Anda di halaman 1dari 125

TEORI SASTRA

SASTRA MELAYU
FAKULTAS ILMU
BUDAYA
UNILAK
RUANG LINGKUP
• FUNGSI BAHASA
• KRITIK BARU (NEW CRITICISM)
• KRITIK BARU DI AMERIKA
• FORMALISME RUSIA
• FENOMENOLOGI
• TEORI ORIENTASI PEMBACA
• HERMENEUTICS
• STRUCTURALISME
• SEMIOTIKA
• SOSIOLOGI SASTRA
• INTERTEKSTUALITAS
• PSIKOANALISIS
• FEMINISME
• PASCA STRUCTURALISME
• PASCA MODERNISME
• PASCA KOLONIALISME
REFERENSI
• Barry, Peter.1995. Beginning Theory: An Introduction to Literary
and Cultural Theory. Manchester: Manchester University
Press.
• Budianta, Melani, et al, 2002. Membaca Sastra, Magelang:
Indonesia Tera
• Damono, Sapardi Djoko, 2002. Pedoman Penelitian Sosiologi
Sastra, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
nasional.
• Faruk, 1999,Pengantar Sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
• Goldmann, Lucien, 1978, Towards a Sociology of the Novel. Great
Britain: the Cambridge University Press.
• Guerin, L. Wilfred, et al. 1992. A Handbook of Critical Approaches
to Literature. New York: Oxford University Press.
* http://arerariena.wordpress.com/2011/02/02/teori-resepsi-sastra/
• Lukacs, Georg, 1997. Realisme Sosialis, terj.Ibe Karyanto. Jakarta:
Jaringan Kerja Budaya da PT.Gramedia Pustaka Utama.
• Milner, Max. 1992. Freud dan Interpretasi Sastra, terj. Apsanti.DS.
Jakarta: Intermasa.
• Morawski, Stefan. 1996. The Troubles with Postmodernism, New
York:
Routledge.
• Selden, Raman and Peter Widdowson, 1993. A Reader’s Guide to
Contemporary Literary Theory, Kentucky: University Press of
Kentucky.
• Semi, Atar, 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
• Staff Pengajar UGM, IKIP Negri, IKIP Muhammadiyah,
staf peneliti balai penelitian bahasa Yogyakarta, 1997.
Teori Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia IKIP
Muhammadiyah.

• Suwardi Endaswara, 2002, Metodologi Penelitian


Folklor; konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarya: Med
Press.

• Taum, Yoseph, 1997. Pengantar Teori Sastra. Bogor:


Nusa Indah.
FUNGSI BAHASA
I. M.H. ABRAMS

MASYARAKAT
PENGARANG------KARYA------PEMBACA

• PENDEKATAN:
1. OBJEKTIF --- KARYA
2. EKSPRESIF --- PENGARANG
3. MIMETIK --- SEMESTA
4. PRAGMATIK --- PEMBACA
II. RAHMAN SELDEN
KONTEKS
PENGIRIM------PESAN------PENDENGAR
HUBUNGAN
KODE

• Teori Romantik : pemikiran/hidup penulis


• Receptif : pengalaman pembaca
• Formalistik : karya
• Marxist : sosiologi & sejarah
• Strukturalis : kode yg digunakan dalam
pemaknaan
KRITIK BARU
• Dipengaruhi oleh penyair dan kritikus sastra dan budayawan
Inggris abad ke 19 Mathew Arnold

• KB – fokus pada “ teks itu sendiri,” kata-kata dalam karya, tidak


lebih, tidak kurang ( teks sebagai satu-satunya sumber data )

• KB – mengagumi kanon- pembacaan dekat (close reading), dan


menekankan pada ambiguitas dan bahasa puitis.

• studi ahistorikal – berfokus hanya pada teks – tidak


mengkaitkan dengan konteks – historisl, biografiis, dll.

• tidak tertarik pada intentional dan affective fallacies


FORMALISME RUSIA
• Manusia memiliki “content” (emosi, ide dan realitas scr
umum ) tdk memiliki signifikasi kesusastraan dalam
dirinya, tapi hanya mewadahi konteks yang berfungsi
sebagai alat kesusastraan.
• Formalists menghindari kecendrungan Kritik Baru yg
mendapatkan bentuk estetika dari signifikasi moral dan
budaya.
• FR menjelaskan bagaimana efek estetika dihasilkan oleh
alat- alat kesusastraan dan bagaimana karya sastra
dibedakan dari /dihubungkan dengan unsur-unsur di luar
sastra.

• Formalisme diluncurkan sebelum revolusi tahun 1917 oleh


komunitas linguistks Moscow dan oleh opajaz
( komunitas yang berkutat dengan bahasa- bahasa puitis)
• Victor shklovsky
• yang membedakan kesusastraan dari bahasa
praktis adalah “ kualitas yang tercipta”
• Shklovsky menamakan konsepnya
defamiliarisation ( menjadikan aneh/berbeda) -
“laying bare” gagasan yang secara langsung
mempengaruhi Bertolt Brecht yang
mengemukakan efek alienasi ---- tujuan suatu
karya seni adalah mengubah persepsi yang
otomatis dan praktis menjadi artistik.
Jakobson
• Karya sastra dilihat sebagai sistem dinamis
dimana unsur-unsurnya terstruktur dalam
hubungan antara foreground dan background.
jika suatu unsur tertentu tidak signifikan, maka
unsur yang lainnya merupakan unsur yang
dominan

• Jakobson - “dominan” menjadi konsep formalis


yang penting, yang merupakan komponen karya
seni yang mengatur, menentukan dan
mentransformasi komponen lainnya.
Bakhtin school
( Mikhail Bakhtin, pavel medvedev, valentine voloshinov)

* Pemikiran penting Voloshinov’: “ Kata-kata itu aktif, tanda dinamis


masyarakat, menciptakan makna dan konotasi yang berbeda pada
kelas sosial yang berbeda dalam masyarakat dan kondisi historis
yang berbeda pula.
• Voloshinov menyerang linguists ( termasuk Saussure ) yang
memperlakukan bahasa sebagai sistem yang abstrak dan ahistorikal
( sinkronik)

