Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya, karya sastra merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat. Dan
pengarang juga mencoba untuk memunculkan konflik tersebut seperti contoh konflik batin.
Menurut Jatman (dalam Endaswara, 2013: 97) karya sastra dan psikologi memiliki
hubungan yang erat secara tidak langsung dan fungsional. Maksudnya disini adalah karya
sastra dan psikologi sama-sama memperlajari suatu objek yaitu kehidupan manusia dimana
didalamnya juga termasuk kejiwaan manusia. Konflik batin sendiri termasuk aspek
kejiwaan. Dengan adanya konflik yang muncul seperti konflik batin yang merupakan aspek
kejiwaan, perlu diimbangi dengan peran psikologi sastra yang bertujuan untuk mengerti
benar konflik batin yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
Berdasarkan bentuknya karya sastra dibagi menjadi 2 yaitu nonfiksi dan fiksi. Karya
nonfiksi merupakan sebuah karya sastra yang diciptakan atau ditulis berdasarkan realita
atau kenyataan.seperti contoh biografi, kritik sastra, dan esai. Untuk fiksi merupakan karya
sastra yang diciptakan melalui imajinasi pengarang atau khayalan yang menarik dan
menghibur. Adapun contoh fiksi seperti prosa (novel), puisi, dan drama. Dalam penelitian
ini, yang dipilih sebagai fokus pengkajian adalah jenis prosa yaitu novel.
Seiring berjalannya waktu, novel merupakan karya sastra yang sangat disukai oleh
masyarakat. Hal ini dikarenakan sebuah novel berisi banyak cerita yang mengandung unsur
imajinasi dan bisa membuat masyarakat tertarik untuk membacanya. Novel yang dapat
menarik perhatian masyarakat, membuat masyarakat mampu menghayati masuk dalam
ceritanya, serta mengandung unsur estetis, novel tersebut bisa dikatakan novel yang
berhasil (Tarigan, 2015: 1). Untuk membuat novel yang berhasil dan dapat membuat
masyarakat menghayati masuk dalam ceritanya, diperlukan kejadian atau peristiwa yang
nyata terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kejadian dan peristiwa tersebut biasanya
dicerminkan dalam tokoh pada novel. Seperti contoh konflik batin yang dialami oleh tokoh
dalam novel Si Anak Savana karya Tere Liye.
Sesuai dengan topik dalam penelitian ini yaitu konflik batin yang terjadi pada tokoh
dalam novel, dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Menurut
Freud, (dalam Hall, 2019: 37) secara keseluruhan, Freud memahami kepribadian terdiri
dari tiga unsur, yaitu id, ego, dan superego dimana ketiga unsur tersebut dalam pribadi

1
orang yang sehat akan membentuk mental yang harmonis dan jika ketiga unsur saling
bertentangan, orang tersebut dikatakan tidak dapat menyesuaikan diri. Yang artinya setiap
individu mempunyai tiga unsur kepribadian yaitu id, ego, dan superego yang sangat
memengaruhi mental individu tersebut dalam kehidupannya. Termasuk dalam kehidupan
bermasyarakat. Jika ketiga unsur tersebut saling bertentangan, makan individu tersebut
belum mampu untuk beradaptasi dalam lingkungannya. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan penelitian terhadap tokoh dalam novel Si Anak Savana karya Tere Liye, dengan
menggunakan teori psikologi Sigmund Freud.
Novel Si Anak Savana karya Tere Liye ini sebelumnya belum pernah ada penelitian.
Karena itu penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memberi pemahaman bagi pembaca
tentang konflik batin yang dialami oleh tokoh utama, serta sebab dan akibat munculnya
konflik batin yang banyak tergambar pada novel tersebut. Novel Si Anak Savana karya Tere
Liye ini bercerita tentang kehidupan anak-anak yang berada di sebuah kampung bernama
kampung Dopu, bagaimana usaha mereka untuk semangat belajar dalam keadaan yang
terbatas, serta konflik-konflik lain yang bermunculan seperti peristiwa hilangnya sapi-sapi
secara terus-menerus sehingga menyebabkan banyak pertentangan yang terjadi pada warga
kampung Dopu dan misteri hilangnya tokoh Wak Ede. Yang pada akhirnya semua akan
berakhir dengan bagaimana penyelesaian konflik batin yang terjadi pada tokoh,
penyelesaian terhadap peristiwa pertentangan warga kampung Dopu, terungkapnya
bagaimana cara sapi-sapi menghilang, dan terungkapnya misteri tokoh Wak Ede
menghilang. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih dalam tentang konflik batin yang
dialami oleh tokoh dalam novel Si Anak Savana.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja penyebab konflik batin pada tokoh dalam novel Si Anak Savana karya Tere
Liye?
2. Apa saja akibat dari konflik batin pada tokoh dalam novel Si Anak Savana karya Tere
Liye?
3. Bagaimana bentuk konflik batin yang dialami pada tokoh dalam novel Si Anak Savana
karya Tere Liye?

1.3 Tujuan Penelitian

2
1. Untuk mendeskripsikan penyebab konflik batin pada tokoh dalam novel Si Anak
Savana karya Tere Liye.
2. Untuk mendeskripsikan akibat dari konflik batin pada tokoh dalam novel Si Anak
Savana karya Tere Liye.
3. Untuk mendeskripsikan konflik batin tokoh dalam novel Si Anak Savana karya Tere
Liye.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam novel Si Anak Savana karya Tere Liye dibagi menjadi
dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dilihat dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk
memberikan contoh penerapan teori konflik batin yang terjadi dalam novel Si Anak
Savana karya Tere Liye.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dari segi praktis, manfaat penelitian ini yaitu:

a. Bagi mahasiswa adalah dapat memberikan pengetahuan terhadap karya sastra


utamanya novel.
b. Bagi peneliti selanjutnya bisa dapat membantu sebagai sumber referensi jika ingin
meneliti dengan pembahasan yang serupa seperti sebab akibat konflik batin yang
muncul pada tokoh yang terdapat dalam novel khususnya novel Si Anak Savana
karya Tere Liye.

1.5 Defenisi Istilah

Untuk memahami istilah yang terdapat pada judul penelitian ini, maka dibutuhkan
definisi istilah.
a. Konflik Batin Sigmund Freud
Tingkah laku manusia menurut Freud terjadi pada konflik batin seseorang, konflik
tersebut meliputi ketiga sistem kepribadian id, ego dan superego. Dalam sebuah

3
konflik juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik dalam
sebuah peristiwa atau kejadian yang dialami oleh toko.

b. Psikologi Sastra Sigmund Freud


Secara keseluruhan, Freud memahami kepribadian terdiri dari tiga unsur, yaitu id,
ego, dan superego dimana ketiga unsur tersebut dalam pribadi orang yang sehat akan
membentuk mental yang harmonis dan jika ketiga unsur saling bertentangan, orang
tersebut dikatakan tidak dapat menyesuaikan diri (Hall, 2019: 37).

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada beberapa enam penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian
yang ditulis, yaitu sebagai berikut. Penelitian pertama, ditulis oleh Fransiska Wenny
Wulandari (2018) dengan judul “Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Tegar dalam
Novel Sunset dan Rosie Karya Tere Liye”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan apa saja konflik batin yang dialami oleh tokoh utama, dan
mendeskripsikan unsur intrinsik seperti alur, penokohan, dan latar dalam novel Sunset
dan Rosie Karya Tere Liye. Dan hasil penelitian tersebut yaitu novel Sunset dan Rosie
Karya Tere Liye memiliki tokoh utama dan tokoh tambahan. Yang dimana tokoh utama
tersebut bernama Tegar. Teknik penokohan menggunakan teknik dramatik. Novel
Sunset dan Rosie Karya Tere Liye berlatar di Jakarta dan Bali. Latar waktu dan latar
sosial yang didapat dalam penelitian ini adalah pagi, siang, menjelang sore ketika sunset
dan malam hari, dan ketika upacara penyambutan jenazah di Gili Trawangan. Penelitian
ini menggunakan teori kepribadian Abraham Maslow yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan cinta dan keberadaan, kebutuhan akan
penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Konflik batin yang dialami oleh
tokoh Tegar dari penelitian ini yaitu rasa sedih, rasa benci, rasa marah dan rasa kecewa.

Penelitian kedua dilakukan oleh Tabita Nugrahani Putri (2020) dengan judul
“Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Pecun Mahakam Karya Yatie Asfan Lubis:
Kajian Psikologi Sastra”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab konflik batin tokoh utama dan mendeskripsikan bentuk konflik batin
yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.
Hasil dari penelitian tersebut yaitu adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
menjadi penyebab konflik batin tokoh utama muncul seperti kurangnya kasih sayang,
kurangnya penghargaan, dan tidak adanya aktualisasi diri. Bentuk konflik batin dari
penelitian tersebut yaitu timbulnya rasa cemas, adanya ketidakjujuran, timbulnya
kebimbangan, dan dapat menjadi pribadi yang positif.

5
Penelitian ketiga, ditulis oleh Nurul Pratiwi (2020) dengan judul “Konflik Batin
Tokoh Utama dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul
Quddus”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konflik batin yang
dialami oleh tokoh utama dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan
Abdul Quddus. Hasil dari penelitian tersebut yaitu menggunakan teori Kurt Lewin. Ada
tiga jenis konflik batin yaitu konflik mendekat-dekat, mendekat menjauh, dan menjauh-
menjauh. Konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Aku Lupa Bahwa
Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus yaitu tokoh utama lebih memilih berkarir
disbanding menjadi seorang istri dan ibu yang membuatnya melupakan bahwa ia adalah
seorang perempuan.

Penelitian keempat dilakukan oleh Ichpani (2021) dengan judul “Konflik Batin
Tokoh Utama Dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur Karya Muhidin M.
Dahlan (Pendekatan Psikoanalisis)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan bentuk konflik batin dan faktor yang memengaruhi konflik batin yang
dialami oleh tokoh utama dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya
Muhidin M. Dahlan. Hasil yang didapat dalam penelitian ini yaitu terdapat 3 bentuk
konflik batin antara lain, pertentangan antara pilihan yang tidak sesuai keinginana,
harapan yang tidak sesuai kenyataan, dan kegundahan dalam menghadapi masalah.
Kekecewaan tokoh utama paling banyak dipengaruhi oleh id dari pada ego. Faktor yang
memengaruhi timbulnya konflik batin tokoh utama dalam penelitian ini ada tiga yaitu
faktor biologis, faktor sosial dan faktor lingkungan. Faktor biologis disebabkan oleh
tidak bisa memakan makanan yang bergizi karena tokoh utama mengikuti ibadah sufi.
Faktor sosial disebabkan oleh hubungan tokoh utama dengan para santri tidak baik.
Faktor lingkungan disebabkan oleh tokoh utama merasa kurang mendapatkan perhatian
dari pihak keluarga.

Penelitian kelima dilakukan oleh Apriliani Mustika Sari (UMS, 2008) dengan
judul “Konflik Batin Tokoh Laras dalam Novel Sang Dewi karya Moammar Emka:
Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Sang
Dewi adalah sebagai berikut. Laras mengalami konflik batin jenis mendekat-
menghindar saat harus bersikap dalam menghadapi permintaan Om Boy untuk
berhubungan seks dengan Laras. Laras juga mengalami konflik batin saat ia dikenalkan
Beno dengan Aliang, orang yang pernah menjadi pelanggannya semasa ia menjadi
pelacur. Laras mengalami konflik batin jenis menghindar- menghindar saat bertemu

6
dengan Om Boy setelah kematian Bim. Laras juga menghadapi konflik menghindar-
menghindar ketika Om Boy memberinya kalung sebagai tanda lamarannya dan
diketahui oleh Beno. Konflik ini dialami Laras saat harus memilih menerima
permintaan Om Boy untuk menikah, sementara ia sangat mencintai Beno

Penelitian Keenam dilakukan oleh Dian Ayu Kartika (UMS, 2008) dengan judul
skripsinya “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Nayla Karya Jenar Maesa Ayu:
Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Nayla
sebagai berikut. Konflik mendekat-menjauh dialami Nayla karena hal-hal seperti
berikut, 1) Usia Sembilan tahun Nayla masih mengompol di malam hari, sehingga Ibu
menghukumnya dengan cara menusukkan peniti ke selangkangan bahkan vaginanya.
Fisiknya merasakan sakit akibat penusukan itu, tetapi Nayla hanya bisa diam dan tak
mampu melawan; 2) Ketika berusia Sembilan tahun juga Nayla diperkosa oleh Om
Indra, kekasih Ibunya. Nayla ingin mengatakan hal buruk tersebut, tetapi ia tidak dapat
menceritakannya pada Ibu; 3) Nayla memutuskan mencari Ayah karena sudah tidak
tahan tinggal dirumah Ibu yang penuh siksaan. Akan tetapi untuk menjalankan misinya
mencari ayahnya itu pun harus membolos sekolah. Adapun konflik menjauh-menjauh
dilami oleh Nayla karena hal-hal seperti berikut, 1) Fisik Nayla merasakan sakit akibat
pemukulan yang dilakukan oleh Ibu dan ia pun merasa takut pada ibunya yang begitu
kejam, sehingga membuat batin Nayla merasa tidak nyaman; 2) Nayla merasa takut saat
ayahnya meninggal dunia dan ia takut kembali kerumah ibu kandungnya, sehingga
mengakibatkan batin Nayla merasa tidak senang; 3) Nayla merasa sedih kehilangan
ayahnya dan ia juga tidak menyangka ibu tiri bersama ibu kandungnya tega
menjebloskannya ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan 12 Narkotika, sehingga
membua

Berdasarkan pemaparan dari penelitian terdahulu yang relevan tersebut, dapat


disimpulkan bahwa penelitian ini sama-sama meneliti konflik batin yang timbul pada
tokoh. Perbedaannya adalah penelitian ini memiliki sumber data yang berbeda dan
bukan hanya meneliti bentuk konflik batin saja, tetapi juga meneliti faktor penyebab
dan akibat dari timbulnya konflik batin pada tokoh.

7
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini akan dipaparkan teori yang berkaitan dengan objek kajian
yang akan diteliti diantaranya:
2.2.1 Psikoanalisis Sigmund Freud
Freud (dalam Khodijah, 2016:13) menyatakan bahwa kehidupan manusia
dikuasai oleh alam ketidaksadaran yang terletak jauh di dalam psikisnya, tertutup oleh
alam kesadaran sehingga untuk mempelajari jiwa seseorang perlu menganalisisnya
sampai ke dalam ketidaksasaran. Freud (dalam Hall, 2019: 37) secara keseluruhan,
Freud memahami kepribadian terdiri dari tiga unsur, yaitu id, ego, dan superego dimana
ketiga unsur tersebut dalam pribadi orang yang sehat akan membentuk mental yang
harmonis dan jika ketiga unsur saling bertentangan, orang tersebut dikatakan tidak
dapat menyesuaikan diri. Suryabrata (dalam Haslinda, 2019: 261) menyatakan bahwa
teori Freud dalam kehidupan manusia dibagi menjadi tiga aspek, yaitu struktur
kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Ketiga aspek
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Struktur Kepribadian
Freud membagi struktur kepribadian dalam manusia menjadi tiga unsur, yaitu
id, ego, dan superego. Pertama, id atau bisa disebut dengan aspek biologis terletak pada
ketidaksadaran manusia. Aspek biologis seperti memenuhi kebutuhan dasar manusia
yaitu makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Fungsi id juga untuk mencari
kesenangan, kenikmatan, dan menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan. Kedua,
ego atau bisa disebut juga aspek psikologis terletak diantara alam sadar dan tak sadar
manusia dan menjadi penyelesaian atau pengambil keputusan. Dan ketiga, superego
atau bisa disebut juga aspek sosiologi yang terletak pada sebagian alam sadar dan
sebagian di alam tak sadar. Superego sama dengan hati nurani yang dapat menilai baik
dan buruk, tidak memandang realita seperti halnya id (Minderop, 2018: 20-22).

2. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian ini dimaksudkan sebagai memperlihatkan bagaimana
ketiga unsur kepribadian menurut Freud, yaitu id, ego, dan superego beroperasi dan
berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan. Freud (dalam Haslinda, 2019: 265)
mengemukakan ada dua dinamika kepribadian, yaitu naluri (insting) dan kecemasan.
Naluri atau insting yaitu semua energi yang digunakan untuk menjalankan kerja dari

8
kepribadian manusia. Naluri atau insting diartikan sebagai suatu kondisi bawaan dari
lahir yang menggariskan arah pada proses-proses psikologis seperti mengingat. Naluri
atau insting memiliki sumber, tujuan, objek, dan daya penggerak. Tujuan insting adalah
untuk menghapus sumber-sumber insting tersebut (Hall, 2019: 65). Seperti contoh
manusia memiliki naluri atau insting lapar, maka biasanya akan mencari makanan
untuk menghilangkan rasa lapar dan mencapai ketenangan psikologis. Hal tersebut
memperlihatkan bagaimana cara kerja naluri atau insting lapar. Selanjutnya adalah
kecemasan. Kecemasan (ansietas) merupakan suatu pengalaman emosional yang
menyakitkan yang dihasilkan melalui eksitasi-eksitasi dalam organ-organ internal
tubuh (Hall, 2019: 108). Kecemasan dan takut merupakan hal yang sama. Freud juga
mengemukakan bahwa kecemasan dibagi menjadi tiga tipe, yaitu kecemasan (ansietas)
realitas atau bisa disebut juga kecemasan akan kenyataan, kecemasan (ansietas)
neurotik atau syaraf, dan kecemasan moral (Hall, 2019: 108). Kecemasan (ansietas)
realitas atau kecemasan akan kenyataan merupakan rasa takut atau rasa cemas akan
realita seperti takut pada bahaya didunia luar. Kecemasan (ansietas) neurotik atau
syaraf merupakan rasa takut atau cemas terhadap akan sesuatu yang akan membuatnya
tidak dapat mengendalikan diri. Kecemasan (ansietas) moral merupakan rasa takut atau
rasa cemas yang timbul dari hati yang diakibatkan antara ego dan superego saling
bertentangan (Hall, 2019: 112-121).

3. Perkembangan Kepribadian
Suryabrata (dalam Haslinda, 2013: 14), menyatakan bahwa aspek
perkembangan kepribadian dibedakan menjadi dua, yaitu identifikasi dan pemindahan
objek. Identifikasi didefinisikan sebagai suatu perkembangan kepribadian seseorang
dengan mengambil atau meniru kepribadian lain dan disesuaikan dengan pribadinya
sendiri yang bertujuan untuk menghilangkan rasa cemas diri. Selanjutnya, pemindahan
objek dapat didefinisikan sebagai suatu perkembangan kepribadian dengan mengganti
objek yang dapat menghilangkan rasa cemas dalam diri seseorang.

2.2.2 Konflik Batin


Menurut Wijaksono (dalam Pratiwi, 2020: 35) konflik batin merupakan konflik
yang timbul dalam hati atau konflik yang muncul karena adanya gagasan atau keinginan

9
dua orang atau lebih yang saling bertentangan yang memengaruhi sikap dan tingkah
laku seseorang. Nurgiyantoro (2105: 181-182) juga menyatakan bahwa konflik batin
merupakan konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh. Bisa disebut juga
konflik batin merupakan konflik dengan dirinya sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, konflik batin merupakan konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan
atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga
memengaruhi tingkah laku. Kurt Lewin (dalam Pratiwi, 2020: 23) menyebutkan
pendapat lain tentang konflik yaitu konflik memiliki beberapa bentuk, antara lain
konflik mendekat-mendekat, konflik mendekat-menjauh, dan konflik menjauh-
menjauh. Konflik mendekat-menjauh merupakan konflik yang muncul jika semua
motif menyenangkan sehingga terjadi kebimbangan dalam memilih. Kemudian konflik
mendekat-menjauh merupakan konflik yang muncul ketika adanya dua motif yang
bertentangan yaitu motif menyenangkan dan motif merugikan pada suatu objek
sehingga menimbulkan kebimbangan antara memilih mendekat pada objek tersebut
atau menjauh. Dan yang terakhir, konflik menjauh-menjauh yang merupakan konflik
yang muncul ketika motif merugikan suatu objek terjadi pada waktu bersamaan
sehingga harus menjauhi objek tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa konflik batin berasal dari dalam hati, konflik batin disebabkan oleh
pententangan antara dua keinginan, dan konflik batin dapat memengaruhi tingkah laku
seseorang

2.2.3 Struktur Kepribadian Sigmund Freud


Menurut Yuswinardi (2006: 51) kata kepribadian berasal dari kata personality
(Inggris) yang berasal dari kata “persona” (latin) yang berarti kedok atau topeng, yaitu
tutup muka yang sering dipakai oleh para pemain-pemain panggung untuk
menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Kepribadian adalah bagian
dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah
belah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami aku, diri, self,
atau memahami manusia seutuhnya (Alwisol, 2009:2). Freud membedakan kepribadian
menjadi tiga system atau aspek, yaitu:
• Das Es (the id), yaitu aspek biologis,
• Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis,
• Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.

10
Ketiga aspek tersebut, masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen,
prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya
sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap
tingkah laku manusia, tingkah laku selalu merupakan hasil sama dari ketiga aspek itu.
Jika salah satu aspek tersebut tidak berfungsi, aka nada ketimpangan. Freud juga
menyampaikan bahwa id (the id) merupakan jembatan antara segi biologis dan psikis
manusia, sehingga id bersifat primitive. Karena berisi dorongan primitif, id bersifat
kaotik (kacau, tanpa aturan), tidak mengenal moral, tidak memiliki rasa benar-salah.
Satu-satunya hal yang diketahui oleh id adalah perasaan senang-tidak senang, sehingga
id dikatakan bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle). Id selalu
mengejar kesenangan dan menghindari ketegangan. Apabila dorongan-dorongan yang
ada pada id tersebut terpenuhi dengan segera maka akan menimbulkan rasa senang,
puas serta gembira. Namun, apabila tidak dipenuhi atau dilaksanakan dengan segera
maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Berlawanan dengan id yang bekerja berdasarkan
prinsip kesenangan, ego bekerja berdasarkan prinsip realitas (reality principle). Hal ini
berarti ia dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk pemuasan lain yang lebih
sesuai dengan batasan lingkungan (fisik maupun sosial) dan hati nurani. Ego
menjalankan proses sekunder (secondary process), artinya ia menggunakan
kemampuan berpikir secara rasional dalam mencari pemecahan masalah terbaik.
Superego adalah system kepribadian ketiga dalam diri seseorang yang berisi kata hati.
Kata hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan memiliki nilai-nilai aturan dan
norma-norma dalam masyarakat sehingga merupakan control atau sensor terhadap
dorongan-doroangan yang dating dari id. Superego menghendaki agar dorongan-
dorongan tertentu saja dari id yang direalisasikan, sedangkan dorongan- dorongan yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai moral agar tetap tidak dipenuhi. Superego bersifat non
rasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang
telah dilakukan maupun baru dalam pikiran. Ada tiga fungsi dari superego: Pertama,
mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistic dengan tujuan-tujuan moralistis.
Kedua, memerintah impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan
dengan standart nilai masyarakat. Ketiga, mengejar kesempurnaan.

11
2.2.4 Konflik Batin
Wirawan (2010:2) berpendapat bahwa konflik merupajan salah satu esensi
kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam.
Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, pola piker, strata social, ekonomi, sistem
hukum, bangsa, ras, aliran politik, budaya dan aliran hidupnya. Pada sejarah umat
manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada
perbedaan tersebu, konflik tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Menurut Sayuti
(2000: 42-43) konflik dalam cerita dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, konflik
dalam diri seseorang yang disebut dengan konflik kejiwaan yang berupa perjuangan
melawan diri sendiri dalam penentuan keputusan yang akan diambil. Kedua, konflik
antara seseorang dengan masyarakat yang disebut konflik batin sosial yang berkaitan
dengan permasalahan sosial. Ketiga, konflik antara manusia dan alam yang disebut
konflik alamiah yang muncul karena seseorang tidak dapat memanfaatkan alam dengan
baik.
Konflik batin adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam sastra
diartikan bahwa konflik merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita
rekaan atau drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri
satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya (Alwi dkk, 2005: 587) Jenis
konflik batin dijelaskan Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2009: 292-293), bahwa konflik
batin mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:
1. Konflik mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict)
Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif
(menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih
satu diantaranya.
2. Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict)
Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan
mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (tidak
menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi
objek itu
3. Konflik menjauh-menjauh (Avoidance- Avoidance Conflict)
Konflik ini terjadi apabila saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif, dan
muncul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif
yang lain juga negatif.

