Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP BENTUK DRAMA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Sastra

Dosen Pengampu :

Muyassaroh, S.S., M.Pd

Oleh :

Kelompok 6 TBIN 2 C

1. Tri Annisa Maulidiyah (12210193023)


2. Risqi Novita Maulana (12210193029)
3. Kharis Nur Irzan (12210193080)
4. Faridah Chasanah (12210193131)

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Dzat yang maha penyayang diantara
penyayang, yang menanamkan cinta dan kasih sayangnya terhadap seluruh
hambanya, sehingga penulis dapat menyelesakan penyusunan makalah ini.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi tercinta, Nabi Muhammad
SAW teladan bagi seluruh umat hingga akhir zaman. Sungguh suatu karunia
terbesar yang telah Allah Swt. Titipkan. Ujian dan cobaan tak menyusutkan
penulis pada kehendak Tuhan. Baik dalam waktu yang cukup lama penulis
menyesuaikan makalah ini yang berjudul “Prinsip Bentuk Drama”. Doa dan
dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan
makalah ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof.Dr.H.Maftukhin, M.Ag. sebagai rektor IAIN Tulungagung.
2. Ibu Dr.Hj. Binti Maunah, sebagai dekan FTIK IAIN Tulungagung.
3. Ibu Dr. Erna Iftanti, S.S. M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tadris Bahasa
Indonesia.
4. Ibu Muyassaroh, S.S., M.Pd sebagai dosen pengampu Teori Sastra.
5. Semua aktivis dan teman-teman yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini
Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah Swt. semoga budi baik
dan bantuan-bantuan yang tak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Jombang, 20 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama.......................................................................3
B. Jenis-Jenis Drama.......................................................................6
C. Hakikat dan Fungsi Drama.........................................................9
D. Unsur-Unsur Drama.................................................................13

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................17
B. Saran.........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan
semata – mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil
sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan
manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi
tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan
sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau
bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel
cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama,
lukisan/kaligrafi.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga
sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat
pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan
pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk
hidup.
Selain itu, seni drama juga telah menjadi lahan bisnis yang luar
biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat
keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ
seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang
profesionalitas agar dapat berkembang terus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Drama?
2. Apa saja Jenis-Jenis Drama?
3. Bagaimana Hakikat dan Fungsi Drama?
4. Apa saja Unsur-Unsur Drama?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Drama

4
2. Untuk mengetahui apa saja Jenis-Jenis Drama
3. Untuk mengetahui Hakikat dan Fungsi Drama
4. Untuk mengetahui Unsur-Unsur Drama

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama
Drama bila ditelusuri dari asal usul katanya berasal dari bahasa
yunani, draien yang diturunkan dari kata draomai yang semula berarti
berbuat, bertindak, dan beraksi (to do, to act). Dalam perkembangan
selanjutnya, drama mengandung arti kejadian, risalah dan karangan.1
Drama merupakan genre(jenis) karya sastra yang menggambarkan
kehidupan manusia dengan gerak. Drama menggambarkan sebuah realita
kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia melalui peran dan dialog
yang dipentaskan.2 Kisah dan cerita dalam drama memuat konflik dan
emosi yang secara khusus ditujukan untuk pementasan teater. Naskah
drama dibuat sedemikian rupa sehingga nantinya dapat dipentaskan untuk
dinikmati oleh penonton.3 Drama memerlukan kualitas komunikasi, situasi
dan aksi.4 Kualitas tersebut dapat dilihat dari bagaimana sebuah konflik
atau masalah dapat disajikan secara utuh dan dalam pada sebuah
pementasan drama.
Drama sering disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal
dari bahasa jawa sandi yang berarti rahasia dan warab yang berarti ajaran.
Sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak
terang-terangan. Karena lakon drama sebenarnya mengandung
pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya. Penonton
menemukan ajaran itu tersirat dalam lakon drama. Misalnya, orang yang
menebar kejahatan akan menuai kehancuran.5
Kata teater dipungut dari bahasa inggris theater yang berarti
gedung pertunjukkan atau dunia sandiwara. Kata theater bahasa inggris itu
berasal dari bahasa yunani theatron yang berarti takjub melihat. Mungkin,

1
Satoto. Analisis drama dan teater. (yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012) hlm 1
2
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta : Gramedia, 2008) hlm 342-343
3
Suwardi Endrawaswara. Metode Pembelajaran Drama.( Yogyakarta:CAPS,2011) hlm 11-31
4
Harymawan. Dramartugi. (Bandung:Rosda, 1998)
5
Asul Wisanto. TERAMPIL BERMAIN DRAMA. (Semarang:Grasindo,2002) hlm.1

6
banyak penonton yang merasa takjub dan puas menyaksikan tontonan
drama yang dipentaskan dipanggung itu. 6
Pengertian drama menurut para ahli yaitu :7
1. Moulton

Drama merupakan kisah hidup yang dilukiskan dalam bentuk


gerakan (life presented in action).

