Anda di halaman 1dari 14

APRESIASI DRAMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Apresiasi dan Kreasi Sastra Indonesia

Dosen Pengampu:
Yang Yang Merdiyatna, M. Pd.

Kelompok 5
Disusun Oleh :
Putri Ramadani 11210183000117
Nu’ama Fitriyah 11210183000118
Laili Sabrina 11210183000119
Hamda Faikoh 11210183000120
Fatiya Ahdiyatu Ridwan 11210183000121

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN GURU DAN MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Semoga pembaca dapat mempraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 7 April 2023


Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................................i


Daftar Isi ............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................1
1.3 Tujuan dan Penulisan ...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apresiasi Drama........................................................................................2
2.2 Jenis Apresiasi Drama.................................................................................................2
2.3 Unsur Pembangun Drama...........................................................................................3
2.4 Hakikat Apresiasi Drama.......................................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran apresiasi drama sebagai salah satu pembelajaran sastra di sekolah, saat
ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai dibandingkan pembelajaran puisi dan
prosa. Di bandingkan dengan puisi dan prosa, drama sebenarnya lebih mudah dipahami,
lebih mudah dipetik nilai moral yang terkandung di dalamnya, juga lebih menarik
dinikmati.
Pembelajaran apresiasi drama di sekolah saat ini lebih menonjolkan pembahasan
drama secara teoretis, mengapresiasi drama berdasarkan naskah yang dibaca, dan jarang
meresepsi drama pementasan maupun berekspresi melalui sebuah pementasan drama.
Akibatnya, pembelajaran apresiasi drama menjadi kurang menarik, tidak merangsang
timbulnya daya kreativitas dan imajinasi, serta kurang kontekstual. Hal-hal tersebut
berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran apresiasi drama dan kurang tercapainya
peran pembelajaran apresiasi drama di sekolah, yaitu sebagai salah satu pembentuk
karakter peserta didik. Salah satu penyebab kurangnya perhatian pembelajaran apresiasi
drama di sekolah adalah kurang tersedianya sumber dan bahan pembelajaran yang sesuai

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dipaparkan diatas penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud apresiasi drama?
2. Apa saja jenis apresiasi drama?
3. Apa unsur pembangun apresiasi drama?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian apresiasi drama
2. Mengetahui jenis apresiasi drama
3. Mengetahui unsur pembangun apresiasi drama?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Apresiasi Drama
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "appreciate" yang berarti menetapkan
sebuah penilaian, pengertian dan kenikmatan dari sesuatu. Mengapresiasi berarti
menikmati, meghayati, sekaligus menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam
karya sastra ( drama ). Drama menggunakan medium bahasa yang memiliki kekhususan
dibanding genre sastra yang lain. Istilah drama berasal Bahasa Yunani drama disebut
draomae ( perbuatan meniru ). Menurut Morris drama dapat didefinisiskan : Drama term
derived from Greek verbs ‘dran‘ meaning ‘act to do’. Maksudnya adalah drama berasal
dari kata dran yang berarti berbuat.
Menurut Harmswoth drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui
percakapan dan action tokoh-tokohnya.
Atar Semi menyatakan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang
dipentaskan. Dengan kata lain drama adalah karya sastra yang berisi percakapan/dialog
dan action tokoh-tokohnya yang dapat dipentaskan.
Dari kedua ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa apresiasi drama adalah
menikmati, meghayati, sekaligus menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam
drama baik dalam aspek tertulis/naskah maupun aspek lisan/pementasan. kegiatan
apresiasi menitikberatkan pada daya intelektual. Apabila kita dapat mengkaji dan
mengkritik sastra, maka hal itu menunjukkan bahwa kita telah memiliki kompetensi sastra
khususnya kemampuan kognitif. Apabila setelah mengkaji dan mengkritik sastra itu terjadi
perubahan sikap dalam diri kita, misalnya kita menjadi orang yang peka terhadap perasaan
orang lain, maka kita  telah sampai pada kompetensi afektif sastra. Dengan demikian, titik
berat dari apresiasi terletak pada pengembangan sikap dan nilai kita terhadap karya sastra.

