Anda di halaman 1dari 8

Nama: Muhammad Pradana

NPM: 2121210013
Mata Kuliah: Kajian Puisi Indonesia

1. Puisi merupakan karya sastra yang tercipta melalui pengekspresian dan perasaan penulis
yang dituangkan dalam sebuah tulisan dilengkapi dengan pemilihan diksi yang indah.
2. Berikut pemahaman saya tentang empat unsur puisi menurut Richard:
a. Tema
Puisi memiliki garis besar yang terkadang tidak dituliskan dalam bait bait
puisinya, garis besar tersebut kita sebut tema. Tema memberikan arti tentang apa
isi dari puisi, membahas tentang apa puisi tersebut, dan garis besar puisi
ditunjukan untuk siapa.
b. Rasa
Rasa dalam puisi berarti adanya interaksi batin antara isi puisi dan pembaca atau
penulisnya sekalipun. Kita dapat merasakan apa yang ada dalam isi puisi tersebut
melalui perasaan.
c. Nada
Nada dalam puisi berfungsi untuk memperindah pembacaan, puisi yang indah
adalah puisi yang ketika dilafalkan menciptakan suasana yang sama dengan isi
puisi tersebut, untuk menciptakan suasana tersebut nada berperan penting, karena
nada menjadi salah satu alasan puisi indah ketika dilafalkn
d. Amanat
Amanat dalam puisi berarti ada satu hal yang ingin penulis sampaikan dalam
puisinya, agar kita sebagai pembaca mendapatkan pesan baik setelaak membaca
puisinya. Amanat biasanya berupa pelajaran apa yang bisa kita dapatkan setelah
membaca puisi tersebut.
3. Beberapa pendekataan yang sering digunakan untuk pendakatan karya saastra:
a. Mimentik
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra berupa
memahami hubungan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Kata mimetik
berasal dari kata mimesis (bahasa Yunani) yang berarti tiruan.
b. Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra
memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra.
Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai
curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk
imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran atau
perasaanya. Kerena itu, untuk menerapkan pendekatan ini dalam kajian sastra,
dibutuhkan sejumlah data yang berhubungan dengan diri sastrawan, seperti kapan
dan di mana dia dilahirkan, pendidikan sastrawan, agama, latar belakang sosial
budayannya, juga pandanga kelompok sosialnya.
c. Pragmatik
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini
tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun
tujuan yang lain. Dalam praktiknya pendekatan ini cenderung menilai karya sastra
menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacannya.
d. Objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada
karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur
yang otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarangm maupun
pembaca. Pendekatan ini juga disebut oleh Welek & Waren (1990) sebagai
pendekatan intrinsik karena kajian difokuskan pada unsur intrinsik karya sastra
yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri.
e. Stuktural
Pendekatan struktural ini memandang dan memahami karya sastra dari segi
struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang
otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca (Teeuw,
1984).
Dalam penerapannya pendekatan ini memahami karya sastra secara close reading.
Atau mengkaji tanpa melihat pengarang dan hubunga dengan realitasnya. Analisis
terfokus pada unsur intrinsik karya sastrra. Dalam hal ini setiap unsur dianalisis
dalam hubungannya dengan unsur yang lain.
f. Semiontik
Dalam kajian sastra, pendekatan semiotik memandang sebuah karya sastra
sebagai sebuah sistem tanda.Secara sistematik, semiotik mempelajari tanda-tanda
dan lambang-lambang, sistem lambang, dan proses-proses perlambangan.
Pendekatan ini memandang fenomena sosial dan budaya sebagai suatu sistem
tanda. Tanda tersebut hadir juga dalam kehidupan sehari misal: bendera putih di
depan gang, maka orang akan berpikir ada salah satu keluarga yang sedang ada
yang berduka. contoh lain adalah mendung: orang akan berpikir hujan akan segera
turun sebentar lagi. Tentu saja untuk memahaminya dibutuhkan pengetahuan
tentang latarbelakang sosial-budaya karya sastra tersebut dibuat.
Tanda, dalam pendekatan ini terdiri dari dua aspek yaitu: penanda (hal yang
menandai sesuatu) dan petanda (referent yang diacu).
g. Sosiologis
Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan mimetik.
Pendekatan ini memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan
aspek sosial kemasyarakatannya. Pendekatan ini dilatarbelakangi oleh fakta
bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat lepas dari realitas sosial yang terjadi di
suatu masyarakat.
h. Psikologis
Wellek & Waren (1990) mengemukakan empat kemungkinan pengertian. Pertama
adalah studi psikologi pengarang sebgai tipe atau pribadi. Kedua studi proses
kreatif. Ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam
karya sastra.
i. Feminimise
Pendekatan feminisme dalam kajian sastra sering dikenal dengan nama kritik
sastra feminis. Pendekatan feminisme ialah salah satu kajian sastra yang
mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan adanya keadilan
dalam memandan eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam
karya sastra
4. Berdasarkan pemahaman saya:
a. Kritik sastra periode 1976-1988
Pada periode ini banyak terbitan buku kritik sastra berupa kumpulan esai, di
samping juga penelitian-penelitian sastra ilmiah, baik dari para krtitikus sastrawan
maupun kritikus-kritikus akademik. Periode ini ditandai pula dengan banyaknya
teori sastra dan kritik sastra dari barat.
Para kritikus (ahli sastra) akademik yang memperkembangkan teori baru itu di
anataranya Umar Junus, Sapardi Djoko Damono, Umar Kayam, Rachmat Djoko
Pradopo, Faruk H.T., dan Bakti Sumanto.
b. Kritik Saastra Periode Mutakhir 1990-2010
astra Angkatan 2000 atau sering disebut dengan sastra mutakhir (Dekade 90-an
dan Angkatan 2000). Memasuki era Reformasi yang sangat anti KKN dan praktik
otoriter, penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan
religiusitas dan nuansa-nuansa sufistik. Menampilkan euphoria menyuarakan hati
nurani dan akal sehat untuk pencerahan kehidupan multidimensional. Pada masa
angkatan 2000 ini banyak sekali muncul pengarang wanita. Mereka umumnya
menulis dengan ungkapan perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas. Ada di
antara mereka yang sangat berani menampilkan nuansa-nuansa erotik, hal-hal
yang sensual bahkan seksual, yang justru lebih berani dibandingkan para
sastrawan seumumnya.
Adapun para sastrawati Angkatan 2000 antara lain: Ayu Utami, Jenar Mahesa
Ayu, Fira Basuki, Herlinaties, Nukila Amal, Linda Kristianti, Ratih Kumala, Oka
Rusmini, dan lain-lain.
Nama mutakhir ini diberikan Korrie Layun Rampan pada sejumlah pengarang dan
penyair yang telah melahirkan wawasan estetik baru pada tahun 90-an. Korrie
berkata, “ Afrizal Malna melansir estetik baru yang digali dari sifat missal benda-
benda dan manusia yang dihubungkan dengan peristiwa tertentu dan interaksi
missal. Estetik missal ini merupakan penemuan Afrizal yang unik dalam sastra
Indonesia

5. Perbedaan karyaa sastra dengan periode lainnya:


a. Bertema persatuan, nasionalisme, dan rasa kebangsaan.
b. Beberapa sastrawan di angkatan ini mengangkat persoalan emansipasi wanita.
c. Alirannya disebut romantis idealis.
d. Sastrawan menyiratkan idealisme dalam karya-karyanya.
e. Ada pengaruh dari karya sastra tahun 1980an dari Belanda.
f. Mulai menyiratkan tentang modernimse, bahkan masa depan Indonesia.
g. Menggunakan bahasa yang indah dan lepas dari kaidah penulisan Balai Pustaka,
yaitu menggunakan bahasa Melayu tinggi.
6. Yang melatar belakangi munculnya sajak di angkatan pujanga baru adalah pada angkatan
tersebut mulai muncul reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka
terhadap karya sastrawan pada masa itu, terutama karya sastra yang menyangkut rasa
nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sajak digunakaan sebagai bentuk pesan tentang
sindiran dan kebebasan di Indonesia.
7. Beriku beberapa penjelasaannya:
a. Hakikat Puisi
Hakikat puisi adalah unsur hakiki yang menjiwai puisi, terdiri atas: tema, nada,
perasaan, dan amanat.
b. Kepuitisan Dalam Puisi
Puisi identik dengan keindahan. Tidak lengkap pembicaraan tentang puisi kalau
tidak menghubungkannya dengan kepuitisan. Wujud kepuitisan adalah sesuatu
yang abstrak. Kepuitisan bersifat subjektif. Sesuatu yang puitis bagi seseorang
belum tentu puitis bagi orang lain.
Sesuatu disebut puitis apabila sesuatu tersebut dapat membangkitkan perasaan,
menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, dan dapat menimbulkan
keharuan. Puitis adalah sifat khas yang selalu melekat pada sajak dan bahwa tidak
hanya saja yang mengandung puisi atau kepuitisan, maka pembicaraan tentang
kepuitisan tidak dapat terlepas dari karya sastra. Hanya karya sastra yang
mengandung kepuitisan oleh sebab itu kepuitisan berkaitan dengan Bahasa dan
unsur-unsur lain yang membangun karya sastra. Intinya, kepuitisan adalah milik
khas Bahasa.
c. Struktur Puisi
1. Abstrak
a. Komunikasi
Yang dimaksud komunikasi disini adalah kaitan antara sebuah
karya puisi dengan lingkungan sosial serta dampaknya yang
nampak pada individu penikmat. Dalam hal ini karena timbulnya
situasi baru yang terdapat pada diri si penikmat setelah membaca
karya puisi. Dalam perkembangan puisi saat ini, masalah
komunikasi menjadi perhatian sebagai unsur bentukan dari karya
puisi.
b. Peranan dan Fungsi
Antara peranan sebuah karya puisi dengan fungsinya tidak dapat
dipisahkan. Karena fungsi merupakan pencanangan utama dalam
arah agar terbentuk sebuah karya puisi. Sedangkan peranan adalah
suatu hal yang penilaiannya tergantung pada makna dar wujud
puisi. Jadi peranan merupakan kelanjuatan daripada fungsi dan
kadang-kadang peranan merupakan kekhasan yang horizontal pada
sebuah karya puisi yang penuh makna.
2. Konkrit
a. Gaya Bahasa
Yang dimaksud gaya bahasa dalam karya puisi adalah suatu alat
untuk melukiskan/menggambarkan, menegaskan inspirasi atau ide
dalam bentuk bahasa dengan gaya yang mempesona.
b. Musikalisasi
Yang dimaksud dengan musikalisasi dalam sebuah karya puisi,
adalah adanya keseragaman bunyi dalam kata, baris atau bait-bait
puisi yang mengandung makna tertentu. Musikalisasi inipun
merupakan unsur yang dapat memberikan rangsangan atau daya
pesona dalam sebuah karya puisi.
c. Kausalisasi
Kausalisasi dalam puisi dimaksudkan sebagai adanya hubungan
makna, musikalisasi atau gaya bahasa. Antara kata, baris atau bait
sebetulnya dalam puisi tidak akan lepas dari kausalisasinya
ataupun dari karya sastra lainnya, sehingga masalah kausalisasi
selalu saja ada.
d. Ciri-Ciri Puisi
a. Penulisan puisi dituangkan dalam bentuk bait yang terdiri atas baris-baris,
bukan bentuk paragraf seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah
drama.
b. Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat kias, padat, dan indah.
c. Penggunaan majas sangat dominan dalam bahasa puisi.
d. Pemilihan diksi yang digunakan mempertimbangkan adanya rima dan
persajakan.
e. Setting, alur, dan tokoh dalam puisi tidak begitu ditonjolkan dalam
pengungkapan.
e. Unsur-Unsur Puisi
a. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi)
yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang
lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
b. Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam
prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah
kalimat.
c. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah
biasanya ada kesatuan makna.
d. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-
bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait.
Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek,
dan keras lembut ucapan bunyi.
e. Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan
bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna
inilah misi penulis puisi disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai