Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Pancasila yang berdasarkan atas hukum

(rechtsstaat) dan bukan Negara atas kekuasaan(machtsstaat), maka kedudukan hukum

harus ditempatkan di atas segala-galanya. Setiap perbuatan harus sesuai dengan aturan

hukum tanpa kecuali.1 Ketentuan tersebut tercermin dalam pokok-pokok pikiran yang

terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang

menyebutkan bahwa: “membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial berdasarkan pancasila”. Dalam mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan

bernegara terutama pencapaian kesejahteraan masyarakat dalampembangunan sebagai

amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

sistem lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran strategis sebagai sarana

memperlancar arus transportasi barang dan jasa. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi

daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan Negara. Seperti yang telah di atur dalam

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

1
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusoinalisme Indonesia, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 69

1
Dalam uraian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 310 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat disimpulkan bahwa apabila kealpaan atau kelalaian

pengemudi itu mengakibatkan orang lain terluka atau meninggal dunia ancaman

pidananya sebagaimana yang diatur dalam Pasal tersebut di atas. Meski Undang-

Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah diterapkan sampai dengan sekarang

tapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat kecelakaan masih tetap terjadi. Dengan

banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya setidaknya hal itu bisa menggambarkan

cerminan masyarakatnya betapa minimnya kesadaran hukum bagi pengguna

kendaraan di jalan, karena masih banyak orang-orang mengemudi tidak tertib dan

taat pada rambu-rambu lalu lintas.

Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai

bagian kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau

menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

tempat ketempat lainnya. Naluri dan keinginan penduduk untuk mengadakan

perjalanan atau memindahkan barang sifatnya umum tersebut selalu menimbulkan

masalah dan juga bersifat umum dalam transportasi kota. Akan tetapi di sisi lain

terdapat pengaruh tertentuyang mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap

ketentraman kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan betapa banyaknya

kecelakaan lalu lintas terjadi setiap hari yang mengakibatkan meninggalnya

seseorang, cideranya manusia dan kerugian secara material.

Dalam berlalu lintas setiap orang yang menggunakan jalan raya harus

mematuhi setiap rambu-rambu yang ada seperti yang telah diatur dalam perundang-

undangan dan tidak memandang dari segi ekonomi, budaya, jabatan, tingkatan, dan

lain sebagainya.

2
Pelanggaran lalu lintas adalah masalah penyebab sebagian besar kecelakaan

lalu lintas. Terutama karena faktor manusia pengguna jalan yang tidak patuh

terhadap peraturan lalu lintas. Namun dapat juga ditemukan penyebab di luar faktor

manusia seperti ban pecah, rem blong, jalan berlubang, dan infrastruktur jalan yang

kurang memadai.

Banyak sekali dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan pelanggaran

hukum di kabupaten malaka, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Pelanggaran

ringan yang kerap terjadi dalam permasalahan lalu lintas adalah seperti tidak

memakai helm, tidak memiliki SIM atau STNK, tidak menghidupkan lampu pada

siang hari, dan bonceng tiga dianggap sudah membudaya di kalangan masyarakat

dan anak-anak sekolah. Pelanggaran lalu lintas seperti itu dianggap sudah menjadi

kebiasaan bagi masyarakat pengguna jalan kabupaten malaka, sehingga tiap kali

dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak yang berwenang, maka

tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu lintas dan tidak jarang juga

karena pelanggaran tersebut kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat kabupaten

malaka terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang

berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar pengguna

jalan atau masyarakat maupun masyarakat dengan aparat penegak hukum lalu lintas

yang sedang bertugas. Pemberlakuan tilang sebagai alat dalam menegakkan

peraturan perundang-undangan dan sarana dalam meningkatkan disiplin masyarakat

malaka terasa belum efektif sampai saat ini, sehingga angka pelanggaran lalu lintas

di kabupaten malaka belum dapat ditekan.

Upaya lain dalam mengurangi pelanggaran dengan cara persuasif tampaknya

sangat komplek dan tidak dapat ditangani secara baik dan benar oleh satu instansi

3
saja yaitu kepolisian, maka diperlukan koordinasi yang baik antar instansi untuk

mengoptimalkan penegakan hukum lalu lintas yang bersifat represif. Sehingga pihak

kepolisian kabupaten malaka bekerja sama dengan pemerintah daerah kabupaten

malaka untuk melakukan sosialisasi atau pendidikan masyarakat tentang lalu lintas

dengan tujuan untuk menumbuhkan pemahaman serta penghayatan masyarakat

mengenai segalah peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga masyarakat

akan mendukung dan ikut serta secara aktif dalam usaha menciptakan kamtibcar

Lantas. Tujuannya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera karena

keselamatan pengendara maupun pejalan kaki selalu di pantau dengan baik, dan

dengan adanya sosialisasi sangat diharapkan agar masyarakat pun