2.2 Jenis Apresiasi Drama


Pada mulanya drama hanya terdiri dari dua jenis , yaitu tragedy dan komedi. Namun dalam
perkembanganya drama menjadi sangat beragam. Menurut Lutters, jenis-jenis drama antara
lain :

1. Drama Tragedi. Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir
dengan duka lara, kematian, atau segala sesuatu yang tidak menyenangkan.

2. Drama Komedi

a. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para
pemain,melainkan karena situasinya.

b. Komedi Slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para

pemainnya.

c. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam.

d. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-
kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu.

2. Drama Misteri

a. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur keteganyannya dan biasanya menceritakan
seputar kasus pembunuhan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam misteri karena penulis
skenario memerkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini beberapa tokoh bayangan
dimasukkan untuk mengecoh penonton.

b. Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus.

c. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik atau unsur ghaib.

3. Opera, yaitu drama yang berisi nyanyian dan music pada sebagian besar penampilanya.
Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera bisa berupa opera buffo ( cerita lucu ), opera komik
( lelucon/tidak diyanyikan ) dan operet (sejenis opera tetapi dengan durasi yang lebih pendek ) .

4. Sendratari, yaitu gabungan seni drama dan seni tari. Pemainya biasanya merupakan
para penari berbakat.Rangkaian peristiwa diwujudkan dalam bentuk tari tanpa dialog, hanya
diiringi narasi singkat agar penontoh menegtahui cerita yang akan dipentaskan.

5. Tablo, merupakan drama yang ditampilkan tanpa dialog, tetapi menonjolkan gerak.
Sehingga kekuatan cerita juga sangat ditentukan oleh kekuatan akting para pemainya .

6. Drama Laga / Action

a. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau
pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern.

b. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara
tradisional.
7. Melodrama

Skenario jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-
dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh
protagonis. Konfliknya runtun dan padat. Dengan konflik yang bertubi-tubi pada si tokoh akan
semakin membuat penonton merasa kasihan dan bersimpati pada penderitanya

8. Drama Sejarah. Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah
sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya

2.3 Unsur Pembangun Drama


1. Unsur Intrinsik
a) Judul
Judul adalah unsur esensial drama yang bukan hanya sekedar sebagai pelengkap drama. Dari judul
drama inilah secara eksplisit kita akan mengetahui drama itu berbicara tentang apa. Judul yang baik
adalah judul yang menggambarkan keseluruhan isi drama. Ini berarti bahwa judul atau isis memiliki
kesatuan atau keutuhan makna.
b) Dialog
Pada prinsipnya drama merupakan rangkaian dialog. Dialog dalam drama tidak sama dengan
percakapan dalam kehidupan nyata, kerena dalam drama hanya memungkinkan sedikit sekali interupsi.
Dialog dalam drama harus memenuhi dua hal, yaitu (1) harus dapat mempertinggi nilai gerak
secara baik dan wajar dan mencerminkan apa yang terjadi dan pikiran serta perasaan para tokoh. (2)
Harus baik dan bernilai tinggi. Maksudnya adalah terarah dan teratur daripada percakapan sehari-hari.
Percakapan harus jelas, terang, dan menuju sasaran ( to the point ), artinya mengesampigkan kata-kata
yang tidak perlu.
Dialog dalam drama memiliki beberapa fungsi , yaitu :
1) Wadah penyampaian informasi kepada penonton.
2) Menjelaskan fakta atau ide-ide
3) Mejelaskan watak dan perasaan pemain.
4) Memberikan tuntunan alur kepada penonton
5) Menggambarkan tema dan gagasan pengarang
6) Mengatur suasana dan tempo permainan
Cara penulisan dialog yang lazim digunakan adalah :
1) Diawali dengan menuliskan ama tokoh
2) Diikuti tanda titik dua
3) Ujaran tokoh berupa kalimat utuh
4) Tidak ada tanda petik dalam ujaran
5) Jika ada perhentian sejenak , ditandai dengan tanda hubung.
c) Alur / Plot
Alur atau alur naskah adalah rentetan peristiwa yang terjadi dan membangun drama yang
mempunyai hubungan sebab akibat dan dirangkai sedemikian rupa dari awal sampai akhir drama . Arah
alur bisa bergerak maju dari permulaan ( beginning ), pertengahan ( middle ) dan akhir ( ending ) .
Dalam istilah drama istilah tersebut dikenal dengan eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Eksposisi
mendasari dan mengatur gerak dalam masalah-masalah waktu dan tempat. Komplikasi bertugas
mengembagkan konflik. Resolusi merupakan penyelesaian yang berlangsung secara logis dan
mempunyai hubungan yang wajar dengan apa yag mendahuluinya ,yang terdapat dalam komplikasi.
Ada bagian penyela antara komplikasi dan resolusi yang dinamakan klimaks atau turning point. Akhir
drama bisa berupa happy ending atau unhappy ending .
Arah alur dalam drama dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
- alur maju (prograsif), set cerita berjalan maju, mulai dari masa kini ke masa yang mendatang.
- Alur mundur (regreasif). Set cerita berjalan mundur, yang mana masa kini adalah sebuah hasil
dari konflik-konflik yang terjadi pada masa lalu.
- Alur campuran, alur cerita yang mencampurkan masa kini dengan masa lalu dan juga dengan
masa depan. Di sebut juga alur bolak- balik. Cerita dengan alur ini mengungkakpakn konflik yang
belum selesai dari masa lalu, masa sekarang, dan penyelesaian di masa depan. Saling terkait satu sama
lain.
Alur dalam sebuah drama memiliki kekhususan dibanding dengan novel atau cerpen. Kekhususan
ini disebabkan oleh karakterisrik drama yang memang unik. Secara Garis besar drma memiliki alur
yang dapat dijelaskan sebagai-berikut :
1. Klasifikasi atau introduksi. Bagian ini memberikan kesempatan kepada penonton untuk
mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang yang dibawakan mereka, dan juga pengenalan pada
problem atau konflik.
2. Konflik . Pelaku cerita mulai terlibat dalam satu problem pokok.
3. Komplikasi. Terjadinya persoalan baru dalam cerita atau disebut juga the rising action.
Beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan yang saling mempengaruhi sehingga munculah
krisis demi krisis. Setiap krisis saling memengaruhi secara kompleks.
4. Penyelesaian ( denoument ). Setiap segi pertentangan menemui penyelesaian dan jalan keluar,
baik penyelesaian yag sedih atau menyenangkan.
d) Tokoh
Tokoh merupakan motor penggerak alur. Dalam drama terdapat tokoh sentral, tokoh bawahan, dan
tokoh latar. Dilihat dari karakter tokohnya ada tokoh protagonis dan antagonis. Karakter tokoh
digambarakan melalui dialog dan lakuan para tokoh.
e) Babak dan Adegan
Kebanyakan naskah drma dibagi dalam beberapa babak. Pembagian babak-babak itu dilakukan
dengan seksama oleh pengarang atas pertimbangan yang matang kerena peristiwa yang dilukiskan
dalam drama tidak selamanya terjadi dalam satu tempat dan satu waktu. Jadi satu babak dalam nsakah
drama adalah bagian dari naskah drama itu yang merangkum semua peristiwa yang terjadi pada satu
waktu dan waktu tertentu.
Dalam satu babak drama dibagi lagi menjadi beberapa adegan, yang ditentukan oleh peristiwa atau
pergantian tokoh diatas pentas. Ada kalanya siatu drma hanya terdiri dari satu babak saja , yang terdiri
dari beberapa adegan.
f) Petunjuk Lakuan
Petunjuk lakuan merupakan penjelasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, perbuatan, dan sifat
tokoh. Yang biasanya ditandai dengan tanda kurung, dicetak miring.
Dalam drama biasanya juga terdapat prolog yang merupakan pengantar naskah yang berisi keterangan
atau pendapat pengarang mengenai cerita yang akan disajikan. Selain itu juga ada epilog yang berisi
kesimpulan pengarang mengenai cerita. Tetapi dalam perkembanganya kini proloh dan epilog sudah
jarang digunakan. Pengarang drama kini lebih membebaskan pembaca maupun penonton untuk
menyimpulkan atau menyikapi tentang karyanya.
2. Unsur Ekstrinsik Drama
Unsur ekstrinsik drama adalah unsur-unsur diluar teks drama namun memengaruhi penciptaan naskah
drama. Unsur ekstrisik ini bisa berupa apa yang melatari pengarang untuk menulis sebuah naskah
drama. Misalnya seorang pengarang ingin membuat drama tentang remaja. Minimnya perhatian orang
tua dan para guru terhadap remaja yang sedang bertumbuh ini menyebabkan para remaja dekat dengan
bahaya yang dapat mengancam perkembangan mental maupun moral mereka. Apa yag melatari
penulisan drama semacam inilah yang termasuk sebagai unsur ekstrinsik drama.
2.4 Hakikat Apresiasi Drama

