PENDAHULUAN
Plaza Millenium Medan merupakan salah satu pusat perbelanjaan masyarakat kota
Medan, dimana tempat terjadinya aktivitas ekonomi. Meningkatnya kegiatan ekonomi akan
membawa dampak pada permintaan akan fasilitas yang menunjang kegiatan tersebut.
Meskipun plaza Millenium Medan ini sudah beroperasi, aktivitasnya telah terlihat adanya
bangkitan parkir yang cukup tinggi. Sehingga dalam aktivitasnya tidak terlepas dari masalah
transportasi. Dalam kaitannya dengan masalah transportasi, parkir adalah salah satu bagian
yang apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif bagi kelancaran
arus lalu lintas, sehingga perlu adanya perencanaan yang matang dalam penyediaan fasilitas
parkir. Dengan adanya keadaan ini maka pihak pengelola Plaza Millenium Medan berusaha
aktivitas bisnis dalam gedung dan disekitar gedung dan juga untuk memperlancar arus lalu
lintas di depan plaza Millenium Medan. Kebutuhan akan lahan parkir pengunjung serta
sarana dan prasarana, berimplikasi pada besarnya permintaan masyarakat untuk mendapatkan
Sistem transportasi merupakan salah satu hal penting bagi suatu kota, terutama di kota
besar seperti Kota Medan. Hal ini menyebabkan sistem transportasi menjadi hal yang penting
dalam menjaga keefektifan kota tersebut. Oleh karena itu, pemerintah telah melakukan
berbagai cara untuk mengatur sistem transportasi, salah satunya dengan menyusun peraturan
perundang-undangan yang memuat aturan mengenai lalu lintas, angkutan jalan dan
kendaraan, yaitu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UU LLAJ). Selain itu, pemerintah Kota Medan juga
telah memberikan wewenang kepada Perusahaan Daerah Parkir Kota Medan (selanjutnya
disebut PD-Parkir Kota Medan). Pada Pasal 3 ayat (2) Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Parkir Tepi Jalan Umum Dalam Daerah Kota Medan yang memuat
aturan bahwa Direksi berwenang menetapkan pembagian titik tempat parkir, jenis kendaraan
pengguna tempat dan jasa parkir, tarif jasa penggunaan fasilitas parkir serta perbaikan sarana
dan prasarana parkir. Adanya tukang parkir yang telah terdaftar pada PD-Parkir Kota Medan
juga berperan dalam mengurangi permasalahan lalu lintas di Kota Makassar dengan
2006 tentang Pengelolaan Parkir Jalan Umum Dalam Daerah Kota Medan yang memuat
Juru parkir wajib memberi karcis parkir kepada pengguna tempat parkir;
Juru parkir wajib menggunakan seragam dan atau tanda pengenal yang ditetapkan
oleh Direksi.
Untuk mendaftar menjadi juru parkir, seseorang harus mendatangi dan mendaftar di
PD-Parkir Kota Medan dan akan diberikan binaan sesuai Pasal 11 Peraturan Daerah Nomor
17 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Parkir Tepi Jalan Umum Dalam Daerah Kota Medan.
Namun, permasalahan lalu lintas seperti kemacetan dan pelanggaran lalu lintas masih sering
terjadi di Kota Medan. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat yang
memarkirkan kendaraannya pada bahu jalan. Selain itu, banyak juga tukang parkir ilegal yang
memuat aturan bahwa “kekerasan ialah membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi
(lemah)”. KUHP juga mengategorikan kekerasan yang dilakukan oleh tukang parkir ilegal
terhadap pemilik sebagai tindak pidana penganiayaan. Selain itu, undang-undang tidak
penganiayaan dapat diartikan sebagai perbuatan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak
(penderitaaan), rasa sakit atau luka. Akibat dari melakukan perbuatan tersebut, pada Pasal
351 KUHP memuat aturan bahwa pelaku penganiayaan akan menerima hukuman penjara
selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp.4.000. Para
ahli juga telah menjelaskan yang dimaksud dengan kekerasan yaitu antara lain kekerasan
yang dilakukan sedemikian rupa yang mengakibatkan kerusakan fisik dan psikis yang
Selain kekerasan fisik, tukang parkir ilegal juga kerap kali melakukan cacian, ucapan
tidak pantas, dan merendahkan harkat dan martabat pemilik kendaraan. Adapun undang-
undang yang memuat aturan mengenai kekerasan psikis terdapat pada Pasal 7 Undang-
Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga yang
yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri hilangnya kemapuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang
Permasalahan Lalu lintas terdapat beberapa aspek yang saling berkaitan. Lalu lintas
yang baik adalah yang mampu mewujudkan arus yang lancar, kecepatan yang cukup, aman,
nyaman dan murah. Lalu lintas juga tidak terlepas dari adanya kendaraan yang berjalan atau
berhenti. Untuk kendaraan-kendaraan yang berhenti atau parkir, dapat menimbulkan suatu
masalah yang sangat penting. Kendaraan yang tidak bergerak akan memerlukan tempat parkir
pada tempat pribadi namun selebihnya di parkir di tempat-tempat parkir di luar parkir pribadi.
Kemacetan lalu lintas pada ruas jalan telah menjadi masalah, terutama di negara
berkembang seperti Indonesia. Secara umum ada tiga faktor yang menyebabkan masalah
kemacetan yang semakin lama semakin parah, yaitu terus bertambahnya kepemilikan
kendaraan (demand), terbatasnya sumber daya untuk melaksanakan pembangunan jalan raya
dan fasilitas trasnportasi lainya (supply), serta belum optimalnya pengoperasian fasilitas
transportasi yang ada (sistem operasi). (Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, 2014: 2)
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dalam
1. Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan kekerasan fisik dan psikis kepada
pemilik kendaraan?
mengatasi tindak kejahatan kekerasan fisik dan psikis kepada pemilik kendaraan?
1. Untuk menganalisis faktor penyebab terjadinya kejahatan kekerasan fisik dan psikis
2. Untuk menganalisis pencegahan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam
mengatasi tindak kejahatan kekerasan fisik dan psikis kepada pemilik kendaraan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama dalam bidang hukum
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, terutama hal yang berkaitan dengan
2. Manfaat Praktis
dan psikis
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat undang- undang terkait
Diharapkan dapat menjadi sarana informasi bagi pemilik kendaraan terkait peraturan
TINJAUAN PUSTAKA
Secara etimologi kriminologi berasal dari kata “Crime” yang berarti kejahatan dan “logos”
yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, sehingga kriminologi adalah ilmu tentang
kejahatan atau penjahat. Istilah kriminologi pertama kali digunakan oleh P. Topinard yang
secara umum mengategorikan kriminologi sebagai suatu kejahatan atau suatu tindakan yang
dilakukan oleh orang dan atau instansi yang dilarang oleh undang- undang. Selain itu terdapat
A. W.A.Bonger
teroritis adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengalaman, seperti ilmu pengetahuan
dan sejenisnya, memperhatikan gejala dan mencoba menyelidiki sebab dari gejala tersebut
dengan cara yang ada padanya. Menyelidiki sebab-sebab dari gejala-gejala kejahatan-
kejahatan itu dinamakan etiologi. Di luar kriminologi murni atau kriminologi teoritis tersebut,
terdapat kriminologi praktis atau terapan. Melalui definisi ini, Bonger lalu membagi
manusia yang jahat (somatis). Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban atas
pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa
dan apakah memiliki suatu hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan.
Sosiologi Kriminal. Ilmu pengetahuan ini merupakan suatu kenyataan di masyarakat.
Psikologi Kriminal. Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penjahat yang dapat
B. W.E.Noach
mempelajari tentang faktor-faktor kejahatan dan tingkah laku yang tidak pantas, sebab-
C. Hermann Mannheim
pengertian luas juga termasuk di dalamnya adalah penology, kajian tentang penghukuman
didefinisikan dalam pengertian hukum sebagai tingkah laku yang dapat dihukum menurut
hukum pidana.
D. Wood
teori atau pengalaman, yang berlandaskan dengan suatu perbuatan jahat dan para penjahat,
sifat dan perbuatan seorang penjahat, lingkungan, dan cara mereka di perlakukan oleh
F. S. Seelig
S. Seelig mendefinisikan kriminologi sebagai ajaran tentang gejala yang nyata, atau
G. Frank E. Hagen
Menurut Frank E. Hagen, kriminologi ialah ilmu yang mempelajari tentang kriminal
H. Muljatno
pengetahuan
J. R. Soesilo
oleh berbagai ilmu pengetahuan agar mendapatkan hasil yang dapat di gunakan sebagai suatu
kriminologi sebagai ilmu untuk memahami dan menganalisis suatu faktor-faktor kejahatan,
dan mencari tahu yang melatar belakangi suatu tindakan kejahatan. Kriminologi modern
dikenal 3 (tiga) aliran pemikiran untuk menjelaskan fenomena kejahatan, yaitu kriminologi
A. Kriminologi klasik.
Pada pemikiran klasik pada umumnya yang menyatakan bahwa intelegensi dan
rasionalitas merupakan ciri-ciri fundamental manusia dan menjadi dasar untuk memberikan
penjelasan perilaku manusia, baik yang bersifat perseorangan maupun kelompok, maka
masyarakat dibentuk sebagaimana adanya sesuai dengan pola yang dikehendakinya. Hal ini
berarti manusia mengontrol nasibnya sendiri, baik sebagai individu maupun masyarakat.
Begitu pula kejahatan dan penjahat pada umumnya dipandang dari sudut hukum, yaitu
perbuatan yang dilarang oleh undang- undang pidana, sedangkan penjahat adalah orang yang
hubungan ini, maka tugas kriminologi adalah membuat pola dan menguji sistem hukuman
B. Kriminologi positivis.
Aliran pemikiran ini menolak pandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh
faktor-faktor di luar kontrolnya, baik yang berupa faktor biologis maupun kultural yang
berarti manusia bukan makhluk yang bebas untuk berbuat menuruti dorongan kehendaknya
dan pemikirannya, tetapi merupakan makhluk yang dibatasi atau ditentukan oleh situasi
biologis atau kulturalnya. Aliran pemikiran ini telah menghasilkan 2 (dua) pandangan yang
berbeda, yaitu “determinis biologis” aliran pemikiran yang mengajarkan bahwa tingkah laku
manusia yang terkait pada genetik di turunkan oleh generasi sebelumnya, fsedangkan
“determinis kultural” merupakan aliran pemikiran yang mengajarkan tingkah laku manusia
berkaitan dengan pengaruh sosial dan budaya dari lingkungan sekitarnya. Aliran positivis
kejahatan melalui studi ilmiah ciri-ciri penjahat dari aspek fisik, sosial, dan kultural. Oleh
karena kriminologi positivis ini dalam hal-hal tertentu menghadapi kesulitan untuk
batasan kejahatan secara alamiah, yaitu lebih mengarahkan pada batasan terhadap ciri-ciri
C. Kriminologi kritis.
Aliran pemikiran ini mulai berkembang pada beberapa dasawarsa terakhir ini,
khususnya setelah Tahun 1960-an, yaitu sebagai pengaruh dari semakin populernya perspektif
labelling. Aliran pemikiran ini tidak berusaha menjawab persoalan-persoalan apakah perilaku
manusia itu “bebas” ataukah ditentukan, akan tetapi lebih mengarahkan pada proses-proses
yang dilakukan oleh manusia dalam membangun dunianya di mana dia hidup. Dengan
pemberian batasan kejahatan kepada orangorang dan tindakan-tindakan tertentu pada waktu
dan tempat tertentu. Pendekatan dalam aliran pemikiran ini dapat dibedakan antara
Adapun fungsi kriminologi yang dijelaskan oleh Paul Moedikdo, yaitu untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap penyimpangan norma dan nilai, yang di
atur dalam hukum pidana maupun yang tidak di atur dalam hukum pidana, khususnya
terhadap perilaku yang sangat merugikan masyarakat dan manusia dan juga terhadap reaksi
sosial terhadap penyimpangan itu sendiri. Selain itu, Sudarto menjelaskan fungsi kriminologi
terhadap hukum pidana yaitu untuk melihat secara kritis hukum pidana yang berlaku dan
hukum pidana, Sudarto juga menjelaskan kriminologi sebagai “bukan ilmu yang
kebijakan”. Tujuan lain dari kriminologi ialah mengungkapkan suatu konsep sebuah
kejahatan serta prosesnya yang bertolak belakang dengan pikiran akal sehat yang dianggap
A. Proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana (making laws). Dalam proses
membahas mengenai:
1. Definisi kejahatan.
2. Unsur-unsur kejahatan.
5. Statistik kejahatan.
2. Teori-teorikriminologi.
C. Reaksi terhadap pelanggaran hukum (reacting toward the breaking of laws), dimana
reaksi ini bukan hanya bagi yang melanggar hukum yaitu tindakan represif tetapi juga
terhadap calon yang melanggar hukum berupa tindakan upaya pencegahan kejahatan
(criminal prevention), dalam reaksi terhadap pelanggaran hukum (reacting toward the
1. Teori-teori penghukuman.
meliputi proses pelanggaran pembuatan hukum, reaksi atas pelanggaran hukum dan
pelanggaran hukum.
Ruang lingkup kriminologi menurut Martin L. Haskell dan Lewis Yablonsky ialah
sebagai studi ilmiah tentang kejahatan dan penjahat yang meliputi: Sifat dan luas
kejahatan; Pembinaanpenjahat; Perkembangan hukum pidana dan pelaksanaan
Perparkiran merupakan bagian penting dalam manajemen lalu lintas, untuk itu
dibutuhkan dukungan kebijakan perparkiran yang harus dilaksanakan secara konsisten dan
teratur. Sasaran utama kebijakan itu adalah pengendalian wilayah, meningkatkan fungsi dan
peranan jalan serta keselamatan lalu lintas. Bila permintaan terhadap parkir meningkat dan
tidak mungkin untuk memenuhinya, maka sudah tentu mempertimbangkan penerapan suatu
kebijaksanaan cara lain untuk mengendalikannya. Adapun kebijakan parkir tersebut antara
lain
Ada dua macam larangan parkir yaitu larangan berdasarkan tempat dan larangan
rawan kecelakaan. Sedangkan untuk larangan berdasarkan waktu diterapkan pada daerah-
daerah yang terjadi kemacetan hanya pada jam- jam tertentu, sehingga pada jam-jam tersebut
larangan parkir diberlakukan untuk mengurangi kemacetan arus lalu lintas. Adapun tempat-
1. Sepanjang 6 meter, sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki atau
2. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang dari
500 m.
5. Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang tegak lurus.
6. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan.
8. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau sumber air
sejenis.
Pembatasan wilayah parkir tidak hanya berlaku untuk parkir di badan jalan tetapi juga
berlaku untuk parkir di luar badan jalan terutama di jalan-jalan utama dan di pusat-pusat kota.
Kebijakan ini akan sangat efektif untuk meningkatkan tingkat pelayanan jalan. Wilayah-
wilayah yang dilayani dengan jalan utama perlu dipikirkan untuk suatu penerapan kebijakan
parkir dengan pembatasan wilayah. Kebijakan parkir dengan pembatasan wilayah memiliki
Manajemen parkir
Kebijakan ini diberlakukan pada parkir di badan jalan dan parkir di luar badan jalan.
Manajemen parkir dilakukan dengan menerapkan kebijakan tarif parkir. Penerapan kebijakan
ini dimaksudkan untuk menentukan tarif parkir yang tepat, sehingga retribusi parkir
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini jenis penelitian yang digunakan berdasarkan rumusan
masalah adalah jenis penelitian deskriptif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Effendi
dan Singarimbun, 1989:4), sedangkan metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian kuantitatif
merupakan jenis penelitian dengan mengunakan data-data tabulasi, data angka sebagai bahan
Adapun batasan lokasi penelitian di lakukan di sekitar Plaza Millenium, yaitu dimulai dari:
Sepanjang koridor jalan Pengayoman yang berbatasan dengan jalan Adhyaksa Baru
Sepanjang koridor jalan Boulevard yang berbatasan dengan jalan Adhyaksa Lama
Pengayoman.
Koridor Jalan Pengayoman dan Jalan Boulevard merupakan tipe jalan kolektor
primer, dimana kedua jalan tersebut menghubungkan antara Jalan A.P. Pettarani yang
merupakan kawasan perkantoran, dan perdagangan dengan kedua jalan ini yang juga
Koridor Jalan Bougenville merupakan jalan yang biasa mengalami kemacetan akibat
aktivitas parkir ilegal di badan jalan, dimana jalan ini terdapat perkantoran,
Tidak diambilnya Jalan Adhyaksa Baru karena penggunaan lahan yang tidak
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 3 bulan. Yang dimulai pada bulan Februari
1. Populasi
Populasi adalah seluruh unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti.
Semua kendaraan roda empat maupun roda dua yang memberhentikan kendaraannya
penelitian.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang akan diteliti. Berdasarkan metode
analisis yang digunakan, maka sampel penelitian yang akan dikumpulkan adalah sebagai
berikut :
Sampel waktu (hari) yang diambil dapat mewakili kondisi (hari kerja dan hari
Pengambilan data survey kendaraan lalu lintas dan pengguna parkir di sekitar Plaza
Millenium yang dilakukan di lokasi penelitian pada hari sabtu, minggu, dan senin selama 6
jam dengan 3 titik pengamatan selama 2 hari yaitu hari kerja dan hari libur/akhir pekan.
Pengambilan data dilakukan secara bertahap dan hanya pada saat cuaca cerah dan dicatat
1. Observasi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang
lebih akurat dan sekaligus mencocokkan data dari instansi terkait dengan data yang
sebenarnya di lapangan, yaitu data ruas jalan dan lalu lintas, serta data parkir di lokasi
penelitian
2. Pendataan instansi-instansi terkait, yaitu metode pengumpulan data melalui instansi
terkait guna mengetahui data kualitatif dan kuantitatif baik dalam bentuk data statistik
maupun dalam bentuk peta yang dikumpulkan dari berbagai dinas dan instansi.
3. Telaah pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sumber- sumber
dan lain sebagainya, akan kita dapat peroleh dari kepustakaan tanpa mempelajari
bahan-bahan ini kita tidak dapat mencapai hasil yang memuaskan pada penelitian.
4. Studi Dokumentasi, untuk melengkapi data maka kita memerlukan informasi dari
dokumentasi yang ada hubungannya dengan obyek yang menjadi studi. Caranya yaitu
Variabel dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat diukur
secara kuantitatif ataupun kualitatif. Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan
berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana suatu rancangan penelitian
semakin sedikit variabel penelitian yang digunakan. Adapun variabel yang digunakan dalam
1. Aktifitas parkir
2. Hambatan samping