Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN EJAAN BAHASA INDONESIA, PEDOMAN PEMBENTUKAN ISTILAH,

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA, KAMUS BAHASA INDONESIA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Oleh:

Kelompok 6 Indralaya

1. Khotamar Kusuma Dinata 06021282025022


2. Suci Indriani 06021282025027
3. Anastasya 06021282025032
4. Sinta Saputri 06021282025076

Dosen Pengampu:
Drs. Supriyadi, M.Pd.
Novritika, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, Pedoman
Pembentukan Istilah, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia” tepat
waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. Supriyadi, M.Pd., dan Ibu
Novritika, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan serta arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga isi dari makalah dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Indralaya, 26 Februari 2023

Kelompok 6 Indralaya

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Pengertian Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, Pedoman Pembentukan Istilah, Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Bahasa Indonesia ......................................... 3
1. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia ............................................................................. 3
2. Pedoman Pembentukan Istilah ................................................................................... 3
3. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ......................................................................... 4
4. Kamus Bahasa Indonesia ........................................................................................... 4
B. Sejarah pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman pembentukan istilah, tata bahasa
baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa indonesia ......................................................... 5
1. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia ............................................................................. 5
2. Pedoman Pembentukan Istilah ................................................................................... 8
3. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ......................................................................... 8
4. Kamus Bahasa Indonesia ........................................................................................... 9
C. Perbedaan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, Pedoman Pembentukan Istilah, Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Bahasa Indonesia ....................................... 10
PENUTUP............................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan
ini sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pengunaan
Bahasa Indonesia semakin meluas baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini
memunculkan beragam kosakata dan istilah baru. Kemunculan kosakata dan istilah
baru memicu tindakan pelesatarian. Pelestarian perlu dilakukan agar bahasa Indonesia
semakin mantap dalam kedudukannya sebagai identitas bangsa Indonesia. Bentuk
pelestarian bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menjaga keaslian
bahasa indonesia dan menamankan budaya berbahasa Indonesia kepada anak-anak
(Widada, 2014:484).
Usaha menjaga keaslian bahasa Indonesia dilakukan dengan cara menuliskan
kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indonesia dalam sebuah buku yang membahas
tentang kebakuaan ejaan, pembentukan istilah, dan makna dari kata-kata bahasa
Indonesia itu sendiri. Buku yang digunakan dapat menjadi acuan atau pedoman saat
melakukan komunikasi secara tulisan dan lisan. Pada usaha yang kedua yaitu
membudayakan bahasa Indonesia dapat diwujudkan pada pemerolehan dan
pembelajaran bahasa indonesia kepada anak-anak baik di dalam keluarga maupun
sekolah.
Usaha yang dilakukan ini sebagai bentuk dari pencegahan kesalahan dalam
ketatabahasaan. Bahasa indonesia yang bersifat dinamis membuat banyak masyarakat
Indonesia masih salah dalam pengunaan bahasa Indonesia secara tulis maupun lisan.
Kesalahan ini terlihat pada saat pengunaan huruf kapital atau kecil, pengunaan kata
depan, penggunaan tanda baca, dan sebagainya.
Agar kesalahan berbahasa Indonesia tidak terjadi maka masyarakat memerlukan
pedoman. Perubahan dan perkembangan bahasa Indonesia berdampak pada kaidah-
kaidah yang berlaku. Masyarakat perlu tahu pedoman mana yang sedang berlaku dan
pedoman mana yang tidak berlaku. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
bermaksud mendalami tentang pedoman-pedoman berbahasa masyarakat Indonesia
meliputi pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman pembentukan istilah, tata bahasa
baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, adapun masalah yang
dirumuskan sebagai berikut.
1. Apa itu pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman pembentukan istilah, tata
bahasa baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa indonesia?
2. Bagaimana sejarah pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman pembentukan
istilah, tata bahasa baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa indonesia?
3. Apa perbedaan pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman pembentukan
istilah, tata bahasa baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusun makalah ini sebagai
berikut.
1. Mengetahui apa itu pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman pembentukan
istilah, tata bahasa baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa indonesia.
2. Mengetahui sejarah pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman pembentukan
istilah, tata bahasa baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa indonesia.
3. Mengetahui perbedaan pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman
pembentukan istilah, tata bahasa baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa
indonesia.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, Pedoman Pembentukan Istilah,


Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Bahasa Indonesia
1. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Pedoman diartikan
sebagai ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan; hal
(pokok) yang menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dan sebagainya) untuk
menentukan atau melaksanakan sesuatu. Sedangkan, kata Ejaan diartikan sebagai
kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam
bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Menurut Ariyanti (2019:12), PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia) adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dan sebagainya)
dengan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis yang harus memperhatikan
pemakaian huruf kapital, tanda baca, dan penulisan kata.
Lalu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
adalah sistem yang mengatur tentang ejaan yakni memperhatikan penggunaan
huruf, penulisan kata, serta pemakaian tanda baca.

2. Pedoman Pembentukan Istilah


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Istilah adalah kata atau
gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses,
keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Menurut PUPIBM dalam
Kasdan, dkk. (2020:223), Istilah dapat diartikan sebagai kata atau frasa yang
mengungkapkan konsep yang khusus, yang terdapat dalam sesuatu bidang ilmu atau
profesional. Sedangkan, menurut Felber dalam Kasdan, dkk. (2020:223), Istilah
adalah kata atau gabungan kata yang terdiri daripada kata, rangkai kata atau frasa,
simbol grafik, singkatan inisial, akronim dan notasi yang mewakili satu atau lebih
konsep dalam bidang tertentu.
Dari beberapa pengertian istilah di atas, disimpulkan bahwa Pedoman
Pembentukan Istilah adalah ilmu yang mengatur makna kata atau gabungan kata
secara cermat, terdiri atas kata, frasa, simbol grafik, singkatan inisial, akronim dan

3
notasi yang mewakili satu atau lebih konsep dalam bidang tertentu, dan selaras
dengan kaidah bahasa Indonesia.

3. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia


Tata bahasa dapat pula disebut paramasastra, adalah ilmu yang mempelajari
kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Ilmu ini merupakan bagian dari
bidang ilmu yang mempelajari bahasa (linguistik). Tata bahasa baku bahasa
Indonesia telah diatur dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI).
Saat ini, buku TBBBI telah dicetak hingga edisi kelima. Pun, dapat diunduh dan
dibaca secara daring.
Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI) terdiri atas sepuluh bab.
Bab pertama berisi pendahuluan yang menceritakan kedudukan bahasa Indonesia,
ragam bahasa, fenomena diglossia, urgensi pembakuan bahasa, fakta mengenai
bahasa yang baik dan benar, juga relasi antara bahasa Indonesia-bahasa daerah-
bahasa asing. Bab kedua berisi tentang penjalan ringkas terkait pengertian tata
bahasa. Uraian yang diberikan termasuk sistem bunyi (fonologi), sistem kata
(morfologi), sistem kalimat (sintaksis), dan sistem makna (semantik-pragmatik).
Pada bab ketiga berisi pengetahuan tentang fonologi yang membahas vokal,
konsonan, diftong, dan ciri suprasegmental. Bab keempat hingga kedelapan,
Moeliono, dkk. membahas verba, adjektiva, adverbial, nomina, dan kata tugas
secara berturut-turut. Keempat bab ini juga berisi pengklasifikasian yang dilakukan
berdasarkan sifat kelas kata.Lalu, bab sembilan berisi tentang kalimat dalam bahasa
Indonesia, yakni jenis-jenis kalimat, batasan dan ciri kalimat, komponen-komponen
yang menyusunnya, kategori fungsi sintaksis, serta kategori peran dalam kalimat.
Lalu yang terakhir yakni bab sepuluh berisi fungsi klausa dalam kalimat.

4. Kamus Bahasa Indonesia


Kata kamus adalah kata serapan dari bahasa Arab yaitu qamus. Kata qamus
itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu okeanos yang berarti
‘lautan’. Dari sejarah kata kamus ini dapat diketahui bahwa makna dasar dari kata
kamus yaitu sebagai wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan bahasa.
Kamus adalah sebuah karya yang berfungsi sebagai referensi. Kamus pada
umumnya berupa senarai kata yang disusun secara alfabetis. Selain itu, disertakan

4
pula informasi kata, makna kata, kadangkala sejarah kata, dan contoh pemakaian
kata dalam kalimat (Setiawati, 2016 dalam Kushartanti dkk, 2009:223)
Sementara itu dalam KBBI, disebutkan bahwa kamus merupakan sumber
rujukan yang andal dalam memahami makna kata suatu bahasa karena kamus
memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas
jumlahnya. Kosakata yang terdapat dalam kamus, lazim disebut lema, disusun
secara alfabetis yakni berurutan mulai A sampai Z. Tiap kata yang ditulis dilengkapi
dengan cara pelafalannya, kelas kata, dan contoh pemakaian kata tersebut dalam
sebuah kalimat.

B. Sejarah pedoman ejaan bahasa indonesia, pedoman pembentukan istilah, tata


bahasa baku bahasa indonesia, dan kamus bahasa indonesia
1. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
Pada 16 Agustus 2022, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
menggunakan kembali Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi V (EYD
Edisi V). Penetapan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi V
berdasarkan Keputusan Kepala Badan No. 0321/I/BS.00.00/2021 merupakan
pemutakhiran dari pedoman sebelumnya. Jadi, di dalam EYD Edisi V terdapat
beebrapa perubahan dan penambahan kaidah baru. Perubahan dan penambahan
tersebut menandakan bahwa bahasa Indonesia sangat dinamis terhadap
perkembangan sehingga bahasa Indonesia lebih akomodif terhadap perubahan
kebahasaan melalui pemutakhiran EYD.
Ejaan merupakan kaidah-kaidah dalam cara menggambarkan bunyibunyi
(kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta pengunaan
tanda baca. Tiap negara mempunyai aturan ejaan tersendiri dalam melambangkan
bunyi-bunyi bahasa di negaranya. Demikian juga di Indonesia tercatat ada 6 ejaan
yang pernah dikenal di Indonesia. Dari enam ejaan tersebut, 3 ejaan pernah
diberlakukan, bahkan salah satunya tetap dipakai sampai saat ini (EYD), dan 3 ejaan
lainnya belum sempat dipakai karena berbagai alasan.
Sebelum 1900 di Indonesia, sebagai besar penduduk Indonesia masih
menggunakan bahasa Melayu, belum ada sistem ejaan yang sama. Kemudian pada
tahun 1900, Ch. Van Ophuysen mendapat perintah untuk menyusun ejaan Melayu
dengan mempergunakan aksara Latin. Dalam usahanya itu, ia sekadar
mempersatukan bermacam-macam sistem ejaan yang sudah ada dengan bertolak
5
dari sistem ejaan bahasa Belanda sebagai landasan pokok. Dengan bantuan Engku
Nawawi, Gelar Soetan Ma’moer, dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, akhirnya
ditetapkanlah sistem ejaan itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe, yang di kenal
dengan nama Ejaan Van Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan Balai
Pustaka. Ejaan tersebut tidak sekali jadi, tetapi terus mengalami perbaikan dari
tahun ke tahun dan pada tahun 1926, mendapat bentuk yang baku.
Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuysen adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
b. Penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Penggunaan tanda diakritik, seperti koma ain, hamzah dan tanda trema, untuk
menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, dinamai’.
Selama Kongres Bahasa Indonesia pada 1938, telah muncul usulan agar
ejaan itu lebih diinternasionalisasikan. Memang dalam perkembangan selanjutnya,
terutama sesudah Indonesia merdeka, dirasakan bahwa ada beberapa hal yang
kurang praktis yang harus disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah
direncanakan sewaktu penduduk Jepang masih menjajah. Pada 19 Maret 1947,
dikeluarkan penetapan baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan,
Suwandi (SK No.264/Bag.A/47) tentang perubahan ejaan bahasa Indonesia, sebab
itu ejaan pengganti ejaan Van Ophuysen ini kemudian dikenal dengan nama Ejaan
Suwandi atau Ejaan Republik. Sebagai dampak dari keputusan tersebut, bunyi oe
tidak semuanya diganti dengan u. Baru pada 1949, berdasarkan pada surat edaran
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tanda oe mulai 1 Januari 1949 diganti
dengan u.
Beberapa lambang yang tampak pada Ejaan Republik tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
b. Bunyi Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak,
pak, maklum, rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2 (anak-anak), berjalan2
(berjalan-jalan), ke-barat2-an (kebarat-beratan).
d. Awalan di- dan kata depan di, kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan
imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

6
Pada Kongres Bahasa Indonesia II pada 1954 di Medan, masalah ejaan
dipersoalkan lagi. Prof. Dr. Prijono mengajukan Prasaran Dasar-Dasar Ejaan
Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlunya
penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil
penyempurnaan Ejaan Rebuplik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya besar
untuk perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia.
Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerjasama dengan
Malaysia yang mengunakan rumpun bahasa Melayu pada Desember 1959. Dari
kerjasama ini, terbentuklah Ejaan Melindo (Ejaan Melayu Indonesia) yang
diharapkan pemakainya berlaku di kedua negara paling lambat pada Januari 1962.
Namun, perkembangan hubungan politik yang kurang baik antardua negara tersebut
pada saat itu, ejaan ini gagal diberlakukan.
Pada awal Mei 1966, Lembaga Bahasa dan Kesusatraan (LBK) yang
sekarang menjadi Pusat Bahasa, menyusun lagi ejaan baru bahasa Indonesia.
Namun, hasil perubahan ini juga tetap mendapat banyak pertentangan dari berbagai
pihak sehingga gagal lagi diberlakukan. Pada 16 Agustus 1972, Presiden Republik
Indonesia meresmikan ejaan baru, yang lebih dikenal dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan baru ini tetap dipakai sampai saat ini, dan
tentunya telah mengalami revisi agar lebih sempurna.
Berikut ini beberapa perbedaan dari ketiga ejaan yang digunakan tersebut.
Perubahan yang paling penting dalam EYD adalah:
Lama Yang Disempurnakan
dj djalan j Jalan
j pajung y payung
nj njonja nyo nyonya
sj* sjarat sy syarat
tj tjakap c cakap
ch* tarich kh tarikh
*Kedua gabungan huruf ini sebenarnya tidak terdapat dalam ejaan lama. Di
samping itu, diresmikan pula huruf-huruf berikut di dalam pemakaian:
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat

7
q, x huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.

2. Pedoman Pembentukan Istilah


Kekayaan peristilahan suatu bahasa dapat menjadi indikasi kemajuan
peradaban bangsa pemilik bahasa itu karena kosakata—termasuk istilah—
merupakan sarana pengungkap ilmu dan teknologi serta seni. Itulah yang dilakukan
oleh bangsa Indonesia. Pada Kongres Bahasa Indonesia II yang dilakukan pada 31
Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara). Konsep
Pedoman Umum Pembentukan Istilah disusun oleh Prof. H. Johannes dan Anton
M. Moeliono. Naskahnya kemudian dibahas lebih lanjut di dalam Sanggar Kerja
Peristilahan (Jakarta, 29-30 Juni 1973) yang dihadiri oleh empat puluh ahli
terkemuka dari berbagai bidang ilmu. Naskah yang direvisi, setelah itu, berulang-
ulang diolah oleh Komisi Tata Istilah, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia
(Prof. Andi Hakim Nasution, Ketua), dan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia
(Arman Halim dan Haji Suja bin Rahiman, Ketua). Pedoman Umum Pembentukan
Istilah (PUPI) disempurnakan kembali dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 0389/U/1988 tanggal 11 Agustus 1988.
PUPI telah terbit sebanyak tiga edisi dan setiap edisi memiliki cetakan tahun
yang berbeda. PUPI edisi pertama terbit pada tahun 1975 dan 1988. PUPI edisi
kedua terbit pada tahun 1989, 1992, 1997, dan 2000. PUPI edisi ketiga terbit pada
tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007.

3. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia


Kongres Bahasa Indonesia selalu melakukan pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia dengan menetapkan beberapa ejaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, serta menggantikan Ejaan van Ophusyen yang berlaku sebelumnya.
Hingga pada Kongres Bahasa Indonesia III yang dilaksanakan pada 28 Oktober-2
November 1978 di Ibukota Jakarta, mendapatkan hasil yakni memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928 dan
selalu berusaha dengan optimal untuk memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.

8
Pada tanggal 28 Oktober-3 November 1988, dilaksanakan Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta. Pada kongres kelima ini, dilahirkan dua karya monumental
yaitu sebuah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia (TBBBI). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia pertama
diterbitkan oleh Balai Pustaka. Edisi pertama buku ini diterbitkan bersamaan
dengan Hari Sumpah Pemuda ke-60, tepatnya 28 Oktober 1988. Tim penyusun
buku ini terdiri atas para pakar linguistik Indonesia dari pelbagai perguruan tinggi,
seperti Anton M. Moeliono, Soenjono Dardjowidjojo, Hasan Alwi, dan Hans
Lapoliwa. Lalu, di tahun 1993 Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan
menerbitkan kembali Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi kedua dengan
penyusun tambahan yakni Daliman Edi Subroto, Gorys Keraf, I Gusti Made Sutjaja,
Imam Syafi’ie, J. S. Badudu, Jawasi Naibaho, Maruli Butarbutar, dan Myrna
Laksman. Setelah itu, diterbitkan lagi edisi ketiga dari Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia pada tahun 2003, dan dengan penyusun tambahan yakni Dali S. Naga dan
Mien A. Rifai. Hingga saat ini, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia sudah terbit
dengan edisi keempatnya. Buku ini terbit pada tahun 2017 dengan penyusun
tambahan yakni Sri Satrya Tjatur Wisnu Sasangka dan Sugiyono.

4. Kamus Bahasa Indonesia


Pada tahun 1952 Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Kebudayaan
Universitas Indonesia (instansi yang kemudian menjadi Pusat Bahasa) menerbitkan
Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwadarminta. Kamus tersebut
merupakan tonggak sejarah dalam perkembangan leksikografi di Indonesia.
Sebelum tahun 1976 kamus itu sudah mengalami cetakan ke -4 dan pada tahun yang
sama terbit cetakan ke-5.
Pada Kongres Bahasa Indonesia V pada 28 Oktober 1988 di Jakarta
diterbitkanlah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus tersebut merupakan hasil
karya tim yang dipimpin oleh Kepala Pusat Bahasa, Anton M. Moeliono. Dengan
berbagai pertimbangan dan masukan, Pusat Bahasa segera menerbitkan kembali
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Kemudian pada 2001 diterbitkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Selanjutnya bahasa Indonesia
mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada 2008 diterbitkan Kamus Besar
Bahasa Inodnesia Edisi Keempat dengan penambahan nama lembaga pada judul
kamus menjadi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
9
C. Perbedaan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, Pedoman Pembentukan Istilah,
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Bahasa Indonesia
Perbedaan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, Pedoman Pembentukan Istilah,
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Bahasa Indonesia adalah Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia memiliki sejumlah fungsi, yaitu sebagai landasan dalam
mengatur tentang ejaan yakni memperhatikan penggunaan huruf, penulisan kata, serta
pemakaian tanda baca. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia juga berperan sebagai
penyaring masuknya unsur bahasa lain ke bahasa Indonesia sehingga dalam
penulisannya tidak akan menghilangkan makna aslinya dan membantu pemahaman
pembaca dalam mencerna informasi dan tentunya penggunaan ejaan akan membuat
penulisan bahasa lebih teratur. Hal ini membuat pembaca semakin mudah dalam
memahami informasi yang disampaikan secara tertulis. Pedoman Pembentukan Istilah
berperan dalam mengatur makna kata atau gabungan kata secara cermat, terdiri atas
kata, frasa, simbol grafik, singkatan inisial, akronim dan notasi yang mewakili satu atau
lebih konsep dalam bidang tertentu, dan selaras dengan kaidah bahasa Indonesia.
Berbeda dengan Pedoman Pembentukan Istilah, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
berfungsi dalam mengatur penggunaan bahasa atau menjadi kaidah yang berupa aturan
dan pegangan yang tepat di bidang ejaan, kosakata, tata bahasa, dan peristilahan.
Kemudian, Kamus Bahasa Indonesia berfungsi sebagai mengetahui makna atau arti
sebuah kata yang belum diketahui sebelumnya, cara pemenggalaan sebuah kata ataupun
suku kata, mengetahui istilah-istilah penting akan suatu konsep bidang keilmuan.

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, Pedoman Pembentukan Istilah, Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Bahasa Indonesia memiliki sejarah dan fungsi yang
berbeda, Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai landasan dalam
mengatur tentang ejaan yakni memperhatikan penggunaan huruf, penulisan kata, serta
pemakaian tanda baca. Pedoman Pembentukan Istilah berperan dalam mengatur makna
kata atau gabungan kata secara cermat, terdiri atas kata, frasa, simbol grafik, singkatan
inisial, akronim dan notasi yang mewakili satu atau lebih konsep dalam bidang tertentu,
dan selaras dengan kaidah bahasa Indonesia. Pedoman Pembentukan Istilah, Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia berfungsi dalam mengatur penggunaan bahasa. Kamus
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai mengetahui makna atau arti sebuah kata yang
belum diketahui sebelumnya, cara pemenggalaan sebuah kata ataupun suku kata,
mengetahui istilah-istilah penting akan suatu konsep bidang keilmuan.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dan perlu adanya pembenahan supaya makalah ini menjadi lebih
baik lagi. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna
mengetahui kekurangan dalam penulisan makalah dan dapat diperbaiki ke depannya

11
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, R. (2019). Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda Baca, dan Penulisan
Kata pada Koran Mercusuar. Jurnal Bahasa dan Sastra, 4(4), 12-28.
Kamus. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 28 Februari 2023, dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Pedoman.
Kamus. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 28 Februari 2023, dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ejaan.
Kamus. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 28 Februari 2023, dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Kamus.
Kamus. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 28 Februari 2023, dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/istilah.
Kasdan, J., Baharudin, R., & Shamsuri, A. S. (2020). Covid-19 dalam Korpus Peristilahan
Bahasa Melayu: Analisis Sosioterminologi. GEMA Online Journal of Language
Studies, 20(3), 221-241.
Kurniawan, I. (2019). EYD Ejaan Yang Disempurnakan. Bandung: Nuansa Cendekia.
Repelita, T. (2018). SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA (Ditinjau dari
Prespektif Sejarah Bangsa Indonesia). Jurnal Artefak, 5(1), 45-48.
Setiawati, S. (2016). PENGGUNAAN KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (KBBI)
DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAKU DAN TIDAK BAKU PADA
SISWA KELAS IV SD. Jurnal Gramatika -STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sudaryanto., & Widodo, P. (2020). The Dynamics of Codification of Indonesian Post-
Publication Republic of Indonesia Government Regulation Number 57 Year 2014.
AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(2), 309-319.
doi.org/10.21009/AKSIS.040206.
Yudhistira. (2021, Oktober 5). Melihat Bernasnya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Pada https://narabahasa.id/resensi-kebahasaan/melihat-bernasnya-tata-
bahasa-baku-bahasa-indonesia-edisi-keempat [Diakses 28 Februari 2023].

12

Anda mungkin juga menyukai