A. Pengertian Apresiasi Drama

Yang dimaksud dengan apresiasi drama ialah kegiatan membaca, menonton,

menghayati, memahami, atau menghargai karya drama(Efendi,2002:3). Dengan

mengapresiasi drama diharapakan kitaakan bisa menghayati karakter tokoh-tokoh

drama.

Dengan menghayati tokoh dan perkembangan permasalahan dalam drama,

pembaca dapat memahami dengan baik keputusan-keputusan yang diambil oleh tokoh

drama, perkembangan karakter tokoh,dan motivasi yang mendorong sang tokoh untuk

bertindak sesuatu. Dengan pemahaman seperti inilah, sang apresiator dapat

memberikan penghargaan secara tepat atas karya drama yang dibacanya.

B. Persiapan Apresiator Drama


Kegiatan mengapresiasi drama akan berlangsung optimal kalau apresiator

mempunyai bekal yang memadai untuk melakukannya. Semakin lengkap dan

maksimal bekalnya, akan semakin baik kegiatan apresiasi yang dilakukannya.

Bekalyang dimaksud adalah: (1) bekal pengetahuan, (2) bekal pengalaman, dan (3)

bekal kesiapan diri.


Menurut Efendi (2002: 7), mengatakan bahwa seorang apresiator yang memiliki

bekal pengetahuan yang luas dan mendalam akan mampu mengapresiasi sebuah karya

drama secara mendalam. Sebaliknya, seorang apresiator yang memiliki bekal

pengetahuan yang sempit dan terbatas tentu hanya akan mampu mengapresiasi sebuah

karya drama secara dangkal pula. Bekal pengetahuan tersebut meliputi: (1)

pengetahuan tentang drama, (2) pengetahuan tentang manusia, (3) pengatahuan

tentang kehidupan, dan (4) pengetahuan tentang bahasa.

Seorang apresiator drama idealnya, memiliki pengetahuan yang memadai

tentang drama, misalnya pengertian drama, unsur-unsur pembentuk drama, jenis-jenis

drama, sejarah perkembangan drama, dan pementasan drama (teater). Pengetahuan

tentang pengertian drama akan memberikan wawasan kepada apresiator bahwa

dramaberbeda dengan fiksi (cerita). Dengan demikian, ia pun akan memperlakukan

karya drama berbeda dengan karya fiksi.

Seorang apresiator juga dituntut untuk memiliki bekal kesiapan diri yang

baikpula. Kesiapan diri sang apresiator itu meliputi kesiapan fisik dan kejiwaan.

Kesiapanfisik meliputikesehatandankebugaransang apresiator. Sebab dalam keadaan

sakitatau lelah seorang apresiator tidak akan mampu mengerahkan seluruh

kemampuannyadengan baik. Dengan demikian sang apresiator tidak akan mampu

menghadapi karyayangdibacanyasecara optimal.

Tidak hanya kesiapan fisik dan jiwa, tetapi bekal kesiapan akal-pikiran

sangatpenting, karena hanya dengan kesipan akal-pikiran yang prima itulah sang

apresiator mampu memikirkan segala yang ditemukannya dalam drama secara kritis
dan

objektif. Hal itulah yang akan membawa sang apresiator pada tingkat pemahaman drama

yang mendalam dan utuh.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Emzir dan Rohman, Saifur. 2015 . Teori Apresiasi dan Pengajaran Sastra. Jakarta : Raja
Grafindo Pustaka.
Priyatni , Endah Tri. 2010 . Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta :
Bumi Aksara.
http://eprints.uny.ac.id/1241/1/Novitasari-07201244014.pdf

Anda mungkin juga menyukai