Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PUISI SURAT UNTUKMU DI MASA LALU KARYA LIONEL

(KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS)


OLEH
MAULINA JELITA PERTIWI (14311045)

A. Pendahuluan.
Kritik adalah tanggapan atau pendapat yang berisi baik atau buruknya
suatu hasil karya. Dalam mengkritik suatu karya terutama karya sastra perlu
adanya sebuah teori atau pendekatan yang dikuasai. Salah satu kritik sastra
yaitu kritik sastra feminis. Sebelum mengetahui apa itu kritik sastra feminis,
sebelumnya perlu beberapa pemahaman tentang sastra.
Sastra tidak bisa dilepaskan begitu saja dari peran masyarakat sebagai
pelakunya. Sastra ialah suatu kegiatan kreatif besifat seni baik lisan maupun
tulisan yang diciptakan untuk dinikmati oleh khalayak umum. Oleh karena
itu, secara sadar atau tidak sadar, sastra saling berdampingan dengan
kehidupan masyarakat dan menjadi bagian hidupnya. Sastra lahir dari
pengekspresian emosi dari pengalaman hidup yang tertuang dalam tulisan
maupun lisan yang bersifat seni yang akan menghasilkan sebuah karya yang
dikenal dengan karya sastra.
Sastra adalah kaya tulis yang dibandingkan dengan tulisan lain
memiliki berbagai arti keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan
dalam isi dan ungkapannya (Maman Suryaman dan Wiyatmi, 2012: vi).
Sedangkan, menurut Menurut Luxemburg, dkk (1989: 9) hal yang dikaitkan
dengan pengertian sastra ialah teks-teks yang disusun dan dipakai pada suatu
tujuan yang komunikatif yang berlangsung selama beberapa waktu saja.
Sastra mungkin tak asing lagi ditelinga kita dan benda yang sering kita
jumpai. Pengertian hampir sama juga dikemukakan oleh M. E. Suhendar dan
Pien Supinah sebagai berikut.

“Sastra adalah seni bahasa. Sastra adalah ungkapan spontan


dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam
bahasa. Maksud dari pikiran disini adalah pandangan, ide-ide,
perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Sastra
adalah inspirasi yang diekspresikan dalam sebuah bentuk manusia
yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian,
keleluasaan pandangan, dan membentuk yang mempesona.... Satra
adalah merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif
sebagai menifenstasi kehidupan manusia dalam bermasyarakat melelui
bahasa sebagai medium dan punya efek positif terhadap kehidupan
manusia dan kemanusiaan.... Sastra adalah hasil kegiatan kretif
manusia dalam mengungkapkan penghayatannya dengan
menggunakan bahasa.” (1993: 2)

Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai sastra di atas dapat


disimpulkan bahwa, sastra adalah teks-teks atau karya tulis sebagai hasil dari
pengungkapan perasaan yang ada dalam dirinya yang disusun yang memiliki
arti keunggulan keindahan yang artistik dan imajinatif. Karya sastra hanyalah
artefak, atau benda mati, yang baru mempunyai makna dan menjadi objek
estetika. Sastra terbagi atas tiga gengre yaitu puisi, prosa dan drama. Gengre
disini menurut Maman Suryaman dan Wiyatmi (2012: vi) adalah jenis, tipe
atau kelompok sastra. Salah satu gengre sastra ialah puisi. Ada beberapa
kumpulan mengenai definisi puisi oleh Shanon Ahmad (dalam Rachmat
Djoko Pradopo, 1993: 6). Menurut Coleride Puisi adalah kata-kata terindah
dalam suatu susunan terindah pula. Carlyle berpendapat bahwa puisi itu
merupakan pemikirang yang musikal. Wordsworth menyatakan bahwa puisi
itu adalah pernyataan yang imajinatif, yaitu memiliki perasaan yang diangan-
angankan atau direka. Sedangkan Dunton berpendapat, sebenarnya puisi itu
merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa
emosional serta berirama. Shalley juga mengemukakan bahwa puisi adaah
rekaan detik-detik yang indah dalam hidup kita. Dari definisi-definisi puisi
tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa puisi adalah pengekpresian
pemikiran ide, emosi, imajinasi yang tersusun dalam kata-kata yang indah.
Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-
macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya. Sepanjang
waktu puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Namun
demikian, orang tidak dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa
mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna. Oleh
karena itu kita perlu mengkaji atau menganalisis suatu puisi. Tapi kita harus
mengetahui bagaimana menganalisis atau teori yang digunakan untuk
mengkaji atau menganalisis sebuah puisi.
Puisi itu mengekspresikan suatu buah pemikian yang membangkitkan
peasaan yang merangsang untuk berimajinasi panca indra dalam susunan-
susunan yang saling berirama. Puisi sebagai karya sastra seni yang puitis.
Kepuitisan itu dapat dicapai bermacam cara, misalnya susunan bait dengan
bunyi, kiasan bunyi, persajakan, lambang rasa dan lain-lain. Namun untuk
mengetahui kepuitisan sutu puisi yang lebih lanjut. Kita perlulah kita
mengkaji atau menganalisisnya karena puisi itu merupakan suatu struktur
yang kompleks. Puisi dapat dikaji dengan menggunakan suatu pendekatan
atau teori kritik sastra.
Pengertian secara etimologi, kritik berasal dari kata krities (bahasa
Yunani) yang berarti “hakim” dan kata krinein yang berarti meghakimi. Kata
terseut merupakan pangkal dari kata benda Criterion yang berarti dasar
penghakiman. Berdasarkan kata tersebut, kemudian muncul kata kritikos
untuk menyebut hakim karya satstra. (Wiyatmi, 2010: 2) Wellek
mengemukakan bahwa, kritik sastra adalah suatu studi karya sastra yang
konkret dengan penekanan dan penilaiannya. Menurut Abrams, kritik sastra
adalah studi yang berkenaan dengan pembatas, pengkelasan, pemganalisisan
dan penilaian karya sastra. Selain itu, Pradopo juga berpendapat bahwa kitik
sastra adalah ilmu sastra untuk “menghakimi” suatu karya sastra, untuk
memberi keputusan bermutu atau tidak suatu karya sasra yang sedang
dihadapi kritikus (dalam Wiyatmi, 2012: 2). Berdasarkan beberapa pendapat
tentang kritik sastra, dapat disimpulkan bahwa kritik sastra adalah studi karya
sastra yang berkenaan dengan pembatas, pengkelasan, pemganalisisan dan
penilaian karya sastra untuk “menghakimi dan memberi keputusan bermutu
atau tidak suatu karya sasra yang sedang dihadapi kritikus.
Seiring dengan perkembangan teori sastra, yang dapat digunakan
sebagai landasan dalam mengkaji dan menilai karya sastra, sehingga
munculah berbagai kritik sastra. Menurut Abrams, berdasarkan peta
pembagian dan perkembangan teori sastra, terdapat empat orientasi atau
fokus kritiknya, yaitu kritik sastra ekspresif, kritik sastra objektif, kritik sastra
pragmatik dan kritik sastra mimetik. Kritk sastra ekspresif adalah kritik sastra
yang menganalisis atau menilai katya sastra yang berorientasi kepada
pengarang selaku pencipta karya sastra. Kritik sastra objektif berorientasi
pada karya sastra itu sendiri, tanpa dipahami dalam hubungannya dengan
pengarang, masyarakat dan pembaca yang melatarbelakanginya. Kitik sastra
mimetik adalah kritik sastra yang mengkaji atau menilai karya sastra yang
berorientasi pada karya sastra dalam hubungan kenyataan atau relitas yang
terjadi dalam masyarakat. Kritik sastra pragmatik, berorientasi pada pembaca
karya sastra. Empat teori yang dikemukakan Abrams tersebut, mengalami
perkembangan yang memunculkan teori baru, salah satunya adalah kritik
sastra feminis. (dalam Wiyatmi, 2012: 7-9)
Kritik sastra feminis merupakan kritik sastra dari perkembangan dari
penggabungan antara teori kritik sastra ekspresif, objektif dan mimetik.
Menurut Anoegrajekti (dalam Emir dan Saifur Rohman, 2016:159), kritik
sastra feminis berkonsep “membaca sebagai perempuan” (reading as woman)
yang memilki kontruksi sosial yang dapat mempengaruhi gende, sehnga kata
permpuan bukanlah mengacu pada aspek biologis melainkan lebih kepada
strategi. Kritik sastra ini memandan sasra dengan kesadaran khusus bahwa
terdapat jenis kelamin lain yang juga berhubungan mempengaruhi
kebudayaan, sastra dan kehidupan, karena perempuan memiliki pesepsi yang
berbeda dengan laki-laki dalam membaca sastra atau menilai sesuatu. Dalam
Puisi Surat Untukmu di Masa Lalu Karya Lionel menggambarkan sosok RA
Kartini dalam kisahnya memperjuangkan kesetaraan perempuan dalam
kehidupan perempuan pada masa lampau. Kajian ini akan menguraikan
bagaimana RA Kartini memperjuangkan kesetaraan peempuan dalam
kehidupan perempuan di masa lampau khususnya di bidang pendidikan.
B. Analisis
Kehidupan perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender di
Indonesia oleh RA. Kartini dalam Puisi Surat Untukmu di Masa Lalu Karya
Lionel. Dalam puisi tersebut, pada bait pertama baris pertama “ Raden...
keluargamu terhormat” menjelaskan bahwa RA Kartini merupakan keluarga
ningrat jawa. Ayahnya adalah Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosro
Diningrat, dan ibunya bernama M.A. Ngasirah.
Dalam kutipan puisi Surat Untukmu di Masa Lalu Karya Lionel
“bukumu mengubah sejarah...” pada bait kedua baris pertama, yang
menceritakan semasa hidupnya RA Kartini sering sekali mengirimkan surat
kepada para sahabatnya, keluarga Abendanon, Stella M Zeehandelaar yang di
kenal melalui majala De Hollandsche Leile, majalah perempuan yang sangat
populer di Negeri Belanda. Sahabat pena RA Kartini lainnya, Nyonya M.C.E.
Ovink dan Dr. N. Adriani, ahli bahasa dan gemar surat menyurat
mengemukakan, dari surat-suratnya RA Kartini memperhatikan persoalan
emansipasi perempuan pada masala sosial umum, dan bagaimana RA Kartini
gigih menanamkan cita-cita setinggi langit dan sekalius meraihnya tersebut.
Surat-surat dari RA Kartini kemudian dikumpulkan dan diterbitkan oleh J. H
Abendon dalam bahasa belanda dengan judul Door Duisternis Tot Licht
kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Salah satunya pada 1922
diterjemakan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah
Terang: Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka.
Terbitnya surat-surat RA Kartini tentang perempuan pribumi sangat menarik
perhatian masyarakat Belanda dan pemikian kartini mulai menubah
pandangan masyarakat Belada terahadap perempuan pribumi di Jawa.
Pemikiran-pemikiran RA Kartii ini terinspirasi oleh tokoh-tokoh pahlawan
waita lainnya di Indonesia, sampai sekarang (Imron Rosyadi, 2010: 50-55).
Dalam kutipan puisi Surat Untukmu di Masa Lalu Karya Lionel
“mengubah takdir perempuan... mengubah kekejaman masa lampau...
biarkanlah kami bebas” pada bait kedua baris kedua, ketiga dan keempat.
Berdasarkan kutipan tersebut dapat diceritakan bagaimana RA Kartini
mengubah takdir perempuan. Dari tahun ke tahun kehidupan gadis-gadis
pribumi selalu sama, mulai dari pendidikan sampai tugasnya ketika berumah
tangga. Dalam bidang pendidikan pada masa lampau, kebanyakan para murid
adalah golongan laki-laki, sedangkan para gadis pribumi tidak seperti para
gadis dari negara asing lainnya, memperoleh pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Dalam hal tugas rumah tangga. Para perempuan pribumi
bertugas mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anak mereka. Melihat
keadaan yag demikianlah, RA Kartini bermaksud mengubah adat lama yang
menghalangi kemajuan bagi kaum peremuan dengan mendirikan sekolah
untuk para gadis bangsawan, dengan maksud para gadis pribumi di kemudian
hari dapat memperbaiki kedudukan kaum perempuan.
Dalam kutipan puisi Surat Untukmu di Masa Lalu Karya Lionel
“dipaksakan mencinta walau tak ingin... terus berontak menghapus
kegelapan...” pada bait keempat baris ketiga dan keempat ini menceritakan
penderitaan RA Kartin sebagai perempuan Jawa yang terbelenggu oleh
tradisi, dilarang belajar dipingit dan harus siap berpoligami dengan laki-laki
yang tidak beliau kenal. Memasuki usia 24 tahu, RA Kartini menyadari
usahanya melanjutkan sekolah baik di Semarang, Batavia maupun di Belanda
tidak akan penah terlaksana, karena ada desas-desus penjegalan permohonan
beasiswanya di karesidenan. Saat menunggu ke putusan beasiswa dari
Batavia, tiba-tiba Bupati Sosroningrat menerima utusan Bupati Djojo
Adiningrat dari Rembang yang membawa surat lamaran untuk RA Kartini.
RA Kartini tidak berdaya menghadapi perihal tersebut, lalu menyetjui
ayahnya untuk menikah, dengan berbagai alasan, antara lain RA Kartini dapat
meneruskan cita-cita membuka sekolah didampingi seorang suami yang
berpenddidikan tinggi dan mempunyai kekuasaan. Keguncangan RA Kartini
semakin berat, terlihat dalam tulisan surat RA Kartini kepada Rosa
Abandenon, ada 7 Juli 1903 (Imron Rosyadi, 2010: 36). “Roekmini (adik RA
Kartini) sedang sakit. Mama (ibu kandung RA Kartini, Ngasirah) kurang enak
badan. Saya sepertinya demam. Tapi saya tidak sakit. Saya merindng,
berganti panas dingin. Mata saya panas. Toh saya ulangi lagi, saya tidak sakit.
Saya susah tidur. Apakah anda punya obat?” Dalam surat tersebut RA Kartini
hanya menuliskan surat pendek kepda Rosa Abandenon, padahal biasanya
RA Kartini menulis surat panjang sekitar 48 halaman.
Dalam kutipan puisi Surat Untukmu di Masa Lalu Karya Lionel
“dirimu terlelap di usia muda... tapi karyamu terus berkelana” pada bait
ketujuh baris pertama dan kedua mengandung arti bahwa RA Kartini
meninggal pada usia muda usai melahirkan anak pertama dan terakhir beliau.
Terdapat satu surat panjang tertanggal 8 Juni 1904 kepada Nyonya Abedon,
pada surat tersebut terdapat keiginan RA Kartini jika mempunyai anak
perempuan “Apa yang saya inginkan baginya? Kehidupan dimulai dari
ibunya semoga ia dapat menyelesaikannya. Ia tidak akan dipaksa utuk berbuat
sesuatu yang bertentangan dengan perasaannya yang sedalam-dalamnya”
(Imron Rosyadi, 2010: 41). Setelah anak pertama dan terakhirnya, R.M.
Soesalit lahir pada 13 September 1904 dan beberapa hari kemudian 17
September 1904, RA Kartii meninggal ada usia 25 tahun. sekarang hanya
tinggal semangat dan pemikiran dari salah satu karya RA Kartini yang terus
kita rasakan, yaitu dapat mmengenam pendidikan tanpa mengenal gender.

C. Simpulan.
Berdasarkan analisis puisi Surat Untukmu di Masa Lalu Karya Lionel
di atas dapat disimpulkan bahwa perjuangan RA Kartii merupaka sebuah
perjuangan yang memberikan kita semangat dan pemikiran bagi bangsa
Indonesia, terutama pada kaum hawa, untuk dapat maju seperti laki-laki
dalam segala bidang, khususnya dalam bidang pendidikan dan ilmu
pengetahuan. Perjuangan RA Kartini inilah yang menjadi perjuangan batin
karena merasa terjajah dari kungkungan adat-istiadat dan budaya seorang
perempuan pada kehidupannya pada masa lampau.
Daftar Pustaka

Emzir dan Saiful Rohman. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta:
Rajagrafindo Persada

Imron Rosyadi. 2010. R. A. Kartini: Biografi Singkat 1879-1904. Yogyakarta:


Garasi

Luxemburg, J.V dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Maman Suyarman, Wiyatmi. 2012. Puisi Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

M. E. Suhendar dan Pien Supinah. 1993. Pendekatan Teori “Sejarah dan Apesiasi
Sastra Indonesia.” Bandung: Prionir Jaya

Pradopo, Rachmad Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press

Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis “Teori dan Aplikasinya dalam Sastra
Indonesia” Yogyakarta: Ombak

Anda mungkin juga menyukai