DRAMA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Drama
Disusun Oleh:
Kelompok 6 Indralaya
Dosen Pengampu:
Puji syukur ke hadirat Allah SWT., atas semua limpahan berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Selawat beserta salam senantiasa penulis curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun dan
membimbing kita dari zaman jahiliah sampai zaman terang benderang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
PENUTUP.................................................................................................. 16
A. Kesimpulan................................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................................... 16
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut W.S. Rendra, drama atau sandiwara adalah seni yang
mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku
jasmani dan ucapan kata-kata. Drama merupakan salah satu karya sastra
yang dipenuhi dengan dialog-dialog dan dipentaskan di atas panggung.
Sebagai salah satu karya sastra yang dipentaskan, maka dalam
pementasannya senantiasa mengacu pada naskah drama yang telah
disiapkan. Penulisan naskah drama biasanya diambil melalui kejadian
nyata yang bersumber dari kehidupan manusia maupun kejadian fiktif
yakni berdasarkan pada imajinasi penulis. Naskah drama biasanya ditulis
dalam bentuk dialog dan dipentaskan oleh aktor dengan tujuan
menggambarkan kejadian kehidupan melalui pertikaian dan konflik yang
terjadi di atas panggung.
Drama merupakan sebuah karya yang memuat nilai artistik yang
tinggi. Sebuah drama mengikuti struktur alur yang tertata. Struktur yang
tertata akan membantu penonton menikmati sebuah drama yang
dipentaskan. Drama adalah cerita yang menggambarkan kehidupan atau
watak manusia melalui tingkah laku atau akting yang dipentaskan. Drama
adalah karya seni yang memiliki ciri utama, yaitu merupakan cerita
berbentuk dialog dengan tujuan dipentaskan. Akan tetapi, percakapan atau
dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian tindakan, dalam
sebuah cerita drama tentu memiliki unsur yang akan mendukung sebuah
cerita drama. Unsur tersebut adalah tema, alur, tokoh, latar/setting, dan
amanat. Oleh karena itu, penulis tertarik mendalami dan mengetahui
bagian-bagian cerita dan teknik bermain dalam drama.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
Penulisan makalah ini secara lebih khusus bertujuan untuk
memberikan pemahaman bagi pembaca agar dapat:
1. Mengetahui bagian-bagian atau struktur di dalam drama.
2. Mengetahui macam-macam dimensi yang ada di dalam drama.
3. Mengetahui teknik bermain drama menurut W.S. Rendra dan Putu
Wijaya.
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu diharapkan agar pembaca
dapat menambah wawasan serta pengetahuan. Selain itu, diharapkan dapat
menjadi pedoman dasar dalam mengetahui suatu Bagian-Bagian Cerita
Dalam Drama.
2
PEMBAHASAN
4
yang diucapkan atau diperbuat. Dan mempunyai pertalian yang
kokoh antara karakter dan laku. Tiap-tiap adegan yang ditampilkan
mempunyai kedudukan tertentu dalam pergerakan organik lakon.
Dan ia juga hendaknya membawa ke arah krisis konflik. Kemajuan
ini hendaknya pula tidak mendapat gangguan oleh bagian-bagian
yang kurang perlu dari penampilan lakon, karena ia mungkin akan
mengurangi ketegangan yang sedang berkembang atau menanjak.
Sehingga penanjakan laku itu mendapat gangguan dan mengalami
suatu kelambatan (staginess ).
4. Krisis atau titik balik
Konflik klimaks dalam suatu lakon, bila ditinjau dari sudut
pembaca atau penonton merupakan ketegangan lakon. Sedangkan
ditinjau dari sudut konflik itu sendiri, klimaks berarti merupakan
titik perselisihan paling ujung yang bisa dicapai oleh konfrontasi
protagonis-antagonis. Bila sudah sampai pada titik ini bisa saja
konflik itu mulai menurun atau mungkin juga semakin menghebat.
Klimaks dalam lakon ini merupakan sebuah momen yang
menentukan kelanjutan dari lakon itu. Biasanya untuk suatu 'drama
kehidupan' klimaks ini akan menjadi begitu dramatisnya dan
bahkan kadangkala begitu tragis terjadi.