2. Balthazar Vallhagen

Drama merupakan kesenian yang melukiskan sifat dan watak


manusia dengan gerakan.

3. Budianta, dkk(2002)

Drama merupakan genre sastra yang penampilan fisiknya


memperlihatkan secara verbal adanya percakapan atau dialog antara
para tokoh yang ada.

4. Ferdinand Brunetiere

Drama harus melahirkan sebuah kehendak dengan action atau


gerak.

5. Tim Metrix Media Liberata

Drama adalah bentuk narasi yang menggambarkan kehidupan


dan alam manusia melalui perilaku (akting) yang harus dipentaskan.

6. Seni Handayani

Drama adalah sebuah bentuk komposisi berdasarkan dua


cabang seni, seni sastra dan seni pertunjukan sehingga drama dibagi
menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama yang
dipentaskan.

7. Wildan

6
Ibid. Hlm 2
7
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/03/pengertian-drama-menurut-para-ahli-dan-
unsur-unsurnya.html. Diakses pada tanggal 19 April pukul 20.07

7
Drama adalah komposisi berdasarkan beberapa cabang seni,
sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks
tertulis dan yang dipentaskan

8. Anne Civardi

Drama adalah sebuah kiah yang diceritakan melalui kata-kata


dan gerakan.

9. Krauss (1999:249)

Drama dalam bukunya “Verstehen und Gestalten”, drama


adalah suatu bentuk gambaran seni yang datang dari nyanyian dan
tarian ibadat yunani kuno, yang didalamnya dengan jelas terorganisasi
dialog dramatisnya, sebuah konflik dan penyelesaiannya digambarkan
di atas panggung.

10. Tjahjono

Drama termasuk dalam karya sastra adalah naskah ceritanya.


Sebagai suatu karya sastra, drama memiliki keunikan tersendiri. Drama
diciptakan bukan untuk dibaca saja, namun juga harus memiliki
kemungkinan untuk dipentaskan. Drama sebagai tontonan atau
pertunjukan inilah yang sering disebut dengan istilah teater. Sebagai
sebuah seni pertunjukan, drama memiliki sifat ephmeral, artinya
bermula pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama.

11. E.R Reaske (1966:5)

Drama adalh sebuah karya sastra atau sebuah komposisi,


dengan menggambarkan kehidupan dan aktivitas manusia dengan
segala penampilan, berbagai tindakan dan dialog sekelompok tokoh.

12. Sumarjo (1984:32)

Drama adalah sebuah karya sastra yang ditulis dalam bentuk


dialog dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor.

8
Jadi, dapat disimpulkan bahwa drama merupakan seni pertunjukan
teater yang pementasannya di atas panggung yang diperankan oleh
beberapa tokoh, dan menceritakan beberapa kisah yang dapat diambil
hikmah atau pesan didalamnya.

B. JENIS-JENIS DRAMA

Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. BERDASARKAN ISI CERITANYA


a. Drama tragedy (drama duka )
Tradegy atau drama duka adalah drama yang melukiskan
kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam
bencana atau masalah yang besar. Darama tragedy menceritakan
pertentangan antara tokoh prontagonist dengan kekuatan dari luar
atau tokoh lainnya. Pertentangan ini berakhir dengan keputusan,
kehancuran, atau ke,matian tokoh prontagonis. Contoh: drama
romeo dan Juliet, film Titanic.
b. Melodrama
Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan
(sentimental), mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya
dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh-
tokoh dalam melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam putih dan
bersifat tetap. Seorang tokoh jahat adalah seluruh wataknya jahat,
sebaliknya tokoh hero atau tokoh prontantagonis adalah tokoh
pujaan yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak
kejahatan. Tokoh hero ini pada akhirnya akan memenangkan
peperangan, masalah, atau persaingan yang ada. Tokoh-tokoh
melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya apa yang
terjadi. Biasanya sinetron dan film Indonesia merupakan
melodrama. Contoh:Film Ada Apa Dengan Cinta, Sinetron Cinta
Fitri
c. Komedi (drama ria )

9
Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan
didalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan
biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama komedi
menampilkan tokoh totol, konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu.
Penilaian penonton terhadap drama komedi berbeda beda. Ada
yang dapat tertawa saat menonton drama komedi, ada juga yang
tidak. Perbedaan penilaian ini disebakbkan oleh perbedaan budaya
dan pengalaman. Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang
diceritakan dalam drama komedi akan tertawa jika melihat drama
tersebut. Contoh: Film Mister Bean, Bajai Bajuri
d. Dagelan
Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi ceritanya
dagelan kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat
kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melentur dan
ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan
mempunyai watak berubah secara tiba-tiba menjadi kocak.
Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut tontonan konyol
atau tontonan murahan. Contoh:Teater Srimulat, Ketoprak Humor,
Opera Van Java
2. BERDASARKAN CARA PENYAJIANNYA
a. Closed drama (drama untuk di baca)
Closed drama adalah darama yang dibuat hanya untuk
dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed darama mempunyai
dialog-dialog yang panjang dan menggunakan bahasa yang indah.
Dialog-dialog yang digunakan tidak mencerminkan percakapan
sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.
b. Drama treatikal (drama yang dipentaskan)
Drama treatikal adalah darama yang dapat dipentasakan.
Drama treatikal dipentaskan di atas pentas atau panggung.
c. Drama radio
Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau di
pentaskan melalui radio. Mementingkan dialog yang diucapkan

10
melalui media radio. Drama radio biasanya direkam melalui kaset.
Misalnya, selingan music, sound effect, dan jenis suara. Adega dan
babak dalam drama radio dapat diganti sebanyak mungkin karena
tidak perluu menyiapkan pergantian dekor. Misalnya, Sahur Sepuh.
d. Drama televise
Drama televise adalah drama yang ditayangkan atau
dipentaskan melalui televise. Kelebihan drama televise adalah
melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televise
berbentuk scenario. Drama televise ditampilkan dalam bentuk film,
senetron.
3. BERDASARKAN BENTUKNYA
a. Sandiwara
Sandiwara adalah dari dua kata bahasa jawa, yaitu sandi
yang berarti rahasia dan warah berarti ajaran. Sandiwara berarti
pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.
b. Teater rakyat
Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang
dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat kerakyatan.
Seperti ketoprak dari jawa, ludruk dari jawa timur, arja bali, lenong
dari Jakarta, dan sebagainya.
c. Opera
Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music
pada saat pementasaannya. Nyanyian digunakan sebagai dialog.
Opera disebut juga drama musical.
d. Sendratari
Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog
dari pemainnya. Suasana atau adegan dinyatakan dengan gerak
yang berunsur tari.
e. Pantonim
Pantonim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang
hanyadimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah biasannya
diiringi music.

11
f. Operet atau operette
Operet adalah opera yang ceritannya lebih pendek.
g. Tambeau
Tambeau adalah drama yang mirip pantonim yang
dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimic wajah
pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan pelaku hanya
mengandalkan gerak patah-patah.
h. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsure agama atau
religious
i. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah
boneka wayang
j. Minikata
Drama yang cakapan singkat yang mengandalkan gerak
teatikal.
4. BERDASARKAN MASANYA
a. Drama baru (modern)
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk
memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya
bertema kehidupan manusia sehari-hari.
b. Drama lama (klasik)
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya
menvceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan,
kehidupan dewi-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya. 8

C. HAKIKAT DAN FUNGSI DRAMA

8
Guru Merry, “Drama: Pengertian, Struktur, Ciri-ciri, Jenis dan Unsur Drama”, diakses dari
https://majalahpendidikan.com/drama-pengertian-struktur-ciri-ciri-jenis-dan-unsur-drama/ pada
tanggal 20 April 2020 pukul 09.00

12
Sebuah drama pada hakikatnya hanya terdiri atas dialog. Mungkin
dalam drama ada petunjuk pementasan, namun petunjuk pementasan ini
sebenarnya hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan para pemain.
Oleh karena itu, dialog para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama
(hauptext) dan petunjuk lakuannya disebut teks sampingan (nebentext).
Drama memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Drama Sebagai Karya Sastra

Drama sebagai salah satu genre sastra, memiliki kekhasan


dibandingkan dengan genre lain yaitu puisi dan fiksi. Puisi dalam
menyampaikan pesan melalui pemadatan makna dengan membatasi
kata dan menyajikan kosakata pilihan yang imajimatif dan
menghasilkan multimakna bagi pembacanya. Demikian pula fiksi baik
yang pendek berupa cerita pendek dan yang cerita panjang berupa
novel menyajikan narasi panjang untuk menggambarkan tokoh dan
amanat yang akan disampaikannya.

Drama memiliki kekhasan dari sudut pemakaian bahasa dan


penyampaian amanatnya. Pemaparan bahasa dalam karya sastra drama
berupa pemakaian petunjuk lakuan yang menggambarkan suasana dan
penggunaan dialog para tokoh. Dari segi isi pesan, penulis drama
mengisahkan kehidupan manusia dengan berbagai persoalannya.
Penggambaran kehidupan manusia cenderung diperindah dan
diperluhur seperti dalam kisah klasik Jawa, misalnya Jaka Tingkir
dan Jaka Tarub. Jaka Tingkir memiliki kesaktian untuk mengalahkan
puluhan buaya, dan Joko Tarub dapat memperistri bidadari. Demikian
pula cinta tidak mengenal kelas sosial seperti dalam drama Pronocitro
dan Roro Mendut dan Sampek Engtay.

Drama sebagai karya sastra secara struktural memiliki elemen


tokoh, jalan cerita, latar, tema, dan amanat (Nurgiyantoro, 2005).
Persoalan yang muncul dalam teks sastra drama berupa kejadian
sehari-hari, atau reproduksi dari kisah-kisah yang sudah ada seperti

13
mite, legenda, sage, untuk digali persoalannya dalam konfliks
antartokoh dalam naskah.

Tema penulisan naskah drama biasanya diperoleh pengarang


dari kesaksian hidup, penggambaran realitas hidup, bahkan persoalan
politik, sosial, dan budaya yang dialami pengarangnya. Sebagai
contoh, dramawan WS Rendra memotret pesoalan kekuasaan dalam
naskah Panembahan Reso. Iwan Simatupang memotret kehidupan
kaum marjinal dalam RT Nol RW Nol, Petang di Taman, Arifin C.
Noor dalam Kapai Kapai. Hal yang sama dilakukan oleh N. Riantiarno
dalam naskah Opera Kecoa. Naskah-naskah satire tentang kehidupan
rakyat dan penguasanya terpotret dalam Republik Bagong dan Opera
Rumah Sakit jiwa. Potret pelacur kelas bawah dalam naskah Tumirah
Sang Mucikari karya Seno Gumira Aji Darma.

Pesan yang disampaikan penulis naskah drama terhadap


kehidupan bertujuan untuk memberi informasi, “mendidik”, memberi
hiburan, sekaligus mengkritik persoalan yang terjadi di masyarakat.9

2. Drama Sebagai Teater

Drama sebagai teater adalah pengolahan naskah drama oleh


sutradara untuk dipentaskan. Arahan sutradara dipelajari dan
ditafsirkan oleh aktor ke sejumlah penonton. Dalam hubungannya
dengan penonton, ia memiliki tafsir sendiri terhadap apa yang
dilakukan oleh aktor. Dengan demikian, ketika sebuah naskah
dipentaskan ke sejumlah penonton dengan tafsir sutradara, aktor, dan
tim artistik, naskah tersebut sudah menjelma sebagai karya teater.

a. Proses Produksi Pertunjukan Teater

Dalam struktur organisasi teater orang yang sangat


berperan penting dalam mewujudkan pementasan teater adalah
pimpinan produksi atau lebih dikenal dengan producer. Ia adalah
orang yang merencanakan, mengatur orang temasuk memilih

9
Suroso. Drama: Teori dan Praktik Pementasan,(Yogyakarta:Elmatera,2015) h. 9-9

14
sutradara, dan seluruh crew atau awak produksi. Pimpinan
produksi juga bertanggung jawab dalam mencari dana untuk
membiayai semua kegiatan pelatihan, pementasan, dan marketing
atau penjualan pementasan teater bekerjasama dengan semua crew
pimpinan produksi (Beck, Roy A. et all (1988).

Pimpro juga bertugas memilih sutradara, menentukan


naskah, mengestimasi keperluan penonton. Sedangkan sutradara
secara khusus menyiapkan aktor dan tim artistik pada suatu
pementasan. Dalam pementasan teater, berdasarkan diagram di
atas, maka tugas sutradara adalah mengubah naskah yang ditulis
pengarang menjadi pertunjukan teater tanpa mengurangi isi, tema,
dan maksud tujuan pengarang.

b. Kriteria Kekuatan Kelayakan Naskah Drama

Naskah yang dapat dipentaskan di panggung adalah naskah


yang durasinya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu
pendek.Untuk para pemula yang mementaskan naskah drama
durasi antara 60-90 menit adalah ideal dalam sebuah pementasan.
Namun, jika durasinya lebih dari 120 menit perlu penggarapan
lebih serius agar penonton tidak merasa bosan.

Naskah drama yang pantas dipentaskan adalah naskah


drama yang tidak hanya memperhatikan dialog saat pementasan,
namun juga memperhatikan dialog-dialog yang kontekstual sesuai
tunutan zaman yang diubah dari naskah tanpa menyimpang dari
maksud penulis. Naskahnaskah drama karya N. Riantiarno,
Rendra, Arifin C. Noor, Radhar Panca Dahana, Seno Gumira A.,
Putu Wijaya adalah beberapa contoh naskah drama teatrikal yang
pantas dipanggungkan.

c. Penonton (tingkat pendidikan, tempat dan lingkungan pertunjukan)

Tingkat pendidikan penonton merupakan variabel yang


harus diperhitungkan dalam pementasan drama. Naskah drama

15
yang akan dipentaskan untuk remaja harus memiliki nilai edukasi
dan dapat memberikan motivasi. Naskah drama yang dipentaskan
untuk mahasiswa dan penonton terdidik harus mampu memberi
pencerahan dan kritik atas apa yang terjadi di masyarakat. Drama
yang dipentaskan untuk kaum buruh, petani dan pedagang mampu
memberi informasi tentang pentingnya berjuang. Sebagai contoh,
naskah drama Marsinah Menggugat karya Ratna Sarumpait dapat
dipentaskan dengan setting penonton berbagai latar belakang
karena memuat informasi tentang ketidakadilan dan represi yang
dilakukan oleh penguasa. Naskah-naskah drama Arifin C. Noor
dapat membuat penonton merenungi apa arti sebuah kehidupan
dalam berbagai setting, seperti misalnya kolong jembatan dalam
lakon RT Nol RW Nol.

d. Faktor Pendukung Pementasan (Sponsorship, peralatan pentas)

Faktor pendukung dalam pementasan drama adalah


penonton. Penonton yang membayar tiket sebagai variabel yang
harus diperhitungkan. Makin bermutu sebuah pementasan makin
banyak penonton yang dihadirkan. Hal itu terkait dengan jenis
naskah yang dipentaskan, penulis naskahnya, dan kepopuleran
aktor. Seorang sutradara yang baik harus mampu menggaet aktor
terkenal untuk menyedot penonton. Kolaborasi antara aktor
terkenal dengan aktor lokal dapat menarik jumlah penonton.
Perusahaan, media massa, dan lembaga masyarakat dan lembaga
komersial dapat menjadi pendukung memberi sponsor pertunjukan.
Namun, hal yang harus dihindari adalah menawar-nawarkan
proposal kepada pihak lain yang belum dikenal. Seorang pimpinan
produksi memiliki tim marketing untuk mencari sponsor
pertunjukan. Sponsor dapat berupa uang maupun barang.10

D. UNSUR-UNSUR DRAMA
1. Tokoh

10
Ibid. h. 21

16
Tokoh merupakan orang yang berperan dalam sebuah drama.
Tokoh tersebut dapat dibedakan menjadi berikut.

a. Berdasarkan sifatnya
1) Tokoh protagonis, yakni tokoh utama yang mendukung cerita.
2) Tokoh antagonis, yakni tokoh penentang cerita.
3) Tokoh tritagonis, yakni tokoh pembantu, baik untuk tokoh
protagonis maupun untuk tokoh antagonis.
b. Berdasarkan perannya
1) Tokoh sentral, yakni tokoh-tokoh yang paling menentukan
dalam sebuah drama. Tokoh sentral adalah penyebab dari
terjadinya konflik. Tokoh sentral tersebut meliputi tokoh
protagonis serta juga tokoh antagonis.
2) Tokoh utama, yakni tokoh pendukung ataupun penentang tokoh
sentral bisa juga sebagai perantara dari tokoh sentral. Dalam
hal ini ialah tokoh tritagonis.
3) Tokoh pembantu, yakni tokoh-tokoh yang memegang peran
sebagai pelengkap atau tambahan dalam rangkaian cerita
c. Perwatakan/Penokohan

Perwatakan/penokohan merupakan penggambaran sifat


batin seseorang tokoh yang disajikan didalam suatu cerita.
Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama itu digambarkan dengan
melalui dialog, ekspresi, atau tingkah Iaku sang tokoh. Watak dari
para tokoh itu digambarkan dalam tiga dimensi (watak
dimensional) sebagai berikut.

