Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TOPIK I:

PERPINDAHAN KALOR KONDUKSI

Oleh:

Kelompok 4

Achmad Rayhan (170698)

Ade Andita Putri (1706985653)

Dianah Salsha Dilla (1706)

M. Fauzi Putra (1706)

M. Febryan Caesar (1706985842)

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kehendak-Nya
laporan yang berjudul “Analisis Alkohol dan Obat-obatan Terlarang dalam Darah” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk pembuatan tugas penulisan laporan pemicu 3
mata kuliah Kimia Analitik. Selain itu, tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui konsep Kromatografi Gas - Spektrometer Massa beserta aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dianursanti yang telah memberikan
kepercayaan dan kesempatan untuk membuat laporan, juga memberikan pengarahan dan
bimbingannya kepada penulis.
Sebagai mahasiswa yang masih perlu banyak belajar dalam penulisan laporan, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar laporan ini dapat menjadi
lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.
Penulis berharap laporan yang sederhana ini dapat menambah pengetahuan pembaca
mengenai Kromatografi Gas - Spektrometer Massa beserta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari, serta bermanfaat bagi rekan mahasiswa dan semua kalangan masyarakat.

Depok, 05 Desember 2018

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Proses perpindahan kalor adalah proses yang sangat umum terjadi baik pada
kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. Proses perpindahan kalor dapat terjadi
dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Perpindahan kalor secara
konduksi adalah perpindahan kalor yang tidak disertai perpindahan molekul, sedangkan
konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai perpindahan molekul, dan radiasi adalah
perpindahan kalor yang tidak membutuhkan media perantara. Pembahasan kali ini akan
memfokuskan pada perpindahan kalor secara konduksi.
Perpindahan kalor secara konduksi dapat terjadi ke banyak arah, namun ada
beberapa sistem dimana perpindahan kalor ke arah tertentunya dapat diabaikan. Maka
dari itu pembahasan perpindahan kalor ini dapat dibagi berdasarkan dimensinya, yaitu
satu dimensi dan dua dimensi. Penerapan dimensi ini pun sangat bergantung pada bentuk
bendanya, sehingga pembahasan konduksi dapat dibedakan sesuai bentuk bendanya.
Selain itu, proses perpindahan kalor ini ada yang berlangsung secara terus menerus dan
ada yang berlangsung secara batch. Ada pula yang mengalami akumulasi energi, dan ada
yang tidak. Maka dari itu pembahasan ini juga dapat dibedakan menurut akumulasi
prosesnya dan ada tidaknya heat generation.

II. Tujuan Pembahasan


1. Untuk memahami konsep perpindahan kalor pada sistem insulasi
2. Untuk mempelajari proses perpindahan kalor konduksi tunak 1 dimensi pada
berbagai bentuk penampang
3. Untuk mempelajari proses perpindahan kalor konduksi tunak 2 dimensi
4. Untuk mempelajari proses perpindahan kalor konduksi tak tunak
5. Untuk memahami metode-metode yang dapat digunakan untuk menganalisis proses
konduksi
6. Untuk mempelajari tahanan kalor sistem
BAB II

SOAL DAN PEMBAHASAN

TUGAS A (Perpindahan Kalor Konduksi Tunak 1 Dimensi)


1. Hh
2. Gg
3. Formulasi umum dari perpindahan kalor konduksi dinyatakan dalam persamaan Fourier.
Bagaimana penerapan Hukum Fourier pada sistem benda aksial, cylindrical dan spherical?
a. Aksial
b. Cylindrical
Misal ada sebuah silinder seperti gambar berikut.

Dengan kondisi: Asumsi


-Konduksi hanya pada arah radial 𝜌=𝜌
-Steady-state 𝐿=𝐿
-Tanpa heat generation 𝐴 = 2𝜋𝑟𝐿
𝑞𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
-Nilai konduktivitas benda (k) konstan
-Perpindahan kalor 1 dimensi dan konstan

Gambar 1. Penampang sebuah silinder


Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer. New York: Mc-Graw Hill.
𝑑𝑇
Hukum Fourier: 𝑞𝑟 = −𝑘𝐴 𝑑𝑟
𝑑𝑇
𝑞𝑟 = −𝑘(2𝜋𝑟𝐿)
𝑑𝑟
𝑞𝑟
𝑑𝑟 = −𝑘 𝑑𝑇
2𝜋𝑟𝐿
𝑞𝑟 𝑟+𝛥𝑟 𝑑𝑟 𝑇𝑟+𝛥𝑟
∫ = −𝑘 ∫ 𝑑𝑇
2𝜋𝐿 𝑟 𝑟 𝑇𝑟

𝑞𝑟 𝑟 + 𝛥𝑟
ln( ) = −𝑘 (𝑇𝑟+𝛥𝑟 − 𝑇𝑟 )
2𝜋𝐿 𝑟

𝑞𝑟 𝑟 + 𝛥𝑟
𝑇(𝑟) = 𝑇𝑟 − ln( )
2𝜋𝐿𝑘 𝑟
𝑞𝑟 𝑟 + 𝛥𝑟
𝑇(𝑟) = 𝑇𝑟 − ln( )
2𝜋𝐿𝑘 𝑟
2𝜋𝐿𝑘(𝑇𝑟+𝛥𝑟 − 𝑇𝑟 )
𝑞𝑟 =
𝑟 + 𝛥𝑟
ln( 𝑟 )

Heat Flow Hukum Fourier untuk Benda Silinder

c. Spherical
4. Hukum Fourier menjadi dasar penentuan laju perpindahan kalor konduksi pada suatu
benda. Bagaimana Anda menentukan laju perpindahan kalor konduksi 1 dimensi pada benda
datar (plat), silinder, dan bola, baik tanpa dan dengan sumber panas (internal heat
generation)?
a) Datar
b) Silinder
Persamaan kalor konduksi pada benda silinder.
Untuk memudahkan analisis, diambil sebuah bagian kecil dari silinder dengan panjang
dr, lebar dФ, dan tinggi dz, seperti pada gambar berikut.

Gambar 2. Bagian kecil dari silinder


Sumber: Holman, J.P. 2010. Heat Transfer. New York: Mc-Graw Hill.

Ė𝑎𝑐𝑐𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = Ė𝑖𝑛 − Ė𝑜𝑢𝑡 + Ė𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛


Dengan penjabaran sbb:
Ė𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝑞̇ 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Ė𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝑞̇ 𝑥 𝑑𝑟 𝑑𝑧 𝑟 𝑑Ф
𝜕𝑇
Ė𝑎𝑐𝑐 = 𝑚𝑐𝑝
𝜕𝑡
𝜕𝑇
Ė𝑎𝑐𝑐 = 𝜌(𝑑𝑟 𝑑𝑧 𝑟 𝑑Ф)𝑐𝑝
𝜕𝑡
Ė𝑎𝑐𝑐 = Ė𝑖𝑛 − Ė𝑜𝑢𝑡 + Ė𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
𝜕𝑇
𝜌(𝑑𝑟 𝑑𝑧 𝑟 𝑑Ф)𝑐𝑝 = 𝑞𝑟 + 𝑞Ф + 𝑞𝑧 − 𝑞𝑟+𝑑𝑟 − 𝑞Ф+𝑑Ф − 𝑞𝑧+𝑑𝑧 + 𝑞̇ 𝑑𝑟 𝑑𝑧 𝑟 𝑑Ф
𝜕𝑡
Untuk masing-masing arah:
𝜕𝑞𝑟
𝑞𝑟+𝑑𝑟 = 𝑞𝑟 +𝑑𝑟
𝜕𝑟
𝜕𝑞Ф
𝑞Ф+𝑑Ф = 𝑞Ф + 𝑑Ф
𝜕Ф
𝜕𝑞𝑧
𝑞𝑧+𝑑𝑧 = 𝑞𝑧 + 𝑑𝑧
𝜕𝑧
𝜕𝑇 𝜕𝑞𝑟 𝜕𝑞Ф 𝜕𝑞𝑧
𝜌(𝑑𝑟 𝑑𝑧 𝑟 𝑑Ф)𝑐𝑝 =− 𝑑𝑟 − 𝑑Ф − 𝑑𝑧 + 𝑞̇ 𝑑𝑟 𝑑𝑧 𝑟 𝑑Ф
𝜕𝑡 𝜕𝑟 𝜕Ф 𝜕𝑧

Mendefinisikan q
dengan Hukum Fourier

Dengan hukum Fourier:


𝜕𝑇
𝑞𝑧 = −𝑘 𝑟𝑑Ф𝑑𝑟
𝜕𝑧
𝜕𝑇
𝑞𝑟 = −𝑘 𝑟𝑑Ф𝑑𝑧
𝜕𝑟
𝜕𝑇
𝑞Ф = −𝑘 𝑑𝑟𝑑𝑧
𝑟𝜕Ф
Maka
𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
𝜌(𝑑𝑟 𝑑𝑧 𝑟 𝑑Ф)𝑐𝑝 = (𝑘𝑟 𝑑Ф𝑑𝑧) 𝑑𝑟 + (𝑘 𝑑𝑟𝑑𝑧) 𝑑Ф
𝜕𝑡 𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕Ф 𝑟𝜕Ф
𝜕 𝜕𝑇
+ (𝑘 𝑟𝑑Ф𝑑𝑟)𝑑𝑧 + 𝑞̇ 𝑑𝑟 𝑑𝑧 𝑟 𝑑Ф
𝜕𝑧 𝜕𝑧

Persamaan kalor konduksi dengan generasi kondisi tidak tunak:


𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
𝜌𝑐𝑝 = (𝑘𝑟 )+ 2 (𝑘 ) + (𝑘 ) + 𝑞̇
𝜕𝑡 𝑟𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕Ф 𝜕Ф 𝜕𝑧 𝜕𝑧
Persamaan kalor konduksi tanpa generasi kondisi tidak tunak:
𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
𝜌𝑐𝑝 = (𝑘𝑟 )+ 2 (𝑘 ) + (𝑘 )
𝜕𝑡 𝑟𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝑟 𝜕Ф 𝜕Ф 𝜕𝑧 𝜕𝑧

Untuk konduksi tunak (steady-state):


Persamaan kalor konduksi dengan generasi:
𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
0= (𝑘𝑟 )+ (𝑘 2 ) + (𝑘 ) + 𝑞̇
𝑟𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕Ф 𝑟 𝜕Ф 𝜕𝑧 𝜕𝑧
Persamaan kalor konduksi tanpa generasi:
𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇
0= (𝑘𝑟 )+ (𝑘 2 ) + (𝑘 )
𝑟𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕Ф 𝑟 𝜕Ф 𝜕𝑧 𝜕𝑧
Untuk perpindahan kalor pada satu dimensi dapat dipilih salah satu koordinat saja dan
dua koordinat lain di eliminasi dari persamaan, serta turunan parsial juga berubah
menjadi turunan total.
c) Bola
5. dd

TUGAS B (Perpindahan Kalor Konduksi Tunak 2 Dimensi dan Perpindahan Kalor


Konduksi Tak Tunak)
1. Dapatkah Anda menjelaskan perbedaan pendekatan analitis, grafis, dan numeris pada
perpindahan kalor konduksi tunak 2 dimensi?
Secara singkat pendekatan analitis adalah (…), pendekatan grafis menggunakan gambar
benda untuk menentukan kalor secara langsung, dan pendekatan numeris (…). Berikut adalah
penjabarannya.
a. Analitis
b. Grafis
Misal ada sebuah benda seperti gambar berikut.
Gambar 3. Ilustrasi kalor melewati sebuah benda.
Sumber: Brigham Young University. [online] available at https://www.et.byu.edu/~vps/ME340/TABLES/4.3.pdf

Sebuah kalor melewati sebuah benda 3 dimensi seperti di atas. Namun karena yang akan
dibahas disini adalah konduksi pada 2 dimensi, maka yang akan dianalisis hanyalah
permukaan bagian depan dari benda tersebut. Kemudian permukaan ini dibagi menjadi
beberapa bagian n yang simetris seperti gambar berikut.

Gambar 4. Proyeksi dua dimensi dari sebuah benda


Sumber: Brigham Young University. [online] available at https://www.et.byu.edu/~vps/ME340/TABLES/4.3.pdf

Setelah membagi permukaan tersebut menjadi beberapa bagian yang simetris, salah satu
bagian diambil dan diperbesar untuk analisis selanjutnya.

Gambar 5. Satu per delapan bagian sebuah permukaan


Sumber: Brigham Young University. [online] available at https://www.et.byu.edu/~vps/ME340/TABLES/4.3.pdf
Langkah selanjutnya adalah menggambarkan garis-garis perpindahan kalor dan distribusi
suhu pada bagian tersebut.
1) Arah perpindahan kalor digambarkan dengan garis horizontal. Laju perpindahan kalor
diasumsikan tetap pada seluruh bagian, sehingga garis horizontal ini dapat disebut
garis adiabatik. Lajur-lajur yang terbentuk di antara dua garis adiabatik dinamakan M
dan bernilai 1 sampai M.
2) Garis vertikal pada gambar tersebut dapat merepresentasikan ΔT yang sangat kecil
sehingga garis vertikal dapat disebut garis isotermal. Lajur-lajur yang terbentuk di
antara dua garis isotermal dinamakan N dan bernilai 1 sampai N.
3) Jumlah garis adiabatik dan garis isotermal ditentukan sedemikian rupa sehingga
terbentuk satu potongan persegi dengan Δx=Δy (seperti terlihat pada gambar 3). Hal
ini ditujukan agar mendapat ΔT yang sama di tiap bagian.
4) Potongan persegi tersebut dapat diperbesar pula seperti gambar berikut.

Δx

Δy

Kemudian dengan Hukum Fourier


∆𝑇
𝑞𝑖 = 𝑘 ∙ ∙ ∆𝑦 ∙ 𝐿
∆𝑥
Δx=Δy. Dan dari Gambar 3 dapat nilai untuk ΔT, seperti berikut.
𝑇1 − 𝑇2
𝑞𝑖 = 𝑘 ∙ ∙𝐿
𝑁
Persamaan di atas adalah untuk mencari q pada satu lajur M pada satu bagian dari
sebuah permukaan. Untuk mencari q total adalah sebagai berikut.
𝑞 = 𝑞𝑖 ∙ 𝑀 ∙ 𝑛
𝑇1 − 𝑇2
𝑞 = (𝑘 ∙ ∙ 𝐿) ∙ 𝑀 ∙ 𝑛 (1)
𝑁

c. Numeris
2. Bagaimana penentuan laju perpindahan kalor konduksi 2 dimensi dengan pendekatan grafis
menggunakan faktor bentuk konduksi?
Jika persamaan 1 dari nomor 1b disusun ulang, akan mendapat bentuk seperti ini.
𝐿∙𝑀
𝑞 = 𝑘 ∙ (𝑇1 − 𝑇2 ) ∙ ( )∙𝑛
𝑁
Dimana
𝐿∙𝑀
( )=𝑆
𝑁

S adalah yang dinamakan dengan faktor bentuk konduksi. Faktor bentuk konduksi adalah
sebuah karakteristik unik dari setiap bentuk benda yang akan memengaruhi proses konduksi
pada benda tersebut. Rumusan di atas hanyalah bentuk umum perhitungan faktor bentuk
konduksi untuk benda sederhana. Pada kenyataanya, setiap bentuk benda memiliki rumusan S
sendiri yang unik. Rumus perhitungan S untuk beberapa bentuk benda dapat dilihat pada
Tabel 3-1 pada buku Heat Transfer karya J.P. Holman.
Maka penentuan laju perpindahan kalor konduksi 2 dimensi dengan pendekatan grafis
menggunakan faktor bentuk konduksi dapat dituliskan dengan persamaan berikut.
𝑞 = 𝑘 ∙ (𝑇1 − 𝑇2 ) ∙ 𝑆 ∙ 𝑛

3. ff

TUGAS C
1. ff
2. gg
3. Minyak mentah biasanya dipanaskan terlebih dahulu sebelum dipompa menuju unit proses.
Hal ini dilakukan untuk menurunkan viskositas minyak, sehingga biaya operasional pompa
menjadi lebih rendah. Untuk mentransfer minyak setelah dipanaskan, digunakan pipa
dengan diameter luar 10,75 inch, yang ditanam di dalam tanah (k = 0,072 Btu/jam.ft.R)
pada kedalaman 18 inch. Suhu permukaan luar pipa 140oF dan suhu permukaan tanah
65oF. tentukan laju perpindahan panas dari pipa tersebut per satuan panjang.
Diketahui:
Pipa berbentuk silinder dengan
r = 5,375 inch = 0,448 ft
Kedalaman = D = 18 inch = 1,5 ft
Perhitungan menggunakan shape factor, dengan bentuk yang sesuai yang terdapat dalam
tabel conduction shape factor (Tabel 3-1 Heat Transfer J.P. Holman) sebagai berikut.

Kondisi restrictions
1) L tidak diketahui, perpindahan panas dihitung per satuan panjang
2) 3r = 3 x 5,375 = 16.125, maka D > 3r
Maka rumus shape factor yang digunakan adalah
2𝜋𝐿
𝑆=
ln(𝐷⁄𝑟)
2𝜋𝐿
𝑆= = 5,199𝐿
ln (1,5⁄0,448)

Laju perpindahan panas dari pipa per satuan panjang


𝑞 = 𝑘 ∙ 𝑆 ∙ (𝑇𝑜𝑏𝑗𝑒𝑐𝑡 − 𝑇𝑓𝑎𝑟 𝑓𝑖𝑒𝑙𝑑 )

𝑞 = 0,072 𝐵𝑡𝑢⁄ℎ. 𝑓𝑡. 𝑅 ∙ 5,199𝐿 ∙ ((140 + 459,67) − (65 + 459,67)) 𝑅


𝑞
= 28,1 𝐵𝑡𝑢⁄ℎ. 𝑓𝑡
𝐿
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perpindahan kalor konduksi dapat terjadi pada satu dimensi dan dua dimensi
DAFTAR PUSTAKA

Brigham Young University. [online] available at


https://www.et.byu.edu/~vps/ME340/TABLES/4.3.pdf
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer. New York: Mc-Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai