Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA

Oleh:
1. Reno Saputra (062240422545)
2. Narendra F Ilmi (062240422540)
3. Felita (062240422521)

Kelas : 2 KID

Dosen Pengampu:
Muhammad Bujaya, S.Pd, M.Pd.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIKKIMIA
PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan
hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia” dengan tepat waktu. Makalah ini kami
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, Selain itu makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang PUEBI bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Bapak
Muhammad Bujaya, S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih juga kepada semua anggota kelompok kami yang
telah bekerja sama dalam membantu dan menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami meminta
saran dan kritik bagi para pembaca dan pendengar agar kami bisa kedepannya
membuat makalah dengan baik dan sempurna.

Palembang, 29 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4

1.3 Tujuan......................................................................................................................5

1.4 Manfaat....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1 Definisi PUEBI........................................................................................................6

2.2 Sejarah Perkembangan EBI......................................................................................6

2.3 Pemakaian Huruf......................................................................................................7

2.4 Pemakaian Tanda Baca...........................................................................................14

2.5 Penulisan Unsur Serapan........................................................................................22

BAB III PENUTUP.........................................................................................................24

3.1 Kesimpulan............................................................................................................24

3.2 Saran......................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas
dari kaidah dan aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang
diperlukan dalam kaidah kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa,
kosakata, ejaan, makna, dan kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar
mengacu pada ragam bahasa yang memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang sesuai kaidah
baku, baik tertulis maupun lisan.
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa
Melayu, masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang
ahli bahasa dari Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar
bahasa, Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim
membuat ejaan bahasa Melayu dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin
dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen dianggap kurang berhasil dikarenakan
kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa kata dari bahasa Arab yang
memiliki warna bunyi bahasa khas. Namun, oleh van Ophuijsen, kesulitan
tersebut terus diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada tahun 1926, sistem
ejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu sistem ejaan terus berkembang dan
disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, kemudian Ejaan
Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD).
Perkembangan ejaan meliputi masa awal kemerdekaan, masa ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan pada tahun 1972, hingga penggantian nama ( pada
2016 ) menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ini dilakukan
oleh Badan Pengembangan dan Pembiinaan Bahasa yang ditetapkan dalam
PerKemDikBud Nomor 50 Tahun 2015. Bada Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Pedoman Umum
Ejaan Bahaasa Indonesia (PUEBI) ini untuk menyempurnakan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD).

1.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang diatas terdapat rumusan, sebagai berrikut :
1. Apa yang dimaksud dengan PUEBI ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan EBI ?
3. Bagaimana pemakaian huruf yang baik dan benar pada Bahasa tulis?

iv
4. Bagaimana cara pemakaian tanda baca?
5. Bagaimana cara penulisan kata serapan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PUEBI
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan EBI
3. Untuk mengetahui Bagaimana pemakaian huruf yang baik dan benar pada
Bahasa tulis
4. Untuk mengatahui tentang cara pemakian tanda baca
5. Untuk mengetahui tentang cara penulisan kata serapan
1.4 Manfaat
1. Manfaat praktis Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) antara lain:
Lebih mudah menulis: PUEBI dapat memudahkan mahasiswa dalam
menulis dan mengedit karena aturan ejaannya jelas dan konsisten. Serta dapat
menghindari kesalahan ejaan, Dengan mengikuti aturan ejaan yang benar,
kesalahan ejaan dapat dihindari sehingga huruf menjadi lebih jelas dan mudah
dipahami.
Mingkatkan kualitas tulisan: Di harapkan dengan adanya PEUBI dapat
meningkatkan kualitas tulisan pembaca dengan menjaga konsistensi dan
konsistensi ejaan, menjadikan tulisan Anda lebih profesional dan lebih baik.
Mempermudah pembaca: PEBI dapat mempermudah pembaca dengan
ejaan dan aturan yang konsisten.
2. Manfaat teoritis Pedoman Umum ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pengembangan Linguistik: PEBI dapat membantu mahasiswa dalam
mengembangkan Linguistik sebagai bidang penelitian dengan memberikan aturan
dan pedoman yang konsisten dan jelas, sehingga diharapkan mahasiswa dapat
memahami aturan-aturan penggunaan Ejaan dalam membuat laporan penelitian
seperti laporan kerja praktek.
Pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia: PUEBI dapat membantu
pembaca mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai ilmu yang
mempelajari bahasa Indonesia secara mendalam, termasuk kaidah ejaan.
Meningkatkan pemahaman bahasa Indonesia: PEUBI diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan
membantu memperkuat identitas budaya masyarakat Indonesia.
Meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia: Dengan mengikuti PEBI,
penggunaan bahasa Indonesia dapat meningkat dan semakin konsisten,

v
memperkuat peran bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan bahasa
pengantar dalam pendidikan.
Secara keseluruhan, PUEBI memiliki keunggulan praktis dan teoretis
yang besar dalam menjaga konsistensi ejaan, meningkatkan kualitas tulisan,
memfasilitasi pembaca, serta meningkatkan pemahaman dan penggunaan bahasa
Indonesia.

vi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi PUEBI


Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari penggunaan
kata, unsur penyerap tulisan, dan penggunaan tanda baca (murtiani et al. 2016).
Dalam penulisan karya ilmiah segala jenis, dapat berupa artikel, resensi, profil,
literatur, terbitan berkala, tesis, disertasi, disertai PUEBI, dan lain-lain, yang dapat
diartikan sebagai suatu peraturan dasar yang menyeluruh, yang memuat kaidah-
kaidah yang benar. Referensi dalam Bahasa Indonesia.
Menurut Ariyaanti (2019), “PUEBI (Panduan Ejaan Umum Bahasa
Indonesia) adalah penjabaran bunyi linguistik (kata, kalimat, dan lain-lain) yang
harus diikuti oleh pemakai bahasa untuk keteraturan dan keseragaman bentuk,
khususnya bahasa tulis. memperhatikan penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan
penulisan kata.Selain itu, menurut Murtiani dkk (2018), “EBI (Ejaan Bahasa
Indonesia) adalah tata bahasa yang mengatur tata bahasa dalam bahasa Indonesia.
Pemakaian, mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
penyerap, penggunaan tanda baca. Menurut Mulyadi (2017), “EBI (ejaan bahasa
Indonesia) adalah sistem ejaan kelima yang digunakan dalam bahasa Indonesia.
Menurut pengertian PUEBI para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa PUEBI (Pedoman Ejaan Umum Bahasa Indonesia) adalah sistem ejaan
baku yang menggantikan ejaan sebelumnya yaitu EYD (Ejaan Yamg
Disempurnakan), dengan memperhatikan penggunaan huruf , menulis, dan Baca
tentang penggunaan markup.

2.2 Sejarah Perkembangan PUEBI


Ermanto dan Emidar (2010) menyatakan bahwa ejaan adalah seperangkat
aturan yang dibuat untuk dipedomani da lam memindahkan bahasa lisan suatu
masyarakat menjadi ba hasa tulis. Aturan yang yang harus dipedomani dalam
ejaan tersebut menyangkut pemakaian huruf, penulisan kata, pema- kaian tanda
baca, angka dan lambang bilangan, serta singkatan dan akronim. Jika aturan atau
kaidah yang terdapat dalam eja- an belum mapan untuk dipedomani dan masih
terdapat keku- rangan-kekurangan dalam pemindahan bahasa lisan ke bahasa tulis,
maka ejaan tersebut akan mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman
dan keperluan pengguna bahasanya. Berikut dijelaskan perubahan ejaan selama
perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
1. Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan aksara Melayu yang ditulis dengan aksara latin
yaitu Van Ophuijsen. Ejaan ini dibuat oleh Ch. A. Van Ophuijsen memperoleh

vii
gelarnya pada tahun 1901 dengan bantuan Engku Nawawi Soetan Ma'moer
dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
2. Ejaan Soewandi
Pada tahun 1947, Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan, mengeluarkan keputusan untuk mengubah ejaan baru. Ejaan ini
dikenal dengan sebutan "Ejaan Soewandi" atau juga "Ejaan Republik".
Struktur ejaan Soewandi memudahkan ejaan populer.
3. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo adalah ejaan Melayu-Indonesia yang dimulai pada tahun
1959. Namun karena perkembangan politik jangka panjang pada saat itu,
ejaan ini tidak diformalkan.
4. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Sejalan dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan Sastra
yang menjadi Lembaga Bahasa Nasional pada tahun 1968 dan Pusat
Pembinaan dan Pembinaan Bahasa pada tahun 1975 menyusun rencana
standardisasi bahasa Indonesia secara menyeluruh. Proyek standardisasi
Bahasa Indonesia ini menjadi cikal bakal pembentukan ejaan ditingkatkan.
Pada tahun 1972, ejaan baru yang dikenal dengan Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan atau Ejaan yang Disempurnakan
diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia yang dibentuk dengan surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan ini mencakup
interpretasi aturan atau konvensi ejaan yang lebih luas.
5. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, menerbitkan Pedoman Umum Eja- an Bahasa Indonesia.
Pedoman ini disusun untuk menyempurna kan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD). Pedoman ini diharapkan dapat
mengakomodasi per- kembangan bahasa Indonesia yang makin pesat. Ejaan
ini di- ganti oleh Dr. Anis Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan diatur dalam PerMenDikBud Nomor 50 Ta- hun 2015.
Penyempurnaan naskah ejaan ini disusun oleh Pusat Pengembangan dan
Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

2.3 Pemakaian Huruf dan Tanda Baca

1. Penggunaan Huruf
A. Huruf Abjad
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulisan yang melambangkan bunyi
bahasa, sementara abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara itu sendiri

viii
berdasarkan urutan yang umum dan baku dalam bahasa tertentu. Ejaan
Bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf abjad.

B. Huruf Vokal
Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan oleh
arusudara yang tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh
tiga faktor:tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan
bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Huruf-huruf vokal pada bahasa
Indonesia terdiri dari limahuruf, yaitu a, e, i, o, dan u.

*) Untuk membedakan pengucapan, pada huruf e pepet dapat diberikan tanda


diakritik (ê) yang dilafalkan [ə]. Misalnya: Anak-anak bermain di teras. Upacara itu
dihadiri pejabat teras [têras] Bank Indonesia. Kami menonton film seri.
Pertandingan itu berakhir seri [sêri]. Seret saja barang itu jika berat! Makanan ini
membuat kerongkonganku seret [sêrêt].

C. Huruf Konsonan
Huruf Konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan
menghambat aliran udara pada salah satu temppat di saluran suara di atas
glotis. Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat: Keadaan pita
suara, penyentuhan atau pedekatan berbagai alat ucap, dan cara alat ucap itu
bersentuhan atau berdekatan.

ix
Keterangan:
 Huruf q dan x khusus digunakan untuk anama diri dan keperluan ilmu
pengetahuan. Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan [s].

D. Huruf Diftong
Huruf diftong merupakan huruf vokal yang berubah kualitasnya pada saat
pengucapannya dan dalam sistem tulisannya dilambangkan oleh dua huruf
vokal.Kedua huruf vokal tersebut tidak dapat dipisahkan karena tergolong
dalam satusuku kata. Diftong berbeda dengan deretan vokal (Alwi et al,
2008), karena setiaphuruf vokal pada deretan vokal mendapat hembusan yang
sama atau hampir sama,dan kedua huruf vokal tersebut berada dalam dua
suku kata yang berbeda. Contohhuruf diftong dalam bahasa Indonesia adalah
ai, au, ei, dan oi.

x
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy, dalam bahsa indonesia
melambangkan satu bunyi konsonan. Gabungan huruf (ny) dan (sy)
melambangkan konsonan palatal, sedangkan kosonan velar dilambangkan
oleh gabungan huruf (ng) dan (kh).

F. Huruf Kapital
Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan
berukuranlebih besar dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan
penggunaan hurufkapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat.
Misalnya:
Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama
seseorang,termasuk julukan.
Misalnya:
Gorys Keraf
Pangeran Diponegoro
3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan langsung.
Misalnya:
“Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.
“Katakan kepadanya,” kata Shira kepadaku, “lebih baik jujur saja.”
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama
agama,kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya:

xi
Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang
diakuidi Indonesia.
Ya Tuhan, tolong ampuni kami.
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama
gelarkehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang,termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
N abi Muhammad SAW
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama
gelarkehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan
dankepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Silakan duduk,Yang Mulia.
Terima kasih, Dokter.
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
namaorang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Gubernur Riau
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
Bahasa Indonesia
suku Dayak

2. Pemakaian Tanda Baca


A. Tanda titik (.)
1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pertanyaan
Misalnya:
Dia sedang menyelesaikan tugas akhirnya.
Dia akan datang pada pertemuan itu.
Ayahku tinggal di Solo.
2) Tanda titik dipakai di bekakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar. Misalnya :
A. Sejarah Perkembangan, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
1. Sejarah Perkembangan
2. Kedudukan
xii
3. Fungsi
3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detikyang
menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya :
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1,35 menit, 20
detik)
4) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat
terbit.
Misalnya :
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta: Gramedia.
5) Tanda titik dipakai utnuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah. Misalnya :
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
B. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai di anatara unsur-usnru dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya :
Makalah, skripsi, tesis, disertasi adalah jenis karangan ilmiah.
2) Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung. Seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya :
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya. Misalnya :
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
4) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat. seperti, oleh karena itu, jadi, dengan, demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun demikian. Misalnya :
Anak itu sangat pandai di kelas. Oleh karena itu, dia selalu mendapatkan
peringkat pertama.
5) Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru. Seperti, o, ya, wah,
aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau
Nak. Misalnya :
Siapa namamu, Dik?

xiii
O, begitu?
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. Miisalnya:
"kita harus tolong-menolong dalam hidup ini," kata Ibu, "karena manusia
adalah makhluk sosial"
7) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat,
(c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan. Misalnya:
Tokyo, Jepang
8) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang di balik susunannya
dalam daftar pustaka. Misalnya :
Keraf, Goys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
9) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catan kaki atau catatan
akhir. Misalnya :
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum dan Adat Budaya Indonesia
(Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga. Misalnya :
B. Ratulangi, S.E.
11) Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka. Misalnya :
12,5 m
Rp500,50
12) Tanda tema dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan
oposisi. Misalnya :
Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
13) Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca atau salah pengertian. Misalnya:
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
C. Tanda Ttik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam
kalimat majemuk. Misalnya :

xiv
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita
pendek.
2) Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa. Misalnya :
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
1. Berkewarganegaraan Indonesia;
2. Berijazah sarjana S-1;
3. Berbadan sehat; dan
4. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah negara kesatuan republik
Indonesia
3) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian
dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan
jeruk.
D. Tanda Titik Dua (:)
1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan. Misalnya:
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2) Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara: Aulia Arimbi
4) Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu: "kau tidak ke kampus, Nak?"

xv
Beni: "Tidak, Bu."
Ibu: "Kenapa tidak ke kampus?"
Beni: "Kurang enak badan, Bu."
5) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah
dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka. Misalnya:
Harrison, XLIII, No. 8/2008:8
Surah Albaqarah: 1-3
Matius2: 1-3
E. Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris. Misalnya:
Para ahli kedokteran menemukan cara baru untuk meng-
ukur tekanan darah.
2) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak; berulang-ulang; kemerah-merahan
3) Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
diadakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang di jeda
satu-satu. Misalnya:
11-11-2013
u-p-a-c-a-r-a
4) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan. Misalnya:
ber-evolusi
meng-ukur
5) Tanda hubung dipakai untuk merangkai.
a. angka dengan -an (tahun 1950-an);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-1);
6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:
di-reject

xvi
me-recall
di-smash
7) Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan. Misalnya:
Kata-pasca berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran-isasi pada kata bernotasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
F. Tanda Pisah (—)
1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisihan kata atau kalimat. Misalnya:
Tidak ada keberhasilan—saya sependapat—tanpa ada per—juangan.
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan oposisi
atau keterangan yang lain. Misalnya:
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia-amanat Sumpah Pemuda harus terus
digelorakan.
Soekarno-Hatta-proklamator Kemerdekaan RI-diabadikan menjadi nama
bandar udara internasional.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya:
Tahun 2010-2013
Tanggal 5-10 April 2008
Yogyakarta-Solo
G. Tanda Tanya (?)
1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:
Apakah kamu akan melanjutkan studimu ke universitas Gajah Mada?
Kapan dia berangkat?
2) Tanda tanya di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun tahun 1961(?)
Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia diikrarkan pada 28 Oktober
1928(?)

xvii
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Masa! Dia bersikap seperti itu?
Masa! Dia tidak mengenalmu?
I. Tanda Elipsis (...)
1) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:
Semantik adalah ...tanpa terikat konteks. Penyebab kemerosotan ... akan
diteliti lebih lanjut.
2) Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
"Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"
"Saya pikir ... walaupun ... bagaimana, Pak?"
J. Tanda Petik (“..”)
1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:
"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
2) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel
naskah atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah
novel.
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
3) Tanda petik dipakai untuk mengupload istilah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
Saya melihat dia memberikan "amplop" pada pengawas ujian itu.
"Tetikus" komputer ini sudah rusak.
4) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit ketikan yang terdapat dalam
petikan lain. Misalnya:
"Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!' dan rasa letihku lenyap
seketika, "ujar Pak Hamdan.

xviii
5) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan. Misalnya:
marsiadap ari 'saling bantu'
policy 'kebijakan'
tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
K. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit ketikan yang terdapat dalam
petikan lain. Misalnya:
"Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!' dan rasa letihku lenyap
seketika, "ujar Pak Hamdan.
2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan. Misalnya:
marsiadap ari 'saling bantu'
policy 'kebijakan'
tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
L. Tanda Kurung ((...))
1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM)
Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.
2) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat. Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan. Misalnya:
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian. Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan
(c) tenaga kerja.

xix
M. Tanda Kurung Siku ([..])
1) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan dalam naskah
asli yang ditulis orang lain. Misalnya:
Pengunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah
bahasa Indonesia.
2) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelasan terdapat dalam tanda kurung. Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam bab II [lihat
halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa suatu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya:
Jalan Kayu Manis II/02
Tahun ajaran 2017-2018
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
buku dan/atau majalah 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
3) Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam
naskah yang asli yang ditulis orang lain. Misalnya:
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (`)
Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu. Misalnya:
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)

2.4 Penulisan Unsur Serapan


Pada tahap awal perkembangannya, bahasa Indonesia telah meminjam
kata-kata dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah (seperti bahasa Jawa, Sunda,
dan Bali) maupun bahasa asing (seperti bahasa Arab, Belanda, Inggris,
Sansekerta, dan Yunani). Berdasarkan tingkat integrasinya, unsur serapan bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
Pertama, istilah-istilah asing yang tidak sepenuhnya diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia, seperti force majeure, de facto, dan de jure. Istilah-istilah

xx
ini digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara penulisan dan
pengucapannya masih sedikit banyak masih asing.
Kedua, bahasa asing ditulis dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam situasi ini, upaya dilakukan untuk
memastikan bahwa ejaannya diberikan dengan benar sehingga mata uang
Indonesia dapat dibedakan dari mata uang lokal.
1. Unsur Serapan dari Bahasa Arab
a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)
mazhab (‫)مذ هب‬ mazhab

qadr (‫)قدر‬ qadr

sahabat (‫)صحا بة‬ sahabat

haqiqat (‫)حقيقة‬ hakikat

`umrah (‫)عمرة‬ umrah

khatib (‫)خاطب‬ zalim

2. Unsur Serapan dari Bahasa Asing


aa (Belanda) menjadi a

paal pal
baal bal
octaaf Oktaf

xxi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian PUEBI yang berdasarkan pendapat para ahli yang
telah dipaparkan diatas, kami menyimpulkan bahwa PUEBI (Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia) adalah sistem yang mengatur tentang ejaan yang
menggantikan ejaan terdahulu yaitu EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan
memperhatikan pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan juga
penulisan unsur serapan.
Pemakaian huruf yaitu mengenai huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring,
dan huruf tebal. Penulisan kata meliputi kata dasar kata turunan, kata bentuk
ulang, gabungan kata, kata ganti ku, kau, mu, dan nya, kata depan di, ke, dan dari,
Partikel, dan tanda petik. Pemakaian tanda baca terdapat tanda titik, tanda koma,
tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda
seru, tanda elipis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung
siku, tanda garis miring, tanda penyingkat. Penulisan unsur serapat yaitu unsur
serapan bahasa Arab dan bahasa asing.

3.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang telah kami
buat, baik tulisan maupun bahasan yang telah kami sajikan diatas. Oleh karena itu
mohon diberikan sarannya agar kami dapat membuat makalah dengan lebih baik
lagi untuk kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang.

xxii
PERTANYAAN
Sesi Pertama

1. Apa saja kesalahan yang serimg terjadi pada Ejaan Bahasa Indonesia?
(Nadya Maulidyna, Kelompok 9)

2. Apa kegunaan Ejaan yang disempurnakan dalam penerapan Bahasa


Indonesia?
(Dela, Kelompok 6)

3. Mengapa sebuah Bahasa harus memiliki sistem Ejaan?


(Rafikah I Alya, Kelompok 5)

Sesi kedua

1. Apa singkatan dari singkatan dan akronim?


(Magdalena Fransiska, Kelompok 2)

2. Tujuan dan alasan apa yang mempengaruhi perubahan Ejaan dan EYD ke
PEUBI?
(Salsabila, Kelompok 8)

3. Apa perubahan hal yang paling mendasar dalam PUEBI menurut


saudarah?
(Muhammad Al Hafidz, Kelompok 1)

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Afnita, & Iskandar, Z. 2022. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta
Timur: Kencana.
Ariyanti (2019:12), “PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)”

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia. 2021.


Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI daring). Di
akses pada tanggal 22 Maret 2023.
https://ivanlanin.github.io/puebi/huruf/huruf-vokal/
Ermanto dan Emidar. 2010. Bahasa Indonesia: Pengenmbangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Padang: UNP Press.
Fajar Erikha. 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Di akses pada tanggal 29 Maret 2023.

https://www.academia.edu/22875834/
Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_2015

Hani’ah, M. 2018. Panduan Terlengkap PUEBI. Yogyakarta: Laksana.


Kemdikbud. 2022. Penulisan Unsur Serapan Khusus. Di akses pada
tanggal 01 April 2023.

https://ejaan.kemdikbud.go.id/eyd/unsur-serapan/khusus/

Mulyadi (2017:1), “EBI (Ejaan Bahasa Indonesia)”

Murtiani, Anjar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.


Yogyakarta: Araska.

Nurhamudin, D. 2018. Makalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa


Indonesia (PUEBI). Di akses pada tanggal 27 Maret 2023.

https://id.scribd.com/document/373732616/Makalah-Pedoman-
Umum-Ejaan-Bahasa-Indonesia-PUEBI

Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.


Jakarta: Kemendikbud.

xxiv
Sugiarto, E. 2017. Kitab PUEBI Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: ANDI.
Takariawan, C. 2021. Cara Penulisan Bentuk Ulang. Di akses pada
tanggal 29 Maret 2023.

https://ruangmenulis.id/cara-penulisan-bentuk-ulang/

Tantawi, I. 2022. Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Kencana.
Tim Penyusun Redaksi Cemerlang. 2019. Pintar PUEBI. Tanggerang
Selatan: Cemerlang.

Website Pendidikan. 2020. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia


(PUEBI) yang Disempurnakan (EYD). Di akses pada tanggal 22
Maret 2023.

https://www.websitependidikan.com/2017/08/pedoman-umum-ejaan-
bahasa-indonesia-puebi-yang-disempurnakan-eyd-terbaru.html?
m=1

xxv

Anda mungkin juga menyukai