PENDAHULUAN
harus ditempatkan di atas segala-galanya. Setiap perbuatan harus sesuai dengan aturan
hukum tanpa kecuali.1 Ketentuan tersebut tercermin dalam pokok-pokok pikiran yang
melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
keadilan sosial berdasarkan pancasila”. Dalam mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan
sistem lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran strategis sebagai sarana
memperlancar arus transportasi barang dan jasa. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung
daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan Negara. Seperti yang telah di atur dalam
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
1
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusoinalisme Indonesia, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 69
1
Dalam uraian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 310 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat disimpulkan bahwa apabila kealpaan atau kelalaian
pengemudi itu mengakibatkan orang lain terluka atau meninggal dunia ancaman
pidananya sebagaimana yang diatur dalam Pasal tersebut di atas. Meski Undang-
Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah diterapkan sampai dengan sekarang
tapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat kecelakaan masih tetap terjadi. Dengan
banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya setidaknya hal itu bisa menggambarkan
kendaraan di jalan, karena masih banyak orang-orang mengemudi tidak tertib dan
bagian kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau
menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu
masalah dan juga bersifat umum dalam transportasi kota. Akan tetapi di sisi lain
Dalam berlalu lintas setiap orang yang menggunakan jalan raya harus
mematuhi setiap rambu-rambu yang ada seperti yang telah diatur dalam perundang-
undangan dan tidak memandang dari segi ekonomi, budaya, jabatan, tingkatan, dan
lain sebagainya.
2
Pelanggaran lalu lintas adalah masalah penyebab sebagian besar kecelakaan
lalu lintas. Terutama karena faktor manusia pengguna jalan yang tidak patuh
terhadap peraturan lalu lintas. Namun dapat juga ditemukan penyebab di luar faktor
manusia seperti ban pecah, rem blong, jalan berlubang, dan infrastruktur jalan yang
kurang memadai.
hukum di kabupaten malaka, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Pelanggaran
ringan yang kerap terjadi dalam permasalahan lalu lintas adalah seperti tidak
memakai helm, tidak memiliki SIM atau STNK, tidak menghidupkan lampu pada
siang hari, dan bonceng tiga dianggap sudah membudaya di kalangan masyarakat
dan anak-anak sekolah. Pelanggaran lalu lintas seperti itu dianggap sudah menjadi
kebiasaan bagi masyarakat pengguna jalan kabupaten malaka, sehingga tiap kali
dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak yang berwenang, maka
tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu lintas dan tidak jarang juga
jalan atau masyarakat maupun masyarakat dengan aparat penegak hukum lalu lintas
malaka terasa belum efektif sampai saat ini, sehingga angka pelanggaran lalu lintas
sangat komplek dan tidak dapat ditangani secara baik dan benar oleh satu instansi
3
saja yaitu kepolisian, maka diperlukan koordinasi yang baik antar instansi untuk
mengoptimalkan penegakan hukum lalu lintas yang bersifat represif. Sehingga pihak
malaka untuk melakukan sosialisasi atau pendidikan masyarakat tentang lalu lintas
akan mendukung dan ikut serta secara aktif dalam usaha menciptakan kamtibcar
keselamatan pengendara maupun pejalan kaki selalu di pantau dengan baik, dan
dengan adanya sosialisasi sangat diharapkan agar masyarakat pun makin sadar akan
pentingnya mentaati peraturan berlalu lintas demi keamanan dan keselamatan diri
Malaka Tengah ?
4
1.3. Keaslian Penelitian
Adapun judul peneliti yang sama dengan judul yang diteliti oleh peneliti
tulis oleh PRASASTI ARTIKA PURI. Dalam skripsinya Prasasti Artika Puri
meneliti tentang pelanggaran lalu lintas yang terjadi, Faktor penghambat dan solusi
terjadinya pelanggaran.
5
1.4.2. Manfaat Penelitian
Merujuk pada tujuan penelitian diatas maka kegunaan dari penelitian ini
meliputi:
dalam hal ini, dalam Efektivitas Penegakan Aturan Lalu Lintas, sehingga
menitik beratkan kepada sebab-musabab dalam penegakan aturan lalu lintas serta
faktor pengambat penegakan aturan lalu lintas dan solusi dalam upaya
6
1.5.2. Metode Pendekatan
digunakan adalah:
1. Pendekatan Konseptual
yang dikaji dengan filsafat, asas, kaidha hukum, konsep dan kaidah hukum
2. Pendekatan Kasus
3. Cara penanggulangannya
Di dalam penelitian ini calon peneliti menggunakan jenis data primer, data
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara secara langsung
7
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang
1.5.6.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh aparat penegak hukum khususnya
1.5.6.2. Sampel
dengan dasar pertimbangan kualitas data yang akan diperoleh calon peneliti).
1.5.6.3. Responden
8
1.5.7. Teknik Pengumpulan Data
1. Editing yaitu: Data yang telah dikumpulkan diperiksa dan kemudian melakukan
pengolahan;
2. Coding yaitu: koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
analisis.
dengan tetap berpedoman pada asas dan kaidah hukum serta teori hukum sesuai
dengan realita hukum berkenaan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Efektivitas berasal dari kata efektif
yang berarti mempunyai nilai pengaruh atau akibat, dan bisa diartikan sebagai
kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan. Jadi efektifitas adalah
pengaruh yang timbul atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan
yang dilakukan. Jika dilihat dari tinjauan yang ada, maka Seperti halnya efektivitas
penegakan aturan lalu lintas yang ada diwilayah Hukum Polsek Malaka Tengah
yang masih dalam tanda tanya sejauh mana tingkat kefektivitan penegakan aturan
lalu lintas yang ada diwilayah Hukum Polsek Malaka Tengah, sehingga perlu
adanya ketelitian yang lebih khusus lagi mengenai hal ini seperti yang dilihat pada
hukum dimana orang yang ditujuh oleh norma berbuat sesuai dengan tujuan norma
hukum, dengan kata lain norma itu diterapkan dan dipatuhi sesuai dengan
perintahnya, sebagai kebalikan sikap menjauhi atau tidak berbuat sesuai dengan
norma hukum, dengan kata lain pihak yang ditujuh tidak menerapkan atau
mematuhi norma sesuai perintah hukum.2 Dalam tinjauan ini dapat kita pahami
dalam masalah ini, jelas bahwa dalam sebuah keefektivitan penegakan aturan lalu
2
Fachrudin Irfan, Pengawasan Peradilan Administrasiterhadap Tindakan Pemerintah, Alumni, Bandung, hlm.
182.
10
lintas yang lebih baik maka perlu diterapkan semua peraturan sesuai dengan
hukum yang ada agar dipatuhi oleh semua pihak yang dimaksudkan.
Menurut Hans Kelsen Hukum efektif apabila keadaan orang berbuat sesuai
dengan norma hukum yang mengharuskan mereka berbuat atau tidak berbuat,
dengan kata lain norma itu benar-benar diterapkan dan dipatuhi sesuai dengan
perintah norma hukum.4 Dalam tinjauan ini jelas bahwa dalam mencapai suatu
tujuan yang lebih baik dan sejahtera yaitu dalam hal ini keefektivitan penegakan
aturan lalu lintas yang lebih baik maka seseorang dituntut bahkan seakan-akan
dipaksa melakukan sesuatu yang sudah ditetapkan dalam hal ini adalah hukum.
Dimana hukum atau aturan lalu lintas mengharuskan satu atau lebih orang untuk
Menurut Antony Allot hukum yang efektif pada umumnya harus dapat
a. Untuk tujuan “prefentif” harus dapat mencegah sifat yang tidak disetujui .
b. Untuk tujuan “kuratif” harus dapat memperbaiki suatu kekurangan atau kerusakan
(fungsi korektif).
keadaan baru.5
3
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 178
4
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Russels & Russels, New York, hlm. 179
5
Allot Antony, The Limit of Law, Butterworth & Co, London, hlm. 180
11
Berdasarkan pendapat Laurence W. Friedman sebagaimana dikutip oleh Alih
Mukti agar hukum menjadi efektif bila memenuhi tiga syarat yaitu:
1. Komunikasi
tertentu untuk kepentinggan tertentu dan metode yang digunakan secara lisan,
dan melalui media cetak dan media elektronik. Efektivitas komunikasi tergantung
dituju.
3. Disposisi
maka memerlukan tempat dan kesesuaiannya antara isi hukum dan kenyataan
Ada berbagai cara dan metode tertentu untuk menyampaikan pesan dilakukan
secara tertulis melalui tatap muka, radio, atau televisi. Secara tertulis melalui surat
kabar dan majalah dan menjadi ukuran adalah kejelasan bagi warga masyarakat.
masyarakat.7
6
Laurence M. Friedman, The Legal System, Russell Sage, New York, Hlm 88
7
Satjipto Rahardja, Negara Hukum yang Membahagiakan Rakyatnya, Genta Publishing, Yogyakarta, hlm 920
12
a. Kepatuhan Hukum
berasal dari pada dirinya sendiri (internal) dan datang dari luar dirinya.
perlakuan hukum dianggap efektif apabila sikap tindak mematuhi hukum dan
b. Pengawasan
melekat.
a) Pelanggaran
8
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali, Jakarta, hlm 82
13
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kata pelanggaran
terhadap hukum tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Di dalam Psikologi
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 316, pelanggaran lalu
berkaitan suatu penetapan atau suatu kebijakan yang oleh suatu peraturan
b) Sanksi
penutup yang penting didalam hukum, juga dalam hukum administrasi. Pada
negara, manakalah aturan-aturan dan tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan
oleh tata usaha negara (dalam hal dimaksud diperlukan). Pada tempat lain
9
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, hlm 81
14
aturan. Dalam hukum administrasi dikenal Empat macam sanksi, antara
lain:
pembayaran subsidi);
yang melekat pada norma hukum tertentu. Sanksi dalam suatu norma hukum
ayat (10) disebutkan peraturan daerah adalah Peraturan daerah Provinsi dan Peraturan
10
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadja Mada University Press, Yogyakarta,
hlm 245
11
,Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Edisi Khusus, Surabaya, hlm 26
15
Jenis dan Hirarki Peraturan Perundang-undangan berdasarkan Pasal 7 ayat (1)
d) Peraturan Pemerintah;
e) Peraturan Presiden;
dipenuhi syarat-syarat:
(prestigeful);
c. Penegakan hukum dapat dijadikan teladan bagi faktor kepatuhan terhadap hukum;
e. Para penegak dan pelaksana hukum merasa dirinya terikat pada hukum yang
pelaksanaan hukum;
hukum.12
12
Mayer Soekanto, Syarat-syarat Efektivitas Hukum, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm 175-176
16
Lebih lanjut menurut Soerjono Soekanto mengatakan bahwa efektivitas
5. Budaya hukumnya, adanya budaya malu dan budaya rasa bersalah dengan tidak
Pengertian Lalu lintas, menurut Djajoesman bahwa secara harfia lalu lintas
diartikan sebagai gerak (bolak balik) manusia atau barang dari satu tempat ke tempat
menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal
perjalanan di jalan dan sebagainya serta berhubungan antara sebuah tempat dengan
tempat lainnya.15
manusia, hewan, atau barang dari satu tempat ke tempat lain di jalan dengan
menggunakan alat gerak. Alat gerak yang dapat digunakan untuk berpindah dari
satu tempat ke tempat yang lain, itu yang sering disebut sebagai kendaraan. Di
samping itu, kendaraan terbagi menjadi 2 jenis yaitu kendaraan bermotor dan
13
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm 178
14
Djajoesman HS, Grafik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 50
15
Poewadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 53
17
kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor yaitu kendaraan yang menggunkan
mesin untuk bisa berjalan. Contohnya sepeda motor, mobil, dan lain-lain. Sedangkan
kendaraan tidak bermotor yaitu kendaraan yang tidak menggunakan mesin untuk
bisa bergarak tetapi dengan cara menggunakan tenaga manusia atau hewan. Misalnya
sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedangkan yang
dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan
bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas
angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan
efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu
lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas,
perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian
arus di persimpangan.
perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan
18
Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau
b. Kendaraan
yang membutuhkan ruang lalu lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver
c. Jalan
lancar dan mampu mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman,
19
Komponen Sistem Lalu lintas
jalan;
d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan
sedini mungkin oleh Polri sebelum situasi lalu lintas berubah/meningkat menjadi
kurang teratur.
20
Mengatur Lalu Lintas adalah memberitahukan kepada pemakai jalan tentang
bagaimana dan dimana mereka dapat bergerak atau berhenti, terutama pada saat ada
a) Untuk mengendalikan arus lalu lintas supaya dapat berjalan tertib dan lancar
c) Sebagai usaha untuk mempengaruhi pemakai jalan untuk patuh dan taat terhadap
tercantum dalam pasal 1 butir 1 yang berbunyi : “Kepolisian adalah segala hal ihwal
yang berkaitan dengan fungsi dan kelembagaan Polisi sesuai dengan peraturan
22 tahun 2009 pasal 1 ayat 2, adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas
jalan.
Dari tinjauan mengenai pengertian Polisi dan lalu lintas diatas, maka dapat
disimpulkan definisi dari Polisi Lalu Lintas, yaitu “bagian dari Kepolisian yang
kendaraan dan orang di ruang lalu lintas. Dalam kaitannya dengan Polisi Lalu Lintas
16
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 134
17
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bntara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 135
21
sebagai objek persepsi dari pengguna lalu lintas, maka Polisi Lalu Lintas memiliki
beberapa aspek yang melekat pada dirinya, yaitu : Tugas, Kewajiban, Pelayanan, dan
Di dalam berlalu lintas, seorang pengemudi dan Polisi Lalu Lintas tentunya
berlalu lintas dituntut untuk patuh terhadap tata tertib lalu lintas dan Polisi Lalu
Lintas hadir sebagai pihak yang bertugas menjaga dan menegakan ketertiban
berlalu lintas di jalan raya. Dalam hubungan interaksi diantara keduanya tersebut,
tentu dengan sendirinya menimbulkan kesan atau persepsi tersendiri bagi masing-
masing pihak.
baik dapat meningkatkan perilaku ketaatan seseorang. Hal ini dapat terjadi juga
pada aktivitas berlalu lintas. Dalam berlalu lintas, seorang pengguna lalu lintas
dituntut untuk taat terhadap hukum tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Untuk
menegakan hukum tersebut ada pihak otoritas yang mengaturnya. Pihak otoritas
tersebut salah satunya adalah Polisi Lalu Lintas. Kewibawaan dan kemampuan
membangun hubungan sosial yang baik dari Polisi Lalu Lintas dapat
hubungan sosial yang baik pada Polisi Lalu Lintas, merupakan beberapa bagian
dari informasi tentang karakterisitik yang ada pada seorang Polisi Lalu Lintas. Dari
informasi tersebut, seorang pengguna lalu lintas kemudian dapat membentuk kesan-
dari pengguna lalu lintas. Apabila kesan yang diberikan adalah polisi lalu lintas
22
kurang berwibawa dan kurang mampu membangun hubungan sosial yang baik
maka perilaku ketaatan pengguna lalu lintas pun berkurang. Apabila perilaku
ketaatan pengguna lalu lintas berkurang maka sangat memungkinkan mereka dapat
Dari penjelasan tentang perilaku ketaatan di atas, maka dapat dilihat adanya
hubungan antara persepsi terhadap Polisi Lalu Lintas dengan pelanggaran lalu
lintas yang dilakukan oleh pengguna lalu lintas. Semakin baik kesan yang diberikan
oleh pengguna lalu lintas terhadap pihak otoritas seperti Polisi Lalu Lintas maka
tingkat ketaatannya terhadap hukum tentang Lalu Lintas pun semakin tinggi sehingga
tidak melakukan pelanggaran lalu lintas. Begitu pun sebaliknya, semakin rendah
kesan yang diberikan oleh pengguna lalu lintas terhadap pihak otoritas seperti
Polisi Lalu Lintas maka tingkat ketaatannya terhadap hukum tentang Lalu Lintas
menurut Jimly Assidiqie adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu
bernegara
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada
kaidah yang mantab dan mengejawantah dalam sikap tindak sebagai rangkaian
23
penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan
hukum dalam prosesnya untuk menyerasikan antara nilai, kaidah dan perilaku.
Penegakan Hukum Lalu Lintas adalah segalah usaha dan kegiatan yang
salah satu kegiatan dari fungsi kepolisian bidang lalu lintas yang merupakan
“adalah segalah kegiatan dan tindakan dari Polri dibidang lalu lintas agar Undang-
undang atau ketentuan Perundang-undangan lalu lintas lainnya ditaati oleh setiap
Dalam pelaksanaan penegakan hukum lalu lintas baik yang bersifat Preventif
18
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 107
19
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 134
24
2.1.7. Tugas Polisi Lalu lintas
Tugas Polisi Lalu Lintas sebagai salah satu unsur Polri, yang melaksanakan
segalah usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang pengendalian Lalu Lintas untuk
Lintas, agar terjamin keamana, ketertiban serta kelancaran lalu lintas di jalan umum.20
Sesuai dengan pasal 7 Peraturan Kapolri No. 23 Tahun 2010, Satuan Lalu
lintas merupakan unsur pelaksana tugas pokok ditingkat polres. Selanjutnya lebih di
tegaskan dalam pasal 59 Peraturan Kapolri No. 23 Tahun 2010, dijelaskan bawha Satuan
1. Satuan Lantas merupakan unsur pelaksanaan tugas pokok yang berada dibawah
Kapolres.
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sat lantas
menyelenggarakan fungsi :
c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum
(Kamseltibcarlantas);
pengemudi;
20
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 110
25
e. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan
berperan sebagai:
Peraturan pelaksanaannya.
2.1.9. Gambaran Umum Kondisi Lalu Lintas Di Wilayah Hukum Polsek Malaka
Tengah
21
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 111
26
No 3 Tahun 2013. Berdasarkan data dari bagian Pemerintah Desa Setda Kabupaten
Malaka, Kabupaten Malaka memiliki 12 kecamatan yang terdiri dari 127 Desa.
Menurut data yang ada luas keseluruhan Kabupaten Malaka adalah 116.063,0 Ha
(92,06 %), dengan luas kecamatan malaka tengah adalah 59.958 Ha. Sedangkan
panjang jalan Kabupaten Malaka adalah 331,90 km dan lebar jalan 6 meter, dengan
utara kecamatan malaka timur, sebelah selatan kecamatan malaka barat, sebelah barat
malaka tengah menjadi salah satu modal dasar pembangunan wilayah kecamatan
malaka tengah karena sebagai pelaku utama sekaligus pengguna dari hasil-hasil
pembangunan yang ada. berikut akan di jelaskan jumlah penduduk di wilayah hukum
kecamatan malaka tengah menurut jenis kelamin dalam tiga tahun terakhir yaitu dari
tahun 2014-2016.
Tabel 1.
Jumlah Penduduk Kecamatan Malaka Tengah
Menurut Jenis kelamin Tahun 2014-2016
No
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
.
1. 2014 17.068 17.926 34.994
2. 2015 17.357 18.112 35.469
3. 2016 17.540 18.329 35.869
Sumber: BPS Nusa Tenggara Timur Tahun 2017
malaka tengah pada tahun 2014 mencapai 34.994 jiwa yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 17.068 jiwa dan perempuan sebanyak 17.926 jiwa. Jika dibandingkan
27
dengan tahun sebelumnya dapat dilihat pada tahun 2016 jumlah penduduk
kecamatan malaka tengah mengalami peningkatan mencapai 35.869 jiwa yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 17.540 jiwa dan perempuan sebanyak 18.329 jiwa
Polsek Malaka Tengah terletak di Kota Betun Ibu Kota Kabupaten Malaka.
Sebagai Ibu Kota Kabupaten Malaka kota Betun merupakan pusat keramaian lalu
lintas bagi masyarakat Kabupaten Malaka yang meliputi 12 kecamatan. Kota betun
juga merupakan titik strategis bagi lalu lintas antar beberapa kabupaten disekitarnya
yaitu Kabupaten Belu, Kabupaten TTU, Kabupaten TTS, bahkan Kabupaten Kupang
Kondisi kota betun dalam Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah yang
prasarana penegakan aturan lalu lintas yang belum memadai. Selain itu jumlah
personil polisi lalu lintas dan fasilitas yang tersedia saat ini masih sangat
terbatas, sesuai data yang diperoleh dari Polsek Malaka Tengah jumlah personil
polisi lalu lintas yang bertugas di wilayah hukum polsek malaka tengah sebanyak
Tabel 2.
Jumlah Polisi Lalu Lintas di Wilayah
Hukum Polsek Malaka Tengah Tahun 2017
N Nama NRP Pangkat
o
1. Agus Basuki, SH 80120736 Bripka
2. Yohanes Tahu 80060929 Bripka
3. Ari Kevanto 85110907 Brigadir
Sumber: Polsek Malaka Tengah Tahun 2017
28
Kondisi keterbatasan personil dan fasilitas ini tentunya menjadi
Malaka Tengah. Seperti yang diketahui bahwa keterbatasan personil anggota polisi
lalu lintas ini menyebabkan petugas kesulitan dalam membagi waktu dan tenaga
pada saat bertugas menangani keadaan lalu lintas di wilayah hukum polsek malaka
tengah. Dapat digambarkan pula bahwa jenis kendaraan yang melintas di Wilayah
Hukum Polsek Malaka Tengah meliputi kendaraan roda dua, roda empat, dan atau
Berikut peneliti akan menjelaskan mengenai jumlah kendaraan dari Tahun 2014-
2016 di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah menurut hasil penelitian yang
Tabel 3.
Jumlah Kendaraan Menurut Jenisnya di Wilayah Hukum
Polsek Malaka Tengah Tahun 2014-2016
Tahun
No Jenis Kendaraan
2014 2015 2016
1 Mikrolet/Bemo 30 36 48
2 Bus 27 31 37
3 Truk, Pick Up, Tangki 22 34 45
4 Ambulance 4 7 9
5 Sepeda Motor 160.184 260.789 326.736
Sumber : Polsek Malaka Tengah Tahun 2017
Dari data jumlah kendaraan di atas yang diperoleh dari Polsek Malaka Tengah
dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah kendaraan baik itu kendaraan roda dua
atau kendaraan roda empat atau lebih di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah
semakin bertambah jumlah setiap tahun. Baik itu kendaraan jenis mikrolet, bus, truck,
pick up, tangki, ambulance dan sepeda motor. Dimana sepeda motor berada pada
posisi jumlah terbanyak yang meningkat drastis setiap tahunnya, seperti yang
29
diketahui bahwa dalam tiga tahun terakhir yaitu tahun 2016 jumlah kendaraan sepeda
Efektivitas Penegakan
Aturan
30
Lalu Lintas
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
alinea ke-4
Gambar 1.
Skema Kerangka Berpikir
Dalam melihat efektivitas penegakan aturan lalu lintas terdapat beberapa peraturan
masyarakat atau pengguna jalan di antaranya pembukaan UUD 1945 aline ke-4, UU
Republik Indonesia No 28 tahun 1997 tentang kepolisian NKRI, dan UU No 14 tahun 1992
tentang lalu lintas. Namun terdapat pula faktor-faktor penghambat dalam penegakan aturan
lalu lintas seperti salah satu diantaranyannya kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dalam
mematuhi peraturan lalu lintas, sehingga solusi terbaik sangat diperlukan dalam mencapai
BAB III
31
3.1 Pelanggaran Lalu Lintas yang dilakukan oleh Pengendara/Pengemudi di Wilayah
yang dilakukan oleh pengendara atau pengguna jalan yaitu sebagai berikut:
memiliki SIM atau STNK. Dikalangan masyarakat SIM, STNK, dan Helm ini
dari laka lantas dan pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud. akan tetapi hal itu
sangat disayangkan kerena tidak adanya kesadaran dari masyarakat sendiri akan
hal itu, sehingga mengakibatkan laka lantas dan pelanggaran seringkali terjadi di
wilayah hukum polsek malaka tengah meskipun sudah dilakukan berbagai upaya
kendaraan lain pada saat terjadi macet di jalan raya, tanpa ia sadari perilaku si
pengendara yang lain ada di belakangnya atau di sekitarnya. Sikap atau perilaku
semacam ini dapat memicu terjadi pelanggaran dan laka lantas yang sangat tidak
diinginkan.
32
Tindakan ini juga dapat membahayakan si pengendara tersebut karna
ada di sekitarnya. Tindakan ini juga sangat disayangkan apabila dapat menimbulkan
jalan, baik itu si pelaku pelanggaran lalu lintas bahkan orang atau pengguna
dalam dinamika lalu lintas di jalan raya dengan di kendalikan oleh manusia, tetapi
kondisi kendaraan yang digunakan, terkait dengan kondisi ban yang sudah tidak
layak pakai, rem tidak berfungsi, tidak adanya lampu rem, dan plat nomor
kendaraan, mesin yang tidak lagi di layak fungsikan tetapi masih saja di
membahayakan orang lain atau pengguna jalan lainnya yang sedang berkendara
Seperti yang dikatakan Bripka Agus Basuki selaku Kanit Lantas Polsek
Malaka Tengah mengatakan bahwa: “faktor kendaraan merupakan hal yang tidak
mempunyai rasa kepedulian terhadap keamanan berkendara hal ini terlihat dari
33
bagaimana cara masyarakat merawat kendaraan. Dari hasil operasi lalu lintas yang
seperti lampu rem, kaca spion, ban yang sesuai standar dan yang lainnya”22.
ceroboh lainnya yang dilakukan oleh masyarakat seperti kendaraan roda dua
bonceng tiga orang atau kendaraan roda empat atau lebih yang melakukan
muatan yang berlebihan. Hal ini seringkali dilakukan oleh masyarakat yang tidak
Manek mengatakan bahwa: “sebagai seorang tukang ojek saya juga tidak mau
untuk membonceng penumpang lebih dari satu orang, tetapi saya terpaksa
undangan lalu lintas tanpa adanya paksaan karena hal ini dapat mengurangi angka
kecelakaan lalu lintas khususnya di wilayah hukum polsek malaka tengah, tetapi
kebanyakan masyarakat cenderung taat pada peraturan lalu lintas ketika ada
ketakutan pada adanya operasi lalu lintas ataupun sanksi. Hal ini membuktikan
22
Wawancara 28 Juni 2017
23
Wawancara 29 Juli 2017
34
bahwa keasadaran masyarakat di wilayah hukum polsek malaka tengah terhadap
Klaran mengatakan bahwa: “Muatan penumpang yang syarat terjadi pada saat
mengatakan bahwa penumpang sudah full tidak ada lagi tempat atau kursi
untuk duduk tetapi dari masyarakat pengguna jasa angkutan bus antar propinsi
mereka memaksakan diri untuk naik atau numpang, walaupun bergantungan atau
berdiri”24
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 316, pelanggaran lalu lintas dibagi
tersebut merupakan indikator pelanggaran lalu lintas yang kemudian dapat peneliti
golongkan menjadi jenis perilaku pelanggaran yaitu ringan, sedang atau berat.
jumlah denda yang ditanggung pelanggar. Sehingga berikut ini peneliti akan
Tabel 4.
24
Wawancara 29 Juli 2017
35
Klasifikasi Pelanggaran Lalu Lintas menurut
Ketentuan Pidana di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah
No
Rentangan Pidana Kategori/Interpretasi
.
1. 6 Bulan - 1 Tahun ke atas atau Pelanggaran Berat
Berdasarkan tabel di atas data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu di
polsek malaka tengah merupakan data mengenai klasifikasi pelanggaran lalu lintas
menurut ketentuan pidana di wilayah hukum polsek malaka tengah. Dapat dilihat
ketentuan pidana serta sanksi ganti rugi dari setiap tingkat pelangggaran, antara lain
wilayah hukum polsek malaka tengah berikut ini penulis akan menganalisa data
yang diperoleh dari Polsek Malaka selama kurung waktu tiga tahun terakhir
Tabel 5.
Pelanggaran Lalu Lintas di Wilayah Hukum
36
Polsek Malaka Tengah Tahun 2014 - 2016
Dari data pelanggaran di atas dapat dilihat bahwa pada satu sisi
drastis pada tahun 2014 sebanyak 322 kasus, tetapi kembali mengalami keringanan
pada tahun 2015 dengan jumlah sebanyak 189 kasus, namun hal tersebut sangat
peningkatan pada tahun 2016 sebanyak 249 kasus. Hal ini menggambarkan
bahwa masih banyak pelanggaran lalu lintas yang terjadi di wilayah hukum
karena tidak ada kesadaran dari masyarakat akan tertib berlalu lintas serta
yang baik dan benar. Meskipun telah dilakukan upaya penegakan aturan lalu
lintas oleh polisi lalu lintas di wilayah hukum Polsek Malaka Tengah. Deskripsi
aturan lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah. Ada juga masalah-
Tabel 6.
Jumlah Masyarakat yang tidak memiliki SIM dan Helm
di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah Tahun 2014-2016
37
No Tahun Helm SIM Jumlah
.
1. 2014 289 198 487
2. 2015 236 164 400
3. 2016 268 183 451
Sumber: Polsek Malaka Tengah Tahun 2017
Berdasarkan data di atas yang diperoleh dari Polsek Malaka Tengah dapat
dilihat bahwa jumlah masyarakat yang tidak memiliki SIM dan Helm pada
Tahun 2015 sebanyak 400. Dari masalah yang ada dapat dilihat bahwa tingkat
kesadaran masyarakat masih sangat rendah terhadap tertib berlalu lintas, jika
Oleh karena itu untuk dapat menekan angka pelanggaran lalu lintas,
wilayah hukum Polsek Malaka Tengah perlu melakukan pembenahan dari sisi
lalu lintas serta penambahan kendaraan operasional polisi lalu lintas roda dua
dan roda empat. Polsek Malaka Tengah juga perlu memakai metode penegakan
aturan lalu lintas selain tilang yaitu melakukan sosialisasi tentang tertib berlalu
lintas agar masyarakat lebih memahami pengetahuan tentang tertib berlalu lintas
yang baik.
Ada pula data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di
Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Polsek Malaka Tengah, penulis memperoleh
data kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas) yang terjadi dalam wilayah hukum
38
Polsek Malaka Tengah selama tiga tahun terakhir dari tahun 2014-2016, jumlah
Berikut ini data-data pelanggaran lalu lintas yang terjadi selama tiga tahun
terakhir dalam Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah, (data diambil pada
tanggal 26 juni 2017), tahun 2014 tercatat 8 jumlah laka lantas, tahun 2015
tercatat 8 jumlah laka lantas, dan tahun 2016 laka lantas terjadi di wilayah
hokum polsek malaka tengah kembali mengalami peningkatan dari tahun 2014
Pelaku dalam kasus laka lantas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah
berasal dari latar belakang profesi yang berbeda-beda, berikut ini data tentang
latar belakang profesi pelaku tindak pidana pelanggaran lalu lintas di Wilayah
Tabel 7.
Profesi Pelaku Laka Lantas
Tahun
No Profesi Pelaku Pelanggaran Jumlah
2014 2015 2016
1 Pegawai Negeri Sipil 2 1 2 5
2 Karyawan / swasta 1 2 2 5
4 Pelajar 1 1 2 4
5 Pengemudi 4 4 5 12
Sumber : Satuan Lantas Polsek Malaka Tengah 2017
Data di atas dapat kita lihat bahwa pegawai negeri sipil pada tahun 2014
ada 2 pelaku laka lantas, pada tahun 2015 terjadi penurunan sebanyak 1 kasus dan
tahun 2016 meningkat lagi menjadi 2 kasus, total kecelakaan lalu lintas pada tahun
2014-2016 yang pelakunya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil adalah 5 kasus.
Karyawan swasta pada tahun 2014 tercatat 1 kasus, pada tahun 2015 terjadi
peningkatan sebanyak 2 kasus, dan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 2 kasus, total
kecelakaan lalu lintas pada tahun 2014-2016 yang pelakunya berprofesi sebagai
39
karyawan swasta adalah 5 kasus. Pelajar pada tahun 2014 tercatat 1 kasus, pada
tahun 2015 terdapat 1 kasus dan pada tahun 2016 terjadi peningkatan menjadi 2
kasus kecelakaan, jumlah laka lantas yang pelakunya berprofesi sebagai pelajar dari
tahun 2014-2016 adalah 4 kasus. Pengemudi pada tahun 2014 tercatat 4 kasus, pada
tahun 2015 terdapat 4 kasus dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 5 kasus
kecelakaan, total laka lantas yang dilakukan oleh pengemudi dari tahun 2014-2016
adalah 12 kasus.
Data dalam tabel tersebut di atas menunjukan jenis profesi dari para pelaku
laka lantas di daerah Hukum Polsek Malaka Tengah, dari data dalam tabel tersebut
dapat kita lihat bahwa pengemudi yang paling banyak menjadi pelaku laka lantas
khususnya di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah dalam jangka waktu tiga
LAKA) Bripka. Agus Basuki mengatakan bahwa kendaraan bermotor roda 2 (dua)
Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah selama kurun waktu tiga tahun terakhir
hal ini disebabkan jumlah sepeda motor memang lebih banyak dibandingkan
dengan jenis kendaraan lainnya, di samping itu pengendara sepeda motor juga
adalah pengendara yang memang kurang disiplin dalam berlalu lintas sehingga
setiap dilakukan operasi tertib lalu lintas oleh petugas Sat Lantas Polsek Malaka
Tengah maka akan banyak pengendara kendaraan sepeda motor yang terjaring
mulai dari tidak memiliki SIM, tidak membawa STNK, tidak menggunakan
25
Wawancara 28 Juni 2017
40
3.2 Faktor-faktor Penghambat Penegakan Aturan Lalu Lintas di Wilayah Hukum
41
1. Kurangnya personil polisi lalu lintas
penegakan aturan lalu lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah. di polsek
malaka tengah hanya terdapat tiga polisi lalu lintas sehingga mereka sulit untuk
mengatur masyarakat yang tidak taat terhadap peraturan lalu lintas tersebut.
Karena jumlah masyarakat malaka tengah yang cukup banyak, polisi lalu lintas
sulit untuk membagi tugas dalam menangani pengendara yang tidak taat berlalu
lintas apa lagi disaat keramaian hari pasar, hari-hari raya, dan lainya.
Hal ini juga di pertegas oleh Brigadir. Ari Kevanto yang mengatakan bahwa :
“faktor penghambat dalam penegakan aturan lalu lintas di wilayah hukum polsek
malaka tengah ini karena kami kekurangan personil sehingga sulit untuk
pelanggaran dan banyak kecelakan yang terjadi di wilayah hukum polsek malaka
tengah. Walaupun sudah di tilang atau di berikan sanksi oleh Satuan Lantas
tapi masyarakat masih saja melakukan kesalahan yang sama. Ini pun menyangkut
sehingga masyarakat merasa sulit bahkan tidak mau menaati peraturan lalu lintas
26
Wawancara 28 Juni 2017
42
Hal ini juga di pertegas oleh Briadir. Ari Kevanto yang mengungkapkan
bahwa : “Dari hasil operasi di jalan yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas
terbesar adalah faktor dari masyarakat sendiri. Itu disebabkan karena kurangnya
pengetahuan tentang lalu lintas, seperti dapat dicontohkan kebanyakan orang yang
saat ini lebih suka membeli SIM dari pada mengikuti tes”27
penghambat dalam penertiban lalu lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah,
jalan.
alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengawasan dan pengamanan jalan, dan
fasilitas pendukung lainnya terkait kegiatan lalu lintas. Bahkan sampai saat ini
pelanggaran terkait faktor jalan belum berkurang karena rambu lalu lintas
salah satu masyarakat tidak mempunyai SIM atau malas dalam melakukan
perpanjangan STNK, karena beralasan buta huruf dan tidak tersediahnya sarana
27
Wawancara 28 Juni 2017
28
Wawancara 29 Juli 2017
43
dan prasarana dalam menangani pembuatan SIM dan STNK tersebut di wilayah
ojek, saya tidak memiliki SIM karena beberapa alasan, sebagai warga negara
indonesia yang baik sekaligus masyarakat penguna jalan saya juga ingin
terkendala karena saya seorang buta huruf tidak bisa baca tulis, hal itu lah yang
menjadi alasan penghambat yang menyebabkan saya tidak memiliki SIM, karena
ketika mengurus SIM harus melalui beberapa tahapan yaitu tes tulis dan praktek
sehingga saya meminta supaya ada kebijakan kepada kami yang tidak sekolah atau
mengatakan bahwa: ”sudah tiga tahun SIM saya tidak di perpanjang karena
tempat pengurusan SIM sangat jauh, yaitu di Polres Belu Atambua sehingga saya
sangat mengharapkan kepada pihak Sat Lantas Polsek Malaka Tengah untuk
Jajaran aparat Polisi Lalu Lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah
membentuk tim khusus yang dinamakan Satlantas yang bertugas membantu dalam
mengatasi berbagai masalah lalu lintas, adapun cara efektif yang dilakukan
Satlantas dalam bertugas dengan cara menggelar patroli lalu lintas. Patroli lalu lintas
29
Wawancara 28 Juni 2017
30
Wawancara 28 Juni 2017
44
adalah suatu kegiatan perondaan yang dilakukan pada ruas jalan tertentu dengan
tujuan untuk melakukan pengawasan terhadap arus lalu lintas dan aktivitas masyarakat
menemukan dan menindak pelanggaran lalu lintas serta memberikan perlindungan dan
dilakukan patrol lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah adalah
tugas, tilang, buku atau kertas catatan, senjata organik perorangan beserta
kelengkapan pendukung antara lain borgol, tongkat polisi, jas hujan, dan peluit.
Sedangkan kelengkapan kendaraan meliputi kendaraan roda dua yang terdiri dari
rotator, sirine, dan helm. Kendaraan roda empat terdiri dari surat-surat kendaraan,
Jenis patrol lalu lintas ada dua macam yaitu operasi rutin dan operasi khusus.
Operasi rutin kepolisian bidang lalu lintas diarahkan terhadap sasaran rutin yang telah
tahun oleh seluruh kekuatan operasional Polri bidang lalu lintas yang tergelar diseluruh
kewilayahan dan kesatuan fungsi lalu lintas. Sedangkan operasi khusus adalah operasi
Polsek Malaka Tengah atau wilayah tertentu yang dianggap cukup meresahkan dan
dianggap perlu31
Waktu patroli dilaksanakan jam padat arus lalu lintas sesuai dengan anatomi
karakteristik kerawanan bidang lalu lintas seperti hari pasar, hari raya, jam padat
arus pemberangkatan bus antar propinsi. Di dalam melaksanakan patroli lalu lintas,
31
Hasil Observasi 29 Juni 2017
45
jajaran Satlantas selalu berupaya melakukan sesuatu dengan sistematis dan terpadu
kendala seperti kurangnya mobil untuk melakukan patroli lalu lintas, waktu akan
operasi biasanya ada yang memberitahu bahwa akan ada operasi oleh polisi,
pelanggar lalu lintas yang akan ditilang ada yang melarikan diri.
berbagai macam kendala di antaranya: pelanggar susah diajak kerja sama, pada
waktu operasi pengendara biasanya langsung berbalik arah atau bahkan melarikan
polisi sedikit mengeluarkan tenaga dan mengejarnya. Selain itu, pada waktu operasi
suratnya ke aparat. Hal-hal tersebut yang membuat kendala bagi aparat dalam
menjalankan tugasnya”32
wilayah hukum polsek malaka tengah , Aparat Polantas juga melakukan sosialisasi
mengenai pemahaman lalu lintas, baik dalam kalangan masyarakat ataupun dalam
lembaga pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA dengan tujuan agar masyarakat
masyarakat di wilayah hukum polsek malaka tengah yang sadar akan hukum berlalu
lintas.
32
Wawancara 31 Juni 2017
46
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah
47
mengaplikasikan handphone pada saat berkendara, adapun kendaraan-kendaraan
dapat membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain, serta ugal-ugalan di
jalan yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab dan tindakan
Polsek Malaka Tengah, diantaranya sebagai berikut kurangnya personil polisi lalu
lintas, kurangnya kesadaran masyarakat dalam mentaati peraturan lalu lintas, serta
3) Upaya yang dilaksanakan Polisi Lalu Lintas dengan cara menggelar patroli lalu
lintas, polanya meliputi patroli dalam kota menurut sifat tugasnya patroli lalu
lintas dilakukan secara mandiri dan gabungan. Pelaksanaan patroli lalu lintas
dilaksanakan pada hari pasar, hari raya, jam padat arus pemberangkatan bis atau
kendaran lainnya. Ada pula sosialisasi yang dilakukan aparat polantas baik dalam
4.2 Saran
Lintas.
48
2) Bagi masyarakat atau pengguna jalan perlu memiliki sikap kesadaran
hukum berlalu lintas pada setiap diri pengguna jalan atau pengendara demi
sama baik antar personil maupun masyarakat dalam mengatur keadaan lalu
Daftar Pustaka
Djajoesman HS, 1976. Grafik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: PT. Balai Pustaka
S.A. Soepardi, 1998. Buku Pedoman Tugas Bintara Polri. Jakarta: Lembaga Pendidikan dan
Latihan Polri
49
Fachrudin Irfan, 2004. Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah.
Bandung: PT. Alumni
Hans Kelsen, 2004. General Theory of Law & State. New York: Russells & Russells
Laurance M. Friedman, 1979. The Legal System. New York: Russells Sage
Mayer Soekanto, 1998. Syarat-syarat Efektivitas Hukum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Poerwadarminto, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka
Soerjono Soekanto, 2004. Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Dokumen:
Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
50
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 310 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Pasal 7 Ayat 1 tentang Jenis dan Hirarki Peraturan
Perundang-undangan
Peraturan Kapolri No. 23 Tahun 2010 Pasal 59 tentang Satuan Lalu Lintas
51