Anda di halaman 1dari 11

NILAI PSIKOLOGI DALAM MEMAKNAI KEGAGALAN PADA NOVEL

DISTILASI ALKENA
Sosiologi Sastra
Dosen Pembimbing: Moh. Badrih, Dr, S.Pd. M

Disusun Oleh :
1. Nabilatur Rahmah 22001071069
2. Elok Nadhifah 1988201035
3. Muhammad Fakrul Husaini 21701071088

PROGRAM STUDI PENIDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memgizinkan dan
memberi nikamat kemudahan kepada kami dalam menyusun makalah berjudul “Nilai
Psikologi Dalam Memaknai Kegagalan Pada Novel Distilasi Alkena”
Dalam mata kuliah Sosiologi Sastra hal yang paling mendasar yang
mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Sosiologi
Sastra, untuk memenuhi nilai tugas.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang tak
terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak, sehinggah makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik. Apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam makalah ini
,kami mohon maaf.

Malang, 30 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Nilai Psikologi pada Novel …………………………………………………... 2
2.2 Nilai psikologi dalam memaknai kegagalan pada novel distilasi alkena …….. 3
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ……………………………………………………………………... 7
3.2 Saran dan Kritik ……………………………………………………………… 7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah karya sastra yaitu novel pasti aka nada nilai-nilai pembentuk di setiap
kalimat, yang itu akan membeuat pembaca masuk ke dunia baca, karena setiap kali
seorang penulis akan menulis sebuah karya tentunya akan ada rangkaian cerita yang
disajikan penulis mengenai dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Maka
dari itu untuk dapat mengetahui segala sesuatu yang ada pada cerita novel tentunya
kita harus menganalisis nilai-nilai yang terkandung pada novel tersebut, karena di
setiap novel pasti memiliki cerita kehidupan yang berbeda. Dalam genre Novel telah
mencakup beragam jenis gaya, seperti: romansa, sejarah, dll. Novel merupakan genre
sastra yang mempunyai media yang lebih luas dibandingkan dengan genre sastra yang
lain yaitu drama dan puisi. Novel merupakan karya cipta pengarang yang tidak dapat
dilepaskan dari dunia di luarnya, baik itu dunia pengarangnya atau pun dunia
pembacanya. Pengarang dalam menulis karyanya harus mempertimbangkan unsur
kelogisan di dalam karyanya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dia atas munculah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang di maksud dengan nilai psikologi pada novel?
2. Bagimana nilai psikologi dalam memaknai kegagalan pada novel distilasi
alkena?

1.3 Tujuan
1 Menjelaskan maksud nilai psikologi pada novel
2 Menjelaskan nilai psikologi dalam memaknai kegagalan pada novel distilasi
alkena

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nilai Psikologi dalam Novel
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas
kejiwaan manusia melalui penokohan tokoh dalam karya sastra. Pengarang akan
menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam berkarya. Daroeso (dalam Herimanto dan
Winarno, 2008) mengungkapkan bahwa “Nilai adalah suatu kualitas atau
penghargaan terhadap sesuatu yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.”
Sejalan dengan ahli di atas, Darmodiharjo (dalam Herimanto dan Winarno, 2008)
mengatakan bahwa “Nilai adalah kualitas atau keadaan yang bermanfaat bagi
manusia baik lahir ataupun batin.” Melalui banyak peristiwa kehidupan, manusia
akan mendapatkannya banyak nilai kehidupan. Nilai-nilai tersebut akan menjadi tolak
ukur dalam melakukan segala hal. Dengan menerapkan nilai yang didapatkan tentu
kehidupan akan menjadi lebih baik. Dengan demikian nilai adalah kesatuan kualitas
baik tersurat maupun tersirat yang terdapat dalam tatanan kehidupan. Dalam nilai
terdapat pelajaran kehidupan. Nilai selalu menjadi hal baik yang diharapkan dalam
kehidupan. Hal baik tersebut tentunya bermanfaat untuk kehidupan manusia. Dalam
karya sastra, nilai menjadi hal utama dalam proses penciptaannya. Dengan nilai,
karya tersebut menjadi bermakna. Semua nilai yang diinternalisasikan dalam karya
sastra disesuaikan dengan tema dan topik penulisan.
Psikologi sastra Sigmund Freud disebut juga dengan teori psikoanalisis. Teori
psikologi sastra Sigmund Freud mengatakan bahwa kehidupan manusia dikuasai oleh
alam ketidaksadarannya. Penelitian psikologi sastra berawal dari teori Freud
(2006:60-68). Freud membedakan kepribadian menjadi tiga macam, yaitu Id, Ego,
dan Superego. Ketiga ranah psikologi ini menjadi dasar pijakan penelitian psikologi
sastra. Menurut Freud psikologi sastra adalah semua gejala yang bersifat mental
bersifat tidak sadar yang tertutup oleh alam kesadaran. Asas 135 psikologi merupakan
alam bawah sadar, yang disadari secara samar-samar oleh individu yang
bersangkutan. Ketaksadaran justru merupakan bagian yang paling besar dan paling

2
aktif dalam diri setiap orang. Dalam hal ini Freud juga menghubungkan karya sastra
dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikan kepuasan secara tidak
langsung. Maka dalam sastra diciptakan pengarang untuk memberi kepuasan kepada
pembaca. Id adalah bagian tertua dari kepribadian. Id berisikan segala sesuatu yang
secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting
(Freud, 2006: 61). Ciri lain dari id adalah tidak memiliki moralitas, karena tidak dapat
menilai atau membedakan antara baik dan jahat, maka id adalah amoral, primitif,
khaos (tidak teratur). Seluruh energinya hanya digunakan untuk satu tujuan mencari
kenikmatan tanpa menghiraukan apakah hal itu tepat atau tidak (Freud, 2006: 63).
Ego tumbuh pada masa bayi dan menjadi sumber dari individu untuk berkomunikasi
dengan dunia luar. Ego yang melekat pada individu dapat membedakan diri sendiri
dengan lingkungan sekitar maka akan terbentuk kepribadian. Perbedaan pokok antara
id dan ego adalah id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego
membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat
dalam dunia luar (Freud, 2006:64). Superego adalah bagian moral atau etis dari
kepribadian. Superego dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistik dan idealistik
yang bertentangan dengan prinsip kenikmatan dari id dan prinsip kenyataan dari ego
(Freud, 2006:66). Maka dapat dikatan kepribadian berfingsi sebagai suatu kesatuan,
bukan sebagai tiga komponen yang terpisah. Id sebagai komponen fisiologis, ego
sebagai komponen psikologis, dan superego sebagai komponen sosial kepribadian.

2.2 Nilai Psikolgi dalam Memaknai Kegagalan Pada Novel Distilasi Akena
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gagal adalah tidak berhasil, tidak tercapai
maksudnya (KBBI, 2014). Kegagalan berkebalikan dengan keberhasilan. Tidak
berhasil berarti pula tidak tercapainya target yang telah ditetapkan. Karena adanya
target untuk dapat dipakai sebagai pengukur suatu keberhasilan. Maka dari itu selalu
ada kriteria-kriteria sebagai parameter guna menentukan, apakah suatu target telah
tercapai atau belum tercapai. Dari logika ini dapatlah ditarik suatu pengertian,
kegagalan adalah tidak tercapainya target yang telah ditetapkan. Itu berarti, ketiadaan

3
target akan meniadakan pula kegagalan. Maksudnya, tidaklah dapat seseorang itu
dinyatakan gagal tentang sesuatu bilamana seseorang tersebut tidak memiliki target
yang diharapkan (Mono, 2013).
Novel Distilasi alkena ini membahas tentang sebuah proses pemisahan dua
hati yang pada dasarnya tak bisa dipisahkan kerena suatu ikatan perasaan. Walaupun
dalam perjalanannya, hati akan tumbuh untuk bisa merelakan. Karena cepat atau
lambat, entah maut atau orang lain yang menyebabkan, hubungan selanggeng apa pun
akan dapat dipisahkan. Maka, yang terbaik adalah mencintai dalam keikhlasan.
Sebab, ribuan pelukan akan tetap menguap bila dihadapkan sebuah kepergian.
Adapun nilai psikolgi dalam memaknai kegagalan pada novel distilasi Alkena sebagai
berikut contohnya:
1. Dalam kutipan Novel
“Beberapa orang suka mengingat-ingat sebagai bentuk rasa syukur
atas segala perih yang dilewati. Ada pula yang mengingat untuk
merapal penyesalan akibat kegagalan atau keterlambatan membuka
rasa di satu hati. Terlepas duka atau bahagia, lebih dari sekedar
fungsi otak yang bekerja, ingatan adalah sebuah gerbang.”
Dapat disimpulkan bahwa kenangan merupakan sebuah hal yang tersisa dari
sebuah pertemuan yang akhirnya dipisahkan oleh sebuah kondisi. Ketika
seseorang mengalami sebuah kejadian yang melukai hati seperti kegagalan,
maka kejadian tersebut tidak bisa dilupakan karena sebuah ingatan mengenai
sebuah peristiwa penting akan menjadi sangat melekat jika dilupakan dengan
ketidakikhlasan, oleh karena itu peristiwa itu hanya perlu di ingat sebagai
bentuk rasa syukur atas segala luka yang telah dilewati agar kelak peristiwa
yang melukai hati tersebut dapat merapal sedikit demi sedikit dengan sebuah
perasaan yang ikhlas.
2. Dalam kutipan Novel