5. Peleraian
Peleraian atau juga yang dikenal sebagai anti krimak adalah
bagian yang menyajikan ketegangan konflik yang sudah tidak
tertahankan karena sudah mencapai klimaknya. Mulailah
diketengahkan suatu pemecahan konflik. Dipandang dari sudut
konflik, bagian ini boleh dipandang sebagai anti klimak;
ketegangan yang menurun. Tetapi dari sudut pembaca atau
penonton, bagian ini sebeturnya tidak boleh menurun begitu saja,
jelasnya ia tidak boleh menimbulkan kesan kelesuan strukturil
(yang berkepentingan dengan susunannya ).
5
6. Penyelesaian
Penyelesaian atau juga yang dikenal dengan conclusion;
bagian akhir lakon atau yang juga biasa disebut catastrophe
(rnenurut Aristoteles), berfungsi mengembalikan lakon pada
kemiripan keseimbangan awal. Bagian ini secara strukturil
merupakan bagian yang mengakhiri segenap kejadian dalam lakon,
memberikan jawaban yang diperlukan publik yang telah mengikuti
segala persoalan dan menyaksikan konflik -konflik di dalamnya.
b. Penokohan dan perwatakan
Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan
dalam drama mayoritas menggunakan dialog. Susunan tokoh adalah
daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Dalam susunan
tokoh itu, yang terlebih dahulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis
kelamin, tipe fisik, jabatan dan keadaan jiwanya.
a. Klasifikasi Tokoh
Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita:
a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
b. Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu atau penengah antara
tokoh protagonis dan antagonis:
Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya :
a. Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerak
lakon.
b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh
sentral.
c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap
atau tambahan dalam cerita
c. Perwatakan
6
para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional).
Penggambaran ini berdasarkan keadaaan fisik, psikis, dan sosial.
d. Dialog (percakapan)
e. Setting
f. Tema
g. Amanat
7
h. Petunjuk teknis
a. Prolog
b. Dialog
8
c. Epilog
d. Adegan
e. Babak
9
Agar cerita drama bisa tersampaikan dengan baik, seorang aktor
memerlukan penghayatan terhadap karakter tokoh yang diperankan. Untuk
menghayati suatu tokoh kita bisa menggunakan tiga dimensi tokoh berikut
ini.
1. Dimensi fisik; adalah keadaan fisik tokoh yang akan di perankan. Misal
tokoh kakek - kakek, fisik sang kakek itu bagaimana, sehat bugarkah atau
sakit - sakitan.
2. Dimensi sosial; adalah keadaan sosial tokoh tersebut. Misal tokoh kakek -
kakek seperti di contoh pertama, kakek yang tinggal di daerah pedesaan
dan perkotaan tentulah berbeda. Inilah yang dimaksud dimensi sosial.
3. Dimensi psikologis; adalah keadaan kejiwaan tokoh. Misal masih dengan
contoh sebelumnya, kakek yang hidup sakit - sakitan lalu tinggal di desa
tidak ada sanak saudara yang merawat itu bagaimana keadaan kejiwaannya
akankan gembira? Tentulah tidak, inilah yang dimaksud dimensi
psikologis.
Drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan yaitu
sebaliknya dengan orang yang menganggap drama sebagai seni
pertunjukan akan membuang fokus itu sebab perhatiannya harus dibagi
dengan unsur lain. hal itu disebabkan bahwa dalam seni pertunjukan
naskah drama hanya salah satu unsur yang berdampingan dengan unsur
gerak, suara, mimik/bunyi, dan rupa.
12
mengenal diri sendiri. Di dalam latihan calon pemain akan bertemu
batas kemampuannya. Rahasia kelemahannya Kemudian upaya
mengatasinya. Berkat melihat kelemahan pada cara berjalan seseorang
akan tahu bagaimana berjala yang lebih baik dan efisien sesuai dengan
tubuhnya sendiri. Sebagai hasilnya, ia akan berhenti meniru orang lain
dan menjadi dirinya sendiri.
Memahami diri sendiri, menguasai diri dan kemudian percaya
kepada diri, lalu melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan
sendiri, akan membuat seorang pemain keluar dari klise. Jadi berlatih
tidak hanya baik buat seorang yang ingin menjadi, tetapi bagi yang
sudah menjadi pemain. Agar ia kembali segar dan tumbuh mencari
bentuk bentuk pengungkapan yang baru. Jadi "taksu" karisma juga
memerlukan "perawatan".
Ada satu hal yang diucapkan oleh Stanislavsky, pakar akting
modern yang dapat menjelaskan banyak hal, Tidak ada peran-peran
kecil di dalam teater. Yang ada adalah aktor-aktor kecil menghadapi
peran-peran besar. Artinya, semua peranan di dalam teater sebenarnya
adalah peran besar tergantung dari siapa dan bagaimana
memerankannya.
13
Sekarang, menjadi seorang pemain, harus memerlukan tindakan
aktif dari personal bersangkutan. Itu pun belum menjamin akan
membuat seseorang benar-benar menjadi pemain. Karena dunia
pertunjukan erat hubungannya dengan bisnis sehingga kualitas,
peluang, dan nasib baik ikut menentukan. Tetapi itu pun tidak bisa
hanya ditunggu, tetap saja harus direbut.
14
Orang tersebut bukan seorang pemain, tetapi mayat yang menghalangi
proses kreatif, karena ia tenggelam dalam nostalgianya.
Kesalahan lain adalah ketika calon pemain yakin menemukan
beberapa persamaan elemen dalam dirinya, dengan apa yang akan ada
pada idolanya. Lalu ia banting tulang, menyerahkan upayanya untuk
mengembangkan kekayaannya yang palsu itu. Meskipun ia sudah
melakukan kerja keras, serta terbakar oleh ambisi, ia tetap tidak akan
pernah bisa tumbuh dengan baik. Calon pemain seperti ini
memerlukan penyadaran, sebuah cuci jiwa untuk mengembalikan ia
pada jati dirinya. Betapa pun kecil, hina atau layaknya dirinya, tetapi
karena itu adalah miliknya, itu adalah kekuatan. Tidak bisa tidak, ia
harus mulai dari sana.
Banyak calon pemain sudah salah menafsirkan partisipasinya
atau keikutsertaannya dalam sebuah pembuatan film/sinetron,
lokakarya atau kursus, sebagai semacam sertifikat. Seakan kalau ia
sudah pernah terlibat, atau pernah masuk dalam sebuah akademi,
misalnya, ia langsung sudah terformat jadi pemain. Ini salah kaprah.
Metode atau latihan calon pemain, bahkan kursus dan akademi, hanya
semacam "jebakan moral" untuk memberikan kesadaran kepada
seseorang, bahwa menjadi pemain, memerlukan proses belajar.
Dengan masuk, bersetia dan fanatik pada Sanggar Teater
Populer, atau Bengkel Teater atau Akademi Teater, misalnya,
seseorang tidak dengan sendirinya menjadi seorang pemain. Bahkan
dengan mendapatkan Piala Citra dari Festival Film Indonesia (FFI),
seseorang belum tentu adalah seorang pemain. Seseorang menjadi
pemain kalau ia mengenal siapa dirinya, lalu berlatih mengembangkan
potensinya sehingga siap untuk melayani peran dengan bantuan
pengarahan seorang sutradara.
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Drama merupakan salah satu karya sastra yang dipenuhi dengan
dialog-dialog dan dipentaskan di atas panggung. Sebagai salah satu karya
sastra yang dipentaskan, maka dalam pementasannya senantiasa mengacu
pada naskah drama yang telah disiapkan. Percakapan atau dialog itu bisa
juga dipandang sebagai pengertian tindakan, dalam sebuah cerita drama
tentu memiliki unsur yang akan mendukung sebuah cerita drama. Unsur
tersebut adalah tema, alur, tokoh, latar/setting, dan amanat. Unsur-unsur
tersebut membangun bagian-bagian cerita drama yang meliputi prolog,
dialog, epilog, adengan dan babak. Untuk melakukakan pementasan yang
baik, aktor perlu memahami dimensi tokoh drama untuk mendalami peran
tokoh yang dimainkan. Dimensi tokoh mencakup dimensi fisik, sosial, dan
psikologis. Dimensi tokoh akan memudahkan aktor untuk menerapkan
teknik bermain ketika mementaskan suatu drama. Teknik bermain paling
penting yang harus dikuasai oleh aktor adalah pendalaman tokoh.
B. Saran
Demikian pokok bahasan yang telah disusun oleh penulis tentang
Bagian-Bagian Cerita Dalam Drama. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi acuan untuk menambah wawasan para pembaca.
Tentunya penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan. Penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang dapat membangun dari para pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Putu. (2007). Teater: Buku Pelajaran seni Budaya. Jakarta: Lembaga
Pendidikan Seni Nusantara
17