12
Stanton (dalam Nurgiantoro 2002: 124) berpendapat bahwa konflik sebagai
sebuah kejadian yang dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu konflik eksternal
(external conflict) dan konflik internal (internal conflict). Selanjutnya konflik
dipertegas Jane (dalam Nurgiantoro 2002:124) yang menyatakan bahwa konflik
eksternal (external conflict) adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan
sesuatu yang diluar dirinya, mungkin dengan lingkungan manusia. Konflik internal
(internal conflict) atau konflik kejiwaan (batin) adalah yang terjadi dalam hati, jiwa
seorang tokoh (tokoh-tokoh) dalam cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami
manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang
manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan,
keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah-masalah lainnya.
Kedua konflik tersebut saling berkaitan menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain
dan dapat terjadi bersamaan (Nurgiyantoro, 2002: 122-124). Berdasarkan pendapat
tersebut dapat diketahui bahwa konflik batin adalah dorongan atau kebutuhan yang
muncul secara bersamaan yang memaksa seseorang menghadapinya. Konflik batin juga
merupakan keadaan ketika hati nurani mengalami ketidaksesuaian dengan pemikiran
sehingga timbul kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi karena muncul secara bersamaan.

13
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif


kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan oleh
peneliti dengan menjelaskan atau menggambarkan informasi atau data yang terkandung
dalam novel, dan tidak berupa angka. Penelitian ini menggunakan metode dekriptif
kualitatif karena sesuai dengan informasi atau data yang didapat dalam objek penelitian
ini yaitu novel yang berupa kata, kalimat, serta dialog dan tidak berupa angka.

3.2 Pendekatan

Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra.


Secara umum tujuan pendekatan psikologi sastra adalah untuk memahami aspek
kejiwaan tokoh yang terdapat dalam novel. Pendekatan psikologi sastra ini digunakan
peneliti untuk mengkaji aspek kejiwaan dan konflik batin pada tokoh dalam novel Si
Anak Savana.

3.3 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data penelitian ini berupa cerita dalam novel, dialog, perilaku tokoh,
serta konflik batin yang dialami tokoh dalam novel yang berjudul Si Anak Savana yang
ditulis oleh Tere Liye, yang diterbitkan oleh PT Sabak Grip Nusantara pada tahun 2022
dengan tebal buku 382 halaman. Data penelitian ini berupa konflik batin tokoh utama
Wanga dalam novel Si Anak Savana.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapat informasi atau data dalam penelitian, dibutuhkan teknik


pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
membaca dan mencatat. Membaca secara menyeluruh sumber data yaitu novel Si Anak

14
Savana karya Tere Liye dan mencatat informasi atau data yang berhubungan dengan
penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Ada beberapa langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Membaca meyeluruh dan secara berulang novel Si Anak Savana karya Tere
Liye.
2. Mencatat atau menggarisbawahi informasi terkait penyebab konflik batin pada
tokoh dalam novel Si Anak Savana karya Tere Liye.
3. Mencatat atau menggarisbawahi informasi yang berhubungan dengan topik
penelitian ini yaitu konflik batin tokoh Wanga dalam novel Si Anak Savana
karya Tere Liye.
4. Mencatat atau menggarisbawahi informasi terkait akibat yang timbul
munculnya konflik batin pada tokoh dalam novel Si Anak Savana karya Tere
Liye.
5. Mengelompokkan data yang menunjukkan konflik batin pada tokoh dalam
novel Si Anak Savana karya Tere Liye berdasarkan psikologi Sigmund Freud.
6. Mendeskripsikan atau menjelaskan bentuk konflik batin, penyebab dan
akibatnya pada tokoh dalam novel Si Anak Savana karya Tere Liye.
7. Membuat simpulan.

15

Anda mungkin juga menyukai