• Bakhtin school – “ heteroglossia” – kondisi dasar yang menentukan


penciptaan makna dalam semua diskursus. ianya menentukan cara
bagaimana konteks menentukan makna dari keberagaman
pemaknaan sosial dan ekspresi individu.
• Bakhtin tidak menekankan bagaimana sebuah teks merefleksikan
masyarakat atau kepentingan kelas tapi bagaimana bahasa
diciptakan untuk menggugat otoritas dan membebaskan
pemaknaan-pemaknaan alternatif.
FENOMENOLOGI
• Dasar pemikiran:
1. menolak hal-hal yang tidak diamati yang berdasarkan
pemikiran spekulatif.
2. menolak objektivisme dan positivisme
3. EDMUND HUSSERL -EVIDENZ,
4.percaya tidak hanya pada objek di alam dan budaya tapi
juga kehidupan itu sendiri dapat dijadikan bukti
LANGKAH-LANGKAH ANALISIS
FENOMENOLOGIS
1. FENOMENOLOGI
- mendeskripsikan kejadian-kejadian penting
yang terkait dengan adat, pengetahuan, atau
common sense.
2. EDITING
- memfilter kejadian-kejadian penting pada
langkah sebelumnya
3. TRANSCENDENTAL
- inti dari kejadian-kejadian , mengkritik
langkah pada tahap fenomenologi
TEORI ORIENTASI PEMBACA
• Seorang pembaca memiliki persepsi sendiri ketika ia membaca
sebuah teks.
• sebuah teks tidak memiliki keberadaannya sampai teks itu dibaca
karena makna sebuah teks hanya dapat dibahas oleh pembaca.
pembaca memiliki perbedaan penafsiran karena cara membaca
yang berbeda.
• setiap individu memandang ssuatu persoalan berbeda dengan
individu lainnya tentang hal yang sama karena masing-masing
individu menentukan fokus yang berbeda-“ FIGURE”atau “
GROUND “
• maka pembaca adalah oknum yang aktif dalam menciptakan
persepsi
• Pada gambar : pembaca yang menentukan apakah gambar itu
seekor bebek yang memandang ke kiri atau seekkor kelinci
memandang ke kanan.
• Orientasi Pembaca atau Teori Resepsi adalah
penerimaan atau penyambutan pembaca.
Dalam arti luas resepsi didefinisikan sebagai
pengolahan teks, cara-cara pemberian makna
terhadap karya sehingga dapat memberikan
respons terhadapnya.
• Teori ini mengacu kepada tanggapan atau
resepsi pembaca karya sastra dari waktu ke
waktu.
• Resepsi merupakan aliran yang meneliti
teks sastra dengan bertitik tolak kepada
pembaca yang memberi reaksi atau
tanggapan terhadap teks itu. Dalam
meresepsi sebuah karya sastra bukan
hanya makna tunggal, tetapi memiliki
makna lain yang akan memperkaya karya
sastra itu.
• Resepsi sastra dapat melahirkan tanggapan,
reaksi atau respon terhadap sebuah karya sastra
dikemukakan oleh pembaca sejak dulu hingga
sekarang akan berbeda-beda antara pembaca
yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan
tiap periode berbeda dengan periode lainnya. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan cakrawala
harapan (verwachtingshorizon atau horizon of
expectation). Cakrawala harapan ini adalah
harapan-harapan seorang pembaca terhadap
karya sastra.
• Cakrawala ini sebagai konsep awal yang dimiliki
pembaca terhadap karya sastra ketika ia
membaca sebuah karya sastra. Harapan itu
adalah karya sastra yang dibacanya sejalan
dengan konsep tenatang sastra yang dimiliki
pembaca. Oleh karena itu, konsep sastra antara
seorang pembaca dengan pembaca lain tentu
akan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
cakrawala harapan seseorang itu ditentukan oleh
pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan
kemampuan dalam menanggapi karya sastra.
• Teori resepsi dikembangkan oleh RT Segers (1978:36)
dalam bukunya Receptie Esthetika (1978) Buku Receptie
Esthetika diawali dengan dasar-dasar resepsi sastra
ditentukan ada tiga dasar faktor cakrawala harapan yang
dibangun pembaca:
• norma-norma yang terpancar dari teks-teks yang telah
dibaca oleh pembaca;
• pengetahuan dan pengalaman atas semua teks yang telah
dibaca sebelumnya;
• pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan
pembaca untuk memahami, baik secara horison “sempit”
dari harapan-harapan sastra maupun dalam horison “luas”
dari pengetahuannya tentang kehidupan.
• Luxemburg (1982:77) menyatakan pembaca
“di dalam” teks atau pembaca implisit dan
pembaca “di luar teks” atau pembaca
eksplisit. Pembaca implisit atau pembaca yang
sebetulnya disapa oleh pengarang ialah
gambaran mengenai pembaca yang
merupakan sasaran si pengarang dan yang
terwujud oleh segala petunjuk yang kita dapat
dalam teks. Pembaca eksplisit adalah
pembaca kepada siapa suatu teks diucapkan.
CONSIDER JAKOBSON’S MODEL OF
LINGUISTIC COMMUNICATION

PENGIRIM------PESAN------PENDENGAR
KONTEKS
KODE

• KEBERHASILAN KOMUNIKASI TERGANTUNG PADA:


– PENGETAHUAN PEMBACA
– KEMAMPUAN PEMBACA MELENGKAPI APA YANG TIDAK
LENGKAP ATAU MEMILIH BAGIAN YANG PENTING DAN
MENGABAIKAN YANG KURANG PENTING
• WOLFGANG ISER ---KARYA SASTRA SELALU MEMILIKI BAGIAN
YANG KOSONG YANG HANYA PEMBACA YANG DAPAT
MENGISINYA

• UMBERTO ECO ------TEKS ITU “TERBUKA” DAN MENGUNDANG


KERJASAMA PEMBACA DALAM PENCIPTAAN MAKNA.
• TEORI RESEPSI - MAKNA TIDAK SEMATA-MATA BERADA DI DALAM
TEKS, NAMUN DIREALISASIKAN OLEH PEMBACA. HARAPAN PEMBACA
MERUPAKAN UNSUR YANG PENTING DALAM MENAFSIRKAN SEBUAH
TEKS. SEMAKIN KECIL SEBUAH TEKS PARALEL DENGAN HARAPAN DAN
ASUMSI PEMBACA SEMAKIN BAIK KUALITAS ESTETIKANYA.

• KARYA SASTRA YANG DITULIS PADA MASA LALU DAN MASA


SEKARANG DAPAT DIANALISIS.
• ISER : SEBUAH TEKS BERISI INSTRUKSI
KEPADA PEMBACA BAGAIMANA TEKS ITU
HARUS DIPAHAMI.

• ISER MEMPERTANYAKAN :
• BAGIAN-BAGIAN MANA DALAM TEKS YANG
MENUNTUN PEMBACA.
• PRILAKU SEPERTI APA
• APAKAH MUNCUL KESENJANGAN ANTARA DESKRIPSI
SASTRA, MOTIVASI, ATAU TINDAKAN YANG MEMBERI
RUANG BAGI PEMBACA UNTUK MENGISINYA.
• GERALD PRINCE : THE NARRATEE
KETIKA MENGANALISIS SUATU KARYA
SASTRA, KITA SELALU MELIHAT SIAPA NARATOR
DALAM KARYA TERSEBUT, NAMUN KITA TIDAK
TERLALU MEMPERHATIKAN KEPADA SIAPA
KARYA ITU DITUJUKAN. PRINCE
MENAMAKANNYA “NARRATEE”
• NARRATEE BERBEDA DARI PEMBACA KARENA
NARRATEE LEBIH SPESIFIK DALAM HAL JENIS
KELAMIN, KELAS SOSIAL, SITUASI, RAS, UMUR,
DLL
HERMENEUTIKA
• SEBAGAI PEMBACA, KITA MEMPERKENALKAN
PENGALAMAN HIDUP KITA ATAU ORANG LAIN KE
DALAM KARYA SASTRA

• NAMUN KITA HANYA DAPAT MEMAHAMI SUATU


KARYA BILA KITA SUDAH MEMAHAMINYA SECARA
KESELURUHAN - “ HERMENEUTIC CIRCLE.”

• SETIAP PEMAHAMAN DIDASARI OLEH


KEDALAMAN PENAFSIRAN PADA SUATU
PENGALAMAN.
• HERMENEUTIKA – DIALOG ANTARA MASA
LALU DAN MASA SEKARANG
• SEJARAH

• HERMENEUTIKA
• HERMENEUTIKA LINTAS BUDAYA
STRUKTURALISME
DAN
SEMIOTIKA
• Structuralist -diskursus sastra tidak memiliki
fungsi kebenaran – “pengarang sudah mati”

• Latar belakang Linguistik : Saussure and Barthes

• - karya linguist asal Switzerland dikumpulkan dan


diterbitkan setelah kematiannya dalam Course in
General Linguistics ( 1915) sangat penting
pengaruhnya dalam teori sastra.
• SAUSSURE
1. langue Vs parole
langue - sistem bahasa yang hadir
pada ekspresi bahasa yang
merupakan sistem yang dipakai
bersama oleh pembicara.
sedangkan Parole merupakan
realisasi individu dari sistem
dalam contoh aktual bahasa.
2. Penanda Vs Petanda ( signifier Vs Signified )
kata bukanlah simbol yang paralel dengan
referentnya namun merupakan tanda ( sign) yang
terdiri dari dua unsur: penanda dan petanda.
Penanda ( imej/citra ) baik lisan maupun tulisan.
sedangkan petanda merupakan konsep.
• Model Saussure :

PENANDA
TANDA= --------------
PETANDA

* Unsur bahasa tidak mendapatkan makna sebagai hasil


hubungan antara kata dengan benda, tapi hanya
sebagian sistem relasi
–contoh : sistem tanda dalam lampu lalu lintas :
merah, kuning, hijau.
penanda ( merah )
petanda ( berhenti )
• Tanda menciptakan makna dalam
sistem;
• merah – berhenti
• kuning – bersiap-siap
• hijau – jalan

• Hubungan antara penanda dan petanda


bersifat arbitrer, tidak ada hubungan
atau kaitan antara warna merah dan
tindakan berhenti.
*

* semion – tanda
•semiologi - Saussure
•semiotika - Pierce
– Zaman Aristoteles
•Tanda : sesuatu yang
menunjukkan keberadaan
sesuatu yang lain.
•contoh : asap menunjukkan
keberadaan api
• Barthes
– semiologi terkait dengan bagaimana
kemanusiaan memaknai sesuatu.
– memaknai - objek tidak hanya
memberikan informasi tapi juga
menunjukkan sistem yang terstruktur
dari suatu hal/benda.
• Saussure :
Penanda Petanda

Tanda
Penanda 1 Petanda 1

Tanda 1

• Bahasa merupakan salah satu dari berbagai
sistem tanda. biasa dikatakan bahwa
strukturalisme dan semiotika berada pada
satu rumpun teori. strukturalisme selalu
terkait dengan sistem yang tidak melibatkan
tanda tapi dapat diperlakukan dengan cara
yang sama dengan sistem tanda.
• Perbedaan yang menonjol dari strukturalisme
dan semiotika terletak pada fokus kajian.

• strukturalisme memfokuskan kajian pada


struktur karya ( dalam kasus tertentu
menekankan pada sekuen ) sedangkan
Semiotika selalu berfokus pada sistem tanda
dan hal-hal yang terkait dengan tanda
tersebut.
• Charles Sander Pierce, seorang filsuf dari
Amerika membedakan jenis-jenis tanda:
– ikonik : dimana tanda menyerupai
referentnya.
– indeks : dimana tanda diasosiasikan
dengan sesuatu, yang
selalu menunjukkan hubungan
sebab akibat.
– simbol : dimana tanda memiliki
hubungan yang arbitrer
dengan referentnya.
Manisku, jangan bangga dengan dua matamu
yang bersinar bagai bintang di langit
jangan pula kau bangga melihat
jiwa-jiwa yang kau tawan, lalu kau tinggalkan
Jangan bangga dengan rambutmu
yang membuat orang mabuk kepayang
di saat rubi yang kau pakai
lepas dari telingamu
Dan tidak lagi berharga
Ketika kecantikanmu memudar
SOSIOLOGI SASTRA

• SOSIOLOGI
• Kajian yang objektif dan ilmiah tentang manusia dan
masyarakat , institusi sosial, proses sosial.
• bagaimana suatu masyarakat dijalankan dan bertahan.
• institusi sosial, ekonomi, agama, politik dan faktor-faktor
lain – struktur sosial.
• bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungannya.
• mekanisme masyarakat seperti apa yang ditemukan
• proses budaya apa yang terjadi
• bagaimana anggota suatu masyarakat menempatkan diri
mereka, dll
KESUSASTRAAN
* diciptakan oleh penulis untuk dinikmati,
dipahami dan digunakan oleh masyarakat.
* terikat dengan status sosial – deskripsi atau
refleksi kehidupan – realitas sosial, masyarakat,
kejadian, pengarang

1.apakah latar belakang sosial pengarang menentukan isi


suatu karya?
2.Apakah pengarang ( melalui karyanya) mewakili
kelompoknya?
3. Apakah karya yang baik disukai masyarakat?
4. sejauh mana karya sastra merefleksikan zamannya?
LATAR BELAKANG SEJARAH
*PLATO DAN ARISTOTLE – KONSEP MIMETIK
• KARYA SASTRA SEBAGAI REFLEKSI
MASYARAKAT

– MimetiK – Greek – mimesis – MENIRU

– PLATO: SUATU BENDA ( OBJEK) MERUPAKAN


TIRUAN DARI GAGASAN YANG AKTUAL
– PENGARANG MENCIPTAKAN GAMBARAN
OBJEK YANG DITEMUKAN DI ALAM.
• HYPPOLITE TAINE
– PELOPOR SOSIOLOGI SASTRA MODEREN
• KARYA SASTRA DAPAT DIJELASKAN DARI 3
FAKTOR:
1. RAS
2. MOMENT
3. MILIEU
– RAS – APA YANG DITURUNKAN
MANUSIA DALAM JIWANYA.

– MOMENT – SITUASI SOSIAL DAN POLITIK


DALAM PERIODE TERTENTU –
KONDISI MASYARAKAT

– MILIEU – KONDISI FISIK ALAM SEPERTI


IKLIM, CUACA, DLL
MARXISME
• KRITIKUS MARXIS BIASANYA MENDASARI TEORI MEREKA DARI
MANIFESTO KOMUNIS– Karl Marx, Friedrich Engels, Georg Lukacs.
• PERKEMBANGAN EVOLUSI SEJARAH MANUSIA DITENTUKAN OLEH
PERUBAHAN MENDASAR DALAM PRODUKSI EKONOMI (
PERUBAHAN STRUKTUR KELAS)
• EKONOMI MEMPENGARUHI STATUS POLITIK, AGAMA,
INTELEKTUALITAS, DAN BUDAYA ( TERMASUK PULA SENI DAN
KESUSASTRAAN )

• MARX : KESUSASTRAAN DAN FENOMENA BUDAYA


MEREFLEKSIKAN POLA HUBUNGAN EKONOMI
KARENA SASTRA TERKAIT DENGAN KELAS DALAM
MASYARAKAT. JADI, KARYA SASTRA HANYA DAPAT
DIPAHAMI DENGAN MEMAHAMI SELURUH FAKTOR-
FAKTOR TERSEBUT.
MARX

• SEMUA SISTEM MENTAL ( IDEOLOGI) MERUPAKAN


PRODUK DARI KEBERADAAN EKONOMI DAN SOSIAL.
JADI BUDAYA BUKANLAH SUATU REALITAS YANG
BERDIRI SENDIRI.

• MANUSIA MENCIPTAKAN MATERI KEHIDUPAN –


MENGHASILKAN RELASI : EKSPLOITASI DAN
DOMINASI
GEORG LUKACS

• KARYA SASTRA MERUPAKAN CERMIN –YANG


MEREFLEKSIKAN, MENGATUR STRUKTUR
MENTAL. TIDAK HANYA MEREFLEKSIKAN,
TAPI JUGA MENAMPILKAN REFLEKSI
REALITAS YANG LEBIH LUAS, LEBIH LENGKAP,
LEBIH HIDUP, DAN LEBIH DINAMIS.

• KARYA REALISTIS MERUPAKAN KARYA YANG


REAL, YANG MEMBERIKAN PERASAAN
ARTISTIK BERDASARKAN IMAJINASI YANG
DITUANGKAN ( REALISME SOSIALIS)
KRITIK SASTRA MARXISME
• KRITIK SASTRA MARXISME MENGANALISIS
KARYA BERDASARKAN KONDISI HISTORIS.
• MARXISME BERKUTAT DENGAN MASYARAKAT
DAN AKTIFITASNYA YANG DAPAT MENGUBAH,
• CARA YANG EFEKTIF UNTUK MENERAPKAN
KRITIK SASTRA MARXISME ADALAH MELALUI
SURVEI HISTORIS.
• RELASI SOSIAL
– MAJIKAN DAN PEKERJA ( FEUDALISME )
• PERUBAHAN RELASI SOSIAL
– KAPITALIS DAN PROLETAR
• RELASI
– STRUKTUR EKONOMI SOSIAL
• KARYA SASTRA
– PERSEPSI DALAM MEMANDANG DUNIA ( MENTALITAS
SOSIAL)
• IDEOLOGI (ERA)
– PANDANGAN KELOMPOK DOMINAN
KLASIFIKASI WELLEK & WARREN
1. SOSIOLOGI PENGARANG
2. SOSIOLOGI KARYA /TEKS
3. SOSIOLOGI PEMBACA
1. SOSIOLOGI PENGARANG

• Status sosial, ideologi pengarang


• Analisis terfoKus pada:
1. pengarang itu sendiri
2. sistem
- umur
- latar belanag pendidikan
- ideologi
- agama
- dll
• Apakah pengarang tersebut memiliki patron ?
• Apakah pengarang bekerja selain profesinya sebagai
pengarang?
• Sejauh mana pengarang bekerja secara profesional?
• Masyarakat seperti apa yang pengarang tuju?
LANGKAH-LANGKAH
1. Memahami teks sebagai sumber utama
2. mendapatkan informasi tentang pengarang
sedetil mungkin.
3. menganalsis keterkaitang antara karya/ teks
dengan pengarang
SOSIOLOGI KARYA/TEKS
• PADA DASARNYA SOSIOLOGI KARYA
MENGANALISIS APA YANG TERIMPLIKASI
DALAM SEBUAH KARYA. SELAIN ITU JUGA
MENGANALISIS TUJUAN KARYA TERSEBUT.
• SELANJUTNYA, TUJUAN KONSEP INI UNTUK
MEMPERLIHATKAN BAGAIMANA SUATU
KARYA MEREFLEKSIKAN MASYARAKATNYA.
LANGKAH-LANGKAH
1. MEMAHAMI TEKS SEBAGAI DATA UTAMA
SECARA MENYELURUH
2. MENDAPATKAN INFORMASI SEDETIL
MUNGKIN TENTANG MASYARAKAT PADA
MASA KARYA ITU DITULIS ATAU MASYARAKAT
MANA YANG DITUJU OLEH KARYA TERSEBUT.
3. MENGANALISIS BAGAIMANA KARYA
TERSEBUT MEREFLEKSIKAN MASYARAKATNYA.
SOSIOLOGI PEMBACA
• KONSEP INI MEMPERLIHATKAN BAGAIMANA
PEMBACA DIPENGARUHI OLEH SUATU TEKS
( PENGARUH SOSIAL )
• ANALISIS INI AKAN MENGHASILKAN KESIMPULAN
YANG MENARIK KARENA PEMBACA BERASAL DARI
KELOMPOK MASYARAKAT YANG BERBEDA DENGAN
LATAR BELAKANG AGAMA, PENDIDIKAN, UMUR DLL
YANG BERBEDA PULA SEHINGGA AKAN MEMILIKI
PERSEPSI YANG BERBEDA TERHADAP SUATU HAL.
• KONSEP INI JUGA DAPAT DIGUNAKAN UNUTK
MEMPERLIHATKAN BAGAIMANA SUATU KARYA DAPAT
MEMPENGARUHI PEMBACA.
LANGKAH-LANGKAH
1. MEMAHAMI TEKS SEBAGAI DATA UTAMA
SECARA MENYELURUH.
2. MENENTUKAN RESPONDEN
3. MEMBUAT KUESIONER/WAWANCARA
4. MENGANALISIS HASIL KUESIONER
5. MEMBUAT PERSENTASE
6. MENYIMPULKAN MASYARAKAT SEPERI APA
PEMBACA TERSEBUT ATAU PENGARUH APA
YANG DITIMBULKAN SUATU KARYA TERHADAP
PEMBACANYA.
STRUKTURALISME GENETIKA
Lucien Goldmann
1. Mengidentifikasi struktur tertentu dalam
teks tertentu
2. menghubungkannya dengan kondisi historis
dan sosial dari kelompok sosial dan kelas
sosial yang diasosiasikan oleh penulis dan
terhadap pandangan dunia dari kelas
tertentu.
LANGKAH-LANGKAH
1. Fakta kemanusiaan
Kreasi, hasil ciptaan manusia, hasil aktifitas
manusia seperti seni, kesusastraan, musik,
dll yang merupakan upaya manusia untuk
menciptakan keseimbangan dengan
lingkungannya
2. Subjek kolektif
Subjek dari fakta sosial. dalam hal ini fakta
sosial yang dimaksud adalah fakta sosial yang
terdapat di dalam teks.
3 Pandangan dunia
gagasan yang kompleks, aspirasi,
perasaan, yang menyatukan anggota
suatu kelompok sosial yang bertentangan
dengan anggota kelompok sosial yang lain.
Dalam hal ini akan terlihat bagaimana suatu
kelompok sosial memandang kelompok
sosial yang lain.
A. PENDEKATAN HISTORIS
• Bahasa yang digunakan di dalam teks
berdasarkan penggunaannya ketika teks tersebut
ditulis.

• teks dianalisis berdasarkan kehidupan pengarang


dan lingkungannya.
• dapat membandingkan karya/pengarang yang
sezaman atau berbeda zaman. apakah saling
mempengaruhi, ( pemaknaan )

• karya merupakan refleksi zamannya – dokumen


sosial.
B. PENDEKATAN FORMAL
( formalisme, strukturalisme, kritik baru )
• T.S.Eliot
- imajinasi atau pengalaman pengarang
yang tertuang dalam karya menjadi pusat
perhatian.
- jadi, yang menjadi fokus kajian adalah
karya, bukan pengarang.
- emosi dan kepribadian pengarang
menghilang dalam suatu karya, jadi
suatu karya bukanlah ekspresi pengarang
C. PENDEKATAN SOSIOKULTURAL
• HUBUNGAN ANTARA KARYA DAN KEHIDUPAN
PENGARANG ( POLITIK, EKONOMI, SOSIAL, MORAL,
BUDAYA, DLL )

1. suatu karya tidak dapat dipahami dengan baik bila


dipisahkan dari lingkungan dan peradabannya.
2. suatu karya yang berkualitas tidak dihasilkan dari
gagasan yang sepele.
3. suatu karya merupakan respon terhadap kehidupan
4. bentuk dan isi suatu karya menggambarkan
perkembangan dan perubahan dalam masyarakat.
D. PENDEKATAN PSIKOLOGIS
(Pengarang, karya, pembaca )
*Pengarang
pengarang menjadi fokus – menganalisis pengarang
dan proses kreatifnya, pengalaman hidup,
kepribadian, gaya penulisan.
*Karya
sama dengan menerapkan analisis pada pendekatan formal

*Pembaca
hubungan karya dengan pengalaman pembaca- aspek-
aspek magis dimana suatu karya dapat mengontrol
pembaca, tidak hanya berdasarkan unsur
intelektualitas dan estetika. lebih jauh lagi
menganalisis aspek magis apa yang menarik minat
pembaca.
E. PENDEKATAN MITOPOIK

• - MENGGUNAKAN BERBAGAI SUMBER


• ANTROPOLOGI, BUDAYA, PSIKOLOGI, AGAMA, SEJARAH,
FILSAFAT, SENI DLL UNTUK MENGANALISIS SUATU KARYA
• TIDAK TERGANTUNG PADA SATU METODOLOGI
( PLURALISTIK)
* MENGGUNAKAN INFORMASI UNTUK
MENJELASKAN MOTIF/JENIS KARYA YANG
BERKEMBANG DARI ZAMAN KE ZAMAN DAN DARI
PENGARANG YANG SATU KE PENGARANG YANG
LAIN.
• SEPERTI PENDEKATAN FORMAL, PENDEKATAN INI
DAPAT MENGEKSPLORASI STRUKTUR, GENRE, DLL
• MENGGUNAKAN PEMBACAAN DEKAT ( CLOSE
READING) – IMAGI, SIMBOL
INTERTEKSTUALITAS
• KONSEP DASAR
– TIDAK ADA TEKS YANG ORIGINAL
– SUATU TEKS MERUPAKAN REFERENSI ATAU KUTIPAN DARI
TEKS YANG LAIN
– MERUPAKAN INTERVENSI DALAM SEBUAH SISTEM
BUDAYA
– SEBUAH TEKS DIBUAT DARI BERBAGAI TULISAN DARI
BERBAGAI BUDAYA YANG MENCIPTAKAN RELASI DI
ANTARA TEKS-TEKS TERSEBUT.
• SEBUAH TEKS ADALAH
INTERTEKSTUALITAS YANG HADIR DI
ANTARA BERBAGAI TEKS

• KARENA ITULAH MAKNA SEBUAH TEKS


HADIR DALAM HUBUNGANNYA DENGAN
BERBAGAI TEKS YANG LAIN
LANGKAH-LANGKAH

I. MEMBANDINGKAN
II. MENCARI HIPOGRAM
III.MENAFSIRKAN
I. MEMBANDINGKAN
MENJELASKAN
- PERSAMAAN
- PERBEDAAN
* MOTIF DARI PERBEDAAN
II. HIPOGRAM
• HIPOGRAM MERUPAKAN ISTILAH YANG
DIPERKENALKAN OLEH RIFFATERRE

• HIPOGRAM MERUPAKAN USAHA UNTUK


MENCARI SUMBER TEKS – UNTUK
MENUNJUKKAN ADANYA RELASI ANTARA TEKS-
TEKS TERSEBUT.
• MENCARI HIPOGRAM UNTUK MEMBUKTIKAN
SEBUAH TEKS DIPENGARUHI TEKS YANG LAIN
( TEKS YANG MANA MEMPENGARUHI TEKS
YANG MANA )
3 JENIS HIPOGRAM
1.EKSPANSI
UNSUR YANG MENGUBAH UNSUR UTAMA
MENJADI UNSUR YANG LEBIH KOMPLEKS.

EKSPANSI INI DAPAT DILAKUKAN DENGAN


SENGAJA UNTUK MENGEMBANGKAN
SEBUAH TEKS.
2. KONVERSI
UNSUR UTAMA DALAM SEBUAH TEKS
DIBALIKKAN DALAM TEKS YANG
DIPENGARUHINYA. PEMBALIKAN INI BISA
JADI, MASIH MEMILIKI STRUKTUR YANG
SAMA.
3. MODIFIKASI
-MENGGANTI UNSUR-UNSUR TERTENTU
BAIK SEBAHAGIAN MAUPUN KESELURUHAN
TEKS.

-DENGAN DEMIKIAN AKAN MENGHASILKAN


SEBUAH TEKS YANG BARU.

- MODIFIKASI DAPAT MENGHASILKAN:


DISTORSI, MANIPULASI ATAUPUN
MENYISIPKAN UNSUR-UNSUR YANG DIPERLUKAN.
III. MENAFSIRKAN
• MENAFSIRKAN HASIL PERBANDINGAN SEPERTI
MENARIK SUATU KESIMPULAN. DALAM HAL
INI DAPAT DISIMPULKAN APAKAH
DITEMUKAN PERTENTANGAN (OPPOSITION)
ANTARA TEKS YANG DIBANDINGKAN ATAU
TERDAPAT KELANJUTAN ( CONTINUITY)
ANTARA SATU TEKS DENGAN TEKS YANG
LAINNYA.
• JADI, INTERTEKSTUALITAS MERUPAKAN
USAHA UNTUK MENJEJAKI SUMBER YANG
MEMPENGARUHI TEKS.
• BERBAGAI UNSUR DAPAT MENJADI SUMBER
YANG MEMPENGARUHI TEKS, KARENA SETIAP
TEKS MENYERAP DAN
MENTRANSFORMASIKAN TEKS YANG LAIN
( KRISTEVA ).
• CORTIUS :
“ SEBUAH TEKS MERUPAKAN KOMPILASI
ATAU KOLEKSI TEKS-TEKS YANG LAIN.”

• TRANSFORMASI – PERUBAHAN
• KATA
• KALIMAT
• STRUKTUR
• ISI
BE THE BEST OF WHATEVER YOU ARE
DOUGLAS MALLOCH
• If you can’t be a pine on the top of the hill
• Be a scrub in the valley, but the best little
scrub by the side of the rill
• Be a bush if you can’t be a tree
– If you can’t be a bush, be a bit of the grass
– And some highway happier make;
– If you can’t be a muskie, then just be a bass
– But the liveliest bass in the lake
• We can’t all be captain, we’ve got to be crew
• There’s something for all of us here
• There’s big work to do and there’s lesser to do
• And the task you must do is the near
– If you can’t be a highway, then just be a trail
– If you can’t be the sun, be a star
– It isn’t by size that you win of you fail
– Be the best of whatever you are.
KERENDAHAN HATI
TAUFIK ISMAIL
• Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
• Yang tegak di puncak bukit
• Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik
• Yang tumbuh di tepi danau
– Kalau kamu tidak sanggup menjadi belukar, jadilah
saja rumput, tetapi rumput yang memperkuat
tanggul pinggir jalan
• Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
• Jadilah saja jalan kecil, tapi jalan setapak yang
membawa orang ke mata air
– Tidaklah semua menjadi kapten
– Tentu harus ada awak kapalnya
– Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
– Jadilah saja dirimu sebaik-baiknya dari dirimu
sendiri
PSIKOANALISIS
• A. SIGMUND FREUD ( PSIKOANALIS YAHUDI)
* GAGASANNYA DITERIMA DI PRANCIS
TAPI DITOLAK DI JERMAN
* FREUD MEMANDANG MANUSIA
SEBAGAI PEMIMPI, JADI MANUSIA TIDAK
BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP
DIRINYA KARENA IA TIDAK DAPAT
MENGUBAH DIRINYA.
3 SISTEM STRUKTUR KEPRIBADIAN
• 1. id : sebagian terletak di alam sadar dan
sebagian lainnya di alam tak sadar –
keinginan primitif, berdasarkan
kebutuhan biologis – mencari
kesenangan.
• 2. ego : terletak di alam tak sadar – untuk
mengontrol pulsi-pulsi keinginan dan
larangan superego - logis
• 3. superego: aksi moral sebagai sensor ego –
untuk memiliki kontrol diri, mewakili
ideologi keluarga ( pendidikan dalam
keluarga)
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
• 1. FASE ORAL : 1-1,5 TAHUN
PENGALAMAN KEGEMBIRAAN YANG
DIKONTROL OLEH ID SEPERTI BAHAGIA,
SEDIH, DLL.
2. FASE ANAL : 1-4 TAHUN
KEMAMPUAN MENGONTROL OBJEK,
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN
BERFIKIR.
3. FASE FALIK : 3-4 TAHUN
TERTARIK PADA SEKS – OEDIPUS
FANTASI
• 4. FASE GENITAL : KANAK-KANAK MENUJU
DEWASA
– PRAPUBERTI : TUMBUHNYA KEINGINAN.

– PUBERTI : PETUMBUHAN FISIK


– ADAPTASI : MENCINTAI DIRI
( NARSISME) BERUBAH
MENJADI MENCINTAI
ORANG LAIN
KOMPLEKS OEDIPUS
– KEINGINAN AGAR RIVAL - MATI

– CINTA SEORANG ANAK LAKI-LAKI KEPADA IBUNYA


DAN KEBENCIAN KEPADA AYAHNYA.

– PADA FASE FALUS – 3-4 TAHUN

– KETIKA CINTA TERSEBUT TERLARANG (INCES) ANAK


TERSEBUT MEMBUAT DIRINYA SENDIRI MENJADI
OBJEK DARI RASA CINTANYA (NARCISSIST) )
INTERPRETASI MIMPI
– MIMPI DALAM PSIKOANALISIS DIPERCAYA SEBAGAI
EKSPRESI DARI KEINGINAN YANG TIDAK TERPENUHI
KARENA MIMPI DIPICU OLEH KEBUTUHAN UNTUK
MEMENUHI HARAPAN. KARENA ITULAH MIMPI
MERUPAKAN DORONGAN INSTINGTIF YANG
MENDOMINASI KEHIDUPAMAN MANUSIA.

– KETIKA SESEORANG BERMIMPI, ALAM SADAR


MELONGGARKAN KONTROLNYA, SEHINGGA MIMPI
DAPAT MENJADI JALAN UNTUK MEMAHAMI ALAM
TAK SADAR
MEKANISME MIMPI
• MIMPI TERDIRI DARI

– MANIFEST : BAGIAN MIMPI YANG BISA DIINGAT KETIKA SESEORANG


SADAR
– LATENT : BAGIAN MIMPI YANG TIDAK BISA DIINGAT SEBELUM IA
DIANALISIS.

– KETIKA SESEORANG TIDUR, FIKIRANNYA


MENCIPTAKAN MIMPI SEBAGAI JALAN UNTUK
MEMENUHI HARAPANNYA.

– ISI MIMPI DISENSOR OLEH SIMBOL-SIMBOL

– SEBAGIAN BESAR MIMPI SELALU TERKAIT DENGAN


MASA ANAK-ANAK.
DISTRIBUSI FIKIRAN
1. SADAR
ALAM SADAR MERUPAKAN BAGIAN DARI FIKIRAN
MANUSIA DIMANA PROSES BERFIKIR TERJADI DI
SINI. BAGIAN INI MERUPAKAN SUMBER IDE,
PEMAHAMAN, FIKIRAN LOGIS, REALITAS, PRILAKU
YANG BERADAB.
2. BAWAH SADAR
ALAM BAWAH SADAR MERUPAKAN TEMPAT
DILETAKKANNYA INFORMASI YANG DAPAT DENGAN
MUDAH DIINGAT KEMBALI KETIKA DIBUTUHKAN.
3. TAK SADAR
BAGIAN FIKIRAN INI DIREPRESI DAN MERUPAKAN
TEMPAT UNTUK MENYIMPAN HAL-HAL YANG
DIANGGAP TIDAK PENTING, YANG TIDAK DAPAT
DIAKSES KECUALI DENGAN HIPNOSIS.
MEKANISME PERTAHANAN DIRI

– SEBAGAI SISTEM YANG BERFUNGSI MENGATUR ENERGI


DALAM SISTEM.

– EGO MANUSIA KADANG-KADANG BERADA PADA SITUASI


YANG TIDAK MENYENANGKAN SEPERTI MERASA TEGANG,
CEMAS, MARAH, DLL

– MEKANISME INI MELINDUNGI SESEORANG DARI SITUASI


YANG TIDAK MENYENANGKAN ITU DENGAN MENGABAIKAN
REALITAS ATAU MENEMPATKANNYA PADA KONDISI TAK
SADAR.
1. REPRESI ( REPRESSION)
2. PROJEKSI (PROJECTION)
3. PENGALIHAN (DISPLACEMENT)
4. PENYANGKALAN (DENIAL)
5. SUBLIMASI ( SUBLIMATION )
REPRESI
• SUATU PROSES DIMANA REALITAS,
KEINGINAN, DORONGAN, YANG
TIDAK DAPAT DITERIMA,
DIKELUARKAN DARI ALAM SADAR
DAN DITEMPATKAN DI ALAM TAK
SADAR
PROJEKSI

• MEMINDAHKAN IDE, PERASAAN ATAU


TINDAKAN KEPADA ORANG ATAU OBJEK LAIN,
KHUSUSNYA PEMINDAHAN KESALAHAN ATAU
TANGGUNG JAWAB SEBAGAI PERLINDUNGAN
DIRI DARI KECEMASAN, RASA BERSALAH,
TAKUT, DLL
PENGALIHAN

• MENEMPATKAN EMOSI ATAU DORONGAN


DARI OBJEK ASALNYA KEPADA SESUATU
YANG LEBIH DAPAT DITERIMA, BAIK OLEH
NORMA MAUPUN ATURAN MASYARAKAT
ATAU BAHKAN OLEH KONSEP DIRI
PENYANGKALAN

MENOLAK MNEGAKUI REALITAS YANG


DIALAMI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN
DIRI TERHADAP SITUASI YANG TIDAK
MENYENANGKAN
SUBLIMASI
• PROSES MEMINDAHKAN EKSPRESI DARI
KEINGINAN DAN DORONGAN INSTINGTIF DARI
BENTUK PRIMITIFNYA KEPADA BENTUK
EKSPRESI YANG DIANGGAP DITERIMA SECARA
SOSIAL MAUPUN BUDAYA
B. CARL GUSTAV JUNG
– Swiss psychiatrist
• Secara formal Jung bersebrangan dengan Freud
ketika ia menghasilkan karya revolusionernya
tentang ketidak setujuannya dengan gagasan
Freud yang menekankan pada trauma seksual
dari alam tak sadar sebagai dasar semua kondisi
neurosis. selain itu ia juga bersebrangan dengan
Freud dalam hal interpretasi literal kasus
kompleks Oedipus.

• selain itu, bagi Jung, mimpi bukanlah harapan


yang tidak terpenuhi.
Jung membagi psikis manusia dalam 3
bagian
1. EGO : FIKIRAN SADAR

2.KETIDAK SADARAN PERSONAL : SEGALA HAL YANG


TIDAK ADA PADA ALAM SADAR ,
NAMUN BISA JADI ADA, YANG MELIPUTI
KENANGAN YANG DENGAN MUDAH
DIINGAT ATAU YANG TERREPRESI
KARENA ALASAN TERTENTU.

3. KETIDAK SADARAN KOLEKTIF: SIMPANAN PENGALAMAN


SEBAGAI PENGETAHUAN YANG DIBAWA SEJAK LAHIR,
NAMUN KADANG-KADANG TIDAK SEGERA DAPAT
DISADARI. ( DE JA VU )
* ARKETIP
• BERADA PADA KETIDAK SADARAN KOLEKTIF.

• ARKETIP MERUPAKAN KECENDRUNGAN YANG TIDAK DIPELAJARI


UNTUK MEMILIKI PENGALAMAN TERTENTU DENGAN CARA
TERTENTU.

• ARKETIP BEKERJA SECARA INSTINGTIF

1. ARKETIP KEIBUAN : KEMAMPUAN YANG SEDIA ADA


UNTUK MEMAHAMI
HUBUNGAN TERTENTU DALAM
PERAN SEBAGAI IBU.
2. ARKETIP AYAH : FIGUR YANG MEMBIMBING,
YANG MEMILIKI OTORITAS.
3. ARKETIP KELUARGA : GAGASAN AKAN ADANYA
HUBUNGAN DARAH
4. ARKETI ANAK : MAKHLUK YANG KECIL
• * MANA
- KEKUATAN SPIRITUAL
• * THE SHADOW
- SISI GELAP DARI EGO + KEJAHATAN ----- AMORAL
• * THE PERSONA
-MEWAKILI CITRA PUBLIK
-TOPENG YANG DIPAKAI SESEORANG SEBELUM IA
MENUNJUKKAN DIRINYA KE DUNIA LUAR.
• * ANIMA & ANIMUS
Anima & animus ---------GABUNGAN KEDUANYA: SYZYGY
| |
Female male
Aspect aspect
• Anima
– PositiF : SABAR, PENUH PERTIMBANGAN, LEMBUT
– NegatiF : SOMBONG, MOODY, SENSITIF, NAKAL

• Animus
– positif : asertif, kontrol, rasional, kuat
negatif : opini yang kuat, kasar, kejam, cendrung
destruktif.
Feminisme
– Dari bahasa Latin “femina” yang berarti memiliki
kualitas perempuan. istilah ini, kemudian,
digunakan untuk menunjukkan teori dan gerakan
persamaan hak bagi perempuan.

– Feminisme dimulai dengan adanya persepsi bahwa


ada yang salah dengan perlakuan masyarakat
terhadap perempuan.

– Feminisme mencoba menganalisis alasan yang


menyebabkan opresi terhadap perempuan , selain
untuk mendapatkan kebebasan perempuan. bagi
sebagian feminis, kebebasan diartikan sebagai
persamaan sosial dengan laki-laki.
– Gerakan feminisme bertujuan meningkatkan posisi dan
status perempuan agar sejajar dengan laki-laki. salah
satu cara untuk mencapainya adalah dengan
membebaskan perempuan dari ikatan domestik.
– Feminis awal mengalami banyak tantangan untuk
mencapainya karena masyarakat pada saat itu masih
sangat berpegang teguh dengan norma-norma
masyarakat yang mewajibkan perempuan untuk menjadi
sosok yang pasif, pasrah dan senang berada di rumah
untuk mengurus keluarga.

– selanjutnya, perjuangan feminis memasuki wilayah


pemdidikan, ekonomi, politik, yang akhirnya berhasil
diraih pada tahun 1893.
– Perkembangan selanjutnya ditandai dengan
munculnya organisasi-organisasi sosial dan politik
yang memperjuangkan kedudukan perempuan
dengan isu-isu seperti akses hukum, akses
pekerjaan, masalah seksualitas.

– lebih jauh lagi, perempuan mendapat hak untuk


mengajukan perceraian, berpartisipasi dalam perang,
terlibat dalam institusi pemerintahan, dan lainnya
sampai akhirnya muncul kelompok lesbian yang
memproklamirkan keberadaannya dan menjadi
populer pada tahun 1992.
–Dampak gerakan feminis juga
ditemukan pada kritiksastra feminis.
kritik ini mempertanyakan teks-teks
sebagai aksi untuk merevisi. kritik ini
bertujuan menggali, menganalisis dan
mengapresiasi karya-karya yang
ditulis perempuan dan di saat yang
sama mengevaluasi kembali teks-teks
yang ditulis oleh penulis laki-laki dari
perspektif perempuan.
TEORI FEMINIS
– Adanya konsep yang bias yang dipercayai
kebenarannya yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh
terkenal mempertegas kelemahan dan inferioritas
perempuan:

= Aristotles: “perempuan secara alami memiliki


kualitas yang kurang dari laki-laki.”
» St. Thomas Aquinas : “ Perempuan
adalah laki-laki yang tidak sempurna.”
» Freud – asumsi seksualitas yang
memperkenalkan istilah “penis envy “
– Sepanjang sejarah perjuangannya, feminis
mencoba menggugat budaya patriakhal,
memperjuangkan persamaan seksualitas,
dan menentang dominasi yang seksis dalam
mentransformasi masyarakat.

– “personal is political” merupakan slogan


kunci feminis sejak diperkenalkannya pada
tahun 1970 oleh Carol Hanisch
SIMONE DE BEAUVOIR
• Aktifis feminis dari Prancis, pasangan hidup
Jean Paul Sartre
* pro-aborsi,
* second sex
- the other ( yang lain )
* seks dan jender
* eksistensialis feminis
- keberadaan perempuan sebagai
“ yang lain”
• Keberadaan manusia
• Berada dalam dirinya
• Berada untuk dirinya
• Berada untuk orang lain
–perempuan dipercayai berada pada
posisi ketiga
• Untuk kepentingan perempuan, seorang
perempuan harus mencapai kondisi transenden
agar posisinya sejajar dengan laki-laki

• transenden itu dapat diraih dengan:


• menjadi intelektual
• memiliki karir
• menciptakan transformasi sosial dalam masyarakat
• menolak menginternalisasi status “ yang lain”
KRITIK FEMINIS
1. MENEMUKAN KANON YANG BERTUJUAN UNTUK MENCARI TEKS YANG
DITULIS OLEH PENULIS PEREMPUAN

2. MEMBERI NILAI PADA PENGALAMAN PEREMPUAN

3. MEMERIKSA REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KARYA YANG DITULIS


BAIK OLEH LAKI=LAKI MAUPUN PEREMPUAN.

4. MENGEKSPLORASI APAKAH ADA BAHASA PEREMPUAN ATAU BAHASA


LAKI-LAKI.

5. MEMBACA ULANG SECARA PSIKOANALISIS UNTUK MENEMUKAN


IDENTITAS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN.

6. MENGANALISIS APAKAH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DIBEDAKAN


SECARA BIOLOGIS ATAU KARENA KONSTRUKSI MASYARAKAT.
PASCA STRUKTURALISME
–Pasca strukturalisme, Pasca
modernisme dan Pasca kolonialisme
merupakan suatu revolusi bagaimana
manusia memandang dunia.

–Roland Barthes, Jacques Derrida,


Michel Foucault.
Strukturalisme Pasca
strukturalisme

1.berasal dari linguistik 1.filsafat

2.bahasa memiliki 2 komponen: 2. tidak semua


penanda dan petanda petanda me-
(pemaknaan yang arbitrer) miliki penanda
contoh : Tuhan

3. langue and parole 3. parole tidak selalu


( sistem dan ekspresi individu) tergantung pada
langue
DEKONSTRUKSI
• SEBUAH TEKS MENGKHIANATI DIRINYA
SENDIRI.
• DEKONSTRUKSI MERUPAKAN SEBUAH TEKNIK
MEMBONGKAR KESTABILAN MAKNA,
• DEKONSTRUKSI TIDAK DILAKUKAN SECARA
ACAK, TAPI DENGAN “PENGUSIKAN YANG
TELITI.”
1
• TIDAK TERKATAKAN DARI APA YANG TERKATAKAN

• TIDAK ADA MAKNA YANG STABIL


• MENCARI APORIA
- INKONSISTENSI
- INKOHERENSI
- AMBIGUITAS
- KONTRADIKSI
• MENCARI MARGINALIA MEMFOKUSKAN DIRI
PADA HAL-HAL YANG SEPELE
3 proses dekonstruktif:
1. Fase Verbal : close reading, (disaat yang sama
mencari paradoks dan kontradiksi)
2. Fase Tekstual: mencari perubahan dan
diskontinuitas yang menunjukkan
ketidak stabilan teks.
3.Fase linguistik: memfokuskan pada bahasa. Fase
ini mempertanyakan kapasitas
bahasa sebagai media
mengekspresikan sesuatu secara
akurat. Fase ini muncul ketika
timbul ketidak percayaan
terhadap bahasa.
PASCA MODERNISME
• DALAM DUNIA AKADEMIS PASCAMODERNISME
DIANGKAT SEBAGAI SUATU STUDI SEJAK AWAL
TAHUN 80AN

• PM MENENTANG KANONISASI YANG DIAGUNG-


AGUNGKAN MODERNISME.

• PM MENOLAK PERBEDAAN ANTARA BUDAYA


TINGGI DAN BUDAYA RENDAH
• DALAM DUNIA PASCAMODERNISME, TIDAK
ADA YANG MENJADI PUSAT KARENA SEMUA
HAL MERUPAKAN PARADOKS.

*PM MENDEKONSTRUKSI TUJUAN UTAMA


PENCERAHAN.

* PM MENJADIKAN BUDAYA SEBAGI OBJEK


KAJIAN DAN MENDEKONSTRUKSIKANNYA
SEDANGKAN PS MENEKANKAN STRUKTUR.
PASCAKOLONIALISME
• 1990an– membongkar anggapan yang
percaya pada gagasan yang universal.

• jika kita percaya bahwa karya sastra agung


memiliki signifikansi yang abadi, kita
mengabaikan perbedaan budaya, sosial,
regional, dan nasional dalam memahami
suatu karya sastra dengan memvonis dengan
standar universalitas.
• Edward Said – “Orientalisme”
• -Universalitas Eropa menerima superioritas Eropa
atau Barat dan inferioritas Timur.
• Dunia Timur mewakili semua aspek yang
menggambarkan kelemahan - ketika
dipertentyangkan dengan Barat ( kejam, sensual,
tidak bermoral, malas, dll )
• Di saat yang sama secara paradoks, dunia Timur
terlihat menyenangkan, eksotik, mistis, dll
sebagai label / stereotipe ( the other)
• 1. Kritik Pascakolonial – kesadaran akan
representasi non-Eropa sebagai “the
other” yang eksotik dan immoral.

• 2. Mengeksplorasi diri dan masyarakatnya


oleh penulis-penulis Pascakolonial –
merayakan perbedaan, hibriditas,
dan perbedaan menjadi sentral –
perbedaan budaya dalam karya
sastra.
KRITIK PASCAKOLONIAL
1. Menolak universalitas yang diciptakan oleh
sastra kanon barat.

2. memeriksa representasi yang diciptakan


budaya lain dalam kesusastraan

3.menunjukkan bagaimana kesusastraan


membuat kolonisasi dan imperialisme terjadi
tanpa penolakan ( silented)
4. memunculkan pertanyaan tentang perbedaan budaya
dan keragaman serta memeriksanya dalam karya-karya
sastra.

5. merayakan perbedaan, hibriditas, – situasi dimana


seorang individu atau kelompok secara bersamaan
berada pada lebih dari satu budaya.

6. mengembangkan perspektif, tidak hanya dalam


kesusastraan Pascakolonial, namun juga dalam bidang-
bidang lain yang terkait dengan isu-isu marginalitas,
pluralitas, dan memandang kondisi sebagai “ yang lain
“ ( the other) sebagai sumber energi yang potensial
untuk perubahan yang besar.

Anda mungkin juga menyukai