4
“Sepihak dengan kondisi hati, ragapun ikut mengamini. mengacak
rambut sendiri dilakukan berulang kali sembari mengutuk
ketidakberdayaan perasaan untuk memaafkan. ya, tentang dia. …”
Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang mengalami sebuah kejadian yang
melukai hati berupa kegagalan maka antara hati dan otak tidak sejalan
sehingga otakpun merasa jengkel dan untuk melampiakan rasa kekesalan yang
ada, sebagai contoh di atas mengacak rambut berulang kali sambal mengutuk
hati atas ketidakberdayaannya. Kondisi ini membuat seseorang merasa sangat
meembenci bahkan menyalahkan diri sendiri`
3. Dalam kutipan Novel
“Hampir bosan aku melakukan perkenalan ke setiap perempuan.
kalua bukan karena lingkungan yang berisik, mana mungkin akum
aku membohongi hati sendiri seaakan-akan siap mencintai ekmbali.
Ketauhilah, cinta menjadi indah sebab ketidakpaksaan.”
Dapat disimpulkan atas sebuah kegagalan terhadap 1 cinta berimpas pada
pilihan yang akan diambil, seperti contoh ketika pria mencintai 1 wanita
dengan sangat dalam dan kemudian dikecawakan olehnya, maka pria tersebut
akan sulit untuk melupakan wanita itu meskipun berusaha untuk membuka
hatinya. Kegagalan cinta akan membuat seseorang semakin sulit untuk
mencintai kembali.
4. Dalam kutipan Novel
“Di dekatmu, cita-citaku hanyalah menjadi telinga. Mendengarkan
suaramu adalah alasanku tetap ada di dunia.”
Dapat disimpulkan ketika seseorang mencintai begitu dalam maka segala hal
akan sedia dilakukan untuk orang yang dicintainya. Inilah salahsatu alasan
seseorang semakin sulit menerima kenyataan jika akhirnya terpisahkan,
5. Dalam kutipan Novel

5
“…Aku tak mau berdebat lagi tentang hal-hal yang bisa membuat
dadaku semakin sesak dan harapku semakin terbentur. Telah berulang
kali aku mengakui, aku menyukaimu tanpa alasan!...”
Dapat disimpulkan ketika cinta disertai kekecewaan maka hati tak ingin lagi
memperdebatkan apa yang telah berlalu karena hal itu hanya akan
membuatnya semakin hancur.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Novel ini membicarakan sebuah kegagalan dalam percintaan yakni sebuah proses
pemisahan dua hati yang pada dasarnya tak bisa dipisahkan kerena suatu ikatan
perasaan. Walaupun dalam perjalanannya, hati akan tumbuh untuk bisa merelakan.
Karena cepat atau lambat, entah maut atau orang lain yang menyebabkan, hubungan
selanggeng apa pun akan dapat dipisahkan. Maka, yang terbaik adalah mencintai
dalam keikhlasan. Sebab, ribuan pelukan akan tetap menguap bila dihadapkan sebuah
kepergian.

3.2 Saran dan Kritik


Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu
penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

7
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/diskursus/article/download/6664/3174
https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/14/170000369/novel-pengertian-unsur-
dan-ciri-cirinya
https://media.neliti.com/media/publications/publications/255681-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-kegagala-38f8b235.pdf
https://adoc.pub/nilai-psikologi-dan-nilai-sosial-dalam-novel-hiroshima-karya.html
https://jurnal.uns.ac.id/Basastra/article/download/35507/23071

Anda mungkin juga menyukai