1) Keadaan fisik, diilustrasikan dengan melalui umur,jenis


kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas yang menonjol,
raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, suku bangsa, kurus/
gemuk, atau suka senyum/cemberut.
2) Keadaan psikis, ini melingkupi watak, kegemaran,standar
moral, temperamental, ambisi, psikologis yang dialami, mental,
dan keadaan emosi.

17
3) Keadaan sosiologis, ini melingkupi jabatan, pekeijaan, kelas
sosial, ras, agama, dan ideologi.
d. Setting atau Latar

Setting ataupun tempat kejadian cerita sering disebut juga


sebagai latar cerita Setting melingkupi tiga dimensi, antara lain
sebagai berikut

1) Setting tempat merupakan tempat terjadinya cerita didalam


sebuah drama, Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri.
Setting tempat tersebut berhubungan dengan setting ruang serta
waktu.
2) Setting waktu merupakan waktu/zaman/periode sejarah
terjadinya cerita didalam sebuah drama.
3) Setting suasana merupakan suasana yang mendukung
terjadinya cerita. Setting cerita tersebut dapat didukung dengan
tata suara atau juga tata lampu saat pementasan drama,
e. Tema

Tema adalah gagasan pokok atau juga ide yang mendasari


pembuatan dari sebuah drama. Tema yang biasa diangkat dalam
drama tersebut, melingkupi: masalah percintaan, kritik sosial,
kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan, keluarga yang retak,
patriotisme, perikemanusiaan,ketuhanan, dan renungan hidup

f. Amanat atau Pesan Pengarang

Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh


pengarang kepada para pembaca atau penonton dengan melalui
karyanya (termasuk drama). Amanat tersebut memiliki sifat kias
subjektif dan umum, sedangkan untuk tema bersifat lugas, objektif,
serta juga khusus. Amanat drama itu selalu berhubungan dengan
tema drama.

g. Dialog (Percakapan)

18
Ciri khas naskah drama tersebut berbentuk cakapan atau
dialog, Dibawah ini merupakan beberapa hal yang berkaitan
dengan dialog dalam naskah drama.

1) Dialog tersebut harus mencerminkan percakapan sehari-hari,


karena didalama drama itu merupakan mimetik (tiruan) dari
kehidupan sehari-hari.
2) Ragam bahasa dalam dialog drama tersebut menggunakan
bahasa lisan yang komunikatif serta juga bukan ragam bahasa
tulis.
3) Diksi (pilihan kata) yang digunakan didalam sebuah drama
juga harus berhubungan dengan konflik serta plot.
4) Dialog dalam naskah drama tersebut juga harus bersifat estetis,
artinya adalah memiliki bahasa yang indah.
5) Dialog juga harus dapat mewakili tokoh yang dibawakan, baik 
itu watak secara psikologis, sosiologis, ataupun juga fisiologis.
h. Konflik

Konflik merupakan pertentangan atau juga masalah dalam


drama. Konflik tersebut dibedakan menjadi dua, konflik eksternal
dan internal.

1) Konflik eksternal merupakan sebuah konflik yang terjadi antara


tokoh dengan sesuatu yang berada di luar dirinya.
2) Konflik internal merupakan konflik yang terjadi antara tokoh
dengan dirinya sendiri.11

11
Parta Ibeng, “Pengertian Drama, Struktur, Ciri, Jenis, Unsur, dan Tahapan” diakses dari
https://pendidikan.co.id/drama/ pada tanggal 20 April 2020 pukul 14.13

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Drama merupakan genre(jenis) karya sastra yang menggambarkan
kehidupan manusia dengan gerak. Drama menggambarkan sebuah realita
kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia melalui peran dan dialog
yang dipentaskan.
Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu unsur
intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur-unsur
intrinsik yaitu tokoh, penokohan, setting, tema, alur atau plot, dan amanat.
Sedangkan unsur ekstrinsik dalam drama adalah unsur yang tampak,
seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa
bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti,
tokoh, sutradara, dan penonton.
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan berdasarkan isi ceritanya
(drama tragedy, melodrama, komedi dagelan). Berdasarkan cara
penyajiannya (closed drama, drama treatikal, drama radio, drama televisi).
Berdasarkan bentuknya (sandiwara, teater rakyat, opera, sendratari,
pantomim, operet, tableau, passie, wayang, minikata). Dan menurut
masanya drama ada drama baru dan drama lama.

B. Saran

20
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai