b. Cara Kerja
1. 15 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. 3 tetes pereaksi Molisch ditambahkan dan dicampur dengan baik.
3. Tabung reaksi dimiringkan lalu dialirkan dengan hati-hati 1 mL H2SO4 pekat
melalui dinding tabung agar tidak tercampur.
4. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas
antara kedua lapisan
2. Uji Benedict
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi meliputi
semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan
maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid
atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks
seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan
yang berwarna hijau, merah, atau orange.
a. Prinsip : Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan mereduksi
ion Cu 2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O
berwarna merah bata.
b. Cara kerja
4. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol
kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini,
karbohidrat direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil
positif bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
a. Prinsip Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi
lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata.
b. Cara kerja
6. Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya dengan
heksosa. Aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaskan unsur
perak (Ag). Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah
larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah
pengendapan ion perak sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa
tetes larutan amonia. Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak.
a. Prinsip Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin
perak pada dinding dalam tabung reaksi.
b. Cara kerja
1. Masukkan beberapa tetes larutan uji karbohidrat kedalam tabung rekasi yang
telah diisi 2 mL pereaksi Tollens.
2. Masukan kedalam penangas air selama 1 menit. Perhatikan perubahan warna
yang terjadi.
3. Hasil dicatat
7. Uji Bial
Uji bial untuk menguji adanya gula pentose. Pemanasan pentose dengan HCl pekat
akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol dan ion feri. Hasil
pemanasan akan menghasilkan warna biru hijau yang menunjukkan adanya gula
pentosa.
a. Prinsip
Dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dengan penambahan
orsinol (3.5-dihidroksi toluena) akan berkondesasi membentuk senyawa
kompleks berwarna biru.
b. Cara kerja
1. 5 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. 10 tetes peraksi Bial dan 2 tetes HCl pekat ditambahkan
3. Campurlah dengan baik, lalu dipanaskan di atas api kecil sampai timbul
gelembung-gelembung gas dipermukaan larutan.
4. Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. Terbentuknya warna biru
menunjukan adanya pentose
Ada beberapa macam metode yang dapat kita gunakan untuk analisa kadar gula reduksi
secara kuantitatif yaitu :
1. Metode Fisika
Ada dua (2) macam, yaitu :
a. Berdasarkan indeks bias
Gambar 7. Rerfaktometer
Cara ini menggunakan alat yang dinamakan refraktometer, Refraktometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula,
garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah
memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang
ilmuan dari German pada permulaan abad 20 (Anonim, 2010). Pengukurannya
didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui prisma-cahaya hanya bisa
melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak
dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas.
yaitu dengan rumus :
X = [(A+B)C - BD)]
dimana :
X = % sukrosa atau gula yang diperoleh
A = berat larutan sampel (g)
B = berat larutan pengencer (g)
C = % sukrosa dalam camp A dan B dalam tabel
D = % sukrosa dalam pengencer B –ut batas antara cairan dan alas.
Cara Kerja:
Refraktometer dibersihkan terlebih dahulu dengan tisu ke arah bawah
Refraktometer ditetesi dengan aquadest atau larutan NaCl 5% pada bagian prisma
dan day light plate
Refraktometer dibersihkan dengan kertas tissue sisa aquadest / NaCl yang tertinggal
Sampel cairan diteteskan pada prisma 1 – 3 tetes
Skala kemudian dilihat ditempat yang bercahaya dan dibaca skalanya
Kaca dan prisma dibilas dengan aquades / NaCl 5% serta dikeringkan dengan tisu,
dan
Refraktometer disimpan di tempat kering
Cara ini digunakan berdasarkan sifat optis dari gula yang memiliki struktur asimetrs
(dapat memutar bidang polarisasi) sehingga dapat diukur menggunakan alat yang
dinamakan polarimeter atau polarimeter digital (dapat diketahui hasilnya langsung)
yang dinamakan sakarimeter. Menurut hokum Biot; “besarnya rotasi optis tiap
individu gula sebanding dengan konsentrasi larutan dan tebal cairan” sehingga dapat
dihitung menggunakan rumus :
2. Metode Kimia
Metode ini didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa
(kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus aldehid). Fruktosa meskipun tidak memiliki
gugus aldehid, namun memiliki gugus alfa hidroksi keton, sehingga tetap dapat bereaksi.
Dalam metode kimia ini ada dua (2) macam cara yaitu :
Titrasi
Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang telah distandarisasi oleh BSN
yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman nomor SNI 01-2892-1992.
Spektrofotometri
Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4 oleh
gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan kupru
oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam fosfomolibdat
sehingga terbentuk suatu komplek senyawa berwarna biru yang dapat diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
Cara Luff Schoorl
Prinsip: Monosakarida dioksidasi oleh CuO dari reagen Luff Schoorl menjadi
Cu2O.kemudian kelebihan CuO dari reagen luff Schoorl akan bereaksi dengan KI
suasana asam membentuk I2 yang akan bereaksi dengan cara dititrasi dengan Na-
tiosulfat dengan indikator amilum .
Cara Kerja:
Persiapan Sampel
Pada prosedur kerja dalam praktikum ini, sampel yang ingin dilakukan pengujian
telah tersedia sehingga dalam praktikum ini kami tidak melakukan proses persiapan
sampel.
Prosedur Kerja Analisa
Berikut prosedur kerja pengujiannya:
Pipet sample sebanyak 5 ml ke dalam erlenmeyer kemudian tambahkan 35 ml
aquades dan 10 ml larutan luff.
Panaskan sampai mendidih
Dinginkan dalam wadah berisi air.
Tambahkan 10 ml larutan KI 25% dan 17 ml H2SO4 6N perlahan-lahan lewat
dinding.
Tambahkan 2 ml amilum, amati perubahan warna yang terjadi (biru tua).
Titrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0,005N sampai warna biru tua hilang.
Catat volume titrasi.
3. Metode Nelson-Somogyi
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan menggunakan pereaksi
tembaga arseno molibdat. Kupri mula-mula direduksi menjadi bentuk kupro dengan
pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dengan arseno molibdat
menjadi molibdenum berwarna biru yang menunjukkan ukuran konsentrasi gula dan
membandingkannya dengan larutan standar sehingga konsentrasi gula dalam sampel dapat
ditentukan. Reaksi warna yang terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel
dengan mengukur absorbansinya. (Sudarmadji.S.1984)
Cara Kerja :
Diambil 1 ml larutan sampel.
Ditambahkan 1 ml reagen Nelson pada tiap-tiap tabung reaksi dan dipanaskan dalam
air mendidih selama 20 menit, kemudian didinginkan 5 menit dalam air mengalir.
Ditambahkan 1 ml reagen arsenomolibdat pada tiap-tiap tabung reaksi, dikocok
sampai homogen dan larut sempurna.
Ditambahkan 7 ml aquadest pada tiap-tiap tabung reaksi, kemudian dikocok.
Ukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
Kadar gula reduksi sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan kurva
standard.
4. Metode enzimatis
Untuk metode enzimatis ini, sangat tepat digunakan untuk penentuan kagar suatu gula secara
individual, disebabkan kerja enzim yang sangat spesifik. Contoh enzim yang dapat digunakan
ialah glukosa oksidase dan heksokinase Keduanya digunakan untuk mengukur kadar glukosa.
Glukosa oksidase
D- Glukosa + O2 oleh glukosa oksidase à Asam glukonat dan H2O2
H2O2 + O-disianidin oleh enzim peroksidase à 2H2O + O-disianidin teroksdasi yang
berwarna cokelat (dapat diukur pada l 540 nm).
Heksokinase
D-Glukosa + ATP oleh heksokinase à Glukosa-6-Phospat +ADP
Glukosa-6-Phospat + NADP+ oleh glukosa-6-phospat dehidrogenase à Glukonat-6-Phospat +
NADPH + H+ Adanya NADPH yang dapat berpendar (memiliki gugus kromofor) dapat diukur
pada l 334 nm dimana jumlah NADPH yang terbentuk setara dengan jumlah glukosa.
Menggunakan enzim spesifik untuk karbohidrat yan g akan diuji. Contoh enzimnya
yaitu glukosa oksidase dan heksokinase.
Referensi
Achmad, M dan Abdul, R.(Editor), 2006,Pengantar Kimia Farmasi Analisis : Volumetri
dan Gravimeteri, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rosnah, dkk. 2011. Pedoman Praktikum Ilmu Kimia Makanan. Kendari: Politeknik
Kesehatan Kendari Jurusan Gizi
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Bintang, Maria Prof. (2010) Biokimia: Teknik Penelitian. Jakarta: Penerbit Erlangga