Anda di halaman 1dari 153

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara hukum adalah negara yang mendukung hukum yang menjamin

keadilan bagi warganya. Keadilan merupakan prasyarat untuk mewujudkan hidup

bahagia bagi warga negara, dan sebagai landasan keadilan, perlu ditanamkan rasa

moral pada setiap orang agar menjadi warga negara yang baik. Demikian pula,

supremasi hukum hanya bisa benar-benar ada jika mencerminkan perlakuan adil

terhadap warga negara Anda.1 Pasal 1.3.3 Undang-Undang Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “Negara Hukum

Indonesia”. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan

negara hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada

kekuasaan yang tidak bertanggung jawab.

Semakin lama waktunya, semakin banyak pula alat transportasi yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Transportasi merupakan sarana

komunikasi dengan masyarakat yang berperan penting dalam percepatan

pembangunan kita. Masalah transportasi merupakan salah satu masalah di tingkat

nasional yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan masyarakat.2

1
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: Sinar
Bakti, 1988), hal. 153.
2
Soetandyo, Wignjosoebroto, Hukum dalam Masyarakat (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),
Hlm.. 13

1
2

Ada tiga komponen transportasi yaitu manusia sebagai pengguna,

kendaraan dan jalan Interaksi satu sama lain saat mengemudikan kendaraan yang

memenuhi persyaratan kebugaran diperiksa oleh pengemudi sesuai dengan

peraturan lalu lintas yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan lalu lintas dan

peraturan lalu lintas, serta sesuai dengan persyaratan geometris. Dari sekian

banyak kecelakaan dapat disimpulkan bahwa kelelahan dan kelalaian pengemudi

merupakan penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. Faktor manusia merupakan

penyebab utama terjadinya kecelakaan di jalan raya akibat kelalaian atau kelalaian

pengemudi saat mengemudikan kendaraannya.3

Permasalahan pada jalur penyaliban adalah keseimbangan antara kapasitas

jaringan jalan dengan jumlah kendaraan yang melintas dan jumlah orang yang

menggunakan jalan tersebut. Ketika kapasitas jaringan jalan hampir jenuh apalagi

terlampaui, terjadi overload. Masalah ini sering dikacaukan dengan masalah

transportasi. Angkutan adalah pengangkutan orang dan / atau barang dari suatu

tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan kendaraan yang diperhitungkan. Ini

adalah keseimbangan antara kapasitas alat angkut dengan jumlah barang dan

orang yang akan diangkut. Jika kapasitas armada kurang dari yang dibutuhkan,

banyak barang dan orang tidak akan terangkut atau keduanya akan dijejali

kendaraan yang ada.4

Hukum harus adil untuk ditegakkan atau ditegakkan. Namun hukum tidak

sama dengan keadilan. Hukum umum mengikat secara fundamental untuk semua

3
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Hlm..62.
4
Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan Peradilan Pidana (Kumpulan Artikel, Buku
Kedua), (Jakarta: Pusat Keadilan dan Nasihat Hukum (dahulu Inhlm.itut Kriminologi), Universitas
Indonesia, 2007), hal. 85.
3

orang.5 Di Indonesia, peraturan lalu lintas dan lalu lintas di Republik Indonesia,

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas

Jalan, diatur secara nasional.6

Semakin lama waktunya, semakin banyak pula alat transportasi yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Transportasi merupakan sarana

komunikasi dengan masyarakat yang berperan penting dalam percepatan

pembangunan kita. Masalah transportasi merupakan salah satu masalah di tingkat

nasional yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan masyarakat. 7

Pengertian angkutan menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 tentang angkutan jalan raya adalah “pergerakan kendaraan dan orang dalam

angkutan jalan raya”. Pasal 1 angka 23 UU 22/2009 tentang Lalu Lintas Jalan

mendefinisikan kecelakaan lalu lintas sebagai kejadian yang tidak terduga di jalan

raya di mana kendaraan, dengan atau tanpa pengguna jalan lain, secara tidak

sengaja terlibat dan mengakibatkan kematian atau cedera. - Terluka / korban.

Secara umum kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh 4 (empat) faktor yang saling

berkaitan, yaitu faktor manusia, kendaraan, jalan raya dan lingkungan.

Berdasarkan studi yang telah dilakukan terhadap keempat faktor tersebut maka

faktor manusia memegang peranan paling penting.8

Pengemudi yang tidak masuk akal adalah orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor dengan penuh perhatian dan tidak menderita penyakit,

5
Wirjono Prodjodikoro, Principles of Criminal Law in Indonesia (Bandung: Refika
Aditama, 2003), Hlm.. De 20e
6
Zainal Asikin, Pengantar Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Hlm..Tanggal
21
7
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum dalam Masyarakat (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),
Hlm.. 13
8
Rinto Raharjo, Frictionless Traffic (Yogyakarta: Shafa Media, 2014), Hlm..80.
4

kelelahan, mengantuk, menelepon, menonton TV atau video di dalam mobil, atau

meminum minuman beralkohol atau beralkohol sehingga pengemudi dapat

menggunakan narkoba. sehingga Anda dapat mengendarainya sambil

mengoperasikan kendaraan. Jika lalai dan menyebabkan kecelakaan lalu lintas

saat dalam perjalanan, mereka menghadapi hukuman tiga bulan penjara atau

denda Rp 750.000. Kegagalan fokus dalam mengemudikan kendaraan bermotor

merupakan pelanggaran lalu lintas dan dapat mengakibatkan kecelakaan lalu

lintas.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Pasal 106 ayat 1, menyatakan

bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya harus

mengemudikan kendaraannya secara alami dan penuh konsentrasi. Dan Pasal 283

menyatakan bahwa siapa pun yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan

dan melakukan kegiatan lain atau terkena kondisi yang mengganggu saat

mengemudi diancam dengan hukuman maksimal 3 bulan atau lebih. denda

maksimal Rp 750.000.

Bahkan banyak kendaraan baik roda 4x4 maupun roda dua yang

menggunakan handphone atau handphone saat mengemudi / karena sedang

mengemudi. dapat mengganggu pengemudi. Seperti yang bisa kita lihat di kota

Pekanbaru, di mana kendaraan roda dua menggunakan telepon genggam seperti

ojek online, Grab, Gojek dan Maxim ada di antaranya. Ini sangat berbahaya bagi

pengemudi atau orang lain dan dapat terjadi kecelakaan. Artikel ini menjelaskan

bahwa setiap pengemudi yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan

memiliki kewajiban untuk mengemudikan kendaraannya dengan benar,


5

berkonsentrasi, dan memberikan sanksi kepada pelaku tindak pidana. Artikel ini

belum digunakan sebagai pencegah oleh pihak berwenang dan sejauh ini telah

digunakan. Pengemudi menggunakan telepon saat mengemudi.

Sopir yang tidak cocok


Tabel 1

Data dari Satuan Lalu Lintas Polres Pekanbaru

Lawan pengendara sepeda motor yang tidak wajar di Pekanbaru

Tahun 2019 s / d 2020

Jumlah Pengendara Motor


No. Tahun
yang Tidak Wajar
1 2019 12497

2 2020 3424

Terhadap latar belakang permasalahan yang muncul, penulis menyebutkan

judul “PENERAPAN SANKSI TERHADAP PENGENDARA MOTOR YANG

TIDAK WAJAR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN

2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA

PEKANBARU”
6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Penerapan Sanksi Terhadap Pengendara Kendaraan

Bermotor Yang Tidak Wajar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru?

2. Bagaiamanakah Hambatan dan Upaya Mengatasi Kendala Dalam

Penerapan Sanksi Terhadap Pengendara Kendaraan Bermotor Yang Tidak

Wajar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sehubungan dengan masalah pokok yang diuraikan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis, mengidentifikasi dan menjelaskan:

1. Tujuan Penelitian

a. Analisis penalti pengemudi untuk alasan yang tidak masuk akal Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di

Kota Pekanbaru.

b. Analisis hambatan dan upaya mengatasi kendala dalam pengenaan sanksi

yang kurang memadai bagi pengemudi kendaraan bermotor Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di

Kota Pekanbaru.
7

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teori diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi

pembaca dan sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang hukum khususnya hukum ketatanegaraan.

b. Menjadi rujukan bagi peneliti berikut dan memperkaya khazanah ilmu di

bidang ilmu.

c. Memberikan informasi kepada lembaga penegak hukum, jaksa dan hakim

yang terlibat dalam pembuatan kebijakan.

D. Tinjauan Pustaka

Riset tentang “Pengenaan Hukuman Terlarang bagi Pengemudi Kendaraan

Bermotor Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di Kota PekanbaruSelama penulis bisa membaca literatur, belum

pernah ada sebelumnya. Penelitian ilmiah dan artikel telah dicari, dan beberapa

penelitian telah melihat topik serupa, tetapi tidak ada penelitian lain yang

menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor yang tidak jujur dengan sengaja

didenda.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di Kota PekanbaruPenulis penelitian ini berbeda dengan

penelitian sebelumnya seperti:

Pertama Kajian Sri Endah Wahyuningsih yang berjudul “Efektifitas

Penerapan Denda terhadap e-ticket bagi Pelanggar Lalu Lintas Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


8

Jalan”,9 Disertasinya adalah tentang penggunaan sistem tiket elektronik (e-

ticketing) yang memungkinkan kecepatan dan kenyamanan, keterbukaan proses

tiket atau pertukaran tiket di lokasi. Manfaat bagi perusahaan transportasi yang

menggunakan sistem ETilang antara lain transparan tentang tindakan aparat

pemerintah dalam kegiatan pemerintahan dan memberdayakan masyarakat ketika

masyarakat diharapkan berperilaku baik terhadap orang lain dengan mengetahui

peraturan yang berlaku. untuk mencegah pelanggaran peraturan yang ada.

Kedua Penelitian dilakukan oleh Ferdian Ade Cecar Tarigan. "Penerapan

Denda untuk Pelanggaran Lalu Lintas di Medan." 10Akibat perbuatan tersebut,

penerapan denda bagi pelanggaran lalu lintas diatur dalam ketentuan Pasal 273

sampai dengan 315 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Pengadilan Negeri

Medan telah menetapkan besaran denda yang harus dibayarkan oleh pelaku tindak

pidana sesuai aturan sesuai dengan koordinasi antara pengadilan dan sidang. dan

polisi yang membuat meja kartu. Besarnya denda tergantung kondisi sosial

ekonomi warga Kota Medan. Denda dinilai tidak efektif dalam mencegah dan

mengendalikan pelanggaran lalu lintas, terbukti dengan tingginya angka

pelanggaran lalu lintas di Kota Medan.

ketiga Kajian Endrawati Endrawati berjudul "Penerapan Denda untuk

Membatasi Cakupan Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Palangka

Raya"11Disertasinya menyimpulkan bahwa pengenaan denda atas pelanggaran lalu


9
Sri Endah Wahyuningsih yang berjudul “Efektifitas Penerapan Denda e-Tiket Terhadap
Pelanggar Lalu Lintas Berdasarkan UU Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan Nomor 22 Tahun 2009”,
Skripsi PhD, Mahasiswa Magihlm.er Hukum UNISSULA 2013.
10
Ferdian Ade Cecar Tarigan, bersama juri "Penerapan Denda Pelanggaran Lalu Lintas di
Medan", Disertasi, Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013
11
Endrawati Endrawati, dengan judul "Denda telah diberlakukan di Kota Palangka Raya
untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas, Skripsi, Hukum, Universitas Palangka Raya,
Kalimantan Tengah, 2016.
9

lintas tidak berbanding lurus dengan penurunan pelanggaran lalu lintas. Denda

terhadap pelanggar lalu lintas tidak menghalangi.

Keempat Pemeriksaan Sandy Afriansyah atas "Denda Lalu Lintas di

Pengadilan Negeri Banda Aceh"12Dalam karya ini disimpulkan bahwa pengenaan

denda atas pelanggaran lalu lintas di pengadilan di Banda Aceh masih berkaitan

dengan tata cara KUHAP. Keberadaan loket yang disepakati antara pengadilan,

jaksa penuntut umum, dan kepolisian menjadi dasar hukum penerimaan tilang. 4

(SEMA) 1993 terkait dengan kondisi sosial ekonomi di suatu daerah. Hukuman

Bandan (kurungan atau penahanan) karena pelanggaran lalu lintas tidak pernah

dijatuhkan di Pengadilan Banda Aceh.

KelimaPemeriksaan Dina Rahmadani bertajuk "Faktor Penyebab

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Menyebabkan Luka Berat, Dan Upaya

Pengendaliannya Di Pengadilan Negeri Padang".13 Hasil penelitian menunjukkan

bahwa faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas dan luka berat antara lain:

pengemudi, pejalan kaki, kendaraan, sarana dan prasarana, lalu lintas jalan /

aparat penegak hukum. Faktor kecelakaan jalan raya yang sering terjadi akibat

human error (faktor manusia). Upaya polisi dalam menangani kecelakaan lalu

lintas adalah: pencegahan dan tindakan represif. Tindakan preventif adalah

tindakan preventif yang dilakukan oleh pihak yang sesuai untuk menghindari

suatu kejadian yang merugikan masyarakat jika tindakan pencegahan dilakukan

sebelum terjadinya kecelakaan. Saat ini terdapat tindakan represif baik berupa

12
Sandy Afriansyah, PhD bidang Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2016,
dengan judul "Pengenaan Denda Atas Pelanggaran Lalu Lintas di Pengadilan Negeri Banda Aceh"
13
Dina Rahmadani, dengan judul "Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan luka berat dan upaya penanggulangannya menjadi kewenangan Polda
Padang",Tesis, Universitas Padang, 2008.
10

upaya pemerintah maupun upaya pencegahan hukum. serta kewajiban Kontribusi

untuk mengatasi dan mengatasi gangguan setelah pelanggaran lalu lintas untuk

melindungi. Adapun kendala yang dihadapi oleh petugas jalan dalam mengatasi

kecelakaan jalan yang mengakibatkan luka berat adalah: kurangnya kesadaran

masyarakat terhadap peraturan jalan, kurangnya sarana dan prasarana pendukung

dalam mengatasi kecelakaan jalan raya, kesulitan dalam menginformasikan

kepada saksi selama proses investigasi kecelakaan jalan, dan kesulitan dalam

Mengatasi kecelakaan lalu lintas. Pengakuan. Kekerasan. Membantu mengatasi

dan mengatasi gangguan yang muncul setelah terjadi pelanggaran lalu lintas.

Hambatan bagi petugas lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas yang

melukai korban jiwa antara lain: kurangnya kesadaran masyarakat terhadap

peraturan lalu lintas, kurangnya dukungan dan infrastruktur untuk mengatasi

kecelakaan lalu lintas, kesulitan dalam memberikan informasi. Dalam penyidikan

kecelakaan lalu lintas, polisi berusaha mencari tahu lokasi kasus tersebut. Bantuan

dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran

lalu lintas. Hambatan yang dihadapi petugas lalu lintas dalam mengatasi

kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan cedera serius antara lain: Kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas. Aturan lalu lintas,

kurangnya sarana dan prasarana pendukung untuk menangani kecelakaan lalu

lintas, kesulitan dalam memberikan informasi selama pengerjaannya. Saat

menyelidiki kecelakaan lalu lintas, polisi berusaha mencari tahu masalah yang

terlibat. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah

terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi petugas lalu lintas dalam
11

mengatasi kecelakaan di jalan yang mengakibatkan cedera serius antara lain:

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas. Hambatan bagi

petugas lalu lintas dalam mengatasi kecelakaan di jalan yang mengakibatkan

korban luka berat antara lain: kurangnya kesadaran masyarakat akan peraturan

lalu lintas, kurangnya dukungan dan infrastruktur dalam mengatasi kecelakaan di

jalan raya; Kesulitan dalam memberikan informasi selama proses tersebut Polisi

ikut serta dalam penyidikan kecelakaan lalu lintas dan berusaha mencari kasus

yang bersangkutan. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan

setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi petugas lalu lintas

dalam mengatasi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan cedera serius antara

lain: kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan lalu lintas, cara

menangani kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan cedera serius, antara lain:

kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan lalu lintas akibat dukungan

sarana dan prasarana yang belum memadai dalam mencegah terjadinya

kecelakaan lalu lintas; Sulit untuk memberikan informasi kepada saksi selama

investigasi kecelakaan lalu lintas. Polisi mencoba mencari pemukulan. Bantuan

dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran

lalu lintas. Hambatan bagi polisi lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu

lintas yang mengakibatkan cedera serius adalah: kurangnya kesadaran masyarakat

akan peraturan lalu lintas, penanganan kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan

cedera serius, antara lain: kurangnya pengetahuan tentang peraturan lalu lintas,

kurangnya fasilitas dan bantuan. Sarana dan prasarana penanganan kecelakaan

lalu lintas, kesulitan menghadirkan saksi untuk mendapatkan informasi pada saat
12

penyidikan polisi tentang kecelakaan lalu lintas terhadap tabrakan. Bantuan dalam

mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu

lintas. Hambatannya bahwa petugas lalu lintas terpapar dalam kecelakaan lalu

lintas yang mengakibatkan cedera serius adalah: kurangnya kesadaran masyarakat

tentang peraturan lalu lintas, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

peraturan lalu lintas, kurangnya sarana dan prasarana pendukung dalam mengatasi

kecelakaan lalu lintas; Kesulitan menawarkan informasi kepada saksi bahwa

polisi mengalami kesulitan menemukan tujuan mereka selama investigasi

kecelakaan lalu lintas. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan

diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi petugas

lalu lintas dalam kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan cedera serius antara

lain: kurangnya pencatatan kesadaran publik tentang peraturan lalu lintas,

kurangnya pengetahuan publik tentang peraturan lalu lintas, kurangnya sarana dan

prasarana pendukung untuk menangani kecelakaan lalu lintas; Sulit untuk

menghadirkan saksi untuk informasi selama investigasi kecelakaan lalu lintas dan

polisi sedang berupaya untuk menyelidiki masalah tersebut. Bantuan dalam

mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu

lintas. Hambatan yang dihadapi petugas lalu lintas dalam kecelakaan lalu lintas

yang mengakibatkan luka berat adalah: Kurangnya kesadaran masyarakat

terhadap peraturan lalu lintas Untuk mendapatkan informasi tentang kejar-kejaran

kecelakaan lalu lintas, polisi kesulitan mendeteksi adanya tabrakan. Bantuan

dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran

lalu lintas. Hambatannya Hal-hal yang dialami petugas lalu lintas dalam
13

kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan cedera serius antara lain: Kurangnya

kesadaran masyarakat tentang peraturan lalu lintas Untuk mendapatkan informasi

tentang investigasi kecelakaan lalu lintas, polisi mengalami kesulitan dalam

mendeteksi tabrakan. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan

diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi petugas

lalu lintas dalam menangani kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan luka

berat adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas

membuat polisi kesulitan untuk mengidentifikasi kasus yang dimaksud. Bantuan

dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran

lalu lintas. Hambatan bagi petugas lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu

lintas, yang mengakibatkan cedera serius adalah: Kurangnya pengetahuan publik

tentang peraturan lalu lintas membuat polisi sulit mengidentifikasi kasus yang

dipermasalahkan. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan

setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi oleh petugas lalu

lintas dalam menangani kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan luka berat

adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas membuat

polisi kesulitan untuk mengidentifikasi kasus yang dimaksud. Bantuan dalam

mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu

lintas. Hambatan bagi petugas lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas

yang menyebabkan luka berat adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang peraturan lalu lintas, Kepolisian bermasalah, mengidentifikasi kasus yang

dimaksud. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah

terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi oleh petugas lalu lintas
14

dalam menangani kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan luka berat adalah:

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas membuat polisi

kesulitan untuk mengidentifikasi kasus yang dimaksud. Bantuan dalam mengatasi

dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas.

Hambatan bagi petugas lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas yang

mengakibatkan luka berat adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

peraturan lalu lintas, polisi kesulitan mengidentifikasi kasus yang bersangkutan.

Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi

pelanggaran lalu lintas. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan

diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi petugas

lalu lintas dalam menangani kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan luka

berat adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas

membuat polisi kesulitan untuk mengidentifikasi kejadian tersebut. Bantuan

dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran

lalu lintas. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah

terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan bagi petugas lalu lintas dalam

menangani kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan luka berat adalah:

Kurangnya pengetahuan publik tentang peraturan lalu lintas menyulitkan polisi

untuk mengidentifikasi kasus yang dipermasalahkan. Bantuan dalam mengatasi

dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Polisi

berusaha mengidentifikasi kasus yang terkena dampak. Bantuan dalam mengatasi

dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Bantuan

dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran


15

lalu lintas. Hambatan bagi petugas lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu

lintas yang mengakibatkan luka berat adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang peraturan lalu lintas, polisi kesulitan mengidentifikasi kasus yang

dimaksud. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah

terjadi pelanggaran lalu lintas. Polisi berusaha mengidentifikasi kasus yang

terkena dampak. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan

setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi

gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang

dihadapi oleh petugas lalu lintas dalam menangani kecelakaan di jalan raya yang

mengakibatkan luka berat adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

peraturan lalu lintas membuat polisi kesulitan untuk mengidentifikasi kasus yang

dimaksud. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah

terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan bagi petugas lalu lintas dalam

menangani kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan cedera serius adalah:

Kurangnya pengetahuan publik tentang peraturan lalu lintas membuat polisi sulit

mengidentifikasi kasus yang dipermasalahkan. Bantuan dalam mengatasi dan

mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan

yang dihadapi petugas lalu lintas dalam menangani kecelakaan di jalan raya yang

menimbulkan luka berat adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

peraturan lalu lintas, polisi kesulitan mengidentifikasi kasus yang dimaksud.

Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi

pelanggaran lalu lintas. Dengan tidak adanya pengetahuan publik tentang

peraturan lalu lintas, polisi kesulitan mengidentifikasi kasus-kasus yang


16

bersangkutan. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan

setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi petugas lalu lintas

dalam menangani kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan luka berat adalah:

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas, Polisi kesulitan

mengidentifikasi kasus yang dimaksud. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi

gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Dengan tidak adanya

pengetahuan publik tentang peraturan lalu lintas, polisi kesulitan mengidentifikasi

kasus-kasus yang bersangkutan. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi

gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Hambatan bagi petugas

lalu lintas dalam menangani kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan luka

berat adalah: Kurangnya pengetahuan publik tentang peraturan lalu lintas

menyulitkan polisi untuk mengidentifikasi kasus yang dipermasalahkan. Bantuan

dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran

lalu lintas. Hambatan bagi petugas lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu

lintas yang mengakibatkan luka berat adalah: Kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang peraturan lalu lintas, polisi kesulitan mengidentifikasi kasus individual.

Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi

pelanggaran lalu lintas. Hambatan yang dihadapi oleh petugas lalu lintas dalam

menangani kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan luka berat adalah:

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan lalu lintas membuat polisi

kesulitan untuk mengidentifikasi kejadian tersebut. Bantuan dalam mengatasi dan

mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Dengan

tidak adanya pengetahuan publik tentang peraturan lalu lintas, polisi mengalami
17

kesulitan dalam mengidentifikasi kasus individu. Bantuan dalam mengatasi dan

mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Dengan

tidak adanya pengetahuan publik tentang peraturan lalu lintas, polisi mengalami

kesulitan dalam mengidentifikasi kasus individu. Bantuan dalam mengatasi dan

mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu lintas. Bantuan

dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran

lalu lintas. Dengan tidak adanya pengetahuan publik tentang peraturan lalu lintas,

polisi mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kasus individu. Bantuan dalam

mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi pelanggaran lalu

lintas. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah terjadi

pelanggaran lalu lintas. Dengan tidak adanya pengetahuan publik tentang

peraturan lalu lintas, polisi mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kasus

individu. Bantuan dalam mengatasi dan mengatasi gangguan diberikan setelah

terjadi pelanggaran lalu lintas.

Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang berfokus pada menghukum

pengendara sepeda motor karena menggunakan alasan yang tidak tepat. Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota

Pekanbaru. Penelitian yang ada terbatas pada diskusi tentang kecelakaan lalu

lintas itu sendiri. '

E. Kerangka Teori

1. Teori Negara Hukum


18

Negara Hukum adalah yang pertama dari jenisnya di bagian ini.

Perkembangan negara hukum merupakan produk sejarah karena rumusan atau

definisi negara hukum berkembang sesuai dengan sejarah perkembangan manusia.

Gagasan negara hukum tidak hanya mengacu pada istilah "rule of law" dan "rule

of law", tetapi juga pada istilah "nomokrasi", yang berasal dari kata "nomos" dan

"cratos". Ciri-ciri negara hukum menurut Friedrich Julius Stahl: hak asasi

manusia, pembagian kekuasaan atas dasar triad politik untuk menjamin hak asasi

manusia, pemerintahan berdasarkan ketentuan hukum dan yurisdiksi administratif

dalam sengketa.14

a. Negara Hukum Klasik

Negara hukum klasik adalah negara hukum dalam arti formal berdasarkan

legalisme, dengan pandangan bahwa hukum identik dengan hukum. Tindakan

penegakan hukum karenanya menyiratkan tindakan penegakan hukum atau

ketentuan legislatif. Secara materiil, negara kesejahteraan kini telah menjadi

negara hukum, dengan pandangan bahwa undang-undang bukan sekedar undang-

undang atau telah ditetapkan secara formal oleh pembuat undang-undang, tetapi

mengedepankan nilai keadilan yang dirasakan oleh warga negara.

Konsep rule of law dan the rule of law muncul dari perjuangan gerakan

individualisme, yang menjadikan negara sebagai penjaga malam atas aktivitas

warga negara dalam memperjuangkan kebebasan individu dalam menentukan

jalan hidupnya. Sikap menjadikan negara hanya sebagai penjaga malam

merupakan konsep supremasi hukum. karena ruang lingkup tugas negara sangat

terbatas dan hanya terbatas pada pelaksanaan hukum parlementer. Negara


14
Fajlurrahman Jurdi, Teori Negara Hukum (Setara Press, 2016), Hlm..24.
19

memiliki kewajiban pasif terbatas untuk bertindak ketika hak asasi manusia

dilanggar atau ketika ketertiban dan keamanan publik terancam. Salah satu konsep

negara hukum dikenal dengan istilah hukum negatif klasik.

Paradigma klasik rule of law mulai berubah setelah Perang Dunia II,

seiring dengan berkembangnya pemikiran Negzra yang berujung pada tuntutan

kesejahteraan rakyat (negara kesejahteraan), karena tugas negara bukan hanya

penjaga malam, tetapi juga negara dan negara. Pemerintah aktif memberikan

pelayanan kepada masyarakat (bakti sosial). Status). Dengan berkembangnya

gagasan bahwa negara harus secara aktif melayani rakyat (negara pelayanan

sosial), konsep klasik negara hukum direvisi dan secara bertahap ditinggalkan.

Menurut hasil International Commission of the Congress of Jurists sebagai

organisasi ahli hukum internasional di Bangkok pada tahun 196515 telah

merumuskan konsep negara hukum yang dinamis atau konsep hukum substantif

yang menjadi ciri negara hukum, yaitu:

1) Perlindungan konstitusi dalam arti konstitusi tidak hanya

memperkenalkan perlindungan hak asasi individu, tetapi juga prosedur

perlindungan hak yang dijamin.

2) Adanya otoritas peradilan yang bebas dan tidak memihak;

3) Kebebasan memilih;

4) Kebebasan berbicara;

5) Kebebasan partisipasi / organisasi dan perlawanan;

6) Adanya pendidikan kewarganegaraan.

15
Daud Abu Busroh, Ilmu Politik (Jakarta: Verlag Bumi Aksara, 2006), hal. 13
20

Dalam praktek kehidupan bernegara modern, konsep rule of law klasik

sebagian besar telah ditinggalkan dan bergeser ke konsep rule of law yang

dinamis, yaitu rule of law substantif dan bukan sekedar rule of law formal. Dalam

konsep negara hukum yang material, negara tidaklah pasif, tetapi di satu sisi

negara harus secara aktif menjamin perlindungan hak-hak individu dan negara

harus secara aktif mewujudkan hak-hak warga negara yang harus dijamin oleh

negara.

b. Negara Hukum Modern

Negara hukum modern (negara kesejahteraan) harus membawa keadilan

bagi semua warga negara. Ini merupakan alat independen bagi pemerintah pusat

dalam menjalankan tugasnya.

Istilah negara hukum modern, postmodern atau postmodern, digunakan

untuk mengkritisi praktek-praktek modernitas. Konsep ini memiliki kreativitas

untuk tidak menempatkan penghuninya sebagai penjaga malam seperti di sekolah

hukum pada umumnya. Postmodernisme secara teratur mencoba melanggar aturan

kapitalisme, mempertanyakan otoritas globalisasi dan menyangkal argumen

hukum yang ada untuk mempertahankan status quo dan tanpa syarat memimpin

jalan menuju negara. Yang terakhir adalah supremasi hukum pasca-kolonial.

Istilah ini bertujuan untuk mencari kajian baru terhadap negara-negara yang

pernah mengalami penjajahan. Oleh karena itu, negara hukum pasca-kolonial

adalah negara yang belum memiliki undang-undang sendiri yang berlaku di masa

lalu. dan hukum,


21

Jadi nampaknya di sinilah studi dimulai, yang mengatakan bahwa

Indonesia adalah negara hukum pasca-kolonial. Sebagai momen penting dalam

arsip sejarah, momen pascakolonial sebagai investigasi sejarah kontemporer masa

lampau akan membawa konsekuensi bagi kelangsungan negara hukum yang

merdeka.

Untuk mencapai tujuan suatu negara, negara hukum modern (negara

kesejahteraan) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:16

1) Ada kebebasan bertindak melalui aparat pemerintah. AM Donner

mengatakan kemerdekaan bukan berarti kebebasan hukum karena

penyelenggaraan pemerintahan masih diatur oleh hukum. Kemandirian

dalam hal penyelesaian, karena undang-undang tidak mengatur

spesifikasinya. Penyelesaian masalah-masalah khusus merupakan

kebijaksanaan pejabat pemerintah. Konsekuensi logis dari pemberian

independensi tindakan adalah sebagian kekuasaan legislatif (dewan

pengawas) dilimpahkan kepada pemerintah (ketatanegaraan) sebagai

badan eksekutif. Jadi ada yang disebut supremasi eksekutif. Namun,

ini tidak masuk akal

2) Keberadaan lembaga pemerintah dikenal dengan sebutan delegasi

legislatif. Legislator pusat tentunya tidak bisa memperhitungkan

persoalan yang muncul di daerahnya masing-masing. Karenanya,

hukum pusat hanya dapat menyelesaikan masalah yang relevan di

seluruh dunia. Sebagai instrumen ketatanegaraan, pemerintah dituntut

16
Muchsan, Pengantar Hukum Adminihlm.rasi Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara Verlag,
1982), hal. 13
22

untuk secara serius mengubah atau menyesuaikan regulasi di setiap

wilayah negara dengan kondisi yang berubah sejak berlakunya regulasi

tersebut. Namun, perubahan ini tidak harus menjadi perubahan yang

mendasar. Dengan adanya pendelegasian legislatif inilah maka muncul

prinsip desentralisasi dan desentralisasi.

3) Dalam negara ketatanegaraan modern terdapat banyak organ negara

yang memiliki lebih dari satu fungsi. Administrasi negara dapat

mengatur dirinya sendiri sebagai badan legislatif jika perlu. Dalam

beberapa kasus penyelenggaraan negara terkadang menjalankan fungsi

yudikatif, sebaliknya kewenangan kehakiman juga dapat menjalankan

fungsi konstitusional (voluntary competence).

UNDP, sebaliknya, mengklasifikasikan bentuk desentralisasi dalam istilah

desentralisasi administratif dan pemerintahan yang baik. Variasi bentuk ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:17

1) Konsentrasi;

konsentrasi atau desentralisasi adalah bentuk umum dari desentralisasi

di mana daerah otonom merupakan bentuk hukum yang mandiri.

Pemerintah pusat dalam hal ini menyerahkan sebagian dari fungsinya

untuk membentuk satuan-satuan pemerintahan yang tidak langsung

berada di bawah kendali pemerintah pusat.

2) Delegasi;

17
Bagio Kadaryanto, Dinamika Pembentukan Daerah Otonomi Baru (Pekanbaru: Verlag
Taman Karya, 2018), Hlm..32.
23

delegasi atau delegasi mengacu pada pengalihan kekuasaan politik dan

administratif ke badan atau organisasi semi-independen seperti

pemerintah atau badan pembangunan lokal untuk tindakan tertentu.

3) Konsentrasi;

konsentrasi Dengan desentralisasi, pembuat kebijakan tertentu,

regulator keuangan dan administrasi berada di bawah tanggung jawab

unit pemerintah pusat.

4) Desentralisasi politik atau demokrasi

Desentralisasi politik mencakup semua transfer kekuasaan

administratif, pajak dan politik. Bentuk ini merupakan bentuk

desentralisasi yang paling dibutuhkan untuk mensukseskan kebijakan

desentralisasi di suatu negara.

c. Negara Kesejahteraan dan Keadilan Sosial

Negara kesejahteraan adalah negara yang pemerintahannya menjamin

kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai kesejahteraan sosial, perlu didasarkan pada

lima pilar negara, yaitu demokrasi, penegakan hukum, perlindungan hak asasi

manusia, keadilan sosial (perilaku sosial), dan anti diskriminasi.

Ide membangun negara kesejahteraan di Indonesia umumnya lebih negatif

daripada positif. Misalnya, kita sering mendengar bahwa sistem kesejahteraan

negara merupakan pendekatan yang boros, tidak sejalan dengan pembangunan

ekonomi, dan menimbulkan ketergantungan pada penerima manfaat. Akibatnya,

sebagian orang percaya bahwa sistem ini telah mencapai tujuannya yang tidak lagi

digunakan di negara mana pun. Meskipun permainan untung-untungan ini jarang


24

disertai dengan pemikiran dan penelitian yang cukup, banyak orang yang kurang

tertarik pada diskusi dan kurang tertarik untuk mempertimbangkan pendekatan

ini.

Lebih baik membahas secara singkat konsep kesejahteraan, yang sering

ditafsirkan berbeda oleh orang dan negara yang berbeda. Dalam kaitannya dengan

Spicker (1995), Midgley, Tracy dan Livermore (2000), Thompson (2005),

Suharto (2005a) dan Suharto (2006), konsep kesejahteraan memiliki setidaknya

empat makna:18

1) Sebagai prasyarat untuk kesejahteraan. Definisi ini umumnya mengacu

pada konsep kesejahteraan sosial sebagai prasyarat untuk memenuhi

kebutuhan materi dan non materi. Kondisi kesejahteraan muncul ketika

kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan

pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan pendapatan dapat

terpenuhi. dan saat orang dilindungi dari risiko besar yang mengancam

hidup mereka.

2) Sebagai layanan sosial. Di Inggris, Australia, dan Selandia Baru,

layanan sosial secara umum mencakup lima bentuk, yaitu jaminan

sosial (jaminan sosial), layanan kesehatan, pendidikan, perumahan,

dan layanan sosial pribadi.

3) Sebagai manfaat sosial. Di Amerika Serikat khususnya, jaminan sosial

diberikan kepada orang miskin karena mayoritas penerima jaminan

sosial adalah orang miskin, cacat, dan pengangguran. Keadaan ini

18
Bagio Kadaryanto, Dinamika Pembentukan Daerah Otonomi Baru (Pekanbaru: Verlag
Taman Karya, 2018), Hlm..33.
25

kemudian mengarah pada konotasi negatif terkait kekayaan, seperti

kemiskinan, kemalasan, ketergantungan, yang sebenarnya lebih detil.

4) Sebagai proses atau tindakan yang direncanakan oleh individu,

lembaga sosial, masyarakat dan lembaga pemerintah untuk

meningkatkan kualitas hidup (definisi pertama) melalui pemberian

pelayanan sosial (makna kedua) dan manfaat sosial (makna ketiga).

Konsep kesejahteraan sosial tidak lepas dari empat definisi kekayaan di

atas. Kemakmuran negara pada hakikatnya mencakup konsep kemakmuran

pertama, kedua dan keempat serta berusaha menghilangkan citra negatif pada

kalimat ketiga. Kemakmuran negara secara umum mengacu pada model

pembangunan ideal yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan

memberikan peran yang lebih menonjol kepada negara dalam memberikan

pelayanan sosial yang universal dan menyeluruh kepada warganya.

Di Inggris, konsep negara kesejahteraan dipandang sebagai alternatif dari

Poor Law yang sering distigmatisasi karena hanya dimaksudkan untuk membantu

masyarakat miskin. Berbeda dengan sistem hukum yang buruk, kebaikan negara

bertujuan untuk menciptakan sistem jaminan sosial yang terlembaga untuk segala

sesuatu yang di satu sisi mencerminkan adanya hak kewarganegaraan dan di sisi

lain merupakan kewajiban konstitusional. Negara kesejahteraan berusaha untuk

memberikan layanan sosial yang terbaik bagi semua warga negara, orang tua dan

anak-anak, pria dan wanita, kaya dan miskin.

Aristoteles, yang merumuskan negara hukum, adalah negara yang berdiri

di depan hukum dan menjamin keadilan warganya. Keadilan merupakan prasyarat


26

untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan warga negara, dan sebaliknya,

keadilan harus menanamkan rasa moralitas agar setiap orang bisa menjadi warga

negara yang baik. Menurut Aristoteles, aturan sebenarnya adalah prosedur yang

mencerminkan kewajaran transaksi antar warga negara. Penyelenggara negara

bukanlah laki-laki, mereka adalah "jiwa yang jujur". Penguasa hanyalah

pemegang hukum dan keseimbangan.

Pasal 1.3 UUD 1945 antara lain menyatakan: “Negara Indonesia adalah

negara hukum, bukan sekedar negara kekuasaan (Machsstaat). Oleh karena itu

jelaslah bahwa cita-cita negara hukum dalam UUD 1945 bukan sekedar negara

hukum. Itu yang diinginkan Hukum tidak semata-mata didasarkan pada kekuasaan

dan dapat menghasilkan atau mencerminkan kekuasaan absolut atau otoriter,

undang-undang tersebut bukan hanya hukum yang didasarkan pada keadilan bagi

rakyat.

Dalam Negara Hukum, Negara Hukum diutamakan, yang kemudian

menjadi legalitas. Unsur-unsur negara hukum:

a. Adanya perlindungan hak asasi manusia (HAM).

b. Memastikan pemisahan dan distribusi kekuasaan negara

c. Perlindungan hak asasi manusia,

d. Peraturan berbasis pemerintah,

e. Adanya pengadilan administrasi; dan

Keterkaitan dengan konsep perlindungan hukum dihasilkan dari

penjabaran unsur-unsur negara hukum, karena konsep negara hukum tidak dapat

dilihat secara terpisah dari gagasan tentang pengakuan dan perlindungan hak asasi
27

manusia. Oleh karena itu, Negara Hukum sangat penting untuk perlindungan

kebebasan sipil warga negara dengan tujuan melindungi hak-hak dasar yang lebih

populer saat ini dalam hak asasi manusia dengan konsekuensi perceraian atau

pemisahan kekuasaan di dalam negara. Pemisahan kekuasaan di dalam negara

dapat mencegah atau setidaknya meminimalkan pelanggaran.

Selain itu, Negara Hukum bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia

melalui pelembagaan peradilan yang independen. Dalam konsep negara hukum

terdapat otoritas administratif yang merupakan lingkungan hukum yang

independen. Negara Anglo-Saxon tidak mengakui supremasi hukum atau

supremasi hukum, tetapi mengakui atau mendukung apa yang disebut "supremasi

hukum" atau supremasi hukum.

Menurut AVDicey, Negara Hukum harus memiliki tiga elemen utama:19

1. Aturan hukum

Dalam negara hukum kedudukan hukum adalah kedudukan tertinggi,

kekuasaan harus tunduk pada hukum, bukan sebaliknya, hukum tunduk

pada kekuasaan, jika hukum tunduk pada kekuasaan kekuasaan dapat

mencabut hukum, dengan kata lain hukum sebagai hukum. Alat

pembenaran. Kekuasaan. Hukum harus menjadi "tujuan" untuk

melindungi kepentingan rakyat.

2. Kesetaraan di depan hukum

Dalam negara hukum, kedudukan penguasa dan rakyat sama di mata

hukum. Satu-satunya perbedaan adalah pada fungsinya, yaitu bahwa

19
Soedjati, Djiwantono, Setengah Abad Negara Pancasila (Jakarta: Center for Hlm.rategic
and International Hlm.udies (CSIS), 1955), Hlm..55.
28

pemerintah diatur dan orang-orang diatur. Ada pedoman yang

mengatur atau mengatur hukum. Ketika tidak ada persamaan hukum,

mereka yang berkuasa merasa di atas hukum. Memang persamaan di

depan hukum berarti tidak ada ruang untuk mendorong terjadinya

kesalahan, tetapi hukum adalah landasan hukumnya.

3. Hak asasi Manusia

Hak asasi manusia memiliki tiga tema utama:

a) Hak atas kebebasan pribadi (Privasi) adalah hak untuk

melakukan sesuatu yang Anda hormati tanpa merugikan orang

lain.

b) Hak atas kebebasan berdiskusi (Kebebasan berdiskusi) yaitu

hak untuk mengutarakan dan mengkritik pendapat, dengan

syarat yang bersangkutan juga harus mau mendengarkan dan

menerima kritik dari orang lain.

c) Hak untuk rapat umum (Kebebasan bertemu) Kebebasan ini

harus dibatasi agar tidak menimbulkan kebingungan atau

memprovokasi.

Di negara-negara konstitusional Eropa kontinental dan negara-negara

konstitusional Anglo-Saxon, adalah hal yang umum bagi keduanya untuk

mengakui keberadaan "negara hukum". Bedanya, di negara bagian Anglo-Saxon

tidak ada pengadilan administratif yang independen, sehingga siapa pun yang

melakukan kejahatan akan diadili di pengadilan yang sama. Sekarang ada

pengadilan administratif dalam hukum Eropa yang berdiri sendiri.


29

2. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan wujud nyata dari penegakan hukum untuk

mencapai keadilan dan kepastian hukum yang dilaksanakan oleh struktur hukum,

yaitu aparat penegak hukum bersuara menentang materi atau muatan hukum

bahkan kepada pelaku kejahatan. Penegakan hukum dalam arti yang lebih luas

mencakup penegakan dan penuntutan hukum serta tindakan hukum terhadap

pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan oleh badan hukum, baik melalui

proses peradilan maupun melalui arbitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa

lainnya (alternatif penyelesaian sengketa atau penyelesaian sengketa).20

Dalam arti yang lebih luas, kegiatan penegakan hukum mencakup segala

kegiatan yang bertujuan untuk memastikan bahwa hukum ditegakkan dan

ditegakkan dengan baik, sebagai seperangkat aturan normatif yang mengatur dan

mengikat komponen hukum utama dalam semua aspek kehidupan publik dan

pemerintahan.21

Penegakan hukum dalam arti sempit mengacu pada kegiatan yang

melibatkan pelanggaran atau penyimpangan dari persyaratan hukum, khususnya

melalui proses pidana yang melibatkan aparat kepolisian, jaksa, pengacara atau

pengacara dan otoritas peradilan, yaitu protagonis H., yang berperan di Uni Eropa.

. Polisi, jaksa, pengacara dan hakim sangat penting dalam proses penegakan

hukum.

Secara umum aparat penegak hukum harus mampu memberikan kepastian

hukum dan memberikan manfaat atau keuntungan bagi masyarakat. Selain itu,
20
Jimly Asshidiqie, Menuju Pemerintahan yang Demokratis (Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer, 2009), Hlm..22
21
Ibid, Hlm..23
30

masyarakat berharap penegakan hukum bisa mewujudkan keadilan. Namun tidak

dapat dipungkiri bahwa apa yang dianggap bermanfaat (sosiologis) belum tentu

adil, sedangkan apa yang dianggap adil (filosofis) belum tentu bermanfaat bagi

masyarakat.

Keadilan harus diperhatikan dalam pelaksanaan penegakan hukum, akan

tetapi keadilan tidak sama dengan keadilan, hukum bersifat universal dan

mengikat semua orang pada umumnya. Siapapun yang mencuri harus dihukum,

siapapun yang mencuri. Keadilan, di sisi lain, bersifat subjektif, individualistis,

dan tidak biasa. Bersikap adil kepada satu orang tidak harus adil kepada orang

lain.

Aparat penegak hukum harus menerapkan hukum tanpa menghilangkan

semangat keadilan. Hanya dengan begitu hukum akan menemukan wajah aslinya,

sebagai instrumen yang diperlukan untuk memenuhi dan melindungi orang dan

tatanan kehidupan sosial, dan bukan sebaliknya, kepada orang dan komunitas di

mana hukum itu ada dan semangatnya. berkorban tidak kehilangan kebenaran

yang merupakan subjek keberadaan dan tuntutan. . Lalu tidak ada

Menurut Hans Kelsen, penuntutan pidana oleh hakim terkait dengan teori

positivisme, di mana keadilan dihasilkan dari hak asasi manusia yang positif.

Dalam hal ini, Hans Kelsen menegaskan bahwa konsep keadilan memiliki makna

yang jelas dan bebas nilai. Ketika hakim terikat pada hukum positif yang ada

berdasarkan konsep legisme dalam konsep positivisme, hakim hanyalah juru

bicara hukum, artinya hakim menyukai atau tidak menyukai suatu peristiwa

berdasarkan hukum. . . harus memiliki konsep hukum yang ada.


31

Syarat Mertokusumo yang dikutip Satjipto Rahardjo memiliki makna,

yaitu bagaimana hukum itu dilaksanakan. Karenanya, aparat penegak hukum

perlu mencari unsur kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.22Tindakan

penegakan hukum oleh lembaga penegak hukum menggunakan tindakan preventif

dan represif. Karena upaya pemberantasan kejahatan melalui jalur non-kriminal

lebih merupakan tindakan pencegahan daripada pencegahan kejahatan, tujuan

utamanya adalah untuk mengatasi faktor-faktor yang berkontribusi pada

terjadinya kejahatan. Faktor-faktor ini termasuk fokus pada masalah atau situasi

yang secara langsung atau tidak langsung mengarah pada peningkatan kejahatan.23

Lawrence M. Friedmanmengemukakan bahwa efektivitas dan

keberhasilan penegakan hukum bergantung pada tiga unsur sistem hukum, yaitu

struktur hukum, muatan hukum, dan budaya hukum. Struktur hukum

mempengaruhi aparat penegak hukum, isi hukum termasuk perangkat hukum, dan

budaya hukum adalah hukum yang hidup yang disahkan dalam masyarakat.

Struktur sistem hukum terdiri dari: jumlah dan ukuran pengadilan,

yurisdiksinya (termasuk jenis kasus yang menjadi yurisdiksinya) dan proses

peninjauan. Struktur juga berarti bagaimana badan legislatif diatur, apa yang

boleh dan tidak boleh dilakukan presiden, prosedur apa yang diikuti polisi, dan

sebagainya. Struktur (struktur hukum) dengan demikian terdiri dari lembaga

hukum yang sudah ada yang seharusnya melaksanakan perangkat hukum yang

ada.

22
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, edisi 2 (Bandung: Alumni, 1986), hal.181.
23
Erdianto Effendi, Peran Hukum Pidana Sebagai Pendidikan Rekayasa Sosial dalam
Masyarakat, Jurnal Hukum Republica. VIII No. 1 November 2008,
Dalamhttps://journal.unilak.ac.id/index.php/Respublica, Diakon pada 10 September 2020.
32

Struktur adalah pola yang menunjukkan bagaimana hukum ditegakkan

dalam keadaan formal. Struktur ini menunjukkan bagaimana pengadilan,

legislator serta badan hukum dan proses berfungsi dan dikelola. Misalnya di

Indonesia, ketika kita berbicara tentang struktur sistem hukum Indonesia, itu

termasuk struktur lembaga penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan dan

pengadilan. Dalam praktiknya, penegakan hukum jauh dari adil, karena hukum

positif seringkali tertinggal dari perkembangan sosial dan kemajuan teknologi.

Oleh karena itu, penerapan teori positivisme tidak dapat dilaksanakan dengan

pengetahuan hukum. Teori ini dapat digunakan oleh hakim dalam kasus yang

aturan hukumnya jelas sehingga hanya berlaku pada peristiwa tertentu. Dalam

kasus dimana negara hukum tidak ada, hakim harus mencari dan menggunakan

analogi untuk investigasi yudisial.

3. Teori Tindak Pidana

Tindak pidana dianalogikan sebagai “peristiwa pidana”, yaitu perbuatan

atau rangkaian perbuatan manusia yang melanggar hukum atau peraturan lain

yang menjadi dasar untuk melakukan perbuatan hukum.24Istilah tindak pidana

berasal dari hukum Belanda yaitu "tindak pidana". Karena KUHP Kitap

didasarkan pada KUHP Belanda, istilah aslinya adalah Fakta Pidana. Kata

tersebut memiliki dua elemen: kejahatan dan fakta. Kata fakta berarti "bagian dari

kenyataan" sedangkan hukuman berarti "dapat dihukum". Sehingga kata-kata

Fakta Pidana secara harfiah adalah “bagian dari realitas kriminal”.25

24
EY Kanterdan SR Sianturi, Prinsip Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya
(Jakarta: Hlm.oria Gratifika, 2002), Hlm.. 208.
25
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2006), Hlm.. 5.
33

Menurut Wirjono Projodikoro, delik adalah perbuatan di mana pelakunya

dihukum secara pidana dan bisa disebut sebagai "objek" tindak pidana tersebut.

Ada dua unsur kejahatan yaitu:

1) Unsur sasaran adalah perbuatan (perbuatan) yang melawan hukum,

dengan memperhatikan akibat hukum yang dilarang oleh ancaman

pidana. Poin utama dari definisi objektif di sini adalah tindakan.

2) Subyektif Yaitu, tindakan seseorang yang mengarah pada apa yang

secara hukum tidak diinginkan. Sifat elemen ini lebih diutamakan

daripada keberadaan seorang aktor (satu orang atau lebih).26

Menurut Prof Van Bemmelen yang dilihat sebagai tempat dan waktu

terjadinya tindak pidana, pelaku melakukan perbuatan material di sini. Apa yang

dianggap sebagai locus delicti:27

1) Dimana polisi melakukan urusan mereka sendiri;

2) Dimana alat itu bekerja;

3) Tempat terjadinya akibat langsung dari suatu tindakan;

4) Tempat asal efek konstitutif.

Suatu perbuatan dianggap sebagai tindak pidana jika perbuatan tersebut

dilarang oleh undang-undang dan pelakunya dapat dihukum menurut hukum

pidana jika melanggar hukum dan merugikan masyarakat. Ini menunjukkan sifat

dari tindakan tersebut. Perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan

masyarakat belum tentu merupakan delik pidana, tapi bisa juga merupakan delik

perdata. Perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat dianggap


26
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1984), hal. 175.
27
Ibid, Hlm.. 8.
34

sebagai tindak pidana jika larangan hukum pidana harus dilanggar, pelakunya

dituntut dan pelakunya dapat dituntut.

F. Metode penelitian

Adapun sistem metode penelitian hukum sosiologis adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Menurut judul penulis, jenis penelitiannya adalah penelitian hukum

sosiologis. Penelitian hukum sosiologis merupakan penelitian yang

mengidentifikasi hukum yang berkaitan dengan penerapan efektifitas hukum di

masyarakat dan menjadi dasar penerapan sanksi terhadap pengendara kendaraan

bermotor melalui penggunaan alat komunikasi.Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 28 Metode pendekatan empiris

dilakukan untuk bahan hukum ilegal29Dalam hal ini, data sekunder diuji dan

diverifikasi pendekatan Pemberian sanksi kepada pengemudi kendaraan yang

dilengkapi alat komunikasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan pendekatan penelitian ini bersifat

deskriptif, penulis berusaha memberikan gambaran yang lengkap dan jelas

tentang realitas masalah yang diteliti.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan pendekatan konstitusional dan pendekatan kasus.

28
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 1982), hal. 30
29
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Lancang Kuning 2015.
35

Pendekatan sculptural adalah memeriksa setiap regulasi hukum yang terkait

dengan masalah hukum yang bersangkutan, menggunakan pendekatan untuk

mereview dan menganalisis setiap undang-undang atau regulasi terkait penelitian

seperti statuta NRI. 1945,Peraturan lalu lintas.30 Pendekatan kasus,Pendekatan ini

dilakukan dengan memeriksa kasus-kasus yang terkait dengan masalah hukum

saat ini. Kasus yang dipelajari adalah kasus yang akan menerima keputusan akhir.

Hal terpenting dalam setiap putusan adalah selalu mengingat hakim pada saat

mengambil putusan agar dapat dijadikan sebagai argumentasi dalam

menyelesaikan suatu masalah hukum.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di kota Pekanbaru. Lokasi ini ditentukan karena

Kota Pekanbaru merupakan kota yang sangat berkembang dari segi infrastruktur

dan industri, dan jumlah penduduk Pekanbaru yang terus meningkat, serta

pengguna jalan raya yang menggunakan mobil atau sepeda motor di Kota

Pekanbaru setiap tahunnya. Sepeda motor semakin menjadi alat transportasi yang

sangat ramah pengguna karena dianggap efektif dan efisien. Selain itu, di Kota

Pekanbaru masih banyak pengguna kendaraan yang mengabaikan peraturan lalu

lintas, sehingga banyak pengendara sepeda motor yang melakukan

penyalahgunaan kendaraan bermotor. Untuk mengurangi jumlah pengemudi yang

tidak sesuai, pengemudi yang tidak patuh harus dihukum.Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbarutidak

berjalan dengan baik dan menimbulkan permasalahan yang kompleks dalam

penerapan hukum pidana sesuai dengan kebijakan penegakan hukum yang ketat.
30
Peter Mahmud Marzuku, Penelitian Hukum, edisi 11 (Jakarta: Kencana, 2011), Hlm..93.
36

Di sisi lain, aksi ini justru menjadi batu sandungan bagi aparat kepolisian,

khususnya di Kota Pekanbaru, di mana polisi selalu dituding memberikan sanksi

kepada pengendara sepeda motor.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru dan terdapat sejumlah sumber

yang relevan dengan penelitian ini yang mendukung data perpustakaan.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan objek penelitian berdasarkan lokasi penelitian

tertentu31. Populasi dalam penelitian ini berhubungan langsung dengan pihak

terkait yaitu peneliti, anggota unit lalu lintas dan unit lalu lintas. Sampel adalah

subset dari populasi yang dapat merepresentasikan keseluruhan topik untuk

memudahkan penelitian dalam hal pendefinisian penelitian 32. Metode

pengambilan sampel yang digunakan penulis adalah metode sensus yaitu

menggunakan jumlah populasi yang akan dijadikan sampel. Metode random

didasarkan pada jumlah sampel, yaitu banyaknya populasi yang ada yang kategori

sampelnya telah ditentukan. Populasi dan besar sampel dalam penelitian ini terdiri

dari:

a. Kepala dinas perhubungan paling sedikit 1 (satu) orang.

b. Tidak kurang dari 1 (satu) orang terlihat.

c. Kanit Laka Dan tidak kurang dari 1 (satu) orang.

d. Pelaku Pengemudi kendaraan bermotor yang menggunakan alat

komunikasi saat mengemudi maksimal 107 (seratus tujuh) orang.

e. Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru paling sedikit 1 (satu) orang.
31
Bambang Waluyo, Legal Research in Practice (Jakarta: Sinamar Grafika, 2002),
Hlm..44.
32
Ibid, Hlm..45.
37

Tabel 1
Daftar populasi dan sampel
No Populasi / unit yang diperiksa populasi Sampel %.
1. Kepala agen transportasi 1 1 100
2. Kemudian tak terlihat 1 1 100
3. Dan Kanit Laka 1 1 100

Pelaku Pengemudi kendaraan


Tanggal
4. bermotor yang menggunakan alat 107 Tanggal 20.
21
komunikasi saat mengemudi

Ketua Komisi III DPRD Kota


5. 1 1 100
Pekanbaru,
total 111 14
Sumber: data lapangan 2020

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang penulis terima langsung dari responden

melalui wawancara dan kuesioner dengan responden yang berhubungan

langsung dengan topik yang dibahas.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data dari buku-buku tentang hukum ketatanegaraan,

hukum administrasi, hukum pidana, ketentuan perundang-undangan,

putusan panitia, skripsi, majalah dan internet.

c. Tanggal tersier
38

Data tersier merupakan data yang digunakan untuk menunjang data primer

dan sekunder yang berupa kamus hukum.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data primer dan sekunder, penulis menggunakan alat

pengumpul data pada saat pengumpulan data. Penulis menggunakan alat

pengumpulan data berikut:

a. pemantauan

Yakni observasi langsung ke lokasi inspeksi, di mana misalnya

pengendara sepeda motor menjadi sasaran komunikasi Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

b. Daftar pertanyaan

Proses pengumpulan data dengan menyusun daftar pertanyaan yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti

c. wawancara

Pengumpulan data dilakukan melalui dialog / percakapan (tanya jawab)

oleh penulis untuk menerima data langsung dari responden.

d. Sastra adalah metode pengumpulan data dengan mencari dan membaca

literatur tentang suatu masalah.

6. Analisis data

Setelah semua data terkumpul dan terkumpul, baik primer maupun

sekunder, data tersebut dikelompokkan menurut sifat dari dua masalah utama

yang diteliti. Data yang diperoleh dari wawancara disajikan dalam bentuk diskusi

dengan deskripsi kalimat. Sedangkan data kuisioner disajikan dalam bentuk tabel.
39

Selain itu, penulis melakukan analisis dengan memberikan interpretasi dan

referensi pendapat ahli serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penulis

kemudian menggunakan metode induktif untuk menarik kesimpulan yaitu

kesimpulan dari kasus umum tentang kasus tertentu.33

33
Pedoman Penulisan Skripsi, Magihlm.er Hukum (S-2), Sekolah Pascasarjana
Universitas Lancang Kuning, 2019.
BAB II

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGENDARA MOTOR

A. Tinjauan Umum Undang-Undang Lalu Lintas

1. Pengertian dari Lalu Lintas

Lalu lintas nomor 22 tahun 2009 diartikan sebagai pergerakan kendaraan

dan orang di area lalu lintas di jalan raya.34 Kawasan lalu lintas jalan raya

merupakan prasarana pengangkutan kendaraan, orang, dan / atau barang berupa

jalan raya dan sarana penunjang.

Tujuan pemerintah adalah mewujudkan lalu lintas dan transportasi jalan

yang aman, cepat, lancar, tertib dan tertib yang mudah dan efisien berkat

pengelolaan lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Terdapat tiga komponen

pencegahan lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang

saling berinteraksi saat berkendara serta memenuhi persyaratan kepatuhan yang

harus dipenuhi pengemudi sesuai aturan lalu lintas yang diatur dalam peraturan

lalu lintas. Peraturan lalu lintas dan kepatuhan terhadap peraturan geometris

dalam lalu lintas jalan raya. .

Angkutan sebagai penunjang, penggerak dan penggerak bagi pertumbuhan

daerah yang mempunyai potensi namun belum berkembang, untuk meningkatkan

dan mengimbangi perkembangannya, dan menghasilkan dalam konteks angkutan

bermotor atau tidak bermotor pada bidang kendaraan bermotor. Transportasi

pribadi atau jalan raya.

34
Hoobs, FD, Teknik dan Perencanaan Transportasi (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2005), hal. 59.

40
41

Peran lalu lintas, jalan dan lalu lintas harus diatur dalam sistem

transportasi nasional yang terintegrasi yang mampu mewujudkan ketersediaan

pelayanan angkutan sesuai dengan kebutuhan lalu lintas yang tertib, aman,

nyaman, cepat, tepat, tertib dan lancar. (Peraturan Negara Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Jalan Umum dan Angkutan Umum).

Lalu lintas itu sendiri adalah pergerakan kendaraan, orang, dan hewan di

jalan. Kendaraan adalah perkakas yang berjalan di jalan raya dan terdiri dari

kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor. Hal tersebut berdasarkan

Pasal 1 Ayat 1 dan 6 Ketentuan Umum Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Jalan Umum. Sedangkan kecelakaan

lalu lintas adalah kejadian di mana kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda

lain atau kendaraan bermotor yang menyebabkan kerusakan. Kecelakaan ini

terkadang mengakibatkan orang atau hewan terluka atau terbunuh.

Menurut Putranto, ada tiga komponen kecelakaan di jalan raya, yaitu

manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi:35

1) Orang sebagai pengguna

Individu sebagai pengguna dapat tampil sebagai pengemudi atau pejalan

kaki yang, dalam keadaan normal, memiliki keterampilan dan tingkat

kewaspadaan yang berbeda (waktu reaksi, konsentrasi, dll.). Perbedaan

tersebut masih dipengaruhi oleh kondisi fisik, psikologi, usia, jenis

kelamin dan faktor eksternal seperti cuaca, penerangan jalan dan tata

ruang.
35
Suryo Putranto Leksmono, rekayasa lalu lintas (Jakarta: Mancanan Jaya Cemerlang,
2008), Hlm.. 116.
42

2) kendaraan

Kendaraan adalah gaya mengemudi di jalan raya yang terdiri dari

kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan yang

digunakan pengemudi memiliki karakteristik seperti kecepatan, akselerasi,

perlambatan, ukuran, dan muatan yang membutuhkan jarak yang cukup

untuk bermanuver dalam lalu lintas.36

3) jalan

Jalan merupakan jalur yang harus dilalui oleh kendaraan bermotor dan

tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut harus memungkinkan

arus lalu lintas lancar dan mengangkut beban gandar kendaraan dengan

aman untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas.

2. Sejarah lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Lalu lintas dan lalu lintas jalan raya pada masa pemerintahan Hindia

Belanda diatur dalam Wervervaartverzekeringen (Lembaran Negara 1933 nomor

86). Perkembangan Selanjutnya Undang-undang lalu lintas tidak lagi memenuhi

persyaratan dan diubah lagi dalam Buletin Kisah dan Keputusan 1940 No. 72.

Setelah terjadi lagi perubahan peraturan lalu lintas Indonesia, tepatnya pada tahun

1951 dengan amandemen Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 dan penambahan

Undang-Undang Lalu Lintas (Peraturan Lalu Lintas, Lembaran Negara Tahun

1933 Nomor 86). Kemudian 15 tahun kemudian, setelah UU No. 15 tahun 1951

diberlakukan, pemerintah Indonesia mengatur lalu lintas dan lalu lintas jalan raya

dengan undang-undang baru, mencabut peraturan lalu lintas dan lalu lintas jalan

36
Ibid.,hlm. 116.
43

sebelumnya. Undang-Undang Nomor 3 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

disahkan pada tahun 1965.37

Akibatnya, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1965 diubah, yaitu Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1992, yang menurutnya transportasi harus menempati

posisi penting dan strategis dalam pembangunan negara hijau guna mencapai

tujuan pembangunan nasional seperti pengamalan Pancasila. . Berdampak pada

kebutuhan mobilitas di semua sektor dan wilayah. Transportasi merupakan sarana

yang sangat penting dan strategis untuk mempercepat roda perekonomian,

membangun persatuan dan kesatuan, serta mempengaruhi seluruh aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Setelah sekian lama dan dilandasi semangat reformasi dan perubahan,

maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan disahkan sebagai bentuk perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1992. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menyebutkan bahwa angkutan

jalan memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi

nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan bersama. Selain itu,

panitia mencatat bahwa tujuan dari undang-undang ini adalah:38

1) Mewujudkan pelayanan jalan dan angkutan yang aman dan tertib, luwes,

dan antarmoda dalam rangka memajukan perekonomian, memajukan

kesejahteraan bersama, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta

memelihara harkat dan martabat bangsa.

37
Feriansyar, peraturan lalu lintas dan lalu lintas jalan raya, http: // wordpress com /
03/08/2011 / sejarah - singkatnya - peraturan - lalu lintas dan lalu lintas jalan raya di Indonesia.
Akses hingga 17 September 2020
38
Ibid, Hlm..15
44

2) Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3) Mewujudkan penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Selain itu, ayat 5 (kelima) tafsir umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 mengatur pengetatan rumusan asas dan tujuan undang-undang ini serta

terciptanya lalu lintas jalan yang aman dan tertib. Moda transportasi lainnya juga

bertujuan untuk mendorong perekonomian, mewujudkan kemakmuran, persatuan

dan kesatuan bangsa, serta menjunjung tinggi martabat bangsa. Aspek

keselamatan juga diatur dalam regulasi lalu lintas dan lalu lintas jalan raya. Selain

itu, undang-undang ini menekankan pada penerapan etika transportasi dan budaya

nasional (fair culture) dengan mengedepankan upaya, pembinaan dan edukasi

tentang transportasi sejak dini dan dilaksanakan melalui program yang

berkelanjutan.39

Menurut Bagir Manan, legal agreement adalah kesepakatan tertulis

instansi pemerintah atau pejabat yang berwenang. Secara umum wajib dan secara

sistematis diklasifikasikan berdasarkan jenis dan pangkat sebagai peraturan yang

lebih rendah mungkin tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Proses pembentukan undang-undang yang baik harus diatur sepenuhnya, termasuk

proses perencanaan, penyusunan, pembahasan, persetujuan, dan pengadopsian.40

Jika kita melihat beberapa pernyataan di atas, maka UU No. 22/2009

melengkapi amandemen lengkap UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan saat ini

sedang berlaku. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, sebagai undang-undang


39
Bagian 5 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pergerakan
dan Angkutan Jaring
40
Bagir Manan, Formasi Legislatif - Undangan,http: // ditjenphlm.
kemenkumham.go.id/htn dan-puu / 60-inhlm.ruksi-pesan-undangan-di-Indonesia. Akses hingga 17
September 2020
45

terbaru, memiliki kekuatan untuk menerapkan asas Lex-posterior-Derogat-Lex-

priori, yang artinya undang-undang baru akan sangat melemahkan undang-undang

lama.

3. Tujuan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Memang jika kita melihat diri kita sendiri pada tujuan lahirnya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009, kita dapat melihat dari kompromi-kompromi

dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, yang antara lain:

1) Jalan dan angkutan mempunyai peran strategis dalam mendukung

pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya

memajukan kesejahteraan bersama berdasarkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Angkutan jalan dan angkutan jalan raya sebagai bagian dari sistem

transportasi nasional harus mengembangkan potensi dan perannya dalam

mewujudkan keselamatan, ketertiban dan kelenturan jalan dan angkutan

dalam mendukung pembangunan ekonomi dan wilayah.

3) bahwa pembangunan lingkungan strategis nasional dan internasional

memerlukan pengaturan lalu lintas dan lalu lintas jalan yang sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah,

dan pertanggungjawaban penyelenggaraan negara.

4) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang lalu lintas dan lalu lintas

jalan raya tidak lagi mengatur kondisi, perubahan lingkungan strategis dan

persyaratan lalu lintas dan peraturan jalan saat ini sehingga harus diganti

dengan undang-undang yang baru.


46

5) Sehubungan dengan pertimbangan huruf a, b, c dan d tersebut di atas,

maka perlu dibentuk undang-undang di bidang lalu lintas jalan dan lalu

lintas jalan.

Melihat isi penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pada

ayat 3 (ketiga), tampak bahwa pedoman undang-undang di bidang angkutan jalan

raya ini dilaksanakan bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders). .

Dengan:41

1) Urusan pemerintahan di bidang infrastruktur jalan oleh kementerian yang

bertanggung jawab di bidang jalan

2) Urusan pemerintahan di bidang transportasi dan sarana dan prasarana jalan

oleh kementerian yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana

jalan dan angkutan

3) Urusan pemerintah terkait pembangunan jalan dan transportasi oleh

kementerian yang bertanggung jawab di bidang perindustrian

4) Urusan pemerintahan di bidang lalu lintas jalan dan rekayasa lalu lintas

oleh Kementerian Teknologi

5) Urusan pemerintah terkait dengan registrasi dan identifikasi kendaraan.

Pengendara sepeda motor dan pengemudi, penegakan hukum, manajemen

lalu lintas dan manajemen teknis, dan pelatihan polisi lalu lintas. Pembagian

otoritas pembangunan dimaksudkan agar peran dan tanggung jawab masing-

masing otoritas pengawas jalan dan lalu lintas lebih jelas dan transparan, sehingga

41
Bagian 3 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pergerakan
dan Angkutan Net
47

lalu lintas dan lalu lintas jalan dapat berjalan dengan aman, lancar, efisien dan

bertanggung jawab. Selain itu, maksud Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

ini berbeda dengan undang-undang sebelumnya terkait dengan urusan operasional

yang semula diatur dalam Peraturan Negara Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan. Peraturan Pelaksana.42

Pada dasarnya, karena berbagai alasan lahirnya UU No 22 Tahun 2009,

tujuan dibuatnya UU No 22 Tahun 2009 itu sendiri, karena adanya perubahan

yang dinamis, merupakan tambahan dari ketentuan sebelumnya. Dalam kehidupan

itu sendiri, seperti dijelaskan Bagir Manan, salah satu hal yang harus diperhatikan

dalam membuat peraturan perundang-undangan adalah apa itu hukum.43

Penulis sepakat dan menyimpulkan bahwa dinamika lalu lintas dan lalu

lintas jalan raya di Indonesia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

perubahan peraturan lalu lintas yang ada sebelum Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 diberlakukan.

4. Isi undang-undang nomor 22 tahun

Merujuk pada BAB I terkait dengan ketentuan umum dan Pasal 1 ayat (1):

“Angkutan dan lalu lintas jalan raya adalah suatu sistem yang terdiri dari lalu

lintas, angkutan jalan, angkutan jalan dan lalu lintas, prasarana angkutan jalan,

dan angkutan jalan raya. Kendaraan, pengemudi dan pengguna jalan serta

manajemennya. . ""

Menurut penulis, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 secara umum

menyatakan:
42
Bagian 4 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
43
Ibid, Hlm..78.
48

1. Lalu lintas adalah pergerakan kendaraan dan orang dalam suatu area lalu

lintas

2. Lalu lintas jalan adalah perpindahan orang dan / atau barang dari suatu

tempat ke tempat lain melalui suatu kawasan lalu lintas jalan raya

3. Jaringan angkutan dan angkutan jalan raya terdiri atas sejumlah simpul

dan / atau wilayah kegiatan yang saling berhubungan untuk penggunaan

angkutan jalan raya dan lalu lintas. Sementara itu, persimpangan adalah

tempat terjadinya perubahan antar moda dan antar moda berupa terminal,

stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan laut, dan / atau

bandar udara.

4. Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah kawasan lalu lintas,

terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, rambu lalu

lintas, alat kendali dan keselamatan pengguna jalan, alat pengaman dan

pemantauan jalan, dan fasilitas penunjang.

5. Kendaraan adalah alat angkut yang terdiri dari kendaraan bermotor dan

kendaraan tidak bermotor. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang

digerakkan oleh alat mekanis berupa mesin selain kendaraan yang berjalan

di atas rel, sedangkan kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang

digerakkan oleh tenaga manusia atau hewan.

6. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dengan

Surat Izin Mengemudi di jalan raya

7. Pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk lalu lintas
49

Intinya, poin-poin di atas berkaitan karena suatu perbuatan dapat atau dapat

merugikan hukum. Dengan demikian, isi Pasal 22 UU 2009 cukup rinci untuk

menjelaskan beberapa poin terkait. Terkait dengan mereka yang bertanggung

jawab langsung atas keselamatan jalan dan lalu lintas, Kepolisian Negara

Republik Indonesia bertanggung jawab berdasarkan Pasal 200 (1) sebagai berikut:

“Kepolisian Negara Republik Indonesia bertanggung jawab dalam melakukan

kegiatan pencegahan lalu lintas dan keselamatan lalu lintas. . Waspadai

keselamatan jalan raya dan pertahankan. Jalan. "Namun, ketika kita membaca isi

Pasal 200 (2) dikatakan," dikatakan juga, "melalui kerja sama antara Otoritas

Jalan dan Angkutan dengan pemerintah kota." Oleh karena itu, menurut penulis

peran masyarakat dalam menjaga keselamatan jalan raya sangat penting, yang

tertuang secara jelas dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas

harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal

200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Ini juga dikenal sebagai

"melalui kerjasama antara kota dan jalan raya". Oleh karena itu, menurut penulis

peran masyarakat dalam menjaga keselamatan jalan raya sangat penting, yang

tertuang secara jelas dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas

harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal

200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, menurut
50

penulis peran masyarakat dalam menjaga keselamatan jalan raya sangat penting,

yang tertuang secara jelas dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di

atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam

Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, menurut

penulis peran masyarakat dalam menjaga keselamatan jalan raya sangat penting,

yang tertuang secara jelas dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di

atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam

Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas

disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus

dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200

(2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh

karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana

secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas

harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, persyaratan di atas harus

dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana disebutkan secara jelas dalam Pasal 200

(2), sebagaimana yang jelas dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di

atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam

Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,
51

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas

disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus

dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi

sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh

karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. seperti yang tercantum dengan

jelas dalam Pasal 200 (2), sebagaimana jelas dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas

disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus

dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200

(2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, persyaratan di

atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam

Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana

disebutkan secara jelas dalam Pasal 200 (2), sebagaimana yang jelas dalam Pasal

200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas

disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus

dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi

sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh
52

karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana disebutkan

secara jelas dalam Pasal 200 (2), sebagaimana yang secara jelas disebutkan dalam

Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas

disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus

dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi

sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh

karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Karena itu, sebagaimana

dijelaskan dalam Pasal 200 (2), persyaratan di atas dipenuhi jika memungkinkan.

sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, persyaratan di

atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam

Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin.

Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Sebagaimana

dijelaskan dalam Pasal 200 (2), persyaratan di atas harus dipenuhi jika

memungkinkan. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh

karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu,

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas

disebutkan dalam Pasal 200 (2). Oleh karena itu, persyaratan di atas harus

dipenuhi sejauh mungkin. Oleh karena itu, persyaratan di atas harus dipenuhi
53

sejauh mungkin. Sebagaimana dinyatakan dengan jelas dalam Pasal 200 (2),

persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh mungkin. Sebagaimana dinyatakan

dengan jelas dalam Pasal 200 (2), persyaratan di atas harus dipenuhi sejauh

mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2). Sebagaimana

dinyatakan dengan jelas dalam Pasal 200 (2), persyaratan di atas harus dipenuhi

sejauh mungkin. sebagaimana secara jelas disebutkan dalam Pasal 200 (2).

Sebagaimana dinyatakan dengan jelas dalam Pasal 200 (2), persyaratan di atas

harus dipenuhi sejauh mungkin.

Hukum dianggap ketaatan. Menurut Soerjono Soekanto, ada empat

indikator kesadaran hukum:44

1. Pengetahuan tentang hukum

2. Pemahaman hukum

3. Sikap terhadap hukum

4. Perilaku hukum

Singkatnya, menurut Soerjono Soekanto, kesadaran hukum memiliki

pandangan yang berbeda-beda, termasuk dalam pandangan budaya hukum. Oleh

karena itu pandangan ini menganut doktrin kesadaran hukum, yang lebih melihat

persoalan kesadaran hukum sebagai perantara antara hukum dan perilaku

manusia, baik secara individu maupun kolektif.

Akhmad Ali mengatakan penyebutan kesadaran hukum, ketaatan pada

hukum, dan efektifitas hukum merupakan tiga unsur yang saling terkait.

Seringkali orang mengacaukan sains dengan ketaatan pada hukum, tetapi kedua

44
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan terhadap Hukum (Jakarta:
Rajawali Press, 1982), Halle. 140
54

hal itu, meski terkait erat, tidak persis sama. Kedua elemen ini menentukan

efektifitas implementasi peraturan perundang-undangan di masyarakat.45

B. Tinjauan Umum Peraturan Pemerintah

1. Isi dan sumber peraturan pemerintah

Pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

berbunyi: “Dalam keadaan darurat, Presiden harus berhak membuat peraturan

negara, bukan undang-undang. Jika tidak disetujui, program pemerintah harus

ditarik. ""

Ketentuan ini mengandung makna bahwa situasi harus ditegakkan dengan

lebih tegas dan tegas tanpa menunggu ketentuan hukum, dan sebagai akibat

hukum yang tidak diharapkan, Presiden berhak. mempertahankan perppu dengan

bahaya dan kesusahan pada saat bersamaan.46

Inti dari lahirnya Perppu adalah mengantisipasi situasi yang "genting dan

memaksa". Jadi ada unsur paksaan yang harus segera diantisipasi, namun dalam

koridor hukum, yakni melalui Perppu. Dan Perppu harus segera dibahas dan

diusahakan untuk dibahas dan dipresentasikan untuk proklamasi. Jika belum

disetujui oleh DVR, Perppu tersebut harus ditarik secara hukum.47

Unsur imperative crunch harus memiliki ciri-ciri umum yaitu:

1) Ada krisis (krisis)

45
Achmad Ali, Wahyu Teori Hukum dan Teori Keadilan (Jakarta: Kencana, 2009),
Hlm..298
46
Ni'matul Huda, Kebijakan Negara Indonesia, edisi pertama (Yogyakarta: FH UII, Press,
2003), Hlm.. 140
47
Ni'matul Huda, Hlm.ate of Democratic Law and Judicial Review (Yogyakarta: UII
Press, 2005), hal. 60
55

2) Ada keadaan darurat (darurat)

Situasi krisis di mana terjadi kegagalan yang menyebabkan gangguan

mendadak (gangguan besar dan tiba-tiba). Urgensi, ketika situasi tidak

diperhitungkan sebelumnya dan membutuhkan tindakan segera tanpa menunggu

refleksi, atau ketika ada bukti awal (kesesuaian) yang faktual dan masuk akal dan

jika tidak diselesaikan, gangguan langsung dari kedua situasi tersebut mengarah

ke masyarakat sebagai Operasi pemerintah perusahaan dilakukan.48

Menurut Jimly Ashidiqie, ada tiga syarat material dalam penetapan

perppu, yaitu:49

1) Ada kebutuhan atau tindakan yang mendesak. Kebutuhan yang wajar;

2) Waktu yang tersedia terbatas (waktu terbatas) atau ada krisis waktu.

3) Tidak ada alternatif lain yang tersedia atau untuk alasan yang baik

(tidak diragukan lagi) tidak ada alternatif yang diharapkan untuk

menyelesaikan situasi. Satu-satunya cara untuk memperbaiki situasi ini

adalah dengan membuat perppu.

Ketika ketiga syarat ini terpenuhi, otomatis presiden menjadi kepala

pemerintahan dengan kekuasaan konstitusionalnya untuk mengarahkan bisnis

yang diinginkan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara bagian dan roda

pemerintahan yang dipimpinnya. Materi apa saja yang bisa dimasukkan dalam

Perppu tentunya tergantung dari persyaratan pelaksanaannya. Bahkan ketentuan

tentang perlindungan hak asasi manusia yang dijamin dalam Undang-Undang

48
Bagir Manan, Inhlm.itut Kepresidenan (Yogyakarta: UII Press, 1999), hal. 60
49
Jimly Ashidiqie, Conhlm.itutional Emergency (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal. 282
56

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diatur dengan perppu,

dengan syarat keadaan darurat nasional hendak diselesaikan dan Indonesia

dilindungi.

2. Kekuasaan dan kewenangan presiden dalam mengesahkan peraturan

pemerintah

Badan legislatif presiden adalah kepala hukum dan badan legislatif

pemerintahan yang memiliki kekuasaan untuk menegakkan hukum. Kekuasaan

presiden tidak hanya mengatur aturan pelaksanaan undang-undang, tetapi juga

menyerahkan rancangan undang-undang tersebut ke DPR.

Dikutip di Montesquieu oleh Sumali,50Pada dasarnya, badan legislatif

diharapkan menjadi satu-satunya badan legislatif (pada dasarnya perundang-

undangan yang adil). Namun dalam praktiknya, ini terbatas dalam praktiknya.

Penunjukan di luar hukum sering dikaitkan dengan kekuasaan eksekutif.

Kekuasaan eksekutif untuk merumuskan regulasi di luar ketentuan perundang-

undangan dan konstitusi tetap berada dalam kerangka anggaran dasar dan

anggaran dasar.

Presiden adalah produsen hukum terbesar karena presiden tahu yang

terbaik, memiliki akses terbesar dan paling banyak informasi dalam proses

legislasi. Presiden sangat memahami apa, mengapa, bagaimana, kapan dan

bagaimana kesepakatan itu dibuat.51

50
Sumali, Reducing Executive Power through Regulations bukannya Law (Jakarta:
Ghalia, 2002), hal. 73
51
Jazim Hamidi, Hukum Inhlm.itut Kepresidenan Indonesia, (Bandung: Alumni, 2010),
hal. 88
57

Pasal 4 dan 5 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 menjelaskan: Pasal 4 ayat 1 Presiden Republik Indonesia mempunyai

kekuasaan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar; Pasal 5 (2) Presiden

menetapkan aturan negara untuk penuntutan pidana yang tepat. Selain itu, fungsi

regulasi tercermin dalam lahirnya undang-undang melalui pengangkatan DPR

berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan pembentukan peraturan pemerintah berdasarkan Pasal 5 ayat (1).

(2). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Peraturan

Pemerintah Pengganti PERPPU berdasarkan Pasal 22 Ayat 1 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,52Kekuasaan presiden untuk

membuat undang-undang, dan tidak ada peraturan perundang-undangan (perppu),

berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) UUD NRA 1945: “Dalam keadaan

darurat, presiden berhak mengatur menetapkan. Melaksanakan. Tidak ada hukum

yang ditegakkan ... "

Menurut Abdul Ghofar, jika DPR tidak bersidang kali ini, Presiden harus

mengeluarkan peraturan yang harus menjadi undang-undang terlepas dari apakah

materi tersebut merupakan ancaman pidana, yaitu diubah menjadi undang-undang.

. Jadi presiden punya kewenangan mengeluarkan perppu.53

3. Peraturan pemerintah bukanlah hukum dalam sistem hukum dan peraturan

Indonesia

52
Maria Farida Indarti Soeparpto, Legislative Hlm.udies, Volume I. (Yogyakarta:
Kanisius, 2008), Hlm..17
53
Abdul Ghoffar, President of Comparative Power, Indonesia setelah amandemen UUD
1945 dengan delapan negara (Depok - UI Press, 2007), Hlm.. 101
58

Bentuk peraturan hukum lain yang dikenal selain undang-undang dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah peraturan

negara yang melanggar hukum, atau perppu37. Dasar hukum bentuk hukum ini

adalah ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang berbunyi:

1) Dalam situasi mendesak, presiden berhak membuat peraturan negara,

bukan undang-undang.

2) Sistem kenegaraan ini harus disetujui DPR pada rapat berikutnya.

3) Jika tidak disetujui, program pemerintah harus ditarik.

Ada beberapa jenis peraturan perundang-undangan dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain:

a) Hukum (Pasal 5 ayat (1) Juncto Pasal 20 ayat (1),

b) Peraturan Pemerintah Pasal 5 ayat (2)

c) Aturan pemerintah bukanlah hukum (Pasal 22).

Dalam hal ini, tampaknya sebagai kepala pemerintahan, dalam situasi genting

dimana angkatan bersenjata dan perppu telah diakui sejak kemerdekaan Indonesia,

presiden dapat membuat peraturan negara daripada undang-undang. Kasus lain

yang menyangkut Konstitusi RIS 1949 dan Perppu UUDS 1950 dikenal dengan

UU Darurat. Ini berlaku untuk Pasal 139 Konstitusi RIS dan Pasal 96 Konstitusi

1950.54

Pasal 193 Konstitusi RIS berbunyi sebagai berikut:

54
CHLM. Kansil, Legal Practices of Laws and Regulations in Indonesia (Jakarta:
Erlangga, 1983), hal. 47
59

1) Pemerintah telah secara sukarela mengeluarkan undang-undang darurat

untuk mengatur masalah administrasi pemerintah federal yang,

mengingat mendesaknya masalah tersebut, memerlukan penyelesaian

segera.

2) Hukum darurat memiliki kekuatan dan kekuatan hukum federal.

Ketentuan ini tidak mempengaruhi ketentuan pasal ini.

Pasal 96 Konstitusi 1950 menyatakan:

1) Pemerintah berhak menegakkan undang-undang darurat di bawah

kekuasaan dan tanggung jawabnya sendiri untuk mengatur urusan

pemerintahan yang sangat perlu diatur oleh negara.

2) Perlunya kekuatan hukum dan evaluasi. Ketentuan ini tidak

mempengaruhi ketentuan pasal-pasal berikut.

Jika kita membandingkan Perppu yang ditetapkan dalam UUD 1945

dengan RIS dan UUDS 1950, terdapat sedikit perbedaan. Pertama, dalam

pembentukan Perppu dalam UUD 1945 kewenangan atau kewenangan adalah

kewenangan presiden, sedangkan untuk RIS dan UDDS UUD 1950 menjadi

kewenangan pemerintah. Perbedaan ini juga terlihat pada legitimasi persoalan

Perppu dalam UUD 1945 yang bersifat “keharusan” sedangkan pada tahun 1950-

an konstitusi RIS dan UUDS bersifat “mendesak”. .

4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas dan

Keselamatan Jalan.

Yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini dengan: Lalu Lintas dan

Lalu Lintas Jalan yang selanjutnya disingkat LLAJ adalah suatu sistem yang
60

seragam yang terdiri dari lalu lintas, lalu lintas jalan, lalu lintas jalan dan jaringan

lalu lintas, lalu lintas jalan dan prasarana lalu lintas, kendaraan. . . , Pengemudi,

pengguna jalan dan manajemennya, keselamatan jalan dan lalu lintas jalan.

Menurut yang disingkat KLLAJ, setiap orang dapat terhindar dari resiko

kecelakaan lalu lintas baik dari orang, kendaraan, jalan raya dan / atau

lingkungan.55

Perencanaan lalu lintas dan keselamatan jalan yang selanjutnya disebut

perencanaan KLLAJ adalah suatu proses penentuan langkah-langkah yang tepat

untuk mencapai lalu lintas jalan dan keselamatan jalan di masa yang akan datang

yang ditetapkan sebagai tujuan dalam urutan pemilihan dengan memperhatikan

sumber daya yang tersedia. Program Keselamatan Jalan Nasional yang

selanjutnya disebut Program KLLAJ Nasional adalah instrumen kebijakan yang

memuat satu atau lebih kegiatan oleh instansi / lembaga pemerintah untuk

mencapai tujuan dan memelihara anggaran atau kegiatan publik yang

dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

Pasal 203 UU 22/2009 tentang LLAJ menyatakan bahwa pemerintah

bertanggung jawab untuk menjamin keselamatan jalan dan lalu lintas (LLAJ).

Untuk memastikan keselamatan ini, maka disusun Rencana Umum Keselamatan

(RUNK) LLAJ, yang berisi program nasional untuk kegiatan keselamatan,

ketersediaan dan pemeliharaan fasilitas dan peralatan, analisis masalah dan

manajemen keselamatan. Selain itu, UU 22/2009 mengatur bahwa pemantauan

pelaksanaan program keselamatan LLAJ meliputi pengujian, inspeksi, observasi


55
Sri Lehlm.ari Rahayu, Penyebaran peraturan perundang-undangan di sektor
transportasi,http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pp/2017/PERATURAN_PEMERINTAH_NO
MOR_37_TAHUN_2017. Diakon 15 November 2020
61

dan pemantauan. Ketentuan terkait diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah

(PP) yaitu PP No. 37 Tahun 2017 dalam hal keamanan. LLAJ didirikan oleh

Presiden pada 14 September 2017.56

PP ini terdiri dari tujuh bab:: ::

1) Bab 1, Ketentuan Umum, berisi definisi

2) Bab 2, Perencanaan Keselamatan Jalan, memuat ketentuan terkait

RUNK, penyusunan dan persetujuan Rencana Aksi Keselamatan

Jalan (RAK) oleh kementerian / lembaga, kabupaten, kabupaten

dan kota.

3) Bab 3, Pelaksanaan dan Pengendalian RUNK dan RAK

4) Bab 4, Kewajiban Angkutan Umum, memberikan sistem

manajemen keselamatan untuk operator angkutan umum dan

sarana untuk memberikan informasi tentang kecelakaan lalu lintas.

5) Bab 5, Pengawasan Keselamatan Jalan, berisi ketentuan tentang

penilaian, inspeksi, observasi dan pemantauan keselamatan jalan

raya.

6) Bab 6, Ketentuan Transisi

7) Bab 7, Ketentuan Akhir

C. Tinjauan Umum Peraturan Menteri Perhubungan

1. Definisi Peraturan Menteri

56
Bamabang Hatmojo, Sosialisasi Keselamatan Jalan https: // keselamatan lalu lintas.
wordpress.com/2017/11/10/pp-37-year-2017- tentang-keamanan-llaj. untuk konsultasi pada
tanggal 15 November 2020 pukul 21.25 WIB
62

Untuk menghindari kebingungan dalam memahami kajian ini, pengertian

Perintah Menteri harus dijelaskan secara singkat. Karena definisi ini tidak

lazim, terutama dalam studi ilmu sosial, suatu istilah dapat dipahami secara

berbeda dan dilihat dari perspektif yang berbeda. Perbedaan penggunaan

pemahaman atau konsep ketika melihat sesuatu harus mengarah pada

kesimpulan yang berbeda.

Dalam bahasa aturan berarti menurut kalimat ini aturan (aturan, regulasi)

dibuat untuk regulasi. Kementerian adalah menteri yang diangkat oleh kepala

negara dan diberi jabatan yang dapat ditentukan sesuka hatinya dan di mana ia

dapat mengambil keputusan berdasarkan ijtihadnya sendiri.

Menteri adalah asisten presiden. Menteri mengarahkan kementerian

berdasarkan Pasal 17 UUD 1945. Misalnya, menteri membantu presiden dalam

mengatur urusan pemerintahan di bidang tertentu sesuai dengan tugas dan fungsi

kementerian. Padahal UUD 1945 mengatakan bahwa menteri menjalankan

departemen, kenyataannya tidak selalu demikian. Ada menteri yang tidak

mengepalai departemen. Dalam praktiknya, istilah "Menteri Negara" mengacu

pada menteri yang tidak membawahi suatu departemen. Seorang menteri yang

memimpin suatu departemen hanya ditunjuk sebagai menteri. Pengangkatan

menteri negara juga tunduk pada perkembangan pemerintahan tertentu. Kami

menemukan menteri negara seperti itu di kantor pusat, misalnyat Presiden

Pertama (1945).57

57
Philipus M. Hadjon, kemudian R. Sri Soemantri Marto Soewanjo, Pengantar
Hukum Adminihlm.rasi Indonesia (Jakarta: Sinar grapika, 2008), hal.90.
63

Menteri Negara meskipun saat itu bukan Kepala Departemen menjalankan

tugas pemerintahan di berbagai bidang, seperti Menteri Negara Pemuda dan

Olahraga. Selain itu, ada menteri koordinator (seperti Menko EKUIN) dan

menteri junior (seperti menteri keuangan junior), serta posisi yang dikenal sebagai

menteri keuangan.rti Menteri / Sekretaris Negara.

Dewan Menteri atau Kabinet adalah instrumen pemerintahan yang

dibentuk berdasarkan kesepakatan konstitusional. Menurut Ismail Suny, kabinet

memiliki kekuasaan eksekutif, menteri tidak memiliki peran hukum sebagai

anggota kabinet, dan undang-undang secara teoritis hanyalah "abdi"

pemerintah.Kekuasaan eksekutif dibayar.58

Di bawah sistem presidensial pemerintah, menteri diangkat dan

diberhentikan oleh presiden karena bertanggung jawab kepada presiden. Namun,

menteri luar negeri bukanlah pegawai biasa melainkan kepala departemen. Dalam

hal ini, menteri memiliki pengaruh yang besar terhadap presiden dalam

menetapkan kebijakanPergi ke departemen.59

Struktur organisasi departemen (KEPRES No. 45 tahun 1974, diubah

dengan KEPRES No. 45 tahun 1984) terdiri dari menteri sebagai kepala

departemen, sekretaris jenderal, direktorat jenderal, supervisi umum dan kantor

wilayah serta unit-unit bawahan seperti kantor, direktorat, kantor pusat dan

inspeksi). Struktur organisasi ini dibagi menjadi beberapa elemen:Yaitu: unsur

pengelola (menteri), unsur wakil pimpinan (sekretariat umum), unsur pelaksana

(direktorat jenderal) dan unsur pengawas (inspeksi umum).


58
Ismail Suny, Power Shift (Jakarta: Karya Nilam, 1996), hal. 48.
59
Prinsip Tutik Triwulan Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: Prehlm.asi Puhlm.aka,
2006), Hlm.. 153.
64

a) Menteri memiliki tugas sebagai berikut:

1. Kepala Departemen.

2. Tentukan kebijakan pemerintah mana yang dicakup secara fungsional

3. Promosi dan pelaksanaan kerjasama dengan departemen, badan dan

organisasi lain.

b) Sekretariat Jenderal bertanggung jawab untuk mempromosikan

administrasi, organisasi dan administrasi serta menyediakan layanan teknis

dan administratif di dalam departemennya. Sedangkan fungsinya adalah:

1. Koordinasi administratif dan promosi kerjasama, integrasi dan

sinkronisasi semua administrasi departemen. Perencanaan dalam arti

merencanakan, memelihara, merevisi, dan mengkoordinasikan

perumusan kebijakan.

2. Memberikan bimbingan administratif untuk pengembangan

administrasi, administrasi, dan pengembangan sumber daya manusia,

keuangan, dan manajemen peralatan untuk semua departemen.

3. Melakukan pengembangan dan manajemen organisasi untuk

mempromosikan dan memelihara semua manajemen kelembagaan

dan departemen.

4. Melaksanakan penelitian dan pengembangan untuk memajukan unit

penelitian dan pengembangan, kecuali jika dilakukan oleh unit

organisasi lain di departemen masing-masing.

5. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam arti membina

satuan pendidikan dan pelatihan, asalkan tidak disediakan oleh satuan


65

lain di departemen yang bersangkutan.

6. Lakukan hubungan masyarakat.

7. Koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan dalam arti

mengkoordinasikan penyusunan peraturan perundang-undangan.

8. Mengirim dan memproses pesanan dan pesanan di departemen.

c) Direktorat Umum LED oleh Direktorat Secara

umum saat menjalankan tugasnya:

1. Menyiapkan juknis, juklak serta juklak dan perizinan

2. Pengawasan teknis terhadap kinerja tugas utamanya.

d) Inspeksi Umum dipimpin oleh Inspeksi Umum yang mempunyai tugas

mengawasi dan melaksanakan tugas:

1. Menilai hasil administrasi umum, manajemen keuangan dan

pembangunan fisik.

e) Kantor Wilayah adalah kantor vertikal departemen atau direktorat jenderal.

Kantor Wilayah dikelola oleh Kepala Kantor Wilayah yang bertanggung

jawab kepada Menteri atau Direktorat Jenderal.

Keputusan bersama menteri dalam administrasi negara adalah perjanjian

negara yang mengikat warga negara dan dikelola dan dipelihara oleh otoritas

negara.60

2. Tujuan dan persyaratan prosedur layanan

Pasal 2 ayat (3) UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menekankan pada tiga tujuan pemerintahan daerah:

a) Tingkatkan minat publik


60
Ibid, volume 45.
66

b) Meningkatkan pelayanan publik dan

c) Peningkatan daya saing daerah.

Semua pihak, termasuk pemerintah pusat, dewan provinsi dan kabupaten,

serta pemerintah daerah, memiliki kepentingan dan tanggung jawab untuk

mencapai ketiga tujuan tersebut. Oleh karena itu, UU 32/2004 juga membagi

tugas dan wewenang secara tepat dan harmonis di antara para pihak, yang

tercermin antara lain dalam rumusan pembagian urusan pemerintahan, tugas dan

wewenang, serta tugas kepala daerah dan wakil pemerintah daerah. Tugas dan

wewenang serta hak dan kewajiban DVRD.

3. Pelaksanaan keputusan menteri

Pelaksanaan wewenang fungsi ini, meskipun dua syarat melekat pada

otoritas umum:

1) Khusus untuk menteri, dia wajib melaporkan kepada kepala negara

tentang kebijakan yang dia ikuti dan tindakan yang diambilnya.

2) Secara khusus, kepala negara memiliki kekuasaan untuk meninjau

kegiatan dan strategi para menteri, menyetujui apa yang benar dan apa

yang benar, dan mengoreksi apa yang salah dan apa yang salah

berdasarkan keputusan politik. diterima. Rakyat dianggap sebagai

otoritas kepala negara.

3) Kebebasan Beragama dan Hubungan Pemerintah. Dalam suatu

konflik, peran pemerintah sebagai mediator dan mediator antar agama

atau antar agama sangat penting.

4) Hubungan antara kebebasan beragama dan Deklarasi Universal Hak


67

Asasi Manusia (HAM). Hal ini menjadi problematis ketika HAM

dipandang sebagai prinsip universal, konseptual, praktis dan religius

Transportasi merupakan bagian penting dari fungsi masyarakat. Hal ini

menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, ketersediaan dan

lokasi kegiatan produktif, serta barang dan jasa yang ditawarkan untuk konsumsi.

Transportasi dapat diartikan sebagai pengangkutan atau pergerakan orang atau

barang dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Pengguna atau orang

selalu berusaha mewujudkan transportasi yang efisien, yaitu memindahkan barang

atau orang secepat mungkin dan dengan biaya serendah mungkin.61

61
Ibid, hlm. 56.
BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PELANGGARAN LALU LINTAS

A. Pencegahan dan Penegakan Hukum

1. Pencegahan Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas

Pertama, seorang petugas harus mempertimbangkan siapa yang melanggar

peraturan lalu lintas. Bukan apa pekerjaannya, namanya dan sebagainya. Intinya

adalah bahwa orang yang melanggar peraturan lalu lintas belum tentu penjahat

(meskipun polisi terkadang menangani penjahat). Seorang pengemudi yang

melanggar peraturan lalu lintas adalah seseorang yang tidak membatasi

penyalahgunaan haknya.62

Kedua, lembaga penegak hukum atau lembaga penegak hukum perlu

mengetahui bahwa mereka digunakan oleh negara untuk menyelesaikan masalah

lalu lintas. Seragam dan kendaraan dinas merupakan simbol kekuasaan negara

yang bertujuan untuk memelihara perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

Agen emosional dan impulsif tidak hanya menghancurkan semua kekuasaan,

tetapi selalu disebut penjahat ketika melakukan kesalahan. Berurusan dengan

pelanggar membutuhkan keterampilan dan kompetensi khusus. Oleh karena itu,

aparat penegak hukum harus memiliki beberapa tingkat pelatihan formal, serta

pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang hukum. Mengutamakan

kekuatan fisik bukanlah sikap profesional dalam menangani masalah lalu lintas.

62
Niniek Suparni, Adanya Denda dalam Sihlm.em Pidana dan Kriminal (Jakarta: Sinar
Grafika, 2007), hlm.19

68
69

Perencanaan jalan yang cermat dan penempatan rambu lalu lintas akan

membantu mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas.

Misalnya dengan memasang rambu yang sesuai untuk memperingatkan

pengemudi tentang tikungan berbahaya dan untuk menghindari kecelakaan.

Menambahkan karakter yang tidak wajar akan membingungkan pengemudi.

Bentuk jalan raya, ukuran huruf dan warna rambu lalu lintas mempengaruhi

pengemudi.

Penempatan lampu lalu lintas juga mempengaruhi perilaku berkendara.

Jika lampu lalu lintas berjalan sejajar dengan garis berhenti, pengemudi

mengalami masalah.63Masalahnya, dia harus berhenti melewati garis berhenti

untuk melihat lampu dengan jelas. Dalam hal ini dia akan dikutuk oleh pengemudi

di belakangnya. Ketika dia berhenti di halte bus, agak sulit baginya untuk melihat

lampu lalu lintas.

Pelatihan pengemudi juga merupakan cara untuk menangani pelanggar

lalu lintas. Pada masyarakat lain di luar Indonesia, sekolah mengemudi

merupakan lembaga pendidikan yang tujuan utamanya adalah menghasilkan

pengemudi yang terampil dan terampil yang dapat mencegah terjadinya

kecelakaan lalu lintas. Sekolah-sekolah ini dijalankan oleh para ahli, tidak hanya

orang-orang yang akrab dengan masalah lalu lintas, tetapi terkadang juga psikolog

dan ilmuwan sosial lainnya. Pelatihan pengemudi terutama tentang sikap

instruktur mengemudi. Guru harus mampu menciptakan suasana dimana siswa

menerima pelajaran tertentu.

63
Ibid.,, Objek. Tanggal 20.
70

Seorang instruktur harus bisa mengajar, keterampilan mengajar saja tidak

cukup. Pelajar harus diperlakukan seperti orang dewasa karena mereka paling

mungkin membuat keputusan, karena ketika mengendarai kendaraan, kemampuan

Anda untuk membuat keputusan yang cepat dan akurat adalah yang paling

penting. Jika tidak, besar kemungkinan kecelakaan tersebut akan mengakibatkan

hilangnya harta benda atau kematian.

2. Pelaksanaan Pencegahan

a. Tertangkap.64

1) Pelanggaran ditemukan / dilihat dengan mata telanjang.

2) Hentikan segera.

3) Tempatkan diri Anda pada posisi yang aman.

4) Dekati pelaku dengan hormat dan salam: pagi / siang / malam.

5) Jelaskan poin yang dilanggar: mis. BB "Tuan / Nyonya". Saya berhenti

karena melanggar lampu lalu lintas sesuai dengan Pasal 287 (2) jo

Pasal 106 (4) (c) UU 22 Tahun 2009.

6) Minta kartu SIM (kartu SIM), lihat foto di kartu SIM dengan bagian

depan dudukan kartu SIM, masa berlaku dan kelas SIM (kartu SIM).

7) Mengajukan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), memeriksa masa

berlaku dan tanda validasi, memeriksa nomor kendaraan untuk melihat

apakah sesuai dengan nomor pada Surat Tanda Nomor Kendaraan

(STNK) dan melihat apakah itu palsu atau tidak .

64
Rahardi. Pudi, Police Act (Professionalism through POLRI Reform), (Surabaya:
Laksbang Mediatama, 2007), hlm.51.
71

8) Meminta surat atau bukti lain; Buku KIR, dokumen jalan, izin

pariwisata, izin trayek dan bukti lain yang terkait dengan kendaraan

yang dikendarai.

9) Cukup jika penggantinya memiliki surat promes.

10) Metode penulisan artikel mencurigakan adalah dengan menulis artikel

yang paling sederhana, kemudian artikel yang paling serius. Namun,

jika penyelidikan adalah penyelidikan di tempat, harap tunjukkan

kejahatan yang paling serius dan kemudian kejahatan yang paling

sedikit.

b. Pemeriksaan kendaraan di situs:65

1) Semua kendaraan berhenti.

2) Semua kendaraan diperiksa: nomor polisi, plat nomor, SIM dan barang

bukti lainnya.

3) Tas tangan, karena mungkin terdapat barang-barang yang diduga hasil

tindak pidana.

4) Jika orang tersebut mencurigakan, temukan mereka.

c. Cara mengisi formulir tiket:66

1) Gunakan alat tulis.

2) Tulis dengan huruf cetak.

3) Catat identitas pelaku.

4) Catat identitas kendaraan.

65
Ibid, Hlm.. 52.
66
Ibid, Hlm.. 53.
72

5) Ambil catatan Tempat kejadian perkara (TKP), Dekat Wat /

Kampung / Desa / Kelurahan / Kabupaten / Kabupaten / Kota, tulis

berapa kilometer jaraknya di jalan tol tersebut.

6) Tuliskan bukti yang disita.

7) Kapan tanggal persidangan, alamat pengadilan.

8) Saat membayar denda di Bank Rakyat Indonesia (BRI)

9) Jelaskan di mana bukti dapat dikumpulkan setelah proses hukum atau

setelah membayar denda bank

10) Tanda tangan petugas dan cap jabatan.

11) Artikel Dilanggar Tulis seluruh artikel yang dilanggar dari artikel

Peraturan Negara Jounto.

12) Tanyakan apakah Anda ingin menghadiri sidang atau mewakilinya.

13) Tanda tangan pelaku.

14) Jika pelaku tidak menginginkan tanda tangan tertulis, ia tidak mau

ditandatangani / ditulis tiga kali dengan tanda silang (XXX).

3. Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses penegakan norma hukum secara jelas

atau berfungsi sebagai kode etik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dilihat dari perspektif subjeknya67Penegakan hukum dapat dilakukan oleh subjek

yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk menegakkan hukum

subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti yang paling luas,

penuntutan pidana mencakup semua subjek hukum dalam suatu hubungan hukum.

67
Soeroso. Pengantar Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hlm..19
73

Siapapun yang menerapkan atau tidak menerapkan aturan normatif berdasarkan

standar hukum yang berlaku, berarti melaksanakan atau menegakkan supremasi

hukum. Dalam pengertian yang lebih sempit, penegakan hukum di bidang ini

hanya dimaknai sebagai upaya aparat penegak hukum tertentu untuk memastikan

bahwa negara hukum berjalan dengan baik. Untuk memastikan hukum

ditegakkan, lembaga penegak hukum dapat menggunakan kekerasan jika perlu.

Realitas yang ada saat ini seringkali masih terdapat gap antara isu

penegakan hukum dengan isu reformasi dan pembangunan hukum. Penegakan

hukum sebenarnya merupakan bagian (subsistem) dari seluruh sistem / kebijakan

penegakan hukum nasional, yang pada prinsipnya juga merupakan bagian dari

sistem / kebijakan pembangunan nasional. Abstracto dan Concreto merupakan

bagian dari keseluruhan kebijakan sistem penegakan hukum nasional dan bagian

dari upaya mendukung pembangunan. Nasional.68

Mohammad Hatta menyatakan bahwa hukum adalah panglima dan urat

nadi semua aspek kehidupan berbangsa dan sosial. Hukum sebagai suatu sistem

berperan strategis dalam penegakan hukum dan berperan penting dalam

mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.69

Sedangkan HLA70. Hart juga melihat hukum dalam Ahmad Mujahidin

sebagai sistem yang berisi seperangkat aturan, tatanan dalam hierarki yang saling

berhubungan dan memiliki struktur yang kompleks.

68
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta dari Departemen Peradilan Pidana (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2010), Hlm.. 316-317.
69
Moh. Hatta, Berbagai Masalah Penegakan Hukum Umum dan Kejahatan Khusus,
(Yogyakarta: Liberty, 2009), 1 Des.
70
Ahmad Mujahidin, hakim dari sumber Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2000), lm.
48.
74

Hirarki dan struktur ini memainkan peran yang sangat penting dalam

penegakan hukum di negara demokrasi. Indonesia sebagai negara demokrasi dan

demokrasi memiliki tujuan terbaik dan paling logis untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat di sebagian besar negara tempat ia diterapkan. Dalam aturan

umum demokrasi, pemenuhan hak-hak pribadi mendapat tempat jaminan dan

perlindungan yang baik.71

David Beetham dalam Faisal Akbar Nasution menegaskan bahwa

demokrasi terdiri dari berbagai hak individu, hak berpendapat, hak berserikat, hak

perlindungan dan lain-lain. Yang terpenting, keputusan kolektif dapat

memberikan kondisi dan batasan untuk perilaku dan pengambilan keputusan.

secara individual. Demokrasi politik, seperti halnya isu politik lainnya,

menegaskan bahwa kita memang makhluk sosial yang merdeka dan karenanya

membutuhkan aturan dan pedoman umum yang memenuhi rasa keadilan. Jaminan

perlindungan negara bagi masyarakat harus luas, sebagai wujud nyata tanggung

jawab pemerintah dalam memberikan pelayanan sosial kepada para gelandangan

dan pengemis.72

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penuntutan kurang lebih

merupakan upaya untuk menciptakan kode etik bagi perbuatan hukum baik secara

formal maupun dari segi isi bagi badan hukum yang bersangkutan serta bagi

aparat penegak hukum. yang secara resmi diberi tugas dan wewenang untuk

mengawasi penerapan norma hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara
71
Faisal Akbar Nasution, Pemerintah Daerah dan Sumber Pendapatan Asli Daerah
(Jakarta: Sofmedia, 2009), hal. 32.
72
Ibid, Hlm..78.
75

Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan supremasi dari satu nilai

esensial, yaitu keadilan. Nilai keadilan yang didambakan sesuai dengan Pancasila

sebagai falsafah bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut dapat menjaga

keseimbangan, harmoni dan harmoni antara kepentingan individu di satu sisi dan

kepentingan komunitas lainnya di sisi lain. Nilai keadilan ini merupakan nilai

terpenting dari setiap konstruksi hukum. Dengan kata lain, rule of law bukan

sekedar rule of law (yang hanya berlaku), tetapi juga rule yang adil (harus

bernilai).73

Penegakan hukum selalu membawa konsekuensi bagi manusia, tetapi juga

bagi perilaku manusia. Hukum tidak dapat ditegakkan dengan sendirinya, yang

berarti hukum tidak dapat memenuhi janji dan keinginan hukum (ordonansi).

Memberi hak pada seseorang, menghukum seseorang yang memenuhi syarat

tertentu, dan sebagainya.74

Bencana yang terjadi belakangan ini dalam kehidupan hukum Indonesia,

seperti tuntutan hukum terhadap hakim dan penyalahgunaan kekuasaan oleh

aparat penegak hukum dan gesekan masyarakat terhadap aparat penegak hukum,

tampaknya bukan akibat dari permasalahan psikologis dalam penegakan hukum.

Sebagaimana masyarakat pada umumnya, juga tidak menutup kemungkinan

bahwa nilai (keadilan) dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku masih

jauh dari memadai, meskipun bertentangan dengan pendapat dan rasa keadilan

dalam masyarakat kita.75

73
Romli Atmasasmita, Sihlm.em Peradilan Pidana Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2010),
Hlm.. 67-68.
74
Satjipto Rahardjo, Law Enforcement A Sociological Review (Yogyakarta: Genta
Pubishing, 2009), Hlm.. 7
75
Ibid.,hlm. 69.
76

Memang aturan yang tumpang tindih ini menjadi masalah dalam

penerapan hukum di daerah ini karena hukuman bagi pengemis dan tuna wisma

dalam KUHP yang telah diubah menjadi peraturan yang anti tertib, efektif

menegakkan UUD 1945. Itu bukan cedera. pidana, namun negara menjamin

kesejahteraan masyarakat miskin dan perlakuan yang sama di hadapan hukum, di

sinilah letak ketidakharmonisan hukum dalam penegakannya.

Penegakan hukum di Indonesia harus selaras dengan rasa keadilan dalam

masyarakat dengan tetap menghormati keamanan hukum setiap individu warga

negara sebagai ekspresi nilai-nilai demokrasi di negara demokrasi.

Hubungan antara nilai-nilai yang mendukung demokrasi dan unsur negara

hukum menunjukkan bahwa penegakan hukum berkeadilan, bermanfaat, dan

melindungi hak-hak warga negara yang merupakan badan hukum demokratis.76

John Rawls menjelaskan bahwa tujuan hukum hanya jika diterapkan

dalam semangat hukum positif. Jadi tujuan hukum adalah keadilan. Keadilan

memanifestasikan dirinya ketika lembaga masyarakat diatur / digunakan untuk

mencapai keseimbangan dan kebahagiaan melalui musyawarah yang bermoral dan

jujur.77

Secara keseluruhan, tuntutan Rawls akan keadilan memberikan

kesempatan besar bagi individu untuk mengekspresikan diri mereka dalam situasi

hukum. Menghormati setiap individu melegitimasi hak yang harus dihormati

setiap orang. Rawls mendefinisikan prinsip keadilan sebagai jenis proses

persatuan antara anggota masyarakat yang berfokus pada kerja sama manusia,
76
Arbi Sanit, Representative Politics in Indonesia (Jakarta: Rajawali, 1985), hal.25
77
R. Abdussalam, Perspektif Hukum Pidana Indonesia dalam Membangun Rasa Keadilan
Masyarakat (Jakarta: Rehlm.u Agung, 2006), hal. 16.
77

keadilan, pengambilan keputusan yang rasional, dan yang disebut kebaikan primer

(hal terpenting yang ingin diterima siapa pun).78

Peradilan harus membuka jalan bagi keadilan sosial dan mengatur

perbedaan sosial dan ekonomi antar anggota masyarakat sedemikian rupa

sehingga tujuan penegakan hukum menguntungkan mereka yang kurang

beruntung dengan penegakan hukum. Tujuan hukum adalah untuk mencapai

keadilan dengan masyarakat. Ini dicapai dengan memasukkan prinsip keadilan ke

dalam aturan masyarakat. Untuk mencapai keadilan, negara harus dipaksa untuk

mendamaikan kebutuhan sosial dan individu. Cita-cita keadilan yang hidup di hati

rakyat dan dikejar oleh pemerintah merupakan simbol rekonsiliasi yang tidak

memihak antara kepentingan satu individu dengan lainnya.

Apapun teori keadilan yang digunakan dalam konteks penegakan hukum,

teori itu harus membahas konsep keadilan, kesetaraan, dan ketidakberpihakan dan

memberikan sanksi dan penghargaan yang memadai (pembayaran dan hukuman

yang memadai). Keadilan harus dibedakan dari kebajikan, kemurahan hati, rasa

syukur, dan kasih sayang. Namun, praktek yang terjadi terkadang bertentangan

dengan pencapaian keadilan bahkan prinsip hukum.79

Dengan demikian, tujuan hukum adalah: ketertiban, keamanan hukum,

keadilan dan kemanfaatan. Notohamidjojo menekankan bahwa "adalah tanggung

jawab pengacara untuk meremehkan hukum" dan bahwa penilaian ilmiah harus

78
Rena Julia, Victimology of Protection from Victims of Crime, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010), Hlm.. 134.
79
Nyoman United Putra Jaya, Menuju Evolusi Hukum Pidana Melalui Berpikir Ganda
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008), hlm.14
78

mendalam dan mendasar bagi hati nurani (termasuk nilai-nilai seperti kebenaran,

keadilan, keadilan dan kasih sayang).80

Sebelum rencana dibuat, keadaan di mana itu dibuat dan kapan itu dibuat

diperhitungkan. Ketika aturan ada, pengaruh masyarakat dapat disimpulkan dari

sikapnya terhadap aturan. Orang bisa menurut, menolak, dan bahkan bersikap

apatis. Jadi, sangat penting untuk mengetahui bagaimana aturan bekerja dalam

konteks ini.81

Dalam penegakan hukum terdapat keinginan agar hukum tetap berlaku

agar nilai-nilai yang diperoleh melalui perangkat hukum dapat terwujud,

sedangkan cita-cita yang terkandung dalam hukum tidak serta merta harus

dipenuhi, karena hukum digunakan untuk menjustifikasi perbuatan. dilakukan

(menggunakan hukum untuk melegitimasi tindakan mereka).82

Ruslan Saleh mengatakan, bagaimana kita bisa menjaga ketertiban bila

bahan yang akan dipesan tidak mendapat perhatian bersama atau tidak. Untuk hak

hidup bersama, materinya terdiri dari orang-orang yang bekerja sama. Masing-

masing untuk dirinya sendiri dan untuk semua untuk bersama dan berjuang untuk

kebahagiaan dan kesejahteraan.83

Suasana tertib muncul dari adanya kehidupan yang dilandasi oleh

semacam kontrak sosial atau kesepakatan dalam masyarakat yang menjadi aturan

hidup, disepakati dan mengikat sebagai norma dan pedoman hidup bersama

80
Barda Nawawi Arief, Law Enforcement Issues and Criminal Law Policy in Crime
Management (Jakarta: Kencana, 2008), Hlm.. 2.
81
Sudarto, Hukum dan Peradilan Pidana, (Bandung: Alumni, 2007), hal. 172.
82
Ronny Rahman Nitibaskara, Law Enforcement of Law Enforcement (Jakarta: Kompas,
2006), Hlm.. 9.
83
Roeslan Saleh, Hukum Pidana sebagai Konfrontasi Manusia dan Manusia (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1983), Hlm..28.
79

dengan pendidikan. Instrumen hukum. Peran undang-undang yang kemudian

dirumuskan secara tertulis dan digunakan (tidak tertulis) semakin jelas dan harus

dilindungi bersama dalam perjalanan menuju suatu sistem hukum.84

Kejahatan dan pelanggaran hukum mengganggu hukum dan ketertiban.

Perkembangan hukum itu sendiri dari waktu ke waktu akan berlangsung sesuai

dengan kondisi kehidupan masyarakat yang semakin beragam dan kompleks serta

memungkinkan perumusan dan penerapan hukum. Imbalannya, akan terjadi

benturan kepentingan dalam kehidupan masyarakat dan pada akhirnya akan

timbul reaksi melawan hukum yang dapat menimbulkan masalah sosial.

Jika melihat ketentuan di atas, berarti ketika hukum diterapkan di

Indonesia, hukum tetap dipandang sebagai hukum yang dilindungi dari keresahan

masyarakat. Karenanya tidak ada kewajiban atau moralitas untuk hukum yang

ideal. Membangun tenaga ahli non transaksional terbaik agar tujuan penegakan

hukum tidak tercapai dengan baik.

Tujuan pengaturan hukum adalah untuk menciptakan sistem hukum yang

merongrong ketahanan sosial sebagai tujuan pemerintah.85Penegakan hukum

dengan produk hukum yang tumpang tindih menimbulkan masalah timbal balik

dan menjadikan kriminalisasi sebagai kejahatan yang sangat sederhana. Toh, nilai

keadilan dalam masyarakat hanyalah slogan dalam penegakan hukum.

Menerapkan hukum di masyarakat tidak semudah menerapkan hukum

secara langsung. Sebagai sesuatu yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,

84
Moh. Hatta, Criminal Policy, (Yogyakarta: Hlm.udent Library, 2010), hal. 12
85
Sabian Utsman, Towards a Responsive Law Enforcement, (Yogyakarta: Hlm.udent
Library, 2008), 37.
80

jelas banyak yang akan bergumul dengan berbagai dimensi dan faktor yang hidup

dalam masyarakat.

Tidak jarang produk hukum yang ada tidak sesuai dengan kondisi sosial,

ekonomi dan politik masyarakat.86Sistem hukum di Indonesia perlu dilaksanakan

dengan memfasilitasi hukum yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, karena

Indonesia merupakan negara majemuk yang menitikberatkan pada kepentingan

nasional, yang disebut harmonisasi hukum. Common law yang dikutip sebagai

sumber utama pembangunan hukum nasional menunjukkan ketidakjelasan posisi

dan perannya dalam perkembangan hukum nasional.87

Masalah pengendalian pidana atau penanggulangan tindak pidana bukan

hanya masalah sosial tetapi juga masalah politik. Dengan pemikiran ini, orang

bertanya-tanya apakah kejahatan ini dikriminalisasi, dicegah atau dikendalikan.88

1. Fungsi Penegakan Hukum

Adapun fungsi penegakan hukum yaitu:89

a) Sebagai instrumen untuk mengatur tatanan hubungan antarmanusia dalam

masyarakat, hukum menunjukkan apa yang benar dan apa yang tidak.

Undang-undang juga membatasi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan

agar segala sesuatunya berjalan lancar dan lancar. Semua itu

dimungkinkan karena hukum mempunyai kodrat dan watak yang mengatur

86
Eddi Wibowo, Hukum dan Ketertiban, (Yogyakarta: Yayasan Reformasi
Adminihlm.rasi Publik Indonesia, 2004), hal. 8.
87
Satjipto Rahardjo, Progressive Legal Preparation (Jakarta: Kompas, 2006), hal. 173.
88
Ibid.,hlm. 75.
89
Sudarsono, Pengantar Hukum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hal. 8
81

tingkah laku manusia serta kodrat aturan dan larangannya. Hukum juga

bisa memaksa orang untuk taat. Misalnya, seseorang mungkin berkata,

"Orang-orang yang pergi ke bioskop sama-sama mengerti apa yang harus

dilakukan, bagaimana cara membeli tiket, mengantre, ingin mengantri,

ketika pertunjukan selesai penonton pergi ke pintu. melalui pintu keluar

yang dimaksudkan. "Semuanya rapi dan transparan,

b) Sebagai sarana untuk mencapai keadilan sosial baik lahir maupun batin.

Karena hukum memiliki ciri, ciri, dan kewajiban, maka hukum dapat

menciptakan keadilan dengan menentukan siapa yang bersalah dan siapa

yang benar. Hukum bisa menghukum mereka yang salah, hukum bisa

memaksa mereka untuk mematuhi aturan, dan mereka yang melanggar

akan dihukum. Misalnya, seseorang yang harus membayar hutang adalah

ekspresi keadilan.

c) Hukum yang mengikat dapat digunakan sebagai mesin pembangunan atau

diberlakukan untuk merangsang pembangunan. Di sini hukum digunakan

sebagai alat untuk menggerakkan masyarakat ke arah yang lebih maju.

Dalam hal ini, seringkali dikritisi bahwa hukum hanya menegakkan dan

menegakkan masyarakat ketika pihak berwenang bebas dari pengawasan

hukum. Ini dapat dilihat sebagai kompromi dalam fungsi kritis hukum.

2. Aparatur Penegak Hukum

Aparat penegak hukum meliputi definisi aparat penegak hukum dan aparat

penegak hukum (person). Dalam pengertian yang lebih sempit, aparat penegak

hukum dilibatkan dalam proses penegakan hukum, mulai dari saksi, aparat
82

kepolisian, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan satpam. Setiap perangkat terkait

mencakup pihak-pihak yang terlibat dalam tugas atau perannya terkait prosedur

pelaporan atau pengaduan, penyidikan, penegakan hukum, alat bukti, putusan dan

sanksi, serta upaya sosialisasi terpidana.90

Dalam cara kerja aparat penegak hukum, ada tiga unsur utama yang

mempengaruhi hal tersebut:

a. Lembaga penegak hukum dan berbagai lembaga pendukung, serta

infrastruktur dan mekanisme operasi kelembagaan

b. Budaya kerja terkait dengan perangkat, juga terkait dengan kesejahteraan

perangkat

c. Alat regulasi yang mendukung kinerja kelembagaan dan mengatur materi

hukum yang digunakan sebagai standar ketenagakerjaan, baik hukum

substantif maupun hukum program

Upaya penegakan hukum sistemik perlu menyikapi ketiga aspek tersebut

secara bersamaan agar penegakan hukum dan proses peradilan itu sendiri dapat

dilakukan secara internal. Terlepas dari ketiga faktor tersebut di atas, pengaduan

tentang bagaimana penegakan hukum di negara kita selama ini memerlukan

analisis yang lebih mendalam. Upaya penegakan hukum hanya sebagian dari

permasalahan hukum kita secara umum yang bertujuan untuk menegakkan dan

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak mungkin

penegakan hukum jika hukum itu sendiri tidak mencerminkan perasaan atau nilai-

90
Bisri Ilhami, Sihlm.em Hukum Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2010), Hlm..29
83

nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tidak mungkin hukum menjamin

keadilan jika materinya sebagian besar merupakan warisan dari masa lalu.

Oleh karena itu, ada empat fungsi utama yang membutuhkan banyak

perhatian:

a. Anggaran Dasar ("Hukum" atau "Hukum dan Regulasi")

b. Sosialisasi, difusi, bahkan peradaban hukum (sosialisasi dan berlakunya

undang-undang

c. Penegakan hukum (penegakan hukum)

d. administrasi peradilan yang efektif dan efisien di bawah arahan

pemerintah (yang bertanggung jawab) (kekuasaan eksekutif)

Dalam arti yang lebih luas, "tata kelola hukum" mencakup konsep

penerapan peraturan dan yurisdiksi itu sendiri dalam arti yang lebih sempit. Anda

mungkin bertanya-tanya bagaimana sistem dokumentasi dan publikasi berbagai

produk hukum telah berkembang dalam hal pendokumentasian regulasi (aturan),

keputusan administratif (keputusan), atau regulasi dan keputusan yang dibuat oleh

hakim di semua tingkat pemerintahan, mulai dari pusat. . per wilayah.

B. Hukum dalam Lalu Lintas

Intinya, program penegakan hukum tidak berfokus pada penyelesaian

masalah bagi pengguna jalan, tetapi pada perlindungan, perlindungan dan

pelayanan kepada pengguna jalan yang merugikan diri sendiri (penegakan

pelanggaran helm, sabuk pengaman dan aksesori mobil) dan pengguna jalan

lainnya. (Penegakan Surat Izin Mengemudi (SIM), Kecepatan, Rambu, Tanda,


84

dan Pelanggaran Lainnya) dan Pentingnya Pengungkapan Pidana (Penegakan

Pelanggaran STNK, Nomor Bingkai, Nomor Mesin, dan Lainnya).91

Program penegakan hukum dilakukan tidak hanya pada saat operasional

kepolisian, tetapi juga di tempat dan waktu kritis sesuai dengan hasil analisis dan

penilaian yang dilakukan oleh polisi pengendali lalu lintas guna menjamin

keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. menerima. Kegiatan di atas

merupakan proses dan visualisasi perwujudan tanggung jawab Polri terhadap

masyarakat sebagai upaya penyelenggaraan Satpol PP dalam fungsi

pengangkutan, dimana kegiatan tersebut harus dikembangkan dan dilaksanakan

dalam kebersamaan yang saling mendukung, tanpa perlu adanya kebutuhan. .

hanya dibutuhkan. hanya digunakan. Peran, tugas, dan tanggung jawab yang tidak

diinginkan. dan kewenangan masing-masing instansi terkait di dalamnya. Orang-

orang mematuhi hukum karena takut akan konsekuensi dari pelanggaran standar.

Undang-undang semacam itu membutuhkan sistem pengawasan hukum, bukan

pengawasan komunitas. Begitu sistem pengawasan hilang, hukum berhenti

bekerja.92Sosiolog hukum Satjipto Rahardjo menjelaskan dalam bukunya

Problems of Law Enforcement bahwa penegakan hukum merupakan proses sosial,

bukan proses tertutup, melainkan proses yang melibatkan lingkungan. Karenanya,

aparat penegak hukum akan berbagi pedoman dengan lingkungan yang dapat

digambarkan sebagai pedoman umum untuk masyarakat, masyarakat, budaya,

91
Farouk Muhammad, Praktek Penegakan Hukum (Bidang Transportasi), (Jakarta: Balai
Puhlm.aka, 1999), Hlm..33.
92
Riduan Syahrani, Ringkasan Esensi Hukum (Banjarmasin: PT. Mitra Aditya Bakti,
2004), Hlm.. 192-193.
85

politik, dll. Karenanya, penegakan hukum dipengaruhi oleh berbagai macam

realitas dan kondisi yang muncul di masyarakat.

Aparat penegak hukum adalah kelompok kontrol dalam masyarakat yang

harus memiliki tingkat keahlian tertentu agar dapat memenuhi ambisi masyarakat.

Anda harus bisa berkomunikasi, memahami audiens target Anda, dan memainkan

peran yang bertanggung jawab secara sosial. Selain itu, aparat penegak hukum

harus cerdas dalam mendorong partisipasi publik, mengeluarkan undang-undang

baru, dan memimpin dengan memberi contoh.

Fokus program penegakan hukum tidak hanya pada penyelesaian masalah

bagi pengguna jalan, tetapi juga pada melindungi, melindungi dan memberikan

layanan kepada pengguna jalan yang terluka (penegakan pelanggaran helm, sabuk

pengaman dan aksesoris mobil) dan pengguna jalan lainnya. (Penegakan

pelanggaran kartu SIM), kecepatan, karakter, tag, dll.) Serta pentingnya

pengungkapan materi kriminal (penegakan pelanggaran STNK, nomor rangka,

nomor mesin, dll.).93

Program penegakan hukum dilakukan tidak hanya pada saat operasi

kepolisian, tetapi juga di tempat dan waktu kritis sesuai dengan hasil analisis dan

penilaian yang dilakukan oleh polisi pengendali lalu lintas guna menjamin

keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. menerima. Kegiatan di atas

merupakan proses dan visualisasi perwujudan tanggung jawab Polri terhadap

masyarakat sebagai upaya penyelenggaraan Satpol PP dalam fungsi

pengangkutan, dimana kegiatan tersebut dikembangkan dan dilaksanakan dalam

kebersamaan yang saling mendukung tanpa satu sama lain. Intervensi dalam
93
Ibid, Hlm..33.
86

peran, tugas dan tanggung jawab. Tanggung jawab dan wewenang dari setiap

otoritas yang kompeten.

Istilah "aparat penegak hukum" sangat luas dan karena itu mencakup

mereka yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam penegakan

hukum. Tujuan dokumen ini adalah untuk membatasi aparat penegak hukum

hanya pada mereka yang terlibat langsung dalam penegakan hukum, bukan hanya

“lembaga penegak hukum” tetapi juga “penjaga perdamaian”. Diperkirakan

mereka yang bekerja di pengadilan, jaksa, polisi, pengacara dan penjara.94Seorang

petugas penegak hukum, seperti anggota masyarakat lainnya, biasanya memiliki

banyak fungsi dan peran pada waktu yang bersamaan. Konflik antara fungsi dan

peran yang berbeda (konflik status dan konflik peran) tidak dapat

dikesampingkan. Jika ada gap antara peran yang seharusnya dan peran yang

benar-benar dipenuhi atau peran yang sebenarnya, maka menurut Megawati ada

gap peran. Sukarno Putri sangat dipengaruhi oleh keadaan lembaga pemerintah,

otoritas kehakiman dan aktivitas profesional pengacara sebagaimana diatur oleh

hukum yang berlaku dan faktor masyarakat pada kartu penegakan hukum.

Sikap otoritas lalu lintas adalah sebagai berikut:

1. Etika moral yang buruk dan profesionalisme sebagai aparat penegak

hukum serta arogansi masih melekat dalam tugas penegakan hukum.

2. Banyaknya penyimpangan yang disebabkan oleh pelanggaran batas

kewenangan, pemerasan, dan represi tidak mencerminkan jumlah

pelindung, pelindung, dan pejabat.

94
Soerjono Soekanto, Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Edisi pertama,
(Jakarta: CV. Rajawali, 2009), hal. 13
87

3. Kurangnya koordinasi antara aparat penegak hukum, baik antara aparat

penegak hukum di jalan maupun dengan bagian dari sistem peradilan

pidana (CJS).

4. Pelaksanaan penegakan hukum oleh Penyidik Lalu Lintas / Angkutan dan

Lalu Lintas Jalan (LLAJR) atas pelanggaran di wilayah hukumnya

melanggar ketentuan yang berlaku.

5. Penanganan dan pengelolaan trayek angkutan umum, baik antarprovinsi

maupun antarprovinsi, sering menimbulkan protes terhadap izin trayek

yang tumpang tindih dan alokasi trayek yang tidak rasional ke daerah

tertentu dengan dalih otonomi daerah.

6. Pendidikan lalu lintas tidak dilaksanakan dengan benar dan terus menerus.

7. Penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) tidak sesuai dengan mekanisme

dan prosedur yang ada.

Kejahatan ini diselidiki bekerja sama dengan jaksa dan hakim. Menurut

Pasal 211 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009, tindak pidana berikut ini merupakan tilang yang

memerlukan tilang:

a. Setiap orang terlibat dalam: pengoperasian rambu jalan, marka jalan,

rambu lalu lintas, fasilitas pejalan kaki dan peraturan keselamatan bagi

pengguna jalan (Pasal 275 ayat 2 sampai 28 ayat 2);

b. Setiap pengguna jalan yang tidak mengikuti petunjuk polisi sesuai dengan

Pasal 104 ayat 3 ayat 3, namun dalam keadaan tertentu wajib

menghentikan, melanjutkan, mempercepat, mengerem dan / atau


88

mengalihkan kendaraan agar arus lalu lintas dapat lancar. dan perilaku

yang benar (Pasal 282, Pasal 104, paragraf 3);

c. Setiap pengemudi (pengemudi semua jenis kendaraan bermotor) tidak

dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang masih berlaku (Pasal 288

ayat (2) jounto Pasal 106 ayat (5) huruf b yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) (Pasal 281

jounto ) Pasal 77 ayat 1); 95

d. Untuk kendaraan yang tidak dilengkapi Surat Tanda Nomor Kendaraan

(STNK) atau Pemeriksaan Kendaraan (STCK) yang diwajibkan oleh

kepolisian (Pasal 288 ayat 1, Pasal 77 ayat 1), kendaraan tidak mendapat

Tanda Nomor Kendaraan (TNKB). Kepolisian Negara Republik Indonesia

(Pasal 280 jo Pasal 68 (1)) melengkapi kendaraan bermotor di jalan raya

dengan perangkat yang dapat membahayakan keselamatan jalan, antara

lain: bumper dan lampu depan (Pasal 279, Pasal 58);

e. Jangan memakai sabuk pengaman (Pasal 289, Pasal 106 (6)).

f. Tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari dan dalam kondisi

tertentu (Pasal 193 (1) jo Pasal 107 (1)); G. Pelanggaran ketentuan kopling

dan aksesoris dengan kendaraan lain (Pasal 287 ayat 6 juncto Pasal 106

ayat 4 huruf h);

g. Sabuk pengaman atau helm tidak boleh digunakan saat mengemudikan

kendaraan yang tidak dilengkapi bangkai (Pasal 290, Pasal 106 (7)).

h. Pelanggaran peraturan lalu lintas atau prosedur berhenti dan parkir (Pasal

287 (3) dan Pasal 106 (4) (e));


95
Ibid.,hlm. 10.
89

i. Pelanggaran aturan dengan batas kecepatan tertinggi atau terendah (Pasal

287 (5) hingga 106 (4) (g) atau 115 (a)); 96

j. Saat berbelok atau berbelok, jangan membuat tanda dengan penunjuk arah

atau isyarat tangan (Pasal 194, Pasal 112, paragraf 1).

k. Jangan melakukan gerakan apapun saat bergerak di jalur atau ke samping

(Aturan 295, Aturan 112 (2)).

l. Pelanggaran aturan untuk perintah atau larangan melalui penggunaan

rambu atau marka lalu lintas (Pasal 287 (1), Pasal 106 (4) (a) dan Pasal

106 (4) (b));

m. Pelanggaran peraturan atau larangan rambu lalu lintas (Pasal 287 (2) dan

Pasal 106 (4) (c))

n. Melakukan kegiatan lain saat mengemudi dalam pengaruh situasi yang

mengganggu konsentrasi saat mengemudi di jalan raya (Pasal 283, Pasal

106 (1));

o. Jika Anda mengendarai kendaraan bermotor di persimpangan antara jalan

raya dan rel dan tidak berhenti ketika sinyal berbunyi, penghalang ditutup

dan / atau sinyal lain diberikan (Pasal 296, Pasal 114, bagian a).

p. Jangan memasang segitiga pengaman, lampu peringatan, atau rambu lain

saat berhenti atau parkir di jalan dalam keadaan darurat (Pasal 298, Pasal

121 (1)). 97

q. Dilarang memberi jalan bagi kendaraan bermotor yang memiliki hak

fundamental, menggunakan alat peringatan yang dapat didengar dan / atau

96
Ibid, Hlm..19
97
Ibid, Hlm..65.
90

dipandu dan / atau didampingi oleh petugas polisi (Pasal 287 (4), Pasal 59

dan Pasal 106 (4) (f), Pasal 134). dan Pasal 135);

r. Jangan mengutamakan keselamatan pejalan kaki atau pengendara sepeda

(Pasal 284, Pasal 106 (2));

s. Kendaraan bermotor yang tidak dilengkapi: roda cadangan, tutup

pelindung segitiga, dongkrak, roda yang dapat dibuka pada saat terjadi

kecelakaan dan kotak P3K (Pasal 278 Pasal 57 ayat 3).

t. Pengemudi atau penumpang yang duduk di sebelah pengemudi tidak

menggunakan sabuk pengaman (Pasal 289, Pasal 106 (6)).

u. Pengemudi dan penumpang tidak menggunakan sabuk pengaman dan

helm (Pasal 290, Pasal 106 ayat 7).

v. Kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan teknis antara lain:

kaca spion, klakson, lampu depan, lampu mundur, marka bodi, lampu

trailer, lampu rem, lampu sein, reflektor, spedometer, kedalaman ban, kaca

depan, spatbor, bemper, kopling, braket, atau wiper (barang) kaca depan )

285 ayat (2) jounto pasal 106 ayat (3) jounto pasal 48 ayat (2));

w. Kendaraan bermotor tidak memenuhi persyaratan teknis (Pasal 286 juncto

Pasal 106 ayat 3 juncto Pasal 48 ayat 3).

x. Penumpang kendaraan yang duduk di sebelah pengemudi tidak

mengenakan sabuk pengaman (Pasal 289, Pasal 106 (6)).

y. Kendaraan bermotor tidak mendapat sertifikat pemeriksaan rutin (Pasal

288 ayat 3), Pasal 106 ayat 5 huruf c;


91

A. Kendaraan umum dalam transit tidak berhenti di terminal (Pasal 276, Pasal

36).

bb. Tidak disetujui untuk pengoperasian layanan transportasi penumpang di

rute (Pasal 308 (a) Jounto, Pasal 173 (1) (a))

cc. Tidak memiliki izin melaksanakan angkutan penumpang di luar trayek

(Pasal 308 huruf a Jounto Pasal 173 ayat (1) huruf a.

DD. Pengurangan lisensi wajib (Pasal 308 (c), Pasal 173);

ee. Jangan menggunakan jalur yang ditunjukkan atau jalur paling kiri kecuali

Anda melewati atau mengubah arah (Aturan 300 (a) Jounto, Aturan 134

(1) (c)).

ff. Jangan hentikan kendaraan saat Anda mengambil dan / atau menurunkan

penumpang (Bagian 300 (b), Bagian 124 (1) (d)).98

gg. Jangan menutup pintu mobil saat kendaraan sedang melaju (Pasal 300 (c),

Pasal 124 (1) (e)).

hh. Jangan berhenti di tempat-tempat tertentu, tolak penumpang di halte bus,

dan dilarang mengemudi di jaringan jalan selain yang tercantum dalam

izin trayek (Pasal 302, Pasal 126).

ii. Kendaraan yang dimaksudkan untuk pengangkutan orang untuk tujuan

tertentu tetapi untuk penjemputan atau keberangkatan penumpang lain

dalam perjalanan atau untuk penggunaan kendaraan pengangkut tidak

cocok untuk pengangkutan untuk tujuan lain (Pasal 304, Pasal 153 (1));

hj. Kendaraan bus bermotor tidak mendapat sertifikat pemeriksaan rutin dan

tidak memiliki tanda mutu (Pasal 288 ayat 3, Pasal 106 ayat 5 huruf c).
98
Ibid, Hlm.. 76.
92

kk. Kendaraan bermotor dan / atau trailer atau kendaraan berpasangan tidak

diinformasikan tentang pemeriksaan berkala dan tidak ada tanda-tanda

pemeriksaan berkala (Pasal 288 (3), Pasal 106 (5) (c)).

II Kegagalan menggunakan jaringan jalan sesuai dengan kelas jalan yang

ditentukan (Pasal 301, Pasal 125); mm. Truk untuk pengangkutan orang

tanpa memberikan alasan (Pasal 303 jounto Pasal 137 ayat 4 huruf a, b dan

c); nn. Pengangkutan kargo tanpa dokumen perjalanan (Pasal 306, Pasal

168 (1));

oo. Kegagalan untuk mematuhi ketentuan tentang prosedur pemuatan,

pemuatan dan dimensi kendaraan (Pasal 307, Pasal 169 (1));

p. Kendaraan bermotor dan / atau trailer atau kendaraan penghubung tidak

memiliki sertifikat pemeriksaan rutin dan pengendalian normal (Pasal 288

(3) juncto Pasal 106 (5) (c)).

qq. Ketidakpatuhan terhadap persyaratan keselamatan, pelabelan barang,

parkir, bongkar muat, waktu operasi dan rekomendasi dari otoritas yang

berwenang (Pasal 305 jounto Pasal 162 ayat (1) huruf a, b, c, d dan e atau

f);

rr. Pengendara sepeda motor yang tidak menyalakan lampu depan pada siang

hari (Pasal 293 ayat 2 jo Pasal 107 ayat 2) tidak menggunakan helm SNI

(Pasal 291 ayat 2 jo Pasal 106 ayat 8). Penumpang tanpa helm (Pasal 291

(2)) Pasal Jounto 106 (8));

ss. Tidak termasuk sespan yang membawa lebih dari satu orang (Pasal 292,

Pasal 106 (9));


93

DD Tidak memenuhi persyaratan teknis dan teknis (Pasal 285 ayat 1, 106 ayat

3 dan 48 ayat 2 dan 3).

Penegakan hukum tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa sumber daya

atau fasilitas tertentu. Fasilitas ini termasuk staf yang terlatih dan kompeten,

organisasi yang tepat, peralatan yang memadai, keuangan yang memadai, dll. Jika

hal-hal ini tidak terpenuhi, petugas penegak hukum tidak dapat mencapai

tujuannya.99

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berkaitan dengan berbagai pertanyaan

tentang sarana dan prasarana yang mempengaruhi peningkatan keselamatan jalan

raya

1. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk mendukung penegakan hukum di

bidang industri transportasi antara lain:

a. Perlengkapan jalan seperti rambu, marka jalan, lampu jalan dan

rambu jalan lainnya masih belum ada.

b. Mobilitas penegakan hukum tidak sesuai dengan sifat ancaman.

c. Alat teknologi yang dapat digunakan untuk tugas penegakan

hukum belum dapat dioperasionalkan secara legal. \.

2. Jalan tidak berfungsi dengan baik, sehingga digunakan untuk trotoar,

tempat parkir, gedung ruang makan, dll.

3. Rendahnya disiplin dan disiplin di kalangan pengguna jalan disebabkan

oleh disiplin yang rendah, pengetahuan peraturan yang kurang dan dampak

dari manajemen lalu lintas yang tidak sehat.

4. Kurangnya organisasi khusus yang bertanggung jawab atas keselamatan


99
Surjono Soukanto, Jaksa Agung ... ohlm.cit., Hlm..79
94

jalan di negara tersebut di dalam perusahaan induk untuk sektor

transportasi di wilayah tersebut tidak mencerminkan kinerja yang berfokus

pada masalah keselamatan jalan raya.

C. Denda Pelanggaran Lalu Lintas

1. Pengertian Denda

Hukuman atau denda berupa pembayaran sejumlah uang karena melanggar

hukum yang berlaku. Selain pencatatan nama pelaku tindak pidana, pelaku juga

diberikan denda, kadang bergantian atau berurutan. Dengan denda minimal 25

sen, jumlah maksimal tidak tetap. Terkait denda yang diatur dalam Pasal 30

KUHP yang berbunyi sebagai berikut:100

1) Total denda paling sedikit dua puluh lima sen.

2) Jika denda dijatuhkan dan denda tidak dibayarkan, denda tersebut diganti

dengan penjara.

3) Pidana penjara dengan imbalan denda adalah minimal satu hari dan paling

lama enam bulan.

4) Keputusan hakim akan menentukan jangka waktu di mana harga setengah

rupiah atau kurang akan diganti untuk satu hari, sehingga harga yang lebih

tinggi untuk setiap setengah rupiah tidak akan diganti lebih dari satu hari

100
Andi Hamzah, Principles of Criminal Law (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. Tanggal
21
95

dan akhirnya tidak untuk sisa hari. Setengah rupiah sudah cukup

dikompensasikan.

5) Denda tersebut dapat dikenakan hingga delapan bulan jika jumlah

maksimum denda ditambahkan karena kombinasi dari tindak pidana atau

karena ketentuan Pasal 52 dan 52a KUHP.

6) Hukumannya tidak lebih dari delapan bulan.

Sedangkan Law Dictionary mendefinisikan denda sebagai “kejahatan

utama yang harus dilakukan dengan membayar sejumlah”. Berdasarkan uraian di

atas, denda dapat diartikan sebagai ancaman hukuman, sebagai sarana untuk

menegakkan kepatuhan terhadap peraturan atau undang-undang, atau sebagai

standar pelayanan publik untuk mengancam akan melanggar hukum dengan

denda. Bayar untuk tindakan yang melanggar aturan. Yang.

2. Latar Belakang Diterapkan Pidana Denda

Reformasi dan perbaikan sedang dilakukan untuk mengurangi penahanan.

Kenyataannya, bagaimanapun, adalah pemenjaraan karena kerugian yang

terkadang sulit dihindari dan diatasi karena tujuan yang ingin Anda capai. Untuk

melihat seperti apa posisi dan pola denda dalam hukum pidana positif Indonesia,

mari kita mulai dengan Pasal 10 KUHP. Pasal 10 KUHP berbunyi sebagai

berikut: Hukuman terdiri dari:

1) Kejahatan dasar terdiri dari:

a. Hukuman mati;

b. Hukuman penjara;

c. Kandang Pidana: V;
96

d. Jenis; dan

e. Kejahatan sampul (sebagaimana ditambahkan oleh UU No. 20

tahun 1946).

2) Penalti tambahan adalah:

a. Penarikan hak tertentu;

b. Penyitaan barang tertentu; dan

c. Publikasi keputusan hakim.

Urutan denda utama menunjukkan bahwa denda tersebut adalah yang

terendah, meskipun tidak ada ketentuan yang secara jelas menunjukkan hal ini.

Muladi dan Barda Nawawi Arief menyatakan: Setidaknya satu kali kejahatan

dihukum dengan denda.101Untuk delik dalam Buku II hanya terdapat satu delik

yaitu pada Pasal 403 sedangkan untuk delik dalam Buku III hanya terdapat 40

pasal lengkap tentang delik. Dari segi filosofis, terdapat hal-hal yang bertentangan

menurut Niniek Suparni, antara lain sebagai berikut:

1. Tujuan utama penjara adalah untuk menjaga keamanan narapidana dan

yang kedua adalah menyediakan fasilitas rehabilitasi bagi narapidana. dan

2. Sementara itu, fungsi lapas seringkali merugikan pelaku kriminal dan pada

akhirnya menimbulkan kerugian jangka panjang bagi narapidana berupa

ketidakmampuan narapidana untuk tetap produktif di fasilitas tersebut.

Mengiklankan.

Penahanan sejauh ini terus berlanjut dan sulit dihindari, meskipun biaya

dan lokasi penahanan di masa mendatang akan terus menjadi masalah. untuk

101
Muladi dan Barda Nawawi Arief, teori kriminal dan politik (Bandung: Reflika
Aditama, 2005), Hlm.. 42.
97

menjadi pendukung sistem peradilan pidana. Pengenaan denda sebagai alternatif

hukuman pendek adalah kejahatan nomor satu yang paling kecil kemungkinannya

dilakukan oleh hakim, terutama dalam praktik hukum di Indonesia. 102Denda

adalah salah satu jenis kejahatan tertua di dunia. Selain pidana mati (dikenal juga

dalam Thaurat dan Al-Quran) dalam Common Law, juga disebut sebagai tindak

pidana berupa pembayaran kepada pihak berwajib atau santunan kepada korban.

Metode pembayaran ini berkisar dari uang tunai hingga barang seperti ternak,

produk kebun, dll.

Denda juga merupakan kejahatan tertua di dunia barat. Misalnya, operasi

penegakan hukum di Skotlandia sebelumnya dikenal sebagai "Procurator Fiscal".

Menurut cerita mereka, tugas kejaksaan adalah mengumpulkan uang (denda) dari

terpidana sebagai sumber pendapatan negara. Berdasarkan uraian di atas,

penangguhan hukuman, di mana denda menggantikan posisi bebas dari kejahatan,

fokus pada pertimbangan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kekuatan

finansial semua kelompok tersebut dalam masyarakat. Mengingat bahwa

hukuman penjara dipandang kurang populer dalam hal implementasi dan dampak

dari penegakan hukum saat ini, denda Iure Constituto adalah alternatif dari

hukuman penjara saat ini.103

1. Kategori sanksi ringan yang terkait dengan jenis kejahatan (criminal

offense) merupakan contoh pelanggaran Pasal 503 VCA.

2. Organisasi pidana serius (hukuman berat) yang menemukan bahwa denda

kurang efektif dalam mencapai tujuan pidana melalui penahanan.


102
Ibid, Hlm..87.
103
Niniek Suparni, Adanya Denda dalam Sihlm.em Pidana dan Kriminal (Jakarta: Sinar
Grafika, 2007), Hlm..31.
98

Misalnya, Pasal 333 KUHP adalah seseorang yang menjalankan

kebebasan orang lain melawan hukum.

Berdasarkan uraian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

di atas, setiap orang yang melanggar hukum dapat memiliki unsur pidana dalam

perbuatannya, dan berdasarkan pidana ringan yang berkaitan dengan sifat

perbuatannya maka tindak pidana tersebut akan dikenakan denda. dan hukuman

berat adalah pengganti piana ringan jika hukuman tidak dapat dibayarkan untuk

mencapai tujuan pemenjaraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bagian integral dari hukum pidana adalah penggunaan hukuman atau

hukuman. Bukan hukum pidana jika suatu peraturan hanya mengatur standar

tanpa adanya ancaman pidana. Hukuman bagi pelaku harus mencerminkan sifat

penderitaan yang dideritanya, namun sanksi pidana berupa denda tidak hanya

menyampaikan kesedihan tetapi juga memenuhi ketentuan yang berlaku untuk

mencapai kepastian hukum dan tujuan sanksi pidana.104

Muladi dan Barda Nawawi Arief harus memperhatikan hal-hal berikut saat

memberlakukan denda:105

1. Sistem untuk mendaftarkan jumlah atau besaran denda;

2. Batas waktu pembayaran denda

3. Tindakan untuk menjamin pembayaran denda jika terpidana tidak

membayar dalam batas waktu;

4. Penegakan denda dalam kasus khusus (misalnya terhadap anak di bawah

umur atau anak yang menganggur yang tetap menjadi tanggung jawab
104
Ibid, Hlm.. 32.
105
Niniek Suparni, Adanya Denda dalam Sihlm.em Pidana dan Kriminal (Jakarta: Sinar
Grafika, 2007), Hlm..93.
99

orang tua); dan

5. Pedoman atau kriteria pengenaan denda.

Denda adalah aset berupa informasi berbasis uang. Hal ini juga tercermin

dari ketentuan KUHP yang berlaku padanya. Nilai ekonomi, perkembangan

ekonomi dan pasar uang akan sangat mempengaruhi efektivitas denda. Karena

jumlah tertentu relatif secara hukum, misalnya akibat inflasi. Oleh karena itu

diperlukan formula yang tidak kaku secara hukum, walaupun tentunya harus ada

batasannya.

3. Tujuan Ditetapkan Pidana Denda

Mayoritas masyarakat telah bertindak melawan kejahatan yang melibatkan

penyitaan properti atau denda. Namun, mereka sangat beragam dan menciptakan

sistem kriminal yang luar biasa. Evolusinya adalah mengikuti evolusi tindakan

masyarakat dalam bentuk hukuman.106Jika seseorang telah dirugikan oleh orang

lain, mereka dapat mengklaim kompensasi atas kerugian itu. Jumlahnya

tergantung pada kerugian yang terjadi dan situasi sosial orang yang bersangkutan.

Selain itu, pihak berwenang memerlukan sebagian dari pembayaran ini

atau pembayaran tambahan untuk campur tangan pemerintah dalam tindakan

peradilan atau pemerintah terhadap mereka yang menyebabkan gangguan.

Dibandingkan dengan sistem peradilan pidana di Belanda, dapat dikatakan bahwa

pola pemidanaan di Indonesia hanya mengenal denda yang dijatuhkan oleh

pengadilan. Jika Belanda memiliki denda tambahan yang dapat memberlakukan

denda yang harus dibayarkan agar perkara tidak dibawa ke pengadilan, hakim

pidana akan dihubungi jika ketentuan dendanya sama tanpa ada perbedaan.
106
Ibid, Hlm.. 57
100

Niniek Suparni menawarkan banyak aspek keadilan terkait denda, antara

lain:107

1. Pembayaran denda mudah untuk ditegakkan dan jika ada kesalahan terkait

jenis denda lainnya seperti B. sulit untuk menegakkan hukuman penjara

BB maka harus diperiksa.

2. Denda adalah denda yang dikenakan oleh pemerintah karena tidak

membayar banyak, tanpa penjara bagi yang tidak mampu.

3. Denda mudah diidentifikasi dan ditegakkan, sehingga kejahatan dan

keadaan lain tidak lebih mudah untuk diidentifikasi daripada jenis

hukuman lainnya.

4. Denda tersebut mungkin atau mungkin tidak akan menghasilkan nama

yang memalukan yang sama kasarnya dengan nama terpidana.

5. Mencegah pelaku kekerasan meningkatkan kehidupan mereka.

6. Dendanya adalah pendapatan negara bagian dan lokal.

Berdasarkan uraian di atas maka efektifitas hukuman diartikan sebagai

sejauh mana tujuan yang ingin dicapai oleh hukuman tersebut tercapai. Hukuman

dianggap efektif bila tujuan yang ingin dicapai dengan hukuman tersebut tercapai.

Seperti yang dikatakan Niniek Suparni, tujuan hukuman adalah:108

1. Mencegah kejahatan dengan menegakkan standar hukum untuk

melindungi publik;

2. Mensosialisasikan terpidana melalui penyuluhan agar menjadi pribadi

yang baik dan berguna;


107
Ibid, Hlm..80.
108
Niniek Suparni, Adanya Denda dalam Sihlm.em Pidana dan Kriminal (Jakarta: Sinar
Grafika, 2007), Hlm..82.
101

3. Menyelesaikan konflik akibat aktivitas kriminal, memulihkan

keseimbangan dan menciptakan rasa damai di masyarakat; dan

4. Untuk membuat terpidana bersalah.

Dalam hal ini, pembalasan terhadap mereka yang menjadi atau menjadi

korban kejahatan komunitas tidak dapat dihindari. Hukumannya untuk

menyelesaikan konflik atau konflik dan membuat masyarakat merasa damai.

Tujuan memulihkan keseimbangan dalam masyarakat yang penuh dengan

kejahatan adalah salah satu tujuan hukuman yang tidak dapat diabaikan karena

jika tidak diverifikasi, orang akan mengambil tindakan sendiri berdasarkan

pemikiran mereka. Mereka menyeimbangkan komunitas.

Tujuan dari hukuman di atas, yaitu hukuman, juga harus dapat merasakan

esensi dari penderitaan terpidana. Dalam konteks efektifitas penegakan hukum,

hendaknya dihindari bahwa kriteria efektif atau tidaknya denda diukur dari jumlah

yang dapat dikeluarkan oleh pelaksana untuk denda dan kemudian dikonversikan

menjadi uang tunai. digunakan sebagai bagian dari Nation Building. dan negara.

Sebagai ukuran efektivitas denda, harus ada keseimbangan antara denda dan

denda pengganti. Menurut ketentuan KUHP saat ini, alternatifnya adalah pidana

penjara.

Denda Niniek Suparni juga memiliki kelebihan yaitu:109

1. Dengan pengenaan denda, anomali terpidana tetap terjaga, setiap terpidana

harus menyembunyikan identitasnya atau tetap anonim dan anonim.

Kebanyakan dari mereka takut akan dikenali sebagai seseorang di penjara

oleh lingkaran sosial atau kenalan mereka.


109
Ibid, 84.
102

2. Hukuman denda tidak berarti bahwa terpidana akan mendapat stigma atau

hukuman berat. dan

3. Dengan mengenakan denda, negara menerima pemasukan dan proses

pidana menjadi lebih mudah dan murah.

Niniek Suparni menambahkan, penggunaan denda sebagai pengganti

pidana penjara di masyarakat dipandang sebagai pelanggaran tujuan pidana. Ini

karena faktor-faktor berikut:110

1. Dapat diganti dengan denda yang dikenakan oleh non-pelanggar,

menghilangkan kesalahan pelaku.

2. Nilai denda dianggap terlalu rendah dan oleh karena itu tidak

mencerminkan keselarasan tujuan hukuman dengan rasa keadilan di

masyarakat. dan

3. Meskipun denda tambahan mengancam denda yang tinggi, denda tersebut

melawan perkembangan pesat nilai mata uang di masyarakat.

4. Pidana Denda

a) Pengertian dan Manfaat Melahirkan

Pidana berasal dari kata hukuman (Belanda), yang sebenarnya

berarti penderitaan yang disengaja (duka) atau dapat terjadi pada

seseorang yang terbukti melakukan kejahatan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, denda adalah denda berupa pembayaran uang

(melanggar aturan, undang-undang, dll). Oleh karena itu, denda

menyiratkan denda berupa kewajiban membayar dalam bentuk uang yang

110
Ibid, Hlm..98
103

dengan sengaja dikumpulkan atau dikenakan kepada seseorang yang

melakukan tindak pidana.

Penggunaan denda selalu dibayangi oleh penggunaan hukuman

penjara, yang telah ditantang oleh berbagai penelitian, penelitian dan

pengalaman empiris, yang mengarah pada alternatif kejahatan yang

dipertimbangkan daripada hukuman karena kehilangan kebebasan.111

Di masa lalu, denda telah dijatuhkan dalam hukum pidana selama

berabad-abad. Anglo-Saxon awal secara sistematis menggunakan

hukuman finansial untuk penjahat. Korban menerima kompensasi.

Restitusi adalah keadilan berkelanjutan untuk menolong diri sendiri yang

memungkinkan korban untuk membalas dendam pada pihak yang bersalah

dan konsekuensi dari pertumpahan darah. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa ancaman terhadap kehidupan dan harta benda suatu

kelompok disebabkan oleh pembalasan.

Pengorbanan merupakan faktor penting dalam perkembangan dan

popularitas denda. Denda itu sendiri sebenarnya adalah yang tertua dan

lebih tua dari penahanan. Pembayaran denda terkadang dapat berupa ganti

rugi dan denda adat. Kejahatan yang lebih kecil saat ini didenda dan

kejahatan serius dapat dijatuhi hukuman penjara. Denda sebenarnya adalah

hubungan perkawinan, yaitu jika seseorang mengalami kerusakan, mereka

dapat menuntut ganti rugi yang besarnya tergantung dari kerusakan yang

diderita dan keadaan sosial dari pihak yang dirugikan. Pihak berwenang

111
Syaiful Bakhri, Perkembangan Sihlm.em Kriminal Indonesia, (Yogyakarta: Total
Media, 2009), hal. 131.
104

kemudian meminta sebagian dari pembayaran tambahan untuk intervensi

pemerintah di pengadilan atau untuk tindakan pemerintah terhadap mereka

yang menyebabkan kerusuhan.112

Sekitar abad ke-12, yang terluka menerima porsi yang lebih kecil

dari kompensasi, sedangkan penguasa menerima porsi yang lebih besar

dan akhirnya menerima semua kompensasi. Dalam hukum pidana, denda

dibayarkan kepada negara atau masyarakat, sedangkan dalam kasus

perdata dapat diganti dengan penjara jika tidak dibayar.

b) Perkembangan denda di Indonesia

Hukuman mati adalah hukuman, penahanan dan penahanan atas

kebebasan seseorang yang ditujukan terhadap jiwa seseorang, sedangkan

denda ditujukan terhadap harta benda seseorang berupa kewajiban

membayar sejumlah tertentu. Dari jenis kejahatan yang tercantum dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (WvS), jenis hukumannya adalah

pidana denda paling lama, lebih tua dari pidana penjara, dan bisa setua

hukuman mati. Sebelum denda diberlakukan oleh Sistem Peradilan Pidana

(KUHP), denda diakui hampir di setiap masyarakat, termasuk masyarakat

primitif, bahkan bentuk paling primitif dan tradisional di Indonesia.

Pada zaman Kerajaan Majapahit, biasanya denda dikenakan pada

hewan peliharaan raja atas insiden penghinaan atau pencurian dan

pembunuhan. Saat menentukan besaran atau besaran denda tergantung

112
Ibid, Hlm.. 131.
105

besar kecilnya atau luasnya pelanggaran, dapat diindikasikan sebagai

berikut:113

1) Berdasarkan kasta pelaku dan pelaku kejahatan.

2) Berdasarkan konsekuensi dari orang atau hewan yang terkena.

3) Berdasarkan data dari anggota yang terpengaruh.

4) Berdasarkan aksinya.

5) Berdasarkan niat orang yang salah.

6) Berdasarkan jenis barang atau hewan yang terkait dengan promosi.

Jika dendanya tidak dibayarkan, pelaku harus menjadi budak

dengan melakukan apa yang diperintahkan tuannya. Jika utangnya bisa

dilunasi, dia selalu bisa berhenti menjadi budak. Dan tidak berhak

menentukan berapa lama pelaku akan membayar denda raja yang

memerintah. Denda juga dikenal di berbagai masyarakat adat di

Indonesia, misalnya di Teluk Yos Sudarso (Irian Jaya). Seseorang dapat

dihukum karena melanggar ketentuan common law, termasuk

membayar denda untuk layanan publik. Jika pembunuh di Tapanuli

tidak dapat membayar uang yang salah, keluarga menganjurkan agar

orang yang dibunuh dibunuh.114Ada hukum retribusi di Minangkabau

yang menumpahkan darah. Posisi konservatif Datuk Ketemanggungan

adalah bahwa eksekusi di depan umum dilakukan melalui luka tusuk.

c) Denda sebagai alternatif penahanan

113
Ibid, 132 Hlm..
114
Ibid, 132 Hlm..
106

Pelanggaran KUHP biasanya dihukum penjara. Beberapa

ketentuan dalam KUHP juga memuat pelanggaran yang dapat diancam

dengan hukuman penjara atau denda tanpa alternatif hukuman penjara.

Beberapa dari penangkapan dan denda ini dihukum secara terpisah dan

lainnya sebagai pembalasan. Pelanggaran yang hanya dapat diancam

dengan pidana denda diatur dalam Pasal 403 dengan jumlah paling

banyak Rp 150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah). Hukuman

individual dan hukuman alternatif sebagai anggota parlemen atau opsi

penahanan tidak relevan dalam KUHP. Oleh karena itu, risiko hukuman

penjara jelas.115

Peran juri sangat penting dalam pengambilan keputusan. Setelah

mengetahui tujuan dari hukuman, hakim harus mempertimbangkan

keadaan pelaku, cara kejahatan dilakukan, konsekuensi hukuman yang

akan datang, dampak kejahatan terhadap korban dan mereka yang

terkena dampak, dan banyak lainnya. keadaan lain. Siapa yang

membutuhkan perhatian dan pertimbangan hakim saat mengambil

keputusan? Dalam penahanan, hakim tidak hanya memperhatikan

tujuan dan pedoman putusan, tetapi juga kondisi yang dapat mencegah

terjadinya tindak pidana, misalnya (penahanan).

a. Faktor usia penjahat;

b. Apa kejahatan pertama?

c. Kerugian bagi para korban.

115
Suhariyono, Renewal of Fines in Indonesia, (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2012),
Hlm.. 316.
107

Ada ketentuan yang menyatakan bahwa seseorang harus

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara. Namun,

jika, setelah penyelidikan, pengadilan memutuskan bahwa penahanan

tidak perlu dan memperhitungkan lamanya penahanan, kasus saat ini,

pedoman hukum pidana, dan pedoman untuk menerapkan penahanan,

hakim akan dijatuhi hukuman. Baik.

Di sini, aturan untuk memilih denda sebenarnya didasarkan pada

pemeriksaan hakim yang cermat, obyektif, dan praktis, bukan pada

penahanan atau menghitung pro dan kontra denda versus penahanan.

Ketentuan denda tercantum dalam Pasal 30 sampai dengan 33.

Pembayaran denda tidak dianggap sebagai terpidana. Siapapun bisa

melakukan itu.116

d) Adaptasi yang baik di Indonesia

Rancangan KUHP menjanjikan banyak konsekuensi denda sebagai

ancaman hukum nasional, yaitu denda yang ditetapkan berdasarkan

kategori pidana maksimum dan minimum. Hukuman perusahaan;

Waspadai kemampuan terpidana menjatuhkan denda. Denda yang dapat

dikenakan dan yang tidak dibayar dapat dihapus dari properti atau diganti

dengan pekerjaan sosial, pengawasan atau penahanan berdasarkan

perhitungan dan tindakan tertentu. dan denda bagi anak-anak yang

melakukan kejahatan. Dari segi value for money, sanksi dalam RUU

KUHP masuk akal secara detail. 127 pasal ditentukan oleh ancaman

116
R. Abdul Djamali, Pengantar Hukum Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Permai, 2005),
Hlm.. 189
108

hukuman, 40 pasal ditentukan oleh ancaman hukuman. Aspek yang

menarik dari denda tersebut adalah menentukan besaran denda per

kategori, dan dendanya dapat dicicil. Denda utama menurut KUHP adalah

sebagai berikut:

1. Jika tidak ada batasan minimal, akan dikenakan denda minimal

500 rupiah.

2. Jumlah maksimum denda ditentukan menurut kategori berikut:

a. Kategori I, seratus lima puluh ribu rupiah

b. Kategori II tujuh ratus lima puluh ribu rupiah

c. Kategori III, tiga juta rupiah

d. Kategori IV tujuh juta lima ratus ribu rupiah

e. Kategori V, 30 juta rupiah

f. Kategori VI tiga ratus juta rupiah

3. Sebagian besar hukuman perusahaan termasuk dalam kategori

berikutnya yang lebih tinggi.

4. Jumlah maksimal denda yang dikenakan kepada perusahaan yang

melakukan tindak pidana diancam dengan:

a. Hukuman penjara maksimal 7 sampai 15 tahun adalah denda

Kategori V.

b. Hukuman mati, penjara seumur hidup, atau hukuman penjara

hingga 20 tahun adalah denda Kategori VI. Denda terendah

adalah Kategori IV.117

117
Bambang Waluyo, Denda dan Kejahatan (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Hlm.. 32.
BAB IV

PENERAPAN SANKSI TERHADAP PENGENDARA MOTOR YANG

TIDAK WAJAR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22

TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN

JALAN DI KOTA PEKANBARU

A. Penerapan Sanksi Terhadap Pengendara Kendaraan Bermotor Yang

Tidak Wajar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru

Kepolisian memberikan perlindungan, perlindungan dan pelayanan kepada

masyarakat, seperti keberadaan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)

yang bersatu dengan dan dengan masyarakat. Dalam posisi seperti itu, wajar saja

jika penilaian kinerja Polri diberikan langsung oleh publik. Evaluasi publik

langsung atas tindakan polisi berdampak besar pada citra polisi.118Para pengamat

menemukan bahwa kualitas gambar polisi memburuk. Merosotnya citra polisi di

mata masyarakat merupakan masalah utama yang terus diupayakan Polri dalam

menjalankan tugas dan kewenangannya sebagai kustodian penegak hukum.

Perlindungan dan penciptaan keamanan, ketertiban dan kelancaran operasi.

Mengiklankan. Fenomena ini kemungkinan akan tetap menjadi siklus

berkelanjutan di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) jika

komitmen terhadap profesionalisme, transparansi dan akuntabilitas tidak

tercermin dalam perilaku dan tindakan Polri dalam menjalankan tugas dan

118
Indarti, Erlyn, Karakterihlm.ik Utama Profesionalisme Polisi dalam Penegakan Hukum,
(Jakarta: Sinar Grapfika, 2014), hlm.349.

109
110

tanggung jawabnya sehari-hari.119

Sebagai bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, Polisi Lalu

Lintas merupakan unsur pelaksana yang bertanggung jawab dalam melaksanakan

tugas kepolisian seperti pengamanan, pengaturan, pembinaan dan patroli,

pengendalian dan teknologi lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau

kendaraan bermotor, investigasi kecelakaan lalu lintas dan kepolisian. . di sektor

transportasi untuk memastikan keamanan, ketertiban dan kelancaran operasional.

Masalah pelanggaran lalu lintas forensik kurang mendapat perhatian bahkan

terkesan seperti "anak tiri". Perkembangan kajian hukum pidana masih lebih

banyak berbicara tentang persoalan dogmatis hukum pidana daripada pidana.

Di dunia sekarang ini, transportasi adalah metode yang sangat umum

untuk memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain.

Transportasi dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi setiap orang untuk

menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan atau penunjang

bisnis. Sehingga dapat dikatakan bahwa lalu lintas kini telah menjadi pusat segala

aktivitas manusia. Saat ini tidak sulit untuk melakukan segala aktivitas yang

berhubungan dengan transportasi, terlebih dengan hadirnya transportasi online

yang memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mendapatkan akses

transportasi yang cepat dan mudah. Karenanya, transportasi memainkan peran

yang sangat penting dalam perekonomian dan kehidupan.

Menurut Emil Eka Putra, SH., SIK., M.Si selaku Kapolres Pekanbaru

mengatakan pemberian sanksi kepada pengendara sepeda motor berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan
119
Ibid, Hlm..28.
111

Raya di Pekanbaru tidak tepat. Pembukaan UU 22/2009 menyebutkan bahwa

pengguna jalan harus melindungi keselamatannya sendiri dan lingkungannya.

Penggerebekan polisi tidak hanya dimaksudkan untuk mencegah masyarakat

menggunakan ponsel atau ponsel saat mengemudi, tidak untuk menggunakan

helm atau menyalakan lampu untuk keperluan polisi, tetapi juga untuk melindungi

keselamatan umum saat bepergian. Untuk menekan. Jika pelaku tidak mematuhi

peraturan lalu lintas, hal tersebut tidak hanya merugikan dirinya sendiri tetapi juga

lingkungannya.120Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Pasal 106 ayat 1,

mengatur bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan

wajib mengemudikan kendaraannya secara alami dan terkonsentrasi. Dan Pasal

283 menyatakan bahwa siapa pun yang mengemudikan kendaraan bermotor di

jalan dan melakukan kegiatan lain atau terkena kondisi yang mengganggu saat

mengemudi diancam dengan hukuman maksimal 3 bulan atau lebih. denda

maksimal Rp 750.000.

Menurut Mr. Pak Hariyadi, Penyidik Lalu Lintas Polda Pekanbaru,

mengatakan pengenaan denda bagi pengendara yang melanggar Undang-Undang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pekanbaru Nomor 22 Tahun 2009 akan berlaku

efektif. Pelanggaran lalu lintas sama sekali bukan tujuan dari hukuman yang

diberlakukan oleh e-ticketing untuk mengatur lalu lintas. Tanpa perubahan

mendasar dalam aturan lalu lintas, metodenya hanya sedikit berbeda ketika pelaku

dihentikan oleh petugas polisi dan menerima tilang dengan tiket konvensional.

Begitu e-tiket valid, pelaku mungkin tidak akan tahu apa-apa. apakah dia telah
120
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Emil Eka Putra, SH., SIK., M.Si selaku
Kapolres Pekanbaru pada hari Senin tanggal 2 November 2020 pukul 10.19 WIB di Kepolisian
Pekanbaru.
112

melakukan kejahatan.121Karena banyak kendaraan roda empat dan roda dua saat

ini menggunakan telepon seluler atau telepon seluler saat mengemudi / karena

konsentrasi pengemudi dapat terganggu saat mengemudi. Seperti yang bisa kita

lihat di kota Pekanbaru, kendaraan roda dua menggunakan handphone seperti ojek

online seperti Grab, Gojek dan Maxim, serta masyarakat umum. Ini sangat

berbahaya bagi pengemudi atau orang lain dan dapat terjadi kecelakaan.

Wawancara dengan Pak Dendi, peneliti lalu lintas di Polda Pekanbaru,

tentang pemberian sanksi terhadap pengemudi yang tidak pantas. Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan di Kota

Pekanbaru yaitu:122

“Setiap tahun jumlah pelanggaran lalu lintas tidak menentu, kadang


menurun dan biasanya meningkat. Dalam hal pembinaan dan kebaikan
terkait praktek lalu lintas yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Selain itu juga menawarkan sarana dan prasarana seperti
penempatan rambu lalu lintas sesuai fungsinya. Pasalnya, remaja sering
melakukan pelanggaran lalu lintas, apalagi dengan banyaknya ojek
online. Upaya untuk menuntut pelanggaran lalu lintas juga membuat
denda efektif secara tidak langsung. Jika tindakan tersebut berdasarkan
aturan yang berlaku. Karena semakin banyak sistem deteksi kejahatan
lalu lintas, yang juga dikenal sebagai sistem damai, diberlakukan, hal itu
dapat menciptakan citra buruk bagi polisi dan upaya untuk menyelidiki
sistem tersebut.""

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Irsan Efendi Kanit Laka

Polresta Pekanbaru ditemukan bahwa pengenaan sanksi terhadap pengendara

kendaraan bermotor tidak tepat. Kami telah mendenda lalu lintas dan lalu lintas

jalan raya di Pekanbaru berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009.

121
Hasil wawancara penulis dengan Bpk. Hariyadi selaku Polres Pekanbaru kemudian
bertindak sebagai penyidik di Kepolisian Resor Pekanbaru pada hari Jumat, 11 September 2020
pukul 10.41 WIB.
122
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Dendi selaku Kepolisian Pekanbaru kemudian
sebagai penyidik pada hari Jum'at tanggal 11 September 2020 pukul 11.22 WIB dengan
Kepolisian Pekanbaru.
113

Tidak ada jera bagi operator lalu lintas karena denda ringan yang diberlakukan

oleh Polres Pekanbaru. Menurut saya, besaran denda sesuai tabel uang tiket yang

ada bahkan bisa merugikan pelaku jika denda yang tertera di tabel diterapkan

sebagai denda minimal, artinya jumlah yang tertera di tabel merupakan denda

minimal yang dibayarkan.123Seperti yang saat ini terjadi, banyaknya kendaraan

4x4 dan roda dua yang menggunakan telepon seluler atau telepon seluler saat

mengemudi dapat mengganggu pengemudi dan berisiko melakukan tindakan

kriminal seperti menggigit dan menggigit tanpa disengaja seperti yang dijelaskan

dalam artikel ini. Bahwa setiap pengendara kendaraan bermotor yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya berkewajiban untuk

mengemudikan kendaraannya secara adil dan efektif, dan bahwa penerapan sanksi

atas pelanggaran pasal ini tidak akan dikenakan sanksi dan dilucuti oleh yang

berwenang selama pengemudi tersebut melakukannya. Memiliki kendali. masih

digunakan. telepon saat mengemudi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edi Sofyan, A.ma PKB. SE,

M.Si selaku Kepala Bidang Penataan dan Keteknikan Lalu Lintas menjatuhkan

sanksi kepada pengendara sepeda motor yang tidak pantas berdasarkan Undang-

Undang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan No. 22 Tahun 2009 di Pekanbaru yang

merupakan sanksi bagi anggota polisi lalu lintas. Larangan penggunaan telepon

genggam atau telepon genggam di jalan raya saat mengemudi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan berdasarkan Pasal 106 ayat 1: ``

123
Hasil wawancara penulis dengan Irsan Efendi Kanit Laka Polrehlm.a Pekanbaru pada
hari Jumat tanggal 11 September 2020 pukul 11.45 WIB dengan pihak Kepolisian Pekanbaru.
114

Barangsiapa yang mempunyai kendaraan Penggerak harus melaju dengan baik

dan dengan konsentrasi penuh di jalan raya Melarang penggunaan ponsel saat

mengemudi dapat mengalihkan perhatian pengemudi dari kendaraan bermotor. Ini

harus memberikan perlindungan dan keselamatan jalan bagi semua orang. Oleh

karena itu, polisi berupaya mencegah penggunaan ponsel saat mengemudi dengan

menginformasikan atau menginformasikan kepada pengguna kendaraan tentang

bahaya penggunaan ponsel di jalan raya. Hal ini dikarenakan penggunaan telepon

seluler di jalan raya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan

lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang

kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat

mengemudi. Tujuannya adalah untuk melindungi dan menjamin keselamatan jalan

bagi semua orang. Untuk itu, polisi berupaya mencegah penggunaan ponsel saat

mengemudi, dengan memperingatkan pengguna kendaraan atau memberi tahu

mereka tentang bahaya menggunakan ponsel di jalan. Pasalnya, penggunaan

telepon seluler di jalan raya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan

bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler

saat mengemudi. Tujuannya adalah untuk melindungi dan menjamin keselamatan

jalan bagi semua orang. Untuk itu, polisi berupaya mencegah penggunaan ponsel

saat mengemudi dengan menginformasikan atau menasihati pengguna mobil

tentang bahaya penggunaan ponsel di jalan raya. Pasalnya, penggunaan ponsel di

jalan raya menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Namun, masih banyak pengguna mobil yang kerap melakukan tindak pidana
115

terkait penggunaan ponsel saat mengemudi. Oleh karena itu, polisi berupaya

mencegah penggunaan ponsel saat mengemudi dengan menginformasikan atau

menginformasikan kepada pengguna kendaraan tentang bahaya penggunaan

ponsel di jalan raya. Hal ini dikarenakan penggunaan telepon seluler di jalan raya

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Namun

demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan

tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Untuk itu,

polisi berupaya mencegah penggunaan ponsel saat mengemudi, dengan

memperingatkan pengguna kendaraan atau memberi tahu mereka tentang bahaya

menggunakan ponsel di jalan. Pasalnya, penggunaan ponsel di jalan raya menjadi

salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Namun demikian,

masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana

terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Hal ini dikarenakan

penggunaan telepon seluler di jalan raya merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna

kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan

telepon seluler saat mengemudi. Pasalnya, penggunaan ponsel di jalan raya

menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Namun,

masih banyak pengguna mobil yang kerap melakukan tindak pidana terkait

penggunaan ponsel saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun

demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan

tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan


116

bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler

saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih

banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana

terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Namun pengguna mobil masih banyak yang sering melakukan kejahatan

terkait penggunaan ponsel saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap

melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Melainkan konsekuensi dari konsekuensi

kecelakaan di jalan raya. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan

bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler

saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih

banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana

terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Melainkan konsekuensi dari konsekuensi kecelakaan di jalan raya. Namun

demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan

tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan

bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler

saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun, masih banyak

pengguna mobil yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan ponsel

saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih

banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana


117

terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Namun, mereka yang sering melakukan kejahatan terkait penggunaan

ponsel saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian,

masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana

terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap

melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna

kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan

telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun,

mereka yang sering melakukan kejahatan terkait penggunaan ponsel saat

mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun masih banyak pengguna

mobil yang sering melakukan kejahatan terkait penggunaan ponsel saat

mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak

pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait

penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap

melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun

demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan

tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Namun masih banyak pengguna mobil yang sering

melakukan kejahatan terkait penggunaan ponsel saat mengemudi. Konsekuensi


118

kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan

bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler

saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan

lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang

kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat

mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak

pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait

penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Namun masih banyak pengguna mobil yang sering melakukan kejahatan terkait

penggunaan ponsel saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna

kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan

telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun

demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan

tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian,

masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana

terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Namun masih banyak pengguna mobil yang sering melakukan kejahatan

terkait penggunaan ponsel saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun

demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan


119

tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan

bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler

saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan

lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun masih banyak pengguna mobil

yang sering melakukan kejahatan terkait penggunaan ponsel saat mengemudi.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna

kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan

telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun demikian,

masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana

terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap

melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun, akibat kecelakaan lalu lintas. Namun

demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan

tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Namun, akibat kecelakaan lalu lintas. Namun demikian,

masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana
120

terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Namun, yang sering melakukan kejahatan terkait penggunaan ponsel saat

mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu

lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun, akibat kecelakaan lalu lintas.

Namun demikian, masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang kerap

melakukan tindak pidana terkait penggunaan telepon seluler saat mengemudi.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun, yang sering melakukan kejahatan

terkait penggunaan ponsel saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun,

akibat kecelakaan lalu lintas. Namun demikian, masih banyak pengguna

kendaraan bermotor yang kerap melakukan tindak pidana terkait penggunaan

telepon seluler saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Namun, yang sering

melakukan kejahatan terkait penggunaan ponsel saat mengemudi. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi

kecelakaan lalu lintas. Namun, yang sering melakukan kejahatan terkait

penggunaan ponsel saat mengemudi. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Konsekuensi kecelakaan lalu lintas.

Namun,124

124
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Edi Sofyan, A.ma PKB. SE, M.Si Selaku
Kepala Bidang Manajemen dan Teknologi Lalu Lintas pada hari Jumat, 11 September 2020, 6/10
WIB di kantor lalu lintas kota Pekanbaru.
121

Tabel IV.1
balasan Pelaku Pengemudi kendaraan bermotor yang menggunakan alat
komunikasi saat mengemudi Tahu tentang penerapan sanksi yang tidak
benar terhadap pengemudi kendaraan bermotor Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di
Kota Pekanbaru
No. Jawaban Total Persentase
A. Tahu 5 25%
B. Saya tidak tahu 10 50%
C. Diragukan 5 25%
Total 20 100%
Sumber: Hasil pengolahan data primer tahun 2020

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden mengetahui hal ini

penerapan sanksi yang tidak benar terhadap pengemudi kendaraan bermotor

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru5 orang (25%) dan 10 orang (50%) yang

memilih jawaban tidak tahu, sedangkan yang memilih jawaban meragukan

memilih 5 orang (25%). Tanggapan ini menunjukkan bahwa mereka tidak tahu

bahwa tidak pantas untuk menghukum pengemudiUndang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Joniansyah, A.Md., LLASDP

PKB. SE, M.Si selaku Kepala Bidang Transportasi Rakyat menjelaskan

transportasi online merupakan perpaduan antara jasa transportasi dan teknologi

komunikasi. Transportasi berbasis aplikasi online ini juga dilengkapi dengan

fungsi GPS (Global Positioning System). Oleh karena itu, penggunaan telepon

seluler dalam transportasi online menjadi sangat penting karena telepon seluler
122

digunakan untuk transaksi dan informasi lokasi disediakan oleh pengemudi dan

pengguna dengan rute terdekat. Sehingga pengemudi sering menggunakan ponsel

saat mengemudi. Sering terlihat pengemudi pengangkutan darat online

meletakkan ponselnya di speedometer atau kaca spion di kendaraannya. Di jalan

raya itu biasa letakkan ponsel di speedometer atau kaca spion. Hal ini tentunya

sangat berbahaya bagi penumpang dan pengemudi karena dapat mengakibatkan

kecelakaan. Seringkali, jika Anda meletakkan ponsel di depan mereka, pengemudi

akan melihat ponsel di depan mereka. Hal tersebut dapat menyebabkan

pengendara ojek online kehilangan fokus dan mengakibatkan kecelakaan fatal di

jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal ini

menghasilkan dukungan yang efektif sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang

berlaku dan menjadikan e-tiket sebagai pilihan yang efektif untuk mencapai

tujuan implementasi penerapan tiket transportasi. Jika Anda meletakkan telepon di

depan mereka, pengemudi seringkali dapat melihat telepon di depan mereka. Ini

mengarah pada, bahwa pengemudi taksi kehilangan fokus pada Internet dan

menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang fatal. Penerapan sanksi ini merupakan

sistem reward and reward yang memberikan bantuan efektif sesuai dengan prinsip

hukum yang berlaku dan menjadikan e-tiket sebagai pilihan yang efektif untuk

mencapai tujuan pengiriman tiket kepada para pelaku. Peraturan lalu lintas.

Dengan ponsel di depan Anda, pengemudi sering kali dapat melihat ponsel di

depan Anda, menyebabkan pengemudi ojek online kehilangan fokus dan

mengalami kecelakaan jalan raya yang fatal. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Penerapan denda ini merupakan sistem penghargaan dan
123

penderitaan yang memberikan keringanan efektif sesuai dengan prinsip dan

pedoman hukum yang berlaku. Tiket elektronik menjadi pilihan efektif untuk

mencapai tujuan pengiriman tiket bagi pelakunya. Peraturan lalu lintas. Dengan

ponsel di depan Anda, pengemudi dapat sering melihat ponselnya, menyebabkan

pengemudi taksi internet kehilangan fokus dan mengakibatkan kecelakaan lalu

lintas yang fatal. Penerapan hukuman ini adalah sistem pahala dan penderitaan.

Penerapan sanksi ini merupakan sistem reward and reward yang memberikan

bantuan efektif sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku, menjadikan e-ticket

sebagai pilihan yang efektif untuk pengajuan tiket pelaku. Peraturan lalu lintas.

Ketika Anda membawa ponsel di depan Anda, pengemudi sering melihat

ponselnya. Hal ini mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengendara ojek

online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Akibatnya, pengemudi sering membayangkan ponsel

mereka menyebabkan pengemudi taksi internet kehilangan fokus dan

menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang fatal. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Akibatnya, pengemudi sering membayangkan ponselnya

sehingga menyebabkan pengemudi ojek online kehilangan fokus dan

mengakibatkan kecelakaan fatal di jalan. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Ketika ada ponsel di depan Anda, pengemudi sering

melihat ke arah ponsel. Hal ini mengakibatkan hilangnya konsentrasi pengemudi

ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Akibatnya, pengendara sering kali dapat melihat ponsel

yang ada di depannya, sehingga menyebabkan pengemudi ojek online kehilangan


124

fokus dan mengakibatkan kecelakaan fatal di jalan. Penerapan denda ini adalah

sistem pahala dan penderitaan. Akibatnya, pengemudi sering kali dapat

membayangkan ponselnya sehingga menyebabkan pengemudi ojek online

kehilangan fokus dan mengakibatkan kecelakaan jalan raya yang fatal. Penerapan

denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Ketika Anda memiliki ponsel di

depan Anda, pengemudi sering melihat ponsel di depan Anda. Hal tersebut

mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan

fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan.

Akibatnya, pengemudi seringkali dapat melihat ponsel di depannya, menyebabkan

pengendara ojek online kehilangan fokus dan mengalami kecelakaan fatal di jalan

raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Akibatnya,

pengemudi sering membayangkan ponselnya sehingga menyebabkan pengemudi

taksi internet kehilangan fokus dan mengakibatkan kecelakaan fatal di jalan.

Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal ini menyebabkan

hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan

raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Akibatnya,

pengemudi sering kali dapat melihat ponsel di depannya sehingga menyebabkan

pengendara ojek online kehilangan fokus dan mengakibatkan kecelakaan fatal di

jalan. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Akibatnya,

pengendara sering kali dapat melihat ponsel di depannya sehingga menyebabkan

pengemudi ojek online kehilangan fokus dan mengakibatkan kecelakaan fatal di

jalan. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Akibatnya,

pengendara ojek online kehilangan fokus dan terjadi kecelakaan fatal di jalan
125

raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Akibatnya,

pengendara sering kali dapat melihat ponsel yang ada di depannya sehingga

menyebabkan pengemudi ojek online kehilangan konsentrasi dan terjadi

kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan

penderitaan. Akibatnya, pengemudi seringkali dapat melihat ponsel di depannya,

menyebabkan pengendara ojek online kehilangan fokus dan menyebabkan

kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan

penderitaan. Hal ini menyebabkan hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek

online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Akibatnya, pengemudi sering membayangkan ponselnya

sehingga menyebabkan pengemudi ojek online kehilangan fokus dan mengalami

kecelakaan lalu lintas yang fatal. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan

penderitaan. Akibatnya, pengendara ojek online kehilangan fokus dan terjadi

kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan

penderitaan. Akibatnya, pengendara sering kali dapat melihat ponsel di depannya

sehingga menyebabkan pengemudi ojek online kehilangan fokus dan

mengakibatkan kecelakaan fatal di jalan. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para

pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini

adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya

konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya.

Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Pengemudi ojek online

kehilangan fokus dan mengalami kecelakaan fatal di jalan. Penerapan denda ini
126

adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya

konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya.

Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal tersebut

mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan

fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan.

Pengemudi ojek online kehilangan fokus dan mengalami kecelakaan fatal di jalan.

Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal tersebut

mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan

fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal

tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek online dan

kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan

penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi

ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para

pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini

adalah sistem pahala dan penderitaan. Penerapan denda ini adalah sistem pahala

dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para

pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini

adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya

konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya.

Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal tersebut

mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan

fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan.
127

Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal tersebut

mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan

fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal

tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi ojek online dan

kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan

penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi

ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan

penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para pengemudi

ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini adalah sistem

pahala dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para

pengendara ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini

adalah sistem pahala dan penderitaan. Penerapan denda ini adalah sistem pahala

dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya konsentrasi para

pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya. Penerapan denda ini

adalah sistem pahala dan penderitaan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya

konsentrasi para pengemudi ojek online dan kecelakaan fatal di jalan raya.

Penerapan denda ini adalah sistem pahala dan penderitaan.125

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yasser Hamidy, S.Pi selaku Ketua

Komisi III DPRD Kota Pekanbaru perihal pengenaan sanksi terhadap pengemudi

kendaraan bermotor yang tidak jujur.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota PekanbaruMenggunakan telepon


125
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Joniansyah, A. Md., LLASDP PKB. SE, M.Si
Selaku Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru pada hari Rabu tanggal 23 September 2020
pukul 6/10 WIB Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru.
128

genggam saat mengemudi merupakan tindak pidana dimana pengemudi dengan

sengaja merusak perangkat komunikasi dengan lima sensor yang diyakini dapat

mengganggu aktivitas mengemudi guna meningkatkan konsentrasi pengemudi

saat mengoperasikan kendaraan. Autobahn Hal ini menunjukkan bahwa seseorang

melakukan tindak pidana di jalan raya, khususnya dengan telepon genggam, yaitu

pengemudi menggunakan alat telekomunikasi dengan panca indera saat

mengemudi. Sebagai penyelenggara kegiatan pengangkutan, polisi senantiasa

menginformasikan kepada masyarakat tentang pentingnya penegakan keselamatan

jalan guna menjaga jalan agar tidak melakukan pelanggaran yang dilarang dalam

lalu lintas.126

a. Polisi menangani formulir merah

b. Keputusan pengadilan harus dipertimbangkan saat menetapkan tanggal

persidangan.

c. Jelaskan di mana dan kapan pelaku harus menghadiri sidang

d. Jika pelaku gagal, polisi harus melakukan dua panggilan pengadilan dan

penangkapan ketiga (ketiga).

e. Pengembalian barang bukti ditunda hingga proses selesai dan pelaku telah

membayar denda kepada pekerja.

Karena mekanisme di atas, aplikasi e-ticketing akan mengubah proses di

atas. Perlu diperhatikan bahwa formulir tiketnya digital, sehingga pelaku hanya

menerima formulir ID tiket yang menunjukkan semua data yang tersimpan.

126
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Yasser Hamidy, S.Pi, selaku Ketua Komisi III.
Kongres Rakyat Regional (DVRD)
129

Hasil komentar penulis penerapan sanksi yang tidak benar terhadap

pengemudi kendaraan bermotor Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru adalahtidak

dapat diterapkan secara efektif dan tidak menghalangi pengguna jalan karena

hanya ada sedikit denda bagi pengguna jalan dan banyak pengguna kendaraan

yang sering melakukan kejahatan terkait penggunaan ponsel saat mengemudi

karena ketidakpatuhan. Ponsel dapat melukai diri sendiri dan orang lain saat

mengemudi dan kecelakaan dapat terjadi. Penggunaan ponsel saat mengemudi

dinilai sangat berbahaya bagi pengguna jalan lain maupun bagi pengemudi yang

mengemudikan kendaraannya, meski polisi telah melarang penggunaan ponsel

atau perangkat telekomunikasi sesuai ketentuan UU No 1. 127

B. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Penerapan Sanksi

Terhadap Pengendara Kendaraan Bermotor Yang Tidak Wajar

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru

Cedera adalah tindakan atau kasus kejahatan, atau dengan kata lain,

kejahatan bukanlah kejahatan tetapi kejahatan sedangkan kejahatan adalah

transmisi atau transmisi ilegal jatuh, jatuh, cedera dan perkelahian. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa pelanggaran yang dimaksud adalah pelanggaran lalu lintas,

tindakan atau insiden mengemudi secara ilegal, jatuh, cedera, perkelahian dalam

kaitannya dengan perjalanan pulang, perjalanan pulang atau transisi komunikasi

antar jalan. satu tempat dan tempat lainnya terhubung. dengan kendaraan
127
Hasil observasi lapangan penulis pada hari Rabu tanggal 9 November 2020
130

bermotor.128Isinya mencakup segala sesuatu yang muncul dari struktur ini,

termasuk norma hukum berupa aturan, regulasi, dan doktrin. Friedman

melanjutkan, jika kita berpikir sejenak, sistem hukum bukan hanya tentang

struktur dan konten. Unsur ketiga juga diperlukan untuk berfungsinya sistem

hukum, yaitu budaya hukum.129

Berkaitan dengan tindak pidana lalu lintas dalam pengaturan bahan

hukum, rumusan Mokhtar Kusumaatmadja menunjukkan bahwa hukum adalah

sarana pembangunan, yaitu sarana reformasi dan pembangunan masyarakat,

sarana untuk memelihara ketertiban dalam penegakan hukum di masyarakat.

Hukum sebagai alat untuk rekayasa sosial).130Karena fungsinya, sifat hukumnya

konservatif. Artinya hukum harus menegakkan dan menegakkan apa yang telah

dicapai. Selain itu, undang-undang harus dapat mendukung proses perubahan

dalam pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, peran sistem peradilan pidana

dalam pemberantasan tindak pidana jalanan harus didasarkan pada perwujudan

penuntutan tindak pidana jalan melalui pengendalian yang terintegrasi terhadap

seluruh bagian peraturan lalu lintas dan alat yang digunakan untuk menegakkan

tindak pidana di jalan.

Kejahatan lalu lintas sendiri merupakan salah satu bentuk kejahatan yang

termasuk dalam tindak pidana tertentu. Menurut hukum Indonesia, kejahatan apa

pun, baik yang terkait dengan tindak pidana atau tindak pidana, harus tetap

128
Febri Rahadian, Invehlm.igasi Kriminologi Pelanggaran Perdagangan Anak,
http://febryrahadian.blogspot.co.id/ , diakses pada 2 November 2020.
129
Barda Nawawi Arief, Minat dalam Kebijakan Kriminal (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1996), Hlm.. 129.
130
M. Yahya Harahap, Pembahasan Masalah dan Penerapan KUHAP (Jakarta: Sinar
Grafika, 2003), Hlm..90.
131

ditangani sesuai dengan hukum yang berlaku.131

Berdasarkan wawancara dengan rekan penulis Bapak Emil Eka Putra, SH.,

SIK., M.Si selaku Kapolres Pekanbaru terkait dengan kendala dalam pengenaan

sanksi yang tidak patut terhadap pengendara sepeda motor berdasarkan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan Raya di

Pekanbaru, terdiri dari dari 2 (dua) larangan, yaitu:132

1. Resistensi internal terdiri dari Terkait pelanggaran lalu lintas dan

pembatasan pemerintah, masih kurangnya tenaga penjual, terbatasnya

sarana dan prasarana.

2. Hambatan eksternal terdiri dari Kurangnya kesadaran di antara pengguna

jalan dan kesadaran masyarakat tentang peraturan lalu lintas. Masyarakat

perlu menciptakan kesadaran untuk taat pada hukum itu sendiri.

Berdasarkan wawancara dengan Bpk. Hariyadi As Polres Pekanbaru Ada

beberapa kendala utama dalam penerapan hukuman yang tidak wajar pada

pengendara sepeda motor.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru Diantara mereka:133

1. Faktor penegakan hukum, kurangnya personel polisi lalu lintas dalam

menjalankan tugasnya dan juga Kementerian Perhubungan;

2. Moderator atau lembaga yang mendukung penegakan hukum;

3. Faktor komunitas Masih ada masyarakat yang belum mengetahui

peraturan lalu lintas secara umum.

131
Hadirman, Menuju Lalu Lintas Tertib (Jakarta: PT. Gandesa Puramas, 2004), hal. 23
132
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Emil Eka Putra, SH., SIK., M.Si.
133
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Hariyadi selaku Kepolisian Pekanbaru
kemudian sebagai penyidik pada hari Jumat tanggal 11 September 2020 jam 10.41 WIB dengan
pihak Kepolisian Pekanbaru.
132

Berdasarkan wawancara dengan Kepolisian Bpk Irsan Efendi Kanit Laka

Pekanbaru tentang kendala penerapan sanksi yang tidak tepat terhadap

pengendara kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru, yaitu:134

a) Kurangnya pengetahuan tentang rambu lalu lintas

Tidak semua pengemudi kendaraan memahami dan mengetahui peraturan

lalu lintas. Pengemudi jalan tidak sepenuhnya memahami arti rambu dan

rambu jalan.

b) Patuhi hanya jika ada petugas

Ini juga merupakan kebiasaan kebanyakan orang. Ambil contoh:

Pengemudi tidak menyeberang saat polisi sedang memeriksa lalu lintas di

sepanjang jalan atau saat petugas polisi sedang bertugas di sebuah pos di

perempatan.

c) Jangan memikirkan keselamatan siapa pun atau siapa pun

Misalnya, pemerintah telah memberlakukan standar keselamatan yang

berbeda pada pengemudi saat mengendarai kendaraan. Misalnya, kenakan

sabuk pengaman penggerak empat roda, hindari menggunakan ponsel atau

ponsel saat mengemudi, dan kenakan helm roda dua, kaca spion, dan

lampu lari siang hari. Sebaiknya.

d) Kurangnya staf

Salah satu faktor yang menghambat pelaksanaan patroli adalah kurangnya

personel untuk menjalankan tugasnya. Mengingat luasnya yurisdiksi kota


134
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Irsan Efendi Kanit Laka Polrehlm.a Pekanbaru
pada hari Jumat tanggal 11 September 2020 pukul 11.45 WIB dengan pihak Kepolisian
Pekanbaru.
133

Pekanbaru, kami kekurangan tenaga kerja (satlantas).

Tabel IV.2
Tanggapan responden terhadap masalah pengenaan denda kepada
pengemudi karena alasan yang tidak tepat Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru
No. Jawaban Total persentase
A. Tahu 5 25%
B. Saya tidak tahu 11 55%
C. Diragukan 4 20%
Total 20 100%
Sumber: Hasil pengolahan data primer tahun 2020.
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden mengetahui hal ini

Hambatan penggunaan sanksi yang tidak tepat terhadap pengemudi Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota

Pekanbaru 5 orang (25%) memilih jawaban dan 11 orang (55%) tidak ingin tahu,

sedangkan 4 orang (20%) ragu-ragu. Sebagai akibat dari reaksi ini, banyak orang

tampaknya masih tidak menyadari hambatan untuk memberikan hukuman yang

salah kepada pengendara.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru.

Menurut Bapak Edi Sofyan, A.ma PKB. SE, M.Si, selaku Kepala Bidang

Teknologi dan Manajemen Lalu Lintas menyatakan hambatan pemberian sanksi

terhadap pengendara kendaraan bermotor belum tepat.Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru

yaitu :: ::135Masalah penerapan sanksi pidana adalah seperangkat pedoman yang


135
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Edi Sofyan, A.ma PKB. SE, M.Si Selaku
Kepala Bidang Manajemen dan Teknologi Lalu Lintas pada hari Jumat, 11 September 2020, 6/10
134

ada dalam suatu sistem. Sebagai suatu sistem, tidak dapat dikatakan bahwa setiap

fase penalti dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan tidak dapat dipisahkan

sama sekali. Jadi jika menyangkut sistem pidana secara keseluruhan, penerapan

sanksi yang pada hakikatnya merupakan kompetensi pihak-pihak yang berbeda,

mungkin sesuai dengan fakta bahwa kasus tahap sanksi harus tertib, seperti B.

aliran yang baik dan air pegunungan yang murni. jika bisa bergetar. Kendala

utama adalah penegakan hukum yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari-

hari. Hampir semua aspek kehidupan terkait dengan hukum atau peraturan yang

berlaku.

Menurut Bapak Edi Sofyan, A.ma PKB. SE, M.Si, selaku Kepala Bidang

Teknologi dan Manajemen Lalu Lintas menyatakan hambatan pemberian sanksi

terhadap pengendara kendaraan bermotor belum tepat.Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru adalah

faktor masyarakat, faktor penegakan hukum, dan faktor fasilitas atau fasilitas.136

a. Faktor komunitas

Faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan dan ketertiban lalu

lintas adalah kesadaran masyarakat tentang peraturan lalu lintas dan

kepentingan manusia yang berbeda. Akibatnya masyarakat cenderung lalai

dan lalai, bahkan dengan sengaja menjadi faktor dominan dalam

pelanggaran lalu lintas. Semakin banyak informasi publik tentang hukum,

semakin banyak lembaga penegak hukum di masyarakat. Karena hukum

bersumber dari masyarakat dan harus pula membawa perdamaian bagi

WIB di kantor lalu lintas kota Pekanbaru.


136
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Yasser Hamidy, S.Pi, selaku Ketua Komisi III.
Kongres Rakyat Regional (DVRD)
135

masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dapat mempengaruhi penegakan

hukum dengan cara tertentu. Penegakan hukum terkait erat dengan

kepatuhan pengguna dan penegak hukum terhadap hukum dan peraturan.

Faktor komunitas ini memegang peranan yang sangat penting.

Pendapat masyarakat Indonesia tentang hukum berdampak besar pada

kepatuhan terhadap hukum, dan karena banyaknya pandangan masyarakat

terhadap hukum, banyak yang mengidentifikasikannya dengan pihak yang

berwenang (dalam hal penegakan hukum). Akibatnya, manfaat hukum

selalu terkait dengan pola perilaku aparat penegak hukum. Ini sebenarnya

adalah kesalahpahaman di masyarakat. Masyarakat perlu menciptakan

kesadaran untuk taat pada hukum itu sendiri. Untuk itu, kedisiplinan

masyarakat dalam mematuhi hukum perlu ditingkatkan. Orang harus taat

hukum karena hukum juga mengatur kepentingannya.

b. Faktor penegakan hukum

Aparat penegak hukum yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam

penegakan hukum. Pola pikir penegakan hukum adalah inti dari proses

penegakan hukum. Sebab, masyarakat Indonesia masih memiliki

kecenderungan kuat untuk mengidentikkan hukum dengan pelaksananya.

Jika pelaksananya memiliki mentalitas yang baik, maka hukum otomatis

berlaku. Jika penegakan hukum tidak dihormati, maka penegakan hukum

otomatis dianggap buruk. Petugas penegak hukum adalah panutan bagi

masyarakat yang membutuhkan keahlian khusus untuk memenuhi ambisi

masyarakat. Mereka harus mampu berkomunikasi dan memahami audiens


136

target, tetapi juga harus mampu memenuhi atau memainkan peran yang

dapat mereka terima.

c. Faktor fasilitas atau fasilitas

Fasilitas termasuk personel yang berkualifikasi dan kompeten,

organisasi yang tepat, peralatan yang memadai dan sumber keuangan yang

memadai. Tanpa sumber daya atau fasilitas, penegakan hukum tidak

mungkin berfungsi dengan baik. Sarana dan prasarana menjadi kendala

utama dalam penegakan hukum, sangat mudah dipahami, dan banyak

contoh di masyarakat. Misalnya, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009,

Pasal 9 tentang tata cara lalu lintas bagi pengemudi kendaraan bermotor

dan Pasal 106 ayat 1, mengatur bahwa setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor di jalan wajib mengusahakan dan mengoperasikannya

dengan baik. . . . Kendaraan, baik roda empat maupun roda dua, gunakan

ponsel atau ponsel saat mengemudi karena pengemudi bisa terganggu saat

mengemudi. Seperti yang bisa kita lihat di kota Pekanbaru dimana

kendaraan roda dua menggunakan handphone. Ini sangat berbahaya bagi

pengemudi atau orang lain dan dapat terjadi kecelakaan

Hambatan dalam pemberian sanksi yang tidak sesuai kepada pengendara

kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan di Kota Pekanbaru adalah kurangnya lalu lintas

serta terbatasnya sarana dan prasarana. Pembatasan eksternal terdiri dari faktor

penegakan hukum yang tidak memadai, pembatasan masyarakat, atau kurangnya

kesadaran di antara pengguna jalan, dan hanya cukup bila ada agen yang kurang
137

memperhatikan keselamatan orang lain dan tidak terbiasa dengan rambu-rambu

jalan.

Pada hakikatnya terdapat berbagai jenis norma hukum atau regulasi yang

dikenal sebagai norma sosial dalam masyarakat, termasuk norma hukum itu

sendiri, yaitu norma hukum yang merupakan aturan kehidupan sosial yang

bersifat mengatur dan mengikat bagi pemeliharaan ketertiban. untuk memastikan

kehidupan sosial dalam masyarakat ”.137 Pelanggaran negara hukum berupa

gangguan yang mendalam terhadap rasa keadilan diikuti dengan respon sensitif

berupa respon yang ditentukan oleh kekuasaan pemegang rule of law, yaitu

penguasa atau negara.138Seperangkat peraturan yang merupakan bagian dari

hukum positif, dengan larangan dan kewajiban yang diberlakukan oleh negara

atau otoritas lain yang bertanggung jawab untuk mengatur hukum pidana. Apapun

larangan atau regulasi penting terkait ancaman hukuman dan dilanggar atau

tidaknya, negara berhak mencoba melakukan kejahatan. Sebagaimana kita ketahui

bersama, Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.139 Penegakan hukum merupakan salah satu upaya

terpenting untuk menjaga ketertiban baik secara preventif maupun represif setelah

dilanggar.

Wawancara dengan Bapak Emil Eka Putra, SH., SIK., M.Si. Selain itu,

seperti Kasat, Polda Pekanbaru berusaha mengatasi kendala pengenaan sanksi

terhadap pengendara sepeda motor yang tidak dibenarkan berdasarkan Undang-

137
JB Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia (Jakarta: Gloria, 2001), Hlm..88
138
Ibid, Hlm..89.
139
Purnadi Purwacaraka, Jaksa Wilayah Sukses Pembangunan (Bandung: Alumni, 1977),
Hlm..77.
138

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Lalu Lintas Jalan Raya di

Pekanbaru:140

a) Tindakan pencegahan

Ini aksi polisi pertama. Undang-undang sebagai dasar penafsiran

diskresi perlu didekati sedemikian rupa sehingga memberikan pilihan

kepada polisi lebih banyak dan tidak bertentangan antara dua kepentingan,

yaitu kepentingan hukum positif yang berlaku dan hukum yang

berkembang di masyarakat. Legislasi yang buruk mempengaruhi

penegakan hukum oleh polisi. Dalam menetapkan aturan politik bersama

tersebut, hakim juga harus memperhatikan hukum yang hidup dan

berkembang di masyarakat, sehingga tidak ada lagi ketimpangan hukum

antara hukum positif yang berlaku di seluruh masyarakat Indonesia dan

tentunya hukum yang berlaku di Indonesia. , terdiri. dasarnya berlaku.

sangat berbeda dengan Sabang sampai Merauke.

b) Tindakan pencegahan

Ini adalah tindakan polisi sebelum terjadi pelanggaran lalu lintas.

Untuk itu, polisi menempuh beberapa langkah, termasuk patroli harian

polisi dan patroli bersama dengan pihak terkait, untuk membentuk satuan

permanen penanggulangan pelanggaran lalu lintas. dan kembalinya

pekerja secara intens ke area sibuk.

c) Tindakan represif

140
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Emil Eka Putra, SH., SIK., M.Si selaku
Kapolres Pekanbaru pada hari Senin tanggal 2 November 2020 pukul 10.19 WIB di Kepolisian
Pekanbaru.
139

Tindakan nyata polisi terhadap pelanggaran lalu lintas yang harus

dihukum berdasarkan bukti yang kompleks, karena faktor manusia lebih

dominan di kalangan pelaku jalan. Polisi juga tidak pernah mengarahkan

atau tidak langsung petugas lalu lintas untuk melindungi reputasi layanan.

Oleh karena itu, upaya kepolisian hanya merupakan koordinasi yang

terintegrasi. Padahal ini aturan hukum untuk menjatuhkan sanksi kepada

pengguna jalan raya.

Dalam wawancara dengan Bapak Irsan Efendi, Kanit Laka Polresta

Pekanbaru mengatakan bahwa upaya untuk mengatasi kendala dalam pemberian

sanksi yang tidak sesuai kepada pengendara sepeda motor dilandasi oleh hal

tersebut. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru Ini adalah :141

a. Membangun budaya komunikasi yang tertib Budaya komunikasi yang

tertib ini harus diterbitkan. Polisi juga harus cepat dan ulet terhadap pelaku

lalu lintas, tidak hanya terhadap yang mereka kenal, tetapi juga terhadap

kerjasama antar aparat penegak hukum.

b. Peningkatan partisipasi sosial Peningkatan partisipasi sosial harus

dilatarbelakangi oleh sosialisasi kepolisian dalam pembelajaran lalu lintas.

Masyarakat sendiri harus peka terhadap perkembangan hukum. Lembaga

penegak hukum akan mampu menangani sensitivitas hukum komunitas

dengan baik. Pemerintah kota juga berperan penting dalam mengawasi

141
Hasil wawancara penulis dengan Irsan Efendi Kanit Laka Polrehlm.a Pekanbaru pada
hari Jumat tanggal 11 September 2020 pukul 11.45 WIB dengan pihak Kepolisian Pekanbaru.
140

aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai

dengan amanat undang-undang. Orang-orang di sini terlihat sangat minim.

Wawancara penulis dengan Bapak Edi Sofyan, A.ma PKB. SE, M.Si

selaku Kepala Jurusan Teknik dan Manajemen Lalu Lintas menyatakan bahwa

upaya mengatasi hambatan pengenaan sanksi yang tidak tepat terhadap

pengendara kendaraan bermotor berpedoman pada Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Jalan Perkotaan dan Lalu Lintas di Pekanbaru. dilakukan oleh

berbagai lembaga afiliasi. . Dalam hal ini, polisi bekerja sama dengan pihak

terkait seperti orang tua, masyarakat, dan sekolah. Upaya berikut telah

dilakukan:142

1. Tindakan pencegahan

Tindakan preventif (pencegahan) harus secara positif mengubah

kemungkinan gangguan ketertiban dan keamanan (stabilitas hukum).

Tindakan preventif yang dilakukan oleh Polres Pelalawan antara lain:

a. Informasi lalu lintas

b. Polisi menyapa publik dan itu terjadi secara rutin setiap saat.

c. Pemasangan spanduk, baliho, brosur dan pendistribusian brosur.

Lambat laun kita bisa melihat ini sebagai rekomendasi untuk tidak

menggunakan ponsel atau ponsel saat mengemudi.

d. Pemasangan rambu peringatan bekerjasama dengan perusahaan

angkutan.

2. Tindakan represif
142
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Edi Sofyan, A.ma PKB. SE, M.Si Selaku
Kepala Bidang Manajemen dan Teknologi Lalu Lintas pada hari Jumat, 11 September 2020, 6/10
WIB di kantor lalu lintas kota Pekanbaru.
141

Tindakan represif (represi) adalah tindakan yang dilakukan oleh aparat

penegak hukum setelah terjadi tindak pidana atau pelanggaran. Selain

pencegahan pelanggaran lalu lintas, tindakan represif juga harus

dilakukan. Tindakan represif yang dilakukan adalah:

a. Tindakan dengan peringatan atau surat lisan

Bullying dengan peringatan hanya diberikan pada pelakunya yaitu B.

Mengendarai handphone atau handphone.

b. Lakukan tindakan dengan memberikan tiket

Pengendara sepeda motor jalanan yang melakukan insiden lalu lintas

akan menerima denda. Hal ini dapat kita lihat ketika polisi lalu lintas

melakukan pertukaran dengan pelanggaran lalu lintas, terlepas dari

apakah ITU itu perlengkapan kendaraan, sura-sura atau spidol /

rambaru dan ITU adalah kendaraan atau rambu / rambaru andara,

perlengkapan kendaraan, brankas dan Rambu-rambu jalan dijual. /

Karakter serta mereka yang menggunakan pajarend.

Tabel IV.3
Menanggapi upaya menghilangkan hambatan pengenaan sanksi yang
tidak adil terhadap pengendara kendaraan bermotor Undang-Undang
142

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota
Pekanbaru
No. Jawaban Total persentase
A. Tahu 3 15%
B. Saya tidak tahu 13 65%
C. Diragukan 4 20%
total 20 100%
Sumber: Hasil pengolahan data tahun 2020.

Jawabannya bisa dilihat pada tabel di atas Upaya mengatasi kendala

pengenaan sanksi kepada pengemudi kendaraan bermotor karena alasan yang

tidak tepat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru3 orang (15%) memilih jawaban, 13 peserta

(65%) menolak, sedangkan 4 orang (20%) ragu. Akibat dari reaksi tersebut,

banyak yang tampaknya masih belum melihat upaya mengatasi kendala dalam

pengenaan sanksi yang tidak tepat terhadap pengendara sepeda motor.Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota

Pekanbaru.

Wawancara penulis dengan Bapak Yasser Hamidy, S.Pi selaku Ketua

Komisi III Dewan Rakyat Daerah Kota Pekanbaru (DVRD), tentang upaya

mengatasi kendala dalam pengenaan sanksi terhadap pengendara sepeda motor

yang tidak jujur Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru Sebagai berikut:143

1) Pemberian informasi tentang peraturan lalu lintas;

143
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Yasser Hamidy, S.Pi, selaku Ketua Komisi III.
Kongres Rakyat Regional (DVRD)
143

2) Bangun kepercayaan publik dengan bertindak dari hati ke hati,

menunjukkan bahwa tindakan aparat kepolisian adil, transparan, dan

bertanggung jawab atas keselamatan. Aparat keamanan mengikat

Masyarani

3) Program yang mengelola program pencitraan polisi lalu lintas ini

bertujuan untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh

kendaraan bermotor di lingkungan Polres Pekanbaru dan selanjutnya

mengubah persepsi polisi di Banyan. Semoga program ini tidak terulang

kembali. Program tersebut mencakup berbagai macam kegiatan termasuk:

a) meningkatkan kesadaran publik; b) Penegakan hukum c) Sosialisasi dan

kampanye lalu lintas, yang tidak selalu dilakukan di tempat tertentu, tetapi

juga di tempat-tempat informal seperti kafe dan lain-lain.

Wawancara penulis dengan Bp Hariyadi selaku penyidik kemudian dengan

pihak Kepolisian Daerah Pekanbaru difokuskan untuk mengatasi kendala dalam

pengenaan sanksi yang tidak tepat terhadap pengendara sepeda motor.Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota

Pekanbaru Adalah144Tindakan hukum kepolisian meliputi penggunaan metode 3E

yaitu rekayasa, pendidikan dan penegakan hukum lainnya. Polisi setuju bahwa

tindakan hukum dapat mencegah dan mengatasi masalah penggunaan ponsel saat

mengemudi. Tindakan hukum melalui tindakan teknis, kontrol pendidikan atau

tindakan yang termasuk dalam kategori tindakan pencegahan. Tindakan

pencegahan Tindakan untuk mencegah atau meminimalkan kejadian buruk di


144
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Hariyadi selaku Kepolisian Pekanbaru
kemudian sebagai penyidik pada hari Jumat tanggal 11 September 2020 jam 10.41 WIB dengan
pihak Kepolisian Pekanbaru.
144

masa depan. Tindakan preventif juga merupakan tindakan preventif atau tindakan

preventif yang mengurangi dan mencegah kemungkinan terjadinya apa yang

sedang terjadi. Tindakan penegakan hukum kini telah diubah menjadi tindakan

pengendalian. Tindakan reproduksi adalah tindakan yang dilakukan setelah

insiden atau insiden serius. Pernyataan kehati-hatian dan represif di atas

menunjukkan bahwa tujuan utamanya adalah kontrol sosial. Tujuannya adalah

sebagai berikut:

1. Dapat mencegah atau mengurangi pelanggaran

2. Jaga agar komunitas aman dan rapi

3. Ciptakan keadilan dan kenyamanan dalam masyarakat

4. Membuat undang-undang dan kemudian menegakkannya di masyarakat

5. Ciptakan kesadaran untuk mengambil tindakan.

Pengamatan penulis di daerah ini menunjukkan adanya kendala dan upaya

mengatasi kendala dalam pengenaan sanksi kepada pengendara sepeda motor

yang tidak sesuai dengan alasannya. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota PekanbaruPersimpangan, sarana

dan prasarana masih terbatas. Tekanan eksternal terdiri dari faktor-faktor seperti

kurangnya penegakan hukum, hambatan di masyarakat atau kurangnya kesadaran

di kalangan pengguna jalan, yang hanya dihormati ketika ada aparat yang tidak

membela hukum dan tidak mengutuk keselamatan perempuan secara umum.

Tidak, tidak, tidak, tidak merasakan keamanan taksi Jepang dengan metode 3E,

yaitu: teknologi, pelatihan dan implementasi tindakan atau tindakan yang masuk

dalam kategori pencegahan. Tindakan penegakan hukum kini telah diubah


145

menjadi tindakan pengendalian. Ini juga memperkuat faktor internal dan

eksternal, termasuk pembinaan dan pemantauan anggota. dan koordinasi dengan

mereka yang tertinggal dan menggunakan kemampuan untuk untuk mengambil

langkah-langkah jauh saat menerapkan tindakan. Dengan memperkuat faktor

internal dan eksternal, termasuk kepemimpinan, pengawasan anggota, dan

koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dan menerapkan metodologi,

penegakan tindakan bertepatan dengan implementasi tindakan secara simultan

untuk menegakkan tindakan. Ini juga memperkuat faktor internal dan eksternal,

termasuk memberikan bimbingan, memantau anggota dan berkoordinasi dengan

orang-orang yang tersesat, dan menggunakan metode penegakan hukum penuh

dalam menegakkan tindakan. Dengan memperkuat faktor internal dan eksternal,

termasuk memberikan instruksi, dengan memantau anggota dan berkoordinasi

dengan pemangku kepentingan lainnya, serta menerapkan metodologi dan

menegakkan tindakan yang bertepatan dengan pelaksanaan tindakan penegakan

hukum. Ini juga memperkuat faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan

instruksi, memantau anggota, dan berkoordinasi dengan mereka yang tertinggal,

dan sumber daya digunakan untuk menegakkan upaya penegakan hukum secara

menyeluruh. Seiring dengan meningkatnya faktor internal dan eksternal, termasuk

penyediaan panduan, implementasi tindakan bertepatan dengan implementasi

tindakan secara bersamaan untuk menegakkan tindakan. Faktor internal dan

eksternal juga termasuk pemberian pedoman, memperkuat pengawasan

keanggotaan dan berkoordinasi dengan mereka yang tertinggal, dan mencari cara

untuk menerapkannya guna menegakkan langkah-langkah penegakan yang lebih


146

dalam. Ketika faktor internal dan eksternal meningkat, termasuk penyediaan

panduan, penerapan tindakan bertepatan dengan implementasi tindakan secara

simultan untuk menegakkan tindakan. Selain itu, penguatan faktor internal dan

eksternal, termasuk memberikan instruksi, mengawasi anggota dan berkoordinasi

dengan mereka yang tertinggal, akan dipertahankan, dan cara-cara untuk

menegakkan penegakan hukum secara menyeluruh akan dilaksanakan. Serta

meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk pemberian bimbingan, dan

kemampuan aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan penegakan hukum

secara drastis. Selain penguatan faktor internal dan eksternal, termasuk instruksi,

penegakan tindakan bertepatan dengan pelaksanaan tindakan secara simultan

untuk menegakkan tindakan. Selain itu, penguatan faktor internal dan eksternal,

termasuk memberikan instruksi, memantau anggota dan berkoordinasi dengan

mereka yang tertinggal, akan dipertahankan, dan cara-cara untuk menegakkan

penegakan hukum secara mendalam akan dilaksanakan. Serta dengan

meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan arahan dan

cara untuk menegakkan tindakan yang mendalam dalam menegakkan tindakan

yang akan dilakukan. Seiring dengan meningkatnya faktor internal dan eksternal,

termasuk penyediaan panduan, implementasi tindakan bertepatan dengan

implementasi tindakan secara simultan untuk menegakkan tindakan. Selain itu,

penguatan faktor internal dan eksternal tetap dipertahankan, termasuk memberi

instruksi, mengawasi anggota dan berkoordinasi dengan mereka yang tertinggal.

Selain itu, peluang untuk menegakkan langkah-langkah penegakan hukum yang

komprehensif sedang dilaksanakan. Karena peningkatan faktor internal dan


147

eksternal, termasuk pedoman, termasuk pedoman, penerapan tindakan bertepatan

dengan pelaksanaan tindakan secara simultan untuk melaksanakan tindakan.

Selain itu, penguatan faktor internal dan eksternal termasuk memberikan instruksi,

mengawasi anggota dan berkoordinasi dengan mereka yang tertinggal,

memelihara dan menegakkan jalan penegakan hukum secara menyeluruh. Selain

peningkatan faktor internal dan eksternal, termasuk penentuan kebijakan,

termasuk penentuan kebijakan, pelaksanaan tindakan bertepatan dengan

implementasi tindakan secara simultan untuk menegakkan tindakan. Selain itu,

memperkuat faktor internal dan eksternal termasuk memberikan pedoman,

memantau anggota dan berkoordinasi dengan mereka yang tertinggal, serta

menjaga dan menegakkan jalur yang dalam dalam menegakkan tindakan. Serta

dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan

instruksi, menegakkan dan menggunakan metode penegakan hukum yang

mendalam saat menegakkan tindakan. Serta meningkatkan faktor internal dan

eksternal, termasuk memberikan instruksi, menegakkan dan menggunakan metode

penegakan yang mendalam saat menegakkan tindakan. Serta meningkatkan faktor

internal dan eksternal, termasuk memberikan arahan, memantau anggota, dan

berkoordinasi dengan cara-cara yang tertinggal, didorong, dan ditegakkan, guna

menegakkan tindakan yang mendalam untuk menegakkan tindakan. Serta dengan

meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan instruksi,

penegakan hukum dan penggunaan metode penegakan yang mendalam saat

menegakkan tindakan. Dan dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal,

termasuk memberikan panduan, menegakkan, dan menggunakan metode


148

penegakan hukum yang mendalam saat menegakkan tindakan. Dengan

meningkatkan faktor internal dan eksternal termasuk memberikan bimbingan,

membimbing anggota dan berkoordinasi dengan mereka yang tertinggal,

memelihara dan menerapkan sarana untuk menegakkan tindakan yang mendalam

untuk menegakkan tindakan. Dan dengan meningkatkan faktor internal dan

eksternal, termasuk memberikan panduan, menegakkan, dan menggunakan

metode penegakan hukum yang mendalam saat menegakkan tindakan. Serta

dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan

instruksi, menegakkan dan menggunakan metode penegakan yang mendalam saat

menegakkan tindakan. Selain memperkuat faktor internal dan eksternal, termasuk

memberikan panduan, cara-cara akan dipertahankan dan digunakan untuk

menegakkan langkah-langkah penegakan hukum secara luas. Serta dengan

meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan instruksi,

menegakkan, dan menggunakan metode penegakan rinci dalam menegakkan

tindakan. Dan dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk

panduan, penegakan, dan penggunaan metode penegakan terperinci saat

menegakkan tindakan. Selain memperkuat faktor internal dan eksternal, termasuk

memberikan panduan, cara-cara akan dipertahankan dan diterapkan untuk

menegakkan langkah-langkah penegakan hukum yang menjangkau jauh. Serta

dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan

instruksi, menegakkan dan menggunakan metode penegakan yang mendalam saat

menegakkan tindakan. Serta dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal,

termasuk memberikan instruksi, menegakkan dan menggunakan metode


149

penegakan yang mendalam saat menegakkan tindakan. Serta dengan

meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk ketentuan pedoman, metode

yang ditegakkan dan diterapkan untuk memaksa tindakan yang dalam, sementara

tindakan ditegakkan. Serta dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal,

termasuk memberikan instruksi, menegakkan dan menggunakan metode

penegakan yang mendalam saat menegakkan tindakan. Selain itu, faktor internal

dan eksternal meningkat, termasuk penyediaan panduan, metode yang diterapkan

dan diterapkan untuk menegakkan tindakan mendalam sambil menegakkan

tindakan. Dan dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk

memberikan panduan, menegakkan, dan menggunakan metode penegakan hukum

yang mendalam saat menegakkan tindakan. Serta dengan meningkatkan faktor

internal dan eksternal, termasuk memberikan bimbingan, Terapkan dan gunakan

metode penegakan yang mendalam saat memberlakukan tindakan. Selain itu,

faktor internal dan eksternal meningkat, termasuk penyediaan panduan, metode

yang diterapkan dan diterapkan untuk menegakkan tindakan mendalam sambil

menegakkan tindakan. Dan dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal,

termasuk memberikan panduan, menegakkan, dan menggunakan metode

penegakan hukum yang mendalam saat menegakkan tindakan. Serta

meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan panduan,

penegakan, dan penggunaan metode penegakan hukum yang mendalam saat

menegakkan tindakan. Serta dengan meningkatkan faktor internal dan eksternal,

termasuk memberikan panduan, metode yang diterapkan dan diterapkan untuk

menegakkan tindakan mendalam sambil menegakkan tindakan. Dan dengan


150

meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk memberikan panduan,

menegakkan, dan menggunakan metode penegakan hukum yang mendalam saat

menegakkan tindakan. Serta meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk

pemberian arahan, dan peningkatan faktor internal dan eksternal termasuk

pembinaan, penegakan dan penggunaan metode penegakan yang mendalam dalam

penegakan tindakan. Serta meningkatkan faktor internal dan eksternal, termasuk

pemberian pedoman, dan peningkatan faktor internal dan eksternal,145

145
Hasil observasi penulis di lapangan. pada hari Rabu, 9 November 2020
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis serta pembahasan penulis pada

bab-bab sebelumnya, berikut adalah komentar atas jawaban masalah dalam

penelitian ini:

1. Penggunaan sanksi lalu lintas yang salah terhadap pengendara sepeda

motor Bisa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru adalahHal tersebut tidak layak dan

tidak menyurutkan minat pengguna jalan karena jumlah denda bagi

pengguna jalan masih sedikit dan masih banyak pengguna kendaraan yang

memiliki kendaraan dengan kualitas kendaraan yang baik. Lainnya dan

kecelakaan bisa terjadi. Penggunaan telepon seluler menimbulkan bahaya

yang sangat berbahaya bagi pengguna jalan lainnya, pengemudi yang tidak

diperbolehkan menggunakan telepon seluler atau peralatan

telekomunikasi. Melalui Kepari Angolutanang yang diusir Kepari

Angolutanang, Undolis menggelar Tahal Pas Dalu Kepari Angolutangian

Kepari UNAN bersama 106 anggota Kepari Kepari Angolis Tento (1) dan

menyatakan siapapun yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan

raya

2. Hambatan dan upaya mengatasi kendala pengenaan sanksi kepada

pengemudi kendaraan bermotor karena alasan yang tidak tepatUndang-

151
152

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di

Kota PekanbaruJumlah pengguna jalan, sarana dan prasarana masih

terbatas. Perbatasan eksternal terdiri dari kurangnya penegakan hukum,

hambatan dalam masyarakat, atau kurangnya kesadaran dan kepatuhan

lalu lintas. Hanya ada aparat yang tidak mengutuk hukum. Tidak ada

tindakan pengamanan untuk melindungi Uptkan Adikanutana dari

pencegahan dan penghapusan pelanggaran peraturan. Sebagai pedoman

bagi pengguna jalan untuk menciptakan keselamatan, ketertiban,

penghindaran reproduksi dan koordinasi dengan yang terlambat serta

untuk penerapan metode 3E, yaitu: rekayasa, pendidikan dan penegakan

tindakan pengendalian atau tindakan yang termasuk dalam kategori

tindakan pencegahan. jatuh. Tindakan penegakan hukum kini telah diubah

menjadi tindakan pengendalian.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, masih ada kekurangan yang perlu dibenahi

menurut peneliti. Penulis membuat saran berikut;

1. Polisi lalu lintas harus meningkatkan dan memaksimalkan kinerjanya

untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban, dan setiap tindak pidana

dapat dihukum dengan hukuman yang berat jika hukum ditegakkan tanpa

pengawasan. Selain dari sisi Dumegamak, ini berarti profesionalisme

setiap anggotanya sudah tepat dan harus bertindak tegas terhadap mereka

yang praktiknya diikuti.


153

2. Perlunya menyadarkan masyarakat akan hukum terutama yang berkaitan

dengan peraturan lalu lintas. Dalam hal ini, Dalsy-Maasan memberikan

pengarahan kepada masyarakat Belma tentang peraturan lalu lintas dengan

mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengikuti peraturan lalu

lintas tersebut agar penegakan hukum dapat bekerja dengan baik dan

menjaga ketertiban selama tur tenda Tentalsy.

3. Sistem pelarangan pengemudi ojek dan pengguna jalan perlu

disosialisasikan. Polisi harus menjatuhkan sanksi berat kepada pengemudi

ojek online atau pengguna kendaraan yang dengan sengaja menggunakan

ponselnya saat mengemudi

4. Penambahan personel dan peralatan akan sangat membantu operasi patroli

untuk mencapai tingkat efektivitas yang baik. Karenanya, polisi

Pekanabaru, khususnya unit lalu lintas, harus meminta maaf kepada Polda.

Anda mungkin juga menyukai