Oleh:
1. Reno Saputra (062240422545)
2. Narendra F Ilmi (062240422540)
3. Felita (062240422521)
Kelas : 2 KID
Dosen Pengampu:
Muhammad Bujaya, S.Pd, M.Pd.
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan
hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia” dengan tepat waktu. Makalah ini kami
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, Selain itu makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang PUEBI bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Bapak
Muhammad Bujaya, S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih juga kepada semua anggota kelompok kami yang
telah bekerja sama dalam membantu dan menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami meminta
saran dan kritik bagi para pembaca dan pendengar agar kami bisa kedepannya
membuat makalah dengan baik dan sempurna.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
3.1 Kesimpulan............................................................................................................24
3.2 Saran......................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
4. Bagaimana cara pemakaian tanda baca?
5. Bagaimana cara penulisan kata serapan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PUEBI
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan EBI
3. Untuk mengetahui Bagaimana pemakaian huruf yang baik dan benar pada
Bahasa tulis
4. Untuk mengatahui tentang cara pemakian tanda baca
5. Untuk mengetahui tentang cara penulisan kata serapan
1.4 Manfaat
1. Manfaat praktis Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) antara lain:
Lebih mudah menulis: PUEBI dapat memudahkan mahasiswa dalam
menulis dan mengedit karena aturan ejaannya jelas dan konsisten. Serta dapat
menghindari kesalahan ejaan, Dengan mengikuti aturan ejaan yang benar,
kesalahan ejaan dapat dihindari sehingga huruf menjadi lebih jelas dan mudah
dipahami.
Mingkatkan kualitas tulisan: Di harapkan dengan adanya PEUBI dapat
meningkatkan kualitas tulisan pembaca dengan menjaga konsistensi dan
konsistensi ejaan, menjadikan tulisan Anda lebih profesional dan lebih baik.
Mempermudah pembaca: PEBI dapat mempermudah pembaca dengan
ejaan dan aturan yang konsisten.
2. Manfaat teoritis Pedoman Umum ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pengembangan Linguistik: PEBI dapat membantu mahasiswa dalam
mengembangkan Linguistik sebagai bidang penelitian dengan memberikan aturan
dan pedoman yang konsisten dan jelas, sehingga diharapkan mahasiswa dapat
memahami aturan-aturan penggunaan Ejaan dalam membuat laporan penelitian
seperti laporan kerja praktek.
Pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia: PUEBI dapat membantu
pembaca mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai ilmu yang
mempelajari bahasa Indonesia secara mendalam, termasuk kaidah ejaan.
Meningkatkan pemahaman bahasa Indonesia: PEUBI diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan
membantu memperkuat identitas budaya masyarakat Indonesia.
Meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia: Dengan mengikuti PEBI,
penggunaan bahasa Indonesia dapat meningkat dan semakin konsisten,
v
memperkuat peran bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan bahasa
pengantar dalam pendidikan.
Secara keseluruhan, PUEBI memiliki keunggulan praktis dan teoretis
yang besar dalam menjaga konsistensi ejaan, meningkatkan kualitas tulisan,
memfasilitasi pembaca, serta meningkatkan pemahaman dan penggunaan bahasa
Indonesia.
vi
BAB II
PEMBAHASAN
vii
gelarnya pada tahun 1901 dengan bantuan Engku Nawawi Soetan Ma'moer
dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
2. Ejaan Soewandi
Pada tahun 1947, Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan, mengeluarkan keputusan untuk mengubah ejaan baru. Ejaan ini
dikenal dengan sebutan "Ejaan Soewandi" atau juga "Ejaan Republik".
Struktur ejaan Soewandi memudahkan ejaan populer.
3. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo adalah ejaan Melayu-Indonesia yang dimulai pada tahun
1959. Namun karena perkembangan politik jangka panjang pada saat itu,
ejaan ini tidak diformalkan.
4. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Sejalan dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan Sastra
yang menjadi Lembaga Bahasa Nasional pada tahun 1968 dan Pusat
Pembinaan dan Pembinaan Bahasa pada tahun 1975 menyusun rencana
standardisasi bahasa Indonesia secara menyeluruh. Proyek standardisasi
Bahasa Indonesia ini menjadi cikal bakal pembentukan ejaan ditingkatkan.
Pada tahun 1972, ejaan baru yang dikenal dengan Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan atau Ejaan yang Disempurnakan
diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia yang dibentuk dengan surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan ini mencakup
interpretasi aturan atau konvensi ejaan yang lebih luas.
5. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, menerbitkan Pedoman Umum Eja- an Bahasa Indonesia.
Pedoman ini disusun untuk menyempurna kan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD). Pedoman ini diharapkan dapat
mengakomodasi per- kembangan bahasa Indonesia yang makin pesat. Ejaan
ini di- ganti oleh Dr. Anis Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan diatur dalam PerMenDikBud Nomor 50 Ta- hun 2015.
Penyempurnaan naskah ejaan ini disusun oleh Pusat Pengembangan dan
Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
1. Penggunaan Huruf
A. Huruf Abjad
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulisan yang melambangkan bunyi
bahasa, sementara abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara itu sendiri
viii
berdasarkan urutan yang umum dan baku dalam bahasa tertentu. Ejaan
Bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf abjad.
B. Huruf Vokal
Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan oleh
arusudara yang tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh
tiga faktor:tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan
bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Huruf-huruf vokal pada bahasa
Indonesia terdiri dari limahuruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
C. Huruf Konsonan
Huruf Konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan
menghambat aliran udara pada salah satu temppat di saluran suara di atas
glotis. Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat: Keadaan pita
suara, penyentuhan atau pedekatan berbagai alat ucap, dan cara alat ucap itu
bersentuhan atau berdekatan.
ix
Keterangan:
Huruf q dan x khusus digunakan untuk anama diri dan keperluan ilmu
pengetahuan. Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan [s].
D. Huruf Diftong
Huruf diftong merupakan huruf vokal yang berubah kualitasnya pada saat
pengucapannya dan dalam sistem tulisannya dilambangkan oleh dua huruf
vokal.Kedua huruf vokal tersebut tidak dapat dipisahkan karena tergolong
dalam satusuku kata. Diftong berbeda dengan deretan vokal (Alwi et al,
2008), karena setiaphuruf vokal pada deretan vokal mendapat hembusan yang
sama atau hampir sama,dan kedua huruf vokal tersebut berada dalam dua
suku kata yang berbeda. Contohhuruf diftong dalam bahasa Indonesia adalah
ai, au, ei, dan oi.
x
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy, dalam bahsa indonesia
melambangkan satu bunyi konsonan. Gabungan huruf (ny) dan (sy)
melambangkan konsonan palatal, sedangkan kosonan velar dilambangkan
oleh gabungan huruf (ng) dan (kh).
F. Huruf Kapital
Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan
berukuranlebih besar dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan
penggunaan hurufkapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat.
Misalnya:
Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama
seseorang,termasuk julukan.
Misalnya:
Gorys Keraf
Pangeran Diponegoro
3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan langsung.
Misalnya:
“Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.
“Katakan kepadanya,” kata Shira kepadaku, “lebih baik jujur saja.”
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama
agama,kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya:
xi
Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang
diakuidi Indonesia.
Ya Tuhan, tolong ampuni kami.
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama
gelarkehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang,termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
N abi Muhammad SAW
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama
gelarkehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan
dankepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Silakan duduk,Yang Mulia.
Terima kasih, Dokter.
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
namaorang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Gubernur Riau
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
Bahasa Indonesia
suku Dayak
xiii
O, begitu?
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. Miisalnya:
"kita harus tolong-menolong dalam hidup ini," kata Ibu, "karena manusia
adalah makhluk sosial"
7) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat,
(c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan. Misalnya:
Tokyo, Jepang
8) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang di balik susunannya
dalam daftar pustaka. Misalnya :
Keraf, Goys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
9) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catan kaki atau catatan
akhir. Misalnya :
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum dan Adat Budaya Indonesia
(Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
10) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga. Misalnya :
B. Ratulangi, S.E.
11) Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka. Misalnya :
12,5 m
Rp500,50
12) Tanda tema dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan
oposisi. Misalnya :
Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
13) Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca atau salah pengertian. Misalnya:
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
C. Tanda Ttik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam
kalimat majemuk. Misalnya :
xiv
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita
pendek.
2) Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa. Misalnya :
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
1. Berkewarganegaraan Indonesia;
2. Berijazah sarjana S-1;
3. Berbadan sehat; dan
4. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah negara kesatuan republik
Indonesia
3) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian
dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan
jeruk.
D. Tanda Titik Dua (:)
1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan. Misalnya:
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2) Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara: Aulia Arimbi
4) Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu: "kau tidak ke kampus, Nak?"
xv
Beni: "Tidak, Bu."
Ibu: "Kenapa tidak ke kampus?"
Beni: "Kurang enak badan, Bu."
5) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah
dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka. Misalnya:
Harrison, XLIII, No. 8/2008:8
Surah Albaqarah: 1-3
Matius2: 1-3
E. Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris. Misalnya:
Para ahli kedokteran menemukan cara baru untuk meng-
ukur tekanan darah.
2) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak; berulang-ulang; kemerah-merahan
3) Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
diadakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang di jeda
satu-satu. Misalnya:
11-11-2013
u-p-a-c-a-r-a
4) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan. Misalnya:
ber-evolusi
meng-ukur
5) Tanda hubung dipakai untuk merangkai.
a. angka dengan -an (tahun 1950-an);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-1);
6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:
di-reject
xvi
me-recall
di-smash
7) Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan. Misalnya:
Kata-pasca berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran-isasi pada kata bernotasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
F. Tanda Pisah (—)
1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisihan kata atau kalimat. Misalnya:
Tidak ada keberhasilan—saya sependapat—tanpa ada per—juangan.
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
2) Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan oposisi
atau keterangan yang lain. Misalnya:
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia-amanat Sumpah Pemuda harus terus
digelorakan.
Soekarno-Hatta-proklamator Kemerdekaan RI-diabadikan menjadi nama
bandar udara internasional.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya:
Tahun 2010-2013
Tanggal 5-10 April 2008
Yogyakarta-Solo
G. Tanda Tanya (?)
1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:
Apakah kamu akan melanjutkan studimu ke universitas Gajah Mada?
Kapan dia berangkat?
2) Tanda tanya di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun tahun 1961(?)
Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia diikrarkan pada 28 Oktober
1928(?)
xvii
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Masa! Dia bersikap seperti itu?
Masa! Dia tidak mengenalmu?
I. Tanda Elipsis (...)
1) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:
Semantik adalah ...tanpa terikat konteks. Penyebab kemerosotan ... akan
diteliti lebih lanjut.
2) Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
"Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"
"Saya pikir ... walaupun ... bagaimana, Pak?"
J. Tanda Petik (“..”)
1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:
"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
2) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel
naskah atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah
novel.
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
3) Tanda petik dipakai untuk mengupload istilah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
Saya melihat dia memberikan "amplop" pada pengawas ujian itu.
"Tetikus" komputer ini sudah rusak.
4) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit ketikan yang terdapat dalam
petikan lain. Misalnya:
"Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!' dan rasa letihku lenyap
seketika, "ujar Pak Hamdan.
xviii
5) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan. Misalnya:
marsiadap ari 'saling bantu'
policy 'kebijakan'
tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
K. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit ketikan yang terdapat dalam
petikan lain. Misalnya:
"Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!' dan rasa letihku lenyap
seketika, "ujar Pak Hamdan.
2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan. Misalnya:
marsiadap ari 'saling bantu'
policy 'kebijakan'
tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
L. Tanda Kurung ((...))
1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM)
Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.
2) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat. Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan. Misalnya:
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian. Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan
(c) tenaga kerja.
xix
M. Tanda Kurung Siku ([..])
1) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan dalam naskah
asli yang ditulis orang lain. Misalnya:
Pengunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah
bahasa Indonesia.
2) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelasan terdapat dalam tanda kurung. Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam bab II [lihat
halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa suatu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya:
Jalan Kayu Manis II/02
Tahun ajaran 2017-2018
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
buku dan/atau majalah 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
3) Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam
naskah yang asli yang ditulis orang lain. Misalnya:
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (`)
Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu. Misalnya:
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
xx
ini digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara penulisan dan
pengucapannya masih sedikit banyak masih asing.
Kedua, bahasa asing ditulis dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam situasi ini, upaya dilakukan untuk
memastikan bahwa ejaannya diberikan dengan benar sehingga mata uang
Indonesia dapat dibedakan dari mata uang lokal.
1. Unsur Serapan dari Bahasa Arab
a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)
mazhab ()مذ هب mazhab
paal pal
baal bal
octaaf Oktaf
xxi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian PUEBI yang berdasarkan pendapat para ahli yang
telah dipaparkan diatas, kami menyimpulkan bahwa PUEBI (Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia) adalah sistem yang mengatur tentang ejaan yang
menggantikan ejaan terdahulu yaitu EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan
memperhatikan pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan juga
penulisan unsur serapan.
Pemakaian huruf yaitu mengenai huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring,
dan huruf tebal. Penulisan kata meliputi kata dasar kata turunan, kata bentuk
ulang, gabungan kata, kata ganti ku, kau, mu, dan nya, kata depan di, ke, dan dari,
Partikel, dan tanda petik. Pemakaian tanda baca terdapat tanda titik, tanda koma,
tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda
seru, tanda elipis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung
siku, tanda garis miring, tanda penyingkat. Penulisan unsur serapat yaitu unsur
serapan bahasa Arab dan bahasa asing.
3.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang telah kami
buat, baik tulisan maupun bahasan yang telah kami sajikan diatas. Oleh karena itu
mohon diberikan sarannya agar kami dapat membuat makalah dengan lebih baik
lagi untuk kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang.
xxii
PERTANYAAN
Sesi Pertama
1. Apa saja kesalahan yang serimg terjadi pada Ejaan Bahasa Indonesia?
(Nadya Maulidyna, Kelompok 9)
Sesi kedua
2. Tujuan dan alasan apa yang mempengaruhi perubahan Ejaan dan EYD ke
PEUBI?
(Salsabila, Kelompok 8)
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
Afnita, & Iskandar, Z. 2022. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta
Timur: Kencana.
Ariyanti (2019:12), “PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)”
https://www.academia.edu/22875834/
Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_2015
https://ejaan.kemdikbud.go.id/eyd/unsur-serapan/khusus/
https://id.scribd.com/document/373732616/Makalah-Pedoman-
Umum-Ejaan-Bahasa-Indonesia-PUEBI
xxiv
Sugiarto, E. 2017. Kitab PUEBI Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: ANDI.
Takariawan, C. 2021. Cara Penulisan Bentuk Ulang. Di akses pada
tanggal 29 Maret 2023.
https://ruangmenulis.id/cara-penulisan-bentuk-ulang/
https://www.websitependidikan.com/2017/08/pedoman-umum-ejaan-
bahasa-indonesia-puebi-yang-disempurnakan-eyd-terbaru.html?
m=1
xxv