A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian yang terdahulu
hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian yang terdahulu dengan kajian yang
akan dilakukan.
Untuk mengetahui perbedaan yang khas antara kajian yang terdahulu dengan
kajian penulis lakukan, penulis akan memaparkan tinjauan pustaka sebagai kajian secara
praktis. Pemaparan dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara
penelitian terdahulu dan yang sedang dilakukan oleh penulis.
Penelitian melalui pendekatan psikologi telah banyak dilakukan oleh mahasiswa,
khususnya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Muhammadiyah Purworejo beberapa diantaranya adalah skripsi Subowo (2012) dan
Wiwid Widiyanto (2014).
Subowo (2012) aspek psikologi dengan judul “Kajian Psikologi Sastra Novel
Tuhan Jangan Tinggalkan Aku Karya Pipiet Senja dan Pembelajarannya di Kelas XI
SMA” dibahas tentang aspek psikologi keperibadian tokoh dalam novel Tuhan Jangan
Tinggalkan Aku Karya Pipiet Senja. Subowo memaparkan bahwa tokoh-tokoh dalam
novel terlibat berbagai konflik antara tokoh dan konflik batin.
Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis. Persamaannya, yakni sama-sama menganalisis sebuah novel
dengan teori psikologi dalam novel dan memaparkan tokoh yang terlibat konflik.
Perbedaannya adalah terdapat pada subjek penelitian, penelitian yang dilakukan oleh
subowo mengambil subjek novel Tuhan Jangan Tinggalkan Aku Karya Pipiet Senja,
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada novel Hujan Karya Tere Liye.
Selain penelitian milik subowo penulis juga menggunakan penelitian Wiwid Widiyanto
sebagai tinjauan pustaka.
Wiwid (2014) kajian psikologis dengan judul “Kajian Psikologis tentang
perjuanagn dan keperibadian Tokoh Utama Prempuan Novel Padang Bulan Karya
Andrea Hirata dan skenario Pembelajaran di SMA” membahas analisis psikologi yang
ada dalam novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata yaitu kutipan-kutipan yang
mengandung kajian psikologi pada tokoh utama dan mempunyai pesan yang sangat
positif dan mendidik untuk dijadikan pedoman dan diambil hikmahnya.
Penelitian yang digunakan Wiwid dengan penelitian yang penulis lakukan
mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama menganalisis
tentang psikologi. Perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan antara lain
objek penelitian yang diperoleh Wiwid Widiyanto, yaitu pada novel Padang Bulan Karya
Andrea Hirata sedangkan penulis melakukan penelitian novel Hujan Karya Tere Liye.
a. Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan kerangka teoretis yang memuat beberapa materi untuk
disajikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang akan diteliti. Pada kajian
teoretis ini, penulis akan menggunakan teori-teori yang akan dipaparkan berkaitan
dengan penelitian ini yaitu (1) Pengertian novel (2) unsur intrinsik novel (3) teori
psikologi sastra (4) Konflik batin dalam novel, dan (5) pembelajaran sastra di SMA.
1. Pengertian Novel
Novel secara harfiah adalah sebuah barang baru yang kecil, yang
kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Nurgiyantoro
(2009:10) novel dideskripsikan sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup
panjang tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek.
Novel adalah sebuah cerita yang berkaitan dengan peristiwa nyata, atau
fiksional yang dibayangkan pengarang melalui pengamatannya terhadap realitas
(Scholes dalam Junus, 1984:12). Novel merupakan sebuah karya sastra yang
memiliki cirri khas yaitu pada kemampuannya untuk menciptakan satu semesta
yang lengkap sekaligus rumit (Stanton, 2012:90).
Dari berbagai pendapat di atas , disimpulkan bahwa novel adalah sebuah
karya fiksi yang menceritakan peristiwa atau nilai yang ada di dalam masyarakat
berupa hasil pengamatan pengarang terhadap realita hidup.
2. Struktur Karya Sastra
Nurgiyantoro (2007: 23) menjelaskan, unsur-unsur intrinsik merupakan
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsu-unsur yang secara
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur-unsur intrinsik pada
novel adalah:
a. Tema
Tema merupakan dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel
(Nurgiyantoro, 2009: 70). Stanton (dalam Nurgiyanyoro,2009:70)
menjelaskan bahwa tema dapat juga disebut ide utama atau tujuan utama.
Dalam sebuah cerita terdapat satu tema pokok dan sub-tema, sehingga
pembaca harus mampu menemukan tema utama. Tema pokok adalah tema
yang dapat memenuhi atau mencakup isi dari keseluruhan cerita.
Nurgiyantoro menjelaskan, tema dapat digolongkan menjadi dua, tema
tradisional dan nontradisional. Tema tradisional adalah tema yang bisa atau
sudah diketahui secara umum oleh masyarakat. Tema nontradisional adalah
lawan dari tema tradisional yang artinya tema yang tidak sesuai dengan
harapan pembaca atau melawan arus.
b. Plot
Plot merupakan hubungan antar peristiwa yang bersifat sebab akibat,
tidak hanya jalinan peristiwa secara kronologis (Nurgiyantoro, 2009: 112).
Plot dapat berupa cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam
bertindak, berpikir, berasa, dan mengambil sikap terhadap masalah yang
dihadapi. Pengambilan plot dalam cerita didasarkan pada peristiwa, konflik,
dan klimaks. Tiga unsur penentu plot ini memiliki keterkaitan yang rapat,
artinya kemenarikan sebuah cerita tergantung dari ketiga unsur ini.
c. Penokohan
Penokohan dalam novel adalah unsur yang sama pentingnya dengan
unsur-unsur yang lain. Penokohan adalah teknik bagaimana pengarang
menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau
sifat para tokoh. Unsur penokohan mencangkup pada tokoh, perwatakan, dan
bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009:
166).
1. Unsur Penokohan dalam Fiksi
Unsur plot dan pemplotan, tokoh dan penokoan merupakan unsur
yang penting dalam karya naratif. Tokoh dengan segala perwatakan
dengan berbagai citra jati dirinya, dalam banyak hal, lebih menarik dari
pada pemplotannya. Namun, hal ini tidak berarti unsur plot dapat
diabaikan begitu saja karena kejelasan mengenai tokoh atau penokohan
dalam banyak hal tergantung pada pemplotannya (Nurgiyantoro, 2012:
160).
2. Pembedaan Tokoh
Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam
beberapa jenis, penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu
dilakukan.
a. Tokoh Rekaan dan Tokoh Nyata
Tokoh rekaan adalah tokoh yang tidak pernah ada di dunia nyata.
Namun, dalam karya tertentu, pembaca sering menemukan adanya
tokoh-tokoh sejarah artinya, tokoh manusia nyata, bukan rekaan
pengarang muncul dalam cerita bahkan dapat memengaruhi plot.
Dalam karya tertentu pembaca dapat mengenali personifikasi tokoh-
tokoh manusia nyata dalam cerita. Artinya, tokoh cerita fiksi itu
mempunyai ciri-ciri keperibadian tertentu seperti yang dimiliki oleh
tokoh tertentu dari kehidupan nyata. Nurgiyantoro, 2012: 160).
b. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa
hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halama
buku cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2012: 176).
Tokoh utama paling banyak diceritakan karena tokoh utama selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh utama hadir sebagai
pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang
mempengaruhi perkembangan plot. Tokoh utama dalam sebuah novel,
mungkin saja lebih dari seorang, walaupun kadar keutamaannnya
tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi
banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot
secara keseluruhan.
c. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Nurgiyantoro (2012: 178) menjelaskan bahwa tokoh protagonis
adalah tokoh yang dikagumi oleh pembaca. Tokoh protagonis
menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca.
Identifikasi diri terhadap tokoh yang demikian merupakan empati yang
diberikan oleh pembaca.
Sebuah fiksi harus mengandung konflik, ketegangan, khususnya
konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh protagonis. Tokoh
penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis
dapat beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun
tidak langsung, bersifat fisik maupun batin.
Konflik yang dialami oleh tokoh protagonis tidak harus disebabkan
oleh tokoh antagonis. Ia dapat disebabkan oleh hal-hal lain yang diluar
individualitas seseorang. Konflik bahkan sering disebabkan oleh diri
sendiri, misalnya seorang tokoh akan memutuskan sesuatu yang
penting yang masing-masing menentukan konsekuensi sehingga terjadi
pertentangan dalam diri sendiri.
d. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang
hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang
tentu saja (Nurgiyantoro, 2012: 182). Tokoh sederhana dapat saja
melakukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya tidak dapat
dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah
diformulakan.
Tokoh sederhana kurang sesuai dengan realitas kehidupan sebab
tidak ada seorang pun yang hanya memiliki satu sifat tertentu. Namun,
tokoh sederhana tetap diperlukan kehadirannya dalam sebuah novel.
Tokoh sederhana akan mudah dikenal dimanapun dia hadir dan mudah
diingat oleh pembaca, dan hal ini menurut Forster (1970: 76-77)
merupakan keuntungan penampilan tokoh tersebut.
Tokoh bulat berbeda halnya dengan tokoh sederhana. Tokoh bulat
adalah tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan
sisi kehidupannya, sisi keperibadian dan jati dirinya. Ia dapat saja
memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia dapat
pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam
(Nurgiyantoro, 2012: 183).tokoh bulat lebih sulit dipahami, kurang
familiar karena yang ditampilkan adalah tokoh yang kurang akrab dan
kurang dikenal.