Anda di halaman 1dari 9

Muhammad Luthfi Arif Laporan Buku Drama

12 IPA 2 (Teori)

 IDENTITAS BUKU

Judul : Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan


Tinggi
Penulis : Melani Budianta, dkk
Penerbit : Indonesia Tera
Cetakan : 2008
Tebal buku : x + 256 halaman

 ISI BUKU

Bab 1 : Sastra

Sastra itu Apa?

Tahap awal dalam mengenal apa itu sastra? Penulis langsung menjelaskan apa
itu sastra.sastra adalah cabang seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya
(dalam hal ini dapat dibandingkan dengan seni musik, yang mengolah bunyi, seni tari
yang mengolah gerak dan seni rupa yang mengolah bentuk dan warna). Daiches (1964)
mengacu pada Aristoteles yang melihat sastra sebagai suatu karya yang “menyampaikan
suatu jenis pengetahuan yang tidak bisa disampaikan dengan cara yang lain”,yakni suatu
cara yang memberikan kenikmatan yang unik dan pengetahuan yang memperkaya
wawasan pembacanya. Penulis menyajikan sebuah karya sastra sehingga mahasiswa
dapat membaca dan memahami, membandingkan ungkapan-ungkapan yang bersifat
denotatif, yang memberikan arti dasar suatu kata, dan yang bersifat konotatif, yang
memberikan nuansa khusus. Contohnya, kata “merah” mempunyai arti denotative warna
yang dipakai dibendera kita. Tetapi warna merah di pakai dibendera kita justru karena
warna itu mempunyaiarti konotatif, yakni menyimbolkan sifat berani.

Bahasa yang dipakai dalam artikel dimedia massa menekankan hal-hal yang
bersifat teknis, seperti data, fakta, sumber primer bukti dan contoh.setelah Melani dkk
menguraikan apa itu sastra? Penulis juga memberikan kegiatan dan tugas kepada
mahasiswa untuk mengetahui kemampuan dalam memahami sastra. Dalam kegiatannya
mahasiswa disuruh melakukan kegiatan berkelompok diskusi mengenai memahami
karya sastra, dan membandingkan karya sastra dengan karya ilmiah yang mereka
kerjakan. Tugas, pengajar memberikan tugas kepada mahasiswa menemukan unsure-
unsur sastra dalam kehidupan sehari-hari.

Sastra : Antara Konvensi dan Inovasi


Tahap kedua penulis memberikan sebuah contoh. Kemudian, siapa yang menetapkan
aturan bahwa surat selalu diawali nama orang yang kita kirimi surat dan diakhiri dengan
nama pengirim? Atau, bahwa puisi ditulis dalam bait dan baris? Aturan tersebu
disebut konvensi, yakni suatu kesepakatan yang sudah diterima orang banyak dan sudah
menjadi tradisi.artinya kebiasaan itu dilakukan orang secara terus menerus dari waktu
kewaktu. Sastra berkaitan dengan konvensi semacam itu. Artinya, apabila anda mau
menulis puisi, anda harus tahu menuliskannya. Secara umum, konvensi yang paling
dasar adalah penggolongan jenis-jenis sastra menjadi tiga, yakni genre prosa, puisi dan
drama. Dalam kegiatannya mahasiswa disuruh membentuk kegiatan berkelompok
diskusi. Tiap kelompok membaca teks “surat kepada anak-anak yang memilih diam
dalam kepatuhan” karya Karlina Leksono supelli. Tugas, pengajar memberikan tugas
kepada mahasiswa untuk pelajari sajak sutardji Calzoum Bachri berjudul”Tragedi Winka
dan Sihka”.

Fungsi Sastra

Tahap ketiga ini, penulis memberikan gambaran tentang fungsi sastra. Seorang
pemikir Romawi, Horatius mengemukakan istilah dulce et utile dalam tulisannya yang
berjudul Ars Poetica. Artinya sastra mempunyai fungsi ganda yakni menghibur, dan
sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur dengan cara menyajikan
keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan(kematian, kesengsaraan maupun
kegembiraan), atau memberikan pelepasan kedunia imajinasi. Kemampuan sastra dalam
penyampaian pesan menempatkan sastra menjadi sarana kritik social. Seperti
penggunaan puisi dalam demostrasi. Kegunaan sastra dalam kehidupan sehari-hari,
seperti penggunaan puisi untuk alat penyampaian perasaan(cinta, marah,atau
benci).disini sastra merupakan media komunikasi, yang melibatkan tiga komponen, yakni
pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan itu sendiri, dan penerima
pesan yakni pembaca karya sastra maupun pembaca yang tersirat dalam teks atau yang
dibayangkan oleh pengarangnya. Dalam kegiatannya mahasiswa di bentuk beberapa
kelompok diskusi membahas yang mereka kerjakan. Tugasnya, penulis memberikan
tugas agar mahasiswa lebih memahami, yaitu bacalah cerita anak-anak “Tanah Sang
Raksasa”(lihat lampiran). Bahaslah fungsi cerita ini sebagai kritik social, atau sebagai
cerminan suatu masalah yang ada dalam masyarakat. Menurut anda,”Raksasa”
menyimbolkan apa? Posisitokoh Arya menyibolkan posisi apa dalam masyarakat.

Produksi dan Reproduksi Sastra

Dalam tahap yang keempat ini, penulis langsung memberikan pengertian apa itu
produksi dan reproduksi sastra. Proses penciptaan(produksi karya sastra) serta
penyebaran dan penggandanya (reproduksi),melibatkan berbagai macam pihak. Yang
pertama adalah pencipta karya sastra, yakni pengarang yang berdasarkan kreatifitas,
imajinasi, dan kerjanya,menuliskannya atau menciptakan suatu karya. Setelah
menjabarkan apa itu produksi dan reproduksi sastra, penulis memberikan kegiatan.
Dalam kegiatannya mahasiswa disuruh membentuk beberapa kelompok, untuk
mengerjakan kegiatannya. Untuk tugasnya, mahasiswa disuruh untuk membuat kliping
tentang proses produkdi dan reproduksi sastra.
Bab II : Puisi

Puisi itu apa?

Pada sub bab ini penulis mengajak mahasiswa untuk menganalisis secara langsung
puisi itu apa melalui ekspresi puitis. Contohnya menggunakan sebuah gaya bahasa untuk
menyatakan sesuatu yang lain. Tujuannya untuk memperjelas maksud yang hendak
disampaikan. Sebuah lirik lagu dapat berbau puitis karena pilihan katanya khas, lirik lagu
“kupu-kupu kertas” karya Ebiet G.Ade. setelah penulis menjelaskan, penulis memberikan
kegiatan dan tugas untuk menguji pemahaman mahasiswa. Kegiatannya, mahasiswa
disuruh membentuk beberapa kelompok untuk membahas teks tentang hal-hal puitis dan
kesan dari unsur-unsur puitis, aspek-aspek puitis, tujuannya agar kita dapat merasakan
dan memahami kekayaan makna yang dapat dihasilkan oleh unsur-unsur puitis, bahkan
yang terkandung dalam teks non sastra. Tugasnya, mahasiswa disuruh untuk
memberikan tangggapan terhadap puisi yang di sajikan dibuku tersebut.

Unsur-unsur Pembangun Puisi

Dalam tahap ini, penulis memberikan pengertian puisi langsung. Puisi adalah yang
berasal dari ahli-ahli linguistik modern yang meminati sastra, yang mengemukakan
bahwa puisi menjadi khas karena sebagai teks ia menarik perhatian pembaca kepada
teks itu sendiri, dan bukan kepada pengarangnya atau kenyataan yang di acunya, atau
pembacanya.Horatius seorang kritikus Romawi mensyaratkan dua hal bagi puisi,yaitu
puisi harus indah dan menghibur(dulce),namun pada saat yang sama juga harus berguna
dan mengajarkan sesuatu (utile). Sebuah puisi biasanya menggunakan beberapa salah
satu unsure secara dominan untuk membangun makna. Seperti gaya bahasa,
persamaan bunyi dan rima. Melani dan kawan-kawan juga memberikan kegiatan dan
tugas untuk meguji kemampuan mahasiswa. Kegiatannya, membentuk kelompok diskusi
dan membaca sajak menentukan gaya bahasa dan suasana. Tugasnya membuat ulasan
tentang penggunaan gaya bahaasa, persamaan dan permainan bunyi
dan bentuk.suasana kesan atau makna apa yang hendak disampaikan melalui piranti-
piranti puitik tersebut

Aneka Ragam Puisi

Dalam tahap ini penulis menjelaskan bentuk puisi tertua adalah “mantra”, yang
merupakan bagian ritual-ritual masa lampau.kekhasan mantra terletak pada
pengulangan-pengulangan bunyi serta efek yang dihasilkannya kepada pendengar.
Fungsi mantra yakni menyembuhkan penyakit, mengusir roh jahat,atau bala. Atau
menghubungkan manusia dengan alam supranatural. “Gurindam” yaitu bait berlarik
ganda dan berirama sama, contoh gurindam dua belas,karya Radja Ali Haji. Dalam segi
ungkapan puisi dibagi menjadi dua yaitu: lirik dan epic. Puisi lirik lebih mengeksplorasi
subjektivitas dan individualitas aku lirik dalam sajak. Lirik lebih mengutamakan suasana
dari pada tema dan makna dipahami dengan suasana batin tertentu dengan pesan moral.
Sedang epik lebih banyak menggunakan kisahan dan lebih bergaya prosaic dan tetap
mempertahankan unsur-unsur puitik yang umum dijumpai dalam puisi, seperti rima,
kesamaan ketukan dan lain-lain.karena itu epic sering disebut sajak naratif. Isinya
tentang para kesatria dan pahlawan, dan ada juga orang biasa. “balada” yaitu sajak yang
dibawakan lewat nyanyian. Contoh penyair, W.S.Rendra, baladanya “gerilya”.
Dalam Segi Bentuk, soneta, kwatrin, dan pantun, dansajak-sajak yang berbentukbebas.
Soneta terdiri dari 14 larik dengan rima tertentu.kwatrin adalah sebait sajak yang terdiri
atas 4 larik dengan rima tertentu. Soneta Sakespeare bersrtuktur rima a-b-a-b dengan
susunan larik 4-4-4-2, sementara soneta yamin berirama a-b-b-a dengan susunan larik
4-4-3-3.keduanya dipengaruhi oleh soneta Italia berlarik empat belas.
Kwatrin adalah bentuk sajak yang lebih pendek karena hanya tediri dari empat
larik. Kkwatrindijumpai dalam kesusastraan Sanskrit lama yang dimulai dari tahhun 1500
SM hingga dalam khazanah sastra Persia sekitaar abad pertama Masehi. Penyair Persia
yang terkenal adalah Omar Khayyam, dan dalam bahasa Persia kwatrin disebut ruba’iyat.
Pantun adalah bentuk puisi khas Melayu yang terdiri atas empaat baris . Rimanya a-b-a-
b dan dua larik pertama tidak saling terkait dengan dua larik berekutnya dari segi isi,
namun kedua pasangan itu memiliki hubungan bunyi dan irama yang berat. Ada pantun
yang dibuat untuk memadu kasih, disebut pantun berkasih-kasihan, dan ada pantun yang
isinya jenaka disebut pantun jenaka. Puisi konkret merupakan salah satu ciri puisi modern
yang menekankan pada efisiensi kata dan menghindari abstraksi.
Unsur-unsur lain seperti rima dan makna tidak lagi menjadi prasyarat.dan sajakitu
mirip sebuah pesan dadn tidak bermakna serius. Ditijau dari segi isi ada sajak yang
berisi puji-pujian untuk pahlawan atau peristiwa besar. Sajak ini disebut ode. Ode juga
dikenal juga sebentuk sajak yang biasanya diguratkan pad batu nisan dimakam, yang
disebut epitaf yaitu yang berisi pesan atau ajaran moral yang dipetik dari pengalaman
orang yang dimakamkan. Ada juga puisi yang berisi semacam duka cita atau sesal yang
sangat berharga, kandungan ini disebut elegi. Terakhir, lain-lain. Ada sajak yang disebut
macapat yaitu kisah sejarah atau kronikel Jawa. Biasanya macapat ditembangkan
dengan susunan nada tertentu. Setelah menjelaskan apa saja ragam puisi, Melani dkk
juga memberikan kegiatan dan tugas untuk menguji kemampuan mahasiswa.
Kegiatannya, yaitu membuat sajak yang tidak terlalu panjang dengan menggunakan
salah satu ragam puisi. Kegiatan ini dianggap pula sebagai tugas mandiri untuk
dikerjakan diluar jam kuliah.

Bab III : Prosa

Prosa : Struktur Narasi

Tahap awal dalam mengenal prosa penulis langsung menjelaskan apa saja bagian
prosa itu. Semua teks atau karya rekaan yang tidak berbentuk dialog yang isinya dapat
merupakan kisah sejarah atau sederetan peristiwa. Dalam kelompok ini dapat
dimasukkan roman/novel, cerita pendek, dongeng, catatan harian (oto)biografi, anekdot,
lelucon, roman, dalam bentuk surat menyurat(epistoler), cerita fantastic maupun realistik.
Prosa narasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti warta berita, laporan dalam surat kabar
atau lewat televisi, berita acara, ataupun sas-sus(Luxemburg dkk,1984). Untuk membaca
atau mengetahui ringkasan isi secara garis besarnya saja perlu mengetahui yaitu: siapa
tokoh-tokohnya, apa yang terjadi atau yang dipermasalahkan, bagaimana terjadinya,
dimana, kapan, dan bagaimana penyelesaiannya. Selain itu Melani dkk, juga
memberikan kegiatan dan tugas untuk menguji pemahaman mahasiswa tentang prosa.
Kegiatannya yaitu, membentuk beberapa kelompok diskusi membuat ringkasan narasi
dari cerpen robohnya surau kami (A.A Navis) untuk mencari unsure-unsur penting dari
cerpen, yaitu: apa/siapa, mengapa, bagaimana, dimana, bilamana, dan peristiwa-
peristiwa yang menentukan jalannya cerita. Dan mencari contoh-contoh dari sastra
Indonesia, serta naratif yang tidak termasuk sastra. Tugasnyamembaca ringkasan dan
memberikan komentar , apakah ringkasan itu cukup jelas untuk memahami seluruh
cerita?, adakah unsure-unsur yang hilang yang seyogianya ada dalam ringkasan itu?,apa
yang hilang dari karya yang lengkap yang tidak anda temukan dalam ringkasan anda
tersebut?, adakah bagian dalam ringkasan itu membuat anda “penasaran” ingin
membaca cerita lengkap?.

Unsur-unsur Prosa : tokoh, Latar, Alur

Dalam tahap ini, penulis memaparkan tentang unsure-unsur penting dalam prosa
yaitu: tokoh, latar tempat, latar waktu dan peristiwa-peristiwa. Sedangkan unsur kurang
penting yang diperlukan sebagai unsure pendukung dalam prosa yaitu: ilustrasi,
deskripsi, atau sekadar untuk memperpanjang(misalnya cerita detektif) agar cerita itu
enak dibaca. Menurut definisinya, “tokoh” adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Disamping tokoh
utama(protagonis), ada jenis-jenis tokoh lain yang terpenting adalah tokoh
lawan(antagonis), yakni tokoh yang diciptakan untuk mengimbangi tokoh utama. Konflik
diantara mereka itulah yang menjadi inti dan menggerakkan cerita. Sedangkan tokoh-
tokoh yang tugasnya hanya melengkapi disebut tokoh bawahan. Contohnya, kisah
Bawang Putih(sebagai tokoh protagonis) dan Bawang Merah(sebagai tokoh antagonis).
Selain tokoh ada “latar” yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana
terjadinya lakuan dalam karya sastra atau lingkungan yang berfungsi sebagai metonimia,
metafora, atau ekspresi. Unsure terpenting adalah lakuan atau peristiwa,yang
membentuk kerangka cerita(alur utama). Rangkaian peristiwa direka dan dijalin dengan
seksama membentuk alur yang menggerakkan jalannya cerita melalui klimaks dan
selesaian. Peristiwa penting yang memiliki hubungan sebab akibat(fungsi utama) dan
membentuk kerangka cerita. Setelah memaparkan apa saja unsure-unsur prosa penulis
memberikan kegiatan dan tugas untuk menguji kemampuan mahasiswa. Kegiatannya
membentuk beberapa kelompok diskusi untuk membahas unsure-unsur pembangun
cerita dalam si lugu. Untuk tugasnya, membuat struktur alur si lugu atau dongeng
rakyat/cerita kanak-kanak lain selain Bawang Merah dan Bawang Putih. Serta membaca
sastra “robohnya surau kami”, sambil memperhatikan siapa yang bercerita atau
berbicara.

Struktur Penceritaan /Penuturan


Dalam tahap ini, penulis menjelaskan kisah(narasi) seseorang itu tidak identik dengan
pengarang. Yakni manusia yang benar-benar ada dalam kenyataan, namun tidak ada
kaitannya dengan kehidupan si pengarang. Kisah ini adalah hasil imajinasi pengarangnya
yang memanfaatkan pengalaman hidup dan hasil pengamatan terhadap manusia dan
lingkungannya. Dalam kisahnya pencerita sering menyebut dirinya “aku” atau
“saya”(pencerita akuan). Pencerita akuan adalah tokoh dalam ceritanya tetapi tidak selalu
tokoh utama. Sering kali dalam kisahnya pencerita mengacu kepada tokoh-tokohnya
dengan kata ganti orang ketiga dia atau ia. Pencerita diaan berada diluar
cerita(eksternal) ia hanya menyampaikan suatu kisahan, tetapi tidak terlibat di dalamnya
dalam menyampaikan kisahnya, pencerta selalu mengambil posisi dan bercerita menurut
suatu sudut pandang (point of view, point de vue). Jika ia berada dalam cerita sebagai
tokoh(pencerita akuan internal)pandangannya terbatas pada apa yang dapat diketahui
oleh seorang tokoh. Namun jika ia berada diluar(pencerita diaan, eksternal) ia dapat
mejadi pencerita mahatahu, yakni pencerita yang mengetahui maksud dan pikiran semua
tokoh serta semua yang mereka lakukan. Semua tokoh dipandang dari dalam(fokalisasi
intern).
Setelah memaparkan penulis memberikan kegiatan dan tugas untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa. Kegiatannya, membentuk beberapa kelompok diskusi, dan
menyampaikan laporan dimuka kelas tentang hasil bacaanya atas robohnya surau kami,
dan menulis cerita. Tugasnya, membuat rangkuman tentang struktur penceritaan dengan
contoh yang diambil dari hasil kerja kelompok. Dan membaca drama Pakaian dan
Kepalsuan(Achdiat Karta Miharjda), dan Petang di Taman (Iwan Simatupang), atau
menonton sebuah pertunjukkan teater.

Bab IV : Drama

Hakikat Drama

Tahap awal dalam mengenal hakikat drama ini penulis langsung menjelaskan apa
itu drama atau pengertian drama. Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan
fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan di antara tokoh-
tokoh yang ada. Selain didominasi oleh cakapan yang langsung itu, lazimnya sebuah
karya drama juga memperlihatkan adanya semacam petunjuk pemanggungan yang akan
memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh.
Kemudian penulis mengenalkan sastra ini yaitu drama adalah dengan memberikan
contoh-contoh terlebih dahulu. Kemudian setelah mahasiswa membaca dan memahami
isi drama tersebut, mahasiswa itu akan mengerti sendiri hakikat drama dan mengetahui
bahwa drama itu tidak hanya dipentaskan di atas panggung yang diperankan oleh tokoh
masing-masing. Akan tetapi ada pula drama itu yang hanya dibaca yang di sini lazim
disebut sebagai closet drama atau “drama baca” dalam istilah Indonesia. Penulis
menjelaskan bahwa sebuah pementasan drama tidak selalu berdasarkan sebuah naskah
atau teks drama.

Dalam bab ini penulis juga mengenalkan tentang sejarah singkat “drama dan
teater”. Tujuan penulis memperkenalkan sejarah drama ini agar pembaca mengetahui
asal dari istilah drama dan teater tersebut, mengapa drama dan teater itu bisa muncul
dalam kehidupan ini. Mengapa drama dan teater berbeda. Pada masa siapa
dikemukakan drama dan teater ini. Dan dari kebudayaan atau tradisi mana asal kata
drama dan teater ini muncul. Drama dan teater ini datang dari khazanah kebudayaan
barat. Asal kedua istilah ini adalah dari kebudayaan atau tradisi bersastra Yunani. Drama
dan teater ini muncul dalam upacara keagamaan dan dijadikan pemujaan terhadap dewa.
Menurut sejarahnya teater dimaksudkan sebagai ‘gedung pertunjukan, panggung’, atau
‘publik, auditorium’ pada zaman Herodotus (490-424 SM), dan ‘karangan tonil’
sebagaimana disebutkan dalam kitab Perjanjian lama. Setelah mahasiswa mempelajari
sejarah singkat drama tersebut, pengajar memberikan tugas kepada siswa.

Setelah Melani dan kawan-kawan menguraikan tentang hakikat drama; sejarah


singkat drama, penulis juga memberikan kegiatan dan tugas kepada mahasiswa untuk
mengetahui kemanpuan mahasiswa dalam memahami hakikat drama. Dalam
kegiatannya mahasiswa disuruh melakukan kegiatan berkelompok melakukan diskusi
menegenai kutipan drama yang mereka kerjakan. Tugas, pengajar memberikan tugas
kepada mahasiswa menganalisis sebuah kutipan drama pada media masa; Pengajar
menyuruh mahasiswa mencari cuplikan dari majalah bulanan Matra, No. 172, edisi bulan
November 2000, berjudul “Addie M.S.: Gus Dur dan Aku Satu Aliran”, mahasiswa disuruh
memberikan alasan mengapa kutipan tersebut sama dengan sebuah teks drama, akan
tetapi mengapa kutipan ini tidak mungkin dikatan drama?

Karakteristik, Elemen Drama, dan Sarana Dramatik

Setelah mempelajari hakikat dan sejarah singkat drama, pengajar Pada subbab
ini penulis tidak langsung membuat definisinya, akan tetapi mengajak pembaca
memahami apa yang diuraikan panjang lebar dalam buku ini. Kemudian memberikan
contoh pementasan drama/petunjuk pemanggungan. Contoh tersebut dituliskan dalam
buku itu, hingga para pembaca tahu teks drama yang dibacanya. Melani dan kawan-
kawan menjelaskan bahwa pementasan drama sangat banyak yang tidak didasarkan
pada karya drama tertentu, melainkan berdasarkan novel, cerpen, puisi, atau bahkan
lagu. Dalam pementasan drama, sebelumnya ada yang namanya penciptaan karya
drama yang disebut dengan “cakapan dan dialog” adalah suatu drama yang telah
disediakan oleh penulisnya agar cerita atau kisah yang ditampilkan itu nantinya berujud
suatu percakapan yang diujarkan oleh para pemain sehingga pendengar atau penonton
(audience) dapat mengikuti alur cerita melalui apa yang mereka dengar. Pada intinya
dalam subbab ini penulis mencerminkan bagaimana karakter masing-masing tokoh
dalam pementasan drama/petunjukan drama.

Drama mempunyai alur, tokoh-tokoh dan kerangka situasi cerita yang saling
menunjang satu sama lainnya, ini adalah elemen-elemen karya drama pada prosa.
Melani menjelaskan bahwa prosa dalam karya sastra drama cendrung lebih
mengutamakan alur dari pada tokoh-tokohnya. Prosa ini lebih mengutamakan narasi.
Dalam subbab ini penulis menjelaskan sifat alami drama. W.H. Hudson (1958)
mengemukakan adanya dua jalur pendapat, yaitu (a) alur lebih dipentingkan, sedangkan
tokoh hanya untuk mengisi dan menyelesaikan alur itu, dan (b) tokoh yang lebih penting,
sedangkan alur hanya dipergunakan untuk mengembangkan tokoh. Melani juga
menjelaskan bahwa drama yang baik itu harus selalu memperlihatkan adanya konflik-
konflik. Dalam buku ini Melani dan kawan-kawan secara mendalam menjelaskan
bagaimana tentang karakteristik drama, elemen-elemennya, kemudian dalam elemen-
elemen itu diperjelas lagi sifat-sifat drama dan konflik-konflik. Sehingga para pembaca
ketika ingin mementaskan sebuah drama sudah tahu aturan mainnya untuk
mementaskan drama dengan baik. Semakin banyak konflik dalam naskah drama yang
akan ditampilkan maka semakin baiklah drama tersebut.

Dalam buku Melani dan kawan-kawan memberikan penjelasan tentang hidupnya


sebuah drama yang akan dipentaskan maka penulis memanfaatkan berbagai sarana
dramatik, yaitu dengan monolog, solilokui, dan sampingan. Selain memberikan
pengetahuan tentang karakteristik, elemen drama, dan sarana dramatik, pengajar
memberikan tugas agar masing-masing mahasiswanya terlatih dan mahir dalam
praktiknya di lapangan nanti. Mahasiswa diberi tugas untuk menonton sebuah
pementasan drama atau sinetron. Kemudian mencatat hal-hal penting dari pementasan
drama atau sinetron itu. Seperti unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Mahasiswa juga disuruh
membuat laporan tentang drama atau sinetron yang sudah ditontonnya. Selain
memberikan tugas, pengajar juga memberikan kegiatan kepada mahasiswa secara
berkelompok untuk mendiskusikan dalam memerankan sebuah drama.

Pengkategorian Drama.

Dalam subbab pengkategorian ini sepertinya melanjutkan penjelasan dari


karakteristik drama secara mendalam. Dijelaskan dalam uraian itu secara mendalam
bagaimana sebuah drama itu dipentaskan dengan baik sebelum dilaksanakan. Kemudian
sudah ada penjelasan-penjelasan dari pengkategorian drama itu. Dalam subbab ini
dijelaskan tentang bentuk-bentuk drama yang akan nantinya dipentaskan oleh para tokoh
pemain. Dengan mengetahui bentuk drama ini para pemain drama bisa membedakan
drama yang akan dimainkan sesuai dengan karakter mereka masing-masing. Pada
subbab ini dituliskan terlebih dahulu bentuk-bentuk drama itu. Kemudian baru dijelaskan
satu persatu bentuk-bentuk drama itu secara rinci.

Adapun bentuk-bentuk drama itu adalah tragedi, komedi, tragikomedi, melodrama,


dan farce. Trgedi adalah sebuah drama yang ujung kisahnya berakhir dengan kedukaan
dan dukacita. Sebaliknya komedi berakhir dengan sukacita. Tragikomedi adalah drama
yang merupakan panduan dua kecendrungan emosional yang sangat mendasar bagi diri
manusia. Sedangkan melodrama berasal dari alur opera yang dicakapkan dengan iringan
musik. Kemudian bentuk drama yang terakhir adalah farce yang secara umum dapat
dikatakan sebagai sebuah sajian drama yang bersifat karikatural. Sebagai kisahan, ia
bercorak komedi, tetapi gelak yang muncul itu sendiri ditampilkan melalui ucapan dan
perbuatan. Dalam konteks masa kini, banyak yang menyamakan farce dengan ‘komedi
situasi” disejumlah tayangan televisi. Pengajar memberikan tugas kepada mahasiswanya
untuk menganalisis karya drama dan membuat naskah drama yang dikembangkan dari
genre sastra lain.

 KESIMPULAN

Garis besar buku ini adalah pertama, Kata Pengantar yang disampaikan oleh
Manneke Budiman dkk, yang berisikan tentang hasil kerja sama dalam membentuk
sebuah karya yang ditulis mereka dan berharap agar para pembaca (mahasiswa)
diberbagai jurusan dan program studi memiliki keahlian dan pengetahuan yang kurang
lebih setara setelah mereka menyelesaikan mata kuliah pengantar tersebut. Kemudian
penulis berharap penyempurnaan dalam segala aspek akan terus dilakukan, dan
masukan serta saran dari para pengguna buku ini akan sangat bernilai bagi proses
tersebut. Kedua, Daftar Isi yang berisikan judul-judul dan subjudul-subjudul pada setiap
bab dan sudah disediakan halaman judulnya. Ketiga, dari halaman 3—23 berisikan
(berjudul) tentang SASTRA; Sastra itu Apa?, Sastra: Antara Konvensi dan Inovasi,
Fungsi Sastra, Produksi dan Reproduksi Sastra. Keempat, dari halaman 31—58
berisikan (berjudul) PUISI; Puisi itu Apa? Unsur-unsur Pembangun Puisi, Aneka Ragam
Puisi. Kelima, dari halaman 77—89 berisikan (berjudul) PROSA; Prosa: Struktur Narasi,
Unsur-unsur Prosa: Tokoh, Latar, Alur. Struktur Penceritaan/Penuturan. Keenam, dari
halaman 95—111 berisikan (berjudul) DRAMA; Hakikat Drama, Karakteristik, Elemen
Drama, dan Sarana Dramatik, Pengkategorian Drama. Ketujuh, dari halaman 119—156
berisikan (berjudul) CATATAN UNTUK MENGAJAR; Catatan untuk Pengajar Sastra,
Catatan untuk Pengajar Puisi, Catatan untuk Pengajar Prosa, Catatan untuk Pengajar
Drama. Kedelapan, Daftar Pustaka yang berisikan rujukan-rujukan bagi penulis dalam
menulis karyanya. Kesembilan, DAFTAR ISTILAH yang berisikan tentang kata-kata sulit
yang harus dijelaskan dalam daftar tersebut, sehingga pembaca mudah memahami kata-
kata tersebut. Kesepuluh, LAMPIRAN yang berisikan hasil karya-karya para penulis
seperti Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, Clara karya Seno Gumira Ajidarma,
Surat Kepada Anak-Anak yang Memilih untuk Diam dalam Kepatuhan karya Karlina
Leksono-Supelli, Tanah Sang Raksasa karya Dwi Setyawan, Pakaian dan Kepalsuan
karya Achdiat K. Miharadja. Kesebelas, BIODATA PENULIS yang berisikan tentang
pendidikan dan karya-karyanya yang sudah berhasil ditulisnya.

Anda mungkin juga menyukai