Anda di halaman 1dari 4

Pengertian teori Fungsional sastra

Teori fungsional sastra adalah pendekatan kritis dalam memahami dan menganalisis sastra yang
menekankan pentingnya fungsi atau peran sastra dalam kehidupan manusia. Teori ini berangkat dari
pemahaman bahwa sastra bukanlah semata-mata sebuah bentuk seni yang eksklusif, tetapi memiliki
dampak yang signifikan pada individu maupun masyarakat secara umum.

Sebagai sarana komunikasi, teori fungsional sastra mengamati bagaimana sastra berfungsi untuk
menyampaikan nilai-nilai budaya, kritik sosial, realitas sehari-hari, aspirasi politik, atau pengalaman
emosional manusia. Sastra dianggap sebagai cermin yang memperlihatkan refleksi kondisi sosial,
psikologis, dan bahkan spiritual individu dan masyarakat saat itu.

Dalam teori ini, konteks sosial dan historis juga dianggap sangat penting dalam memahami makna
dan fungsi sastra. Setiap karya sastra dipahami sebagai hasil interaksi dengan konteks sosial, budaya,
dan waktu di mana mereka diciptakan. Oleh karena itu, analisis fungsional sastra meneliti bagaimana
sastra memberikan kontribusi pada perkembangan budaya manusia serta berbagai perubahan yang
terjadi dalam masyarakat.

Referensi:

- Eagleton, Terry. (1996). Literary Theory: An Introduction. Oxford: Blackwell Publishers.

- Culler, Jonathan. (2011). Literary Theory: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford University Press.

- Fish, Stanley. (1980). Is There a Text in This Class?: The Authority of Interpretive Communities.
Cambridge, MA: Harvard University Press.

Tulis penjelasan tentang teori fungsional sastra Tentu! Di bawah ini saya akan menjelaskan lebih
lanjut tentang teori fungsional sastra.

**1. Fungsi Estetis**

Fungsi estetis dalam sastra berkaitan dengan keindahan dan estetika yang terkandung dalam karya
sastra. Karya sastra sering kali menggunakan bahasa yang kaya dan indah, serta menggabungkan
unsur-unsur seperti metafora, simbolisme, atau gaya bahasa lainnya untuk menciptakan pengalaman
estetis yang memikat. Fungsi estetis ini seringkali membuat pembaca atau penikmat karya sastra
merasa terpesona dan terhubung secara emosional dengan karya tersebut.
**2. Fungsi Etis**

Fungsi etis dalam sastra berkaitan dengan nilai-nilai etika atau moral yang ingin disampaikan oleh
penulis melalui karyanya. Karya sastra seringkali mengandung pesan moral, nasihat, atau amanat
yang dapat mempengaruhi pembaca atau penikmatnya. Fungsi ini dapat membantu membentuk
persepsi dan pandangan tentang moralitas, kebaikan, atau keadilan dalam masyarakat.

**3. Fungsi Hiburan**

Fungsi hiburan dalam sastra adalah memberikan kesenangan dan kegembiraan kepada pembaca atau
penikmatnya. Karya sastra dapat menghidupkan imajinasi dan membawa pembaca ke dunia yang
berbeda, menjadikan sastra sebagai bentuk hiburan yang memikat. Dalam beberapa kasus, karya
sastra juga dapat mengandung unsur humor atau kejenakaan untuk memberikan hiburan kepada
pembaca.

**4. Fungsi Pengajaran**

Fungsi pengajaran dalam sastra berkaitan dengan kemampuan karya sastra untuk memberikan
pelajaran, wawasan, atau pemahaman kepada pembaca atau penikmatnya. Karya sastra seringkali
mengangkat isu-isu kehidupan, kebudayaan, atau masalah sosial yang dapat memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar kita. Pembaca dapat belajar dari pengalaman
dan sudut pandang yang disajikan dalam karya sastra.

Referensi:

- Wellek, René dan Warren, Austin. (1995). Theory of Literature. New York: Harcourt Brace College
Publishers.

- Abrams, M.H. (2012). A Glossary of Literary Terms. Boston: Wadsworth Publishing.

- Cuddon, J.A. (2013). The Penguin Dictionary of Literary Terms and Literary Theory. London: Penguin
Books.

Berikut adalah beberapa ahli terkait teori fungsional sastra:


1. Roman Ingarden – Seorang filsuf Polandia yang mengembangkan teori fungsional sastra
sebagai sistem semiotika. Ia menganggap karya sastra sebagai objek estetis yang
mengandung fungsi estetis yang unik.

Referensi:

- Ingarden, Roman. (1973). The Literary Work of Art: An Investigation on the


Borderlines of Ontology, Logic, and Theory of Literature. Evanston: Northwestern
University Press.

2. Wolfgang Iser – Seorang teoretikus sastra Jerman yang memperkenalkan konsep “implied
reader” dan “gaps” dalam teori fungsional sastra. Ia menekankan pentingnya peran pembaca
dalam mengisi ruang kosong dalam teks sastra.

Referensi:

- Iser, Wolfgang. (1978). The Act of Reading: A Theory of Aesthetic Response.


Baltimore: Johns Hopkins University Press.

3. Hans Robert Jauss – Seorang teoretikus sastra Jerman yang mengembangkan pendekatan
hermeneutik dalam teori fungsional sastra. Ia menyoroti peran pengalaman sejarah dan
konteks sosial dalam interpretasi karya sastra.

Referensi:

- Jauss, Hans Robert. (1982). Toward an Aesthetic of Reception. Minneapolis:


University of Minnesota Press.

4. Norman Holland – Seorang psikoanalis Amerika yang menerapkan teori fungsional sastra
dalam konteks psikoanalisis. Ia mengemukakan bahwa karya sastra dapat mempengaruhi
emosi dan pikiran pembaca.

Referensi:

- Holland, Norman N. (1968). The Dynamics of Literary Response. New York: Oxford
University Press.

5. Jonathan Culler – Seorang teoretikus sastra Amerika yang menafsirkan teori fungsional sastra
melalui pendekatan strukturalis dan poststrukturalis. Ia menyoroti pentingnya bahasa dan
tanda-tanda dalam membentuk makna sastra.
Referensi:

- Culler, Jonathan. (2002). Structuralist Poetics: Structuralism, Linguistics, and the


Study of Literature. New York: Routledge.

Referensi tambahan:

- Wellek, René dan Warren, Austin. (1995). Theory of Literature. New York: Harcourt Brace College
Publishers.

- Abrams, M.H. (2012). A Glossary of Literary Terms. Boston: Wadsworth Publishing.

Anda mungkin juga menyukai