Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA ( PEUBI )

Dosen Pengampu : YULIA OKTARINA S.Pd., M.Pd

Lokal : 1J

Di Susun Oleh :

1. Nanda Farisyanadira ( 201230077 )


2. Elsa Al Hidayah (201230064 )
3. Dini Amelisa ( 201230069 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia,
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada
junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah mengenai "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)" sebagai tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Di dalam makalah ini, penulis menjelaskan mengenai pengertian, ruang
lingkup, penulisan huruf, dan mengenai beberapa penulisan kata (dasar, berimbuhan, dan bentuk
ulang) sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Yulia Oktarina S.Pd,.M.Pd selaku dosen mata
kuliah Bahasa Indonesia atas bimbingan yang diberikan dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Tidak lupa pula penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Penulis bcrharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya dalam pembelajaran berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
sebanyak-banyaknya dari pembaca.

Jambi, 03 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Pengertian PUEBI ......................................................................................................3
2.2 Ruang Lingkup ..........................................................................................................3
2.3 Pemakaian Huruf .......................................................................................................3
2.3.1 Huruf Abjad ...............................................................................................................3
2.3.2 Huruf Vokal................................................................................................................3
2.3.3 Huruf Konsonan.........................................................................................................4
2.3.4 Huruf Diftong ............................................................................................................4
2.3.5 Gabungan Huruf Konsonan .......................................................................................5
2.3.6 Huruf Kapital..............................................................................................................5
2.3.7 Huruf Miring ..............................................................................................................6
2.3.8 Huruf Tebal ................................................................................................................6
2.3.9 Penulisan Unsur Serapan............................................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................7
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................7
3.2 Saran..............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia ınemiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi
negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentü tidak Iepas dari kaidah dan aturan
penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah kebahasaan
tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna, dan kelogisan. Bahasa
Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam bahasa yang memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang sesuai kaidah baku,
baik tertulis maupun lisan (Murtiani et al, 2016).

Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu, masih
belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli bahasa dari Belanda, Prof.
Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi Soetan Ma'moer dan
Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu dengan menggabungkan
dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen dianggap kurang berhasil
dikarenakan kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa kata dari bahasa Arab yang
memiliki warna bunyi bahasa khas. Namun, oleh van Ophuijsen, kesulitan tersebut terus
diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada tahun 1926, sistem ejaan menjadi bentuk yang
tetap. Semenjak itu sistem ejaan terus berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik
atau Ejaan Socwandi, kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan
Rumi Bersama, dan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


mengubah Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (PUEYD) menjadi Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pedoman penggunaan bahasa Indonesia Yang baik dan
benar. Perubahan tersebut bukanlah sesuatu Yang tidak biasa, sebagaimana pendapat Chaer
(2007) bahwa bahasa bersifat dinamis (as ciled in Yanti, 2016). Bahasa tidak pernah lepas dari
berbagai aspek kehidupan manusia semenjak keberadaan manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat. Kehidupan manusia akan terus berubah dan tidak tetap, karena
eratnya keterkaitan dan keterikatan manusia dengan bahasa, maka bahasa pun akan terus ikut
berubah, tidak tetap, dan tidak statis.

Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama Yang berkaitan dengan ejaan.
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)
dalam bentuk tulisan (huruf-hurut) serta penggunaan tanda baca (Rahmadi, 2017). Ejaan bahasa
Indonesia Yang digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem tulisan fonemis merupakan
sistem tulisan Yang menggunakan satu lambang atau satu huruf saja untuk satu fonem secara
konsisten.

Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantik dan leksikon Yang paling terlihat,
sebab hampir setiap Saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari perubahan ilmu dan budaya,
atau juga kemunculan kata-kata lama dengan makna Yang baru. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus terjadi, secara otomatis pula akan
bermunculan konsep - konsep baru Yang disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata dan
istilah-istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut belum disertai dengan wadahnya, maka
manusia sendiri yang akan menciptakan istilahnya (Chaer, 2007, as eited in Yanti,2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI)?
2. Apa Saja ruang lingkup dari PUEBI?
3. Bagaimanakah aturan penulisan hurufberdasarkan PIJEBI?
4. Bagaimanakah aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari PUEBI
2. Mendeskripsikan ruang lingkup dari PIJEBI
3. Mendeskripsikan aturan penulisan hurufberdasarkan PUEBI
4. Mendeskripsikan aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata,
penulisan unsur scrapan, serta penggunaan tanda baca (Murtiani et al, 2016). Dalam menulis
berbagai karya ilmiah, diperlukan aturan tata bahasa yang menyempurnakannya sebab karya
tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Karya ilmiah tersebut dapat berupa
artikel, resensi, profil, karya sastra, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sehingga
PUEBI dapat diartikan sebagai suatu ketentuan dasar secara menyeluruh yang berisi acuan
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

2.2 Ruang Lingkup


Salah satu Ietak perbedaan antara PUEBI dengan PUEYD adalah adanya penambahan ruang
lingkup. Pada PUEYD hanya terdapat tiga ruang lingkup, yaitu pemakaian huruf, penulisan kata,
dan pemakaian tanda baca. Sementara pada PUEBI ditambahkan satu bagian ruang lingkup yaitu
penulisan unsur serapan. Pada makalah ini, penulis hanya membahas dua bagian ruang lingkup
yaitu pemakaian huruf dan penulisan kata.

2.3 Pemakaian Huruf


2.3.1 Huruf Abjad
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi bahasa, sementara
abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara itu sendiri berdasarkan urutan yang umum dan
baku dalam bahasa tertentu. Ejaan Bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf abjad

2.3.2 Huruf Vokal


Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan Oleh arus udara Yang tidak
mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan Oleh tiga faktor: tinggi-rendahnya posisi lidah,
bagian lidah Yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Huruf-huruf vokal
pada bahasa Indonesia terdiri dari lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.

Keterangan :
 Huruf e mewakili dua fonem, yaitu /e/ dan /ǝ/ beserta alofonnya. Fonem /e/ memiliki dua
alofon, yaitu [e] dan [ɛ]. Fonem /e/ dilafalkan [e] jika terdapat pada suku kata buka dan
tidak diikuti suku kata yang mengandung alofon [ɛ] (Alwi et al, 2008). Fonem /e/
dilafalkan [ɛ] jika terdapat pada suku kata tutup akhir. Fonem /ǝ/ hanya ınemiliki satu
alofon, yaitu [ǝ]. Pada PUEBI, digunakan tiga diakritik yang mewakili fonem beserta
alofon dari huruf e sebagai panduan pengucapan yang benar apabila suatu ejaan kata
menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e]
Misalnya : Masakan Ibu sangat enak (énak).
b. Diakritik [é] dilafalkan [ɛ].
Misalnya : Ayah saya senang ınemelihara bebek (bébék).
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ǝ].
Misalnya : Akibat perkatannya, timbul pertanyaan di benak (bênak) Adi.

2.3.3 Huruf Konsonan


Huruf konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan menghambat aliran
udara pada Salah satu tempat di saluran suara di atas glotis. Pada pelafalan konsonan, ada tiga
faktor Yang terlibat: keadaan Pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap itu
bersentuhan atau berdekatan ( Alwi et al, 2008 ). Huruf – Huruf konsonan pada bahasa Indonesia
dilambangkan oleh 21 huruf yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

2.3.4 Huruf Diftong


Huruf diftong merupakan huruf vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya dan
dalam sistem tulisannya dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal tersebut tidak
dapat dipisahkan karena tergolong dalam satu suku kata. Diftong berbeda dengan deretan vokal
(Alwi et al, 2008), karena setiap hurufvokal pada deretan vokal mendapat hembusan yang sama
atau hampir sama, dan kedua hurufvokal tersebut berada dalam dua suku kata yang berbeda.
Contoh huruf diftong dalam bahasa Indonesia adalah ai, au, ei, dan oi.

2.3.5 Gabungan Huruf Konsonan


Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy dałam bahasa Indonesia melambangkan satu
bunyi konsonan. Gabungan huruf (ny) dan (sy) melambangkan satu bunti konsonan. Gabungan
huruf (ny) dan ( sy ) melambangkan konsonan palatal, sedangkan konsonan velar dilambangkan
oleh gabungan huruf ( ng ) dan ( kh ).

2.3.6 Huruf Kapital


Huruf kapital merupakan hurufyang memiliki bentuk khusus dan berukuran lebih besar dari
huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf kapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat.
Misalnya:
Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama seseorang, termasuk
Julukan.
Misalnya:
Gorys Keraf
Pangeran Diponegoro
Catatan :
a. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang Yang merupakan nama
jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
15 newton
ikan mujair
b. Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata Yang bermakna
'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pcrtama kata tugas (di, ke, dan,
dari, yang, dan untuk).
Misalnya:
Ibrahim Aziz bin Muaz
Esther boru Simanjuntak
3. Hurufkapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan langsung.
Misalnya:
”Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.
“Katakan kepadanya,” Kata Shira kepadaku,”Lebih baik jujur saja.”
4. Huruf capital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama agama, kitab suci,
dan tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti unruk tuhan.
Misalnya :
Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang diakui di
Indonesia.
Ya tuhan, tolong ampuni kami.
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik
yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Nabi Muhammad SA\V
Raden Mas Scmvardi Socrjaningrat
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai
sapaan..
Misalnya:
Silakan duduk, Yang Mulia.
Terima kasih, Dokter.
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Gubernur Riau
8. Hurufkapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bahasa Indonesia
suku Dayak

Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa Yang digunakan sebagai bentuk dasar kata
turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
kebali-halian
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya
atau hari besar keagamaan.
Misalnya:
bulan Juni tahun Masehi
hari Selasa hari Nyepi
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Agresi Militer Belanda Il
Perjanjian Renville
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Kepulauan Seribu Sungai Siak
Kecamatan Tampan Jalan Utama

Catatan:
a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
menyeberangi jalan
mendaki gunung
b. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis
tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
terong belanda (Solanum betaceum)
kacang arab (Cicer arielinum)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau
disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya
Misalnya:
Ada beberapa jenis salak di Indonesia, antara lain salak ambarawa, salak bali, salak
banjarnegara, salak bongkok, salak hutan, dan salak pondoh.

Contoh berikut bukan nama jenis


Pada mata pelajaran seni budaya hari ini, para murid diajak menyanyikan lagu daerah riau,
lagu daerah Sumatra barat, dan lagu daerah aceh.

2.3.7 Huruf Miring


Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak sama dengan tulisan tangan
pada kursif. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf miring.
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat
kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas novel Laskar Pelangi, Sang
Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Umum Pembentukan Islilah. Jakarta:
Balai Pustaka.
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Penulisan kata yang benar adalah dekret, bukan dekrit. Jelaskan maksud dari peribahasa
esa hilang dua terbilang.
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.
Misalnya:
Go Gek Cap Lak (upacara bakar tongkang) adalah ritual tahunan masyarakat di
Bagansiapiapi yang sudah tcrkenal hingga di mancancgara.
Ora et labora memiliki makna 'bcrdoa dan bekerja'.
Catatan:
a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa
dacrah tidak ditulis dengan huruf miring.
b. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik ( bukan Komputer ), bagian yang akan
dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
c. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung
dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

3.3.8 Huruf tebal


Huruf tebal adalah huruf yang dicetak tebal atau vet. Berikut adalah ketentuan –
ketentuan penggunaan huruf tebal.
1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang telah ditulis dengan
huruf miring.
Misalnya :
Kata yang memiliki akhiran –is adalah kata sifat. Contohnya akhiran –is pada kata
ekonimis yang berarti bersifat ekonomi ( hemat )
2. Huruf tebal dapat digunakan untuk menegaskan bagian – bagian karangan, seperti
judul buku, bab, dan subab.
Misalnya :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUPAN

2.3.9 Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali,
maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda,
Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti force majeur, de facto, de jure, dan l'exploitation de
l'homme par Ihomme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara
asing.
Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusa-hakan agar
ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.

a. (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)


Mazhab = malhab
Kadar = qadr
sahabat = satiabat
hakikat = haqiqat
umrah' = umrah

b. 'ain (t Arab), pada awal suku kata menjadi a, i, u


'ajá'ib = ajaib
sa 'ädah = saadah
‘ ilm = Ilmu
qá'idah = kaidah
'uzr = uzur
ma'ünah = maunah
c. 'ain (t Arab) di akhir suku kata menjadi k
'i'tiqåd = iktikad
mu•jizat = mukjizat
ni'mat = nikmat
rukü' = rukuk
sima’ = simak
ta’rif = takrif
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
I. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca.
II. Ruang lingkup PUEBI adalah pcmakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca,
dan penulisan unsur serapan.
III. Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi bahasa.
Pemakaian huruf yang diatur dalam PUEBI antara lain: huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, hurufmiring, dan
huruf tebal.
IV. Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri dan tersusun dari
morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang
digunakan dalam berbahasa, baik diucapkan maupun dituliskan. Pedoman penulisan kata
yang diatur olch PUEBI adalah kata dasar, kata berimbuhan, bcntuk ulang, dan lain-lain.
V. Dalam penulisan unsur serapan dari berbagai bahasa baik dari bahasa daerah maupun
bahasa asing penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis mcnyarankan agar pembaca:
1. Memahami PUEBI dan menerapkannya dalam berbahasa Indoncsia yang baik dan
benar.
2. Menjadikan PUEBI sebagai patokan dalam menulis berbagai karya ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. edisi ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.
Murtiani, Anjar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Araska.
Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Kemendikbud.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Kesalahan Berbahasa. Solo:
Genta Smart Publisher.
Y anti, Prima Gusti, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar clan Penerapan
Jakarta: PT. Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai