satunya anak chairil yg ditinggal mati...


3) ... aku melihat sendiri kalau syarif yang memasukkan ….
4) Dihitung dari tanggal lahirnya, 26 juli 1992, umurnya tak sempat genap 27
tahun (Ghufron,2016:5).

Kesalahan Pemakaian Huruf Kapital pada Awal Kalimat, Tengah Kalimat,


dan Tengah Kata

Huruf kapital dipakai pada awal kalimat. Ketentuan ini sering dilanggar siswa
sehingga terjadi kesalahan penulisan huruf kapital. Datanya sebagai berikut.

1) ... pulang dari sekolah. ada siswa yang baru ....


2) ... di majalah anak-anak. Ayah menjelaskan ....

Sebaliknya, huruf kapital sering dipakai di tengah kalimat sehingga menimbulkan


kesalahan penulisan huruf kapital.

1) Tidak terpakai lalu lubangi Bawahnya


2) apakah pengertian dari Tata Surya?
3) ... tetapi, Teori itu tidak bertahan lama.
4) Di Jagat Raya ada bermacam- macam Galaksi tetapi ...

Bahkan tidak jarang huruf kapital dipakai di tengah kata seperti data berikut.

1) uang AuLa 2 (BB/VI/8.2/LH)


2) ... acara perpisahan aNak – aNak kelas VI ... (Ghufron,2016:5).

2. Huruf Miring

1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
- Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
- Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
- Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
2) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
18

Misalnya:
- Huruf terakhir kata abad adalah d.
- Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
- Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
3) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
- Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing
yang berkunjung ke Aceh.
- Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
- Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.

Catatan:

1. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa
asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
2. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang
akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara
langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

G. Huruf Tebal
1) Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
Misalnya:
- Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan
Bahasa Indonesia.
- Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.
2) Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian - bagian karangan,
seperti judul buku, bab atau subbab.

Misalnya:
19

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standar dan


nonstandar, ratusan bahasa daerah,dan ditambah beberapa bahasa asing,
membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas,
latar belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada
paparan berikut.

1.1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang


beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat
bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3)
sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.

1.1.2 Masalah

Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan
terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan
digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat
Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa-bahasa yang ada
di Indonesia.

1.2 Kata Dasar


A. Kata Dasar

Kata dasar diartikan sebagai suatu kata yang berdiri sendiri, kata yang berdiri sendiri disini
merupakan suatu kata yang tidak mengandung imbuhan baik itu berupa awalan maupun
berupa akhiran ( Wibowo, 2016: 347).

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

- Kantor pajak penuh sesak.


- Saya pergi ke sekolah.
20

- Buku itu sangat tebal.

- Buku itu sangat menarik.


- Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu

B. Kata Berimbuhan

Imbuhan dalam bahasa Indonesia termasuk pada tataran bidang ilmu morfologi,di
mana morfologi ini mempelajari seluk beluk pembentukan kata, dan pengertian
morfologi itu sendiri adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata
sertafungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik (masitoh,2018: 32).
Selanjutnya pada Depdikbud (2005: 53) menjelaskan bahwa istilah yang berupa
bentuk turunan, yang terdiri atas kata dasar dan imbuhan.Sementara itu, Effendi
(1998: 127) mengemukakan bahwa “Pengimbuhan ialahproses penggunaan
imbuhan dalam pembentukan kata. Proses itu terjadi karena pemakai bahasa ingin
menyatakan konsep atau arti tertentu yang sudah dikenal atau masih baru. Misalnya
pemakai bahasa menggunakan persatuan, untuk menyatkaan arti proses
menyatukan”. Sitindoan ( 1987 : 67) mengemukakan bahwa” afiks dalam bahasa
indonesiaterdiri dari frefiks (awalan), infiks (sisipan), dan sufiks (akhiran), konfiks
(awalan –akhiran).

Pien (1997: 174) mengemukakan bahwa “ imbuhan dapat dibedakan meenjadi


beberapa bagian yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks).Bertolak
dari beberpa pengertian imbuhan (afiks) di atas, dapat disimpulkan bahwa imbuhan
menurut Sitindoan adalah unsur bahasa yang bukan bentuk bebasdan imbuhan itu
terbagi menjadi tiga bagian yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks),dan akhiran
(sufiks) yang memiliki kesamaan yang terdapat pada KBBI, dan juga Pien,
sementara Effendi mengemukakan bahawa imbuhan adalah suatu proses
penggunaanimbuhan dalam suatu kata, jadi, bahwa imbuhan adalah suatu proses
pembentukan kata dari pemakai bahasa itu sendiri, dan yang paling penting bahwa
imbuhan ituterbagi menjadi tiga pokok bagian yaitu, prefiks, sufiks, dan infiks.
Sejalan dengan pendapat keraf (1982: 3) mengemukakan bahwa ”karangan
eksposisi adalah adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk
21

menerangkan atau menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas


pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian trsebut”. Dengan
demikian, pandangan dari Keraf, bawa karangan eksposisi disampaiakan secara
jelas, diuraikan dengan pokok pikiran yang jelas, serta pengetahuan yang luas
(masitho,2018ː 33-34).

Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata dasar yang mendapatkan tambhan imbuhan baik
awalan, akhiran, sisipan atau gabungan.

1. Algoritma Stemming

Stemming adalah salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan performa IR
(Information Retrieval) dengan cara mentrasformasi kata-kata dalam sebuah
dokumen teks ke bentuk kata dasarnya. Algoritma Stemming Nazief dan Adriani
Algoritma Nazief & Adriani sebagai algoritma stemming untuk teks berbahasa
Indonesia yang memiliki kemampuan prosentase keakuratan (presisi) lebih baik
dari algoritma lainnya. Algoritma ini sangat dibutuhkan dan menentukan dalam
proses IR dalam dokumen Indonesia. Pada umumnya kata dasar pada bahasa
Indonesia terdiri dari kombinasi: DP + DP + ROOT WORD + DS + PP Algoritma
Nazief & Adriani yang dibuat oleh Bobby Nazief dan Mirna Adriani ini memiliki
tahap - tahap sebagai berikut:

1. Cari kata yang akan diistem dalam kamus. Jika ditemukan maka diasumsikan
kata adalah root word. Maka algoritma berhenti.

2. Inflection Suffixes (“-lah”, “-kah”, “-ku”, “-mu”, atau “-nya”) dibuang. Jika
berupa particles (“-lah”, “-kah”, “-tah” atau “-pun”) maka langkah ini diulangi lagi
untuk menghapus Possesive Pronouns (“-ku”, “-mu”, atau “-nya”), jika ada.

3. Hapus Derivation Suffixes (“-i”, “-an” atau “-kan”). Jika kata ditemukan di
kamus, maka algoritma berhenti. Jika tidak maka ke langkah 3a a. Jika “-an” telah
dihapus dan huruf terakhir dari kata tersebut adalah “-k”, maka “-k” juga ikut
dihapus. Jika kata tersebut ditemukan dalam kamus maka algoritma berhenti. Jika
tidak ditemukan maka lakukan langkah 3b.
22

b. Akhiran yang dihapus (“-i”, “-an” atau “-kan”) dikembalikan, lanjut ke langkah.

4. Hapus Derivation Prefix. Jika pada langkah 3 ada sufiks yang dihapus maka pergi
ke langkah 4a, jika tidak pergi ke langkah 4b. a. Periksa tabel kombinasi awalan-
akhiran yang tidak diijinkan. Jika ditemukan maka algoritma berhenti, jika tidakb.
pergi ke langkah 4b. c. For i to tentukan tipe awalan kemudian hapus awalan. Jika
root word belum juga ditemukan lakukan langkah

5. jika sudahmaka algoritma berhenti. Catatan: jika awalan kedua sama dengan
awalan pertama algoritma berhenti.5. Melakukan Recoding.

6. Jika semua langkah telah selesai tetapi tidak juga berhasil maka kata awal
diasumsikan sebagai root word. Proses selesai.Tipe awalan ditentukan melalui
langkah - langkah berikut:

1. Jika awalannya adalah: “di-”, “ke-”, atau “se-” maka tipe awalannya secara
berturut-turut adalah “di-”, “ke-”, atau “se-”.

Misalnya:

Adi busana infrastruktur proaktifaero dinamika inkonvensional


purnawirawan antar kota kontraindikasi saptakrida antibiotik kosponsor
semi professional mancanegara sebagian bikarbonat multilateral swadaya
biokimia narapidana telewicara dekameter nonkolaborasi transmigrasi
demoralisasi paripurna tunakarya dwiwarna pascasarjana tritunggaleka
bahasa pramusaji tansuaraekstrakurikuler prasejarah ultramodern Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
- non-Indonesia
- pan-Afrikanisme
- pro-Barat
- non-ASEAN
- anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau
23

sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.


Misalnya:
- Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Kita berdoa
kepada - Tuhan Yang Maha Pengampun. (Bentuk maha yang diikuti kata
dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa,
ditulis serangkai).

Misalnya:

- Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.


- Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
C. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.

Misalnya:

- anak-anak

- biri-biri

- buku-buku

- cumi-cumi

- hati-hati

- kupu-kupu

- kuda-kuda

- kura-kura

- lauk-pauk

- berjalan-jalan

- mondar-mandir

- mencari-cari
24

- ramah-tamah

- terus-menerus

- sayur-mayur

- porak-poranda

- serba-serbi

- tunggang-langgang

Catatan:

Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.


Misalnya:

- surat kabar → surat-surat kabar


- kapal barang → kapal-kapal barang
- rak buku → rak-rak buku
- kereta api cepat → kereta-kereta api cepat
D. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear
kambing hitam persegi panjang
orang tua rumah sakit jiwa
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-istri pejabat anak istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru.
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
25

Misalnya:
bertepuk tangan menganak sungai
garis bawahi sebar luaskan
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan menggarisbawahi
menyebarluaskan penghancurleburan
5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali hulubalang radioaktif
adakalanya kacamata saptamarga
apalagi kasatmata saputangan
E. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah ma-in
ni-at sa-at
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai au-la
sau-da-ra sur-vei
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan
huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan
sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak la-wan
de-ngan ke-nyang
mu-ta-khir mu-sya-wa-rah
26

d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril cap-lok
makh-luk man-di
sang-gup som-bong
Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang
masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra in-fra
ben-trok in-stru-men
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Misalnya:
bang-krut bang-sa
ba-nyak ikh-las
kong-res makh-luk
2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar
dan unsur pembentuknya.

Misalnya:

ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
27

Catatan:
(1)Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami
perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup me-ma-kai
me-nya-pu me-nge-cat
pe-mi-kir pe-no-long
pe-nga-rang pe-nge-tik
(2)Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung ge-mu-ruh
ge-ri-gi si-nam-bung
te-lun-juk
(3)Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau
akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau mengambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara
unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
Biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
biodata bio-data bi-o-da-ta
fotografi foto-grafi fo-to-gra-fi
4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal
di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
- Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
- Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
28

5. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak
dipenggal.
Misalnya:
- Ia bekerja di DLLAJR.
- Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
- Ia bekerja di DLLAJR.
- Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga Warsita.
29

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ejaan bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya dari A sampai Z.


Beberapa di antaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa Indonesia
sehingga dapat mengikuti perkembangan kosa katanya. Huruf-huruf tersebut terdiri
dari huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan.
Dalam EYD, terdapat aturan-aturan untuk dapat disebut ejaan yang sempurna.
Yakni: pemenggalan kata pada kata dasar, penulisan huruf seperti penggunaan
huruf kapital atau huruf besar, huruf tebal dan penggunaan huruf miring.
Penggunaan kata dalam penulisanya pun perlu diperhatikan. seperti kata dasar, kata
berimbuhan, benuk ulang, gabungan kata dan pemenggalan kata.
Berfungsi Untuk menulis sebuah karya tulis harus memperhatikan aturan-aturan
penulisan bahasa Indonesia yang sesuai. khususnya bagi mahasiswa yang sedang
menulis tugas makalah, laporan praktik kerja lapangan, menyusun proposal, dan
skripsi.

3.2 Saran

Aturan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dibuat adalah untuk
pandulan para orang yang sedang menulis sebuah karya atau karangan, oleh karena
itu dalam menulis harus disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Sebagai
warga negara Indonesia tidak ada salahnya kita menerapkan makalah ini dalam
pemakaian huruf dan penulisan kata, misalnya dalam menulis surat, membuat karya
tulis, membuat laporan, dan lain sebagainya.
30

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
Grasindo. 2016, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia & Pembentukan Istilah,
Jakarta: PT Grasindo

Sunendar, Dadang. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta ː


Pengembangan Pedoman Bahasa Indonesia.

Sumber Jurnal
Ali. 2017. Ekspresi Verbal Bunyi Konsonan Bahasa Indonesia Penderitaautistic
Spectrum Disorder Dewasa.Vol 1, No 2.
Asisda Wahyu Asri Putradi. 2016. Pola-Pola Perubahan Fonem Vokal Dan
Konsonan Dalam Penyerapan Kata-Kata Bahasa Asing Ke Dalam
Bahasa Indonesia: Kajian Fonologi.Vol 3, No 2.
Ghufron,Syamsul. 2016. Kesalahan Pemakaian Ejaan Dalam Karangan Siswa.
Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya. Volume 03. Nomor 01.

Liza Yulianti, dkk. 2013. IMPLEMENTASI MULTIMEDIA DALAM


PEMBELAJARAN PENGENALAN HURUF ABJAD UNTUK
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD). Bengkulu. Jurnal Media
Infotama, Vol. 9, No. 1.
Masitho Tuti. 2018. analisis ketepatan penggunaan ke-an dan imbuhan pada
karangan ekposisi. Jurnal program studi pgmi. Vol 5. No. 1.
Rora Rizki Wandini. 2017. Pengenalan Huruf Vokal pada Anak Usia Dini dengan
Media Audio Visual. Medan. Jurnal Tarbiyah, Vol. XXIV, No. 1.

Prima Nucifera. 2018. Diftong Dalam Bahasa Aceh Penelitian Pada Masyarakat
Penutur Asli Bahasa Aceh Di Desa Meunasah Reudeup Kabupaten
Bireun. Aceh.Vol 1, No 1.
Wibowo, Julianto. 2016. Aplikasi Penentuan Kata Dasar Dari Kata Berimbuhan
Pada Kalimat Bahasa Indonesia Dengan Algoritma Dan Steming. Jurnal
Riset Komputer (JURIKOM). Volume 03. Nomor 05.

Anda mungkin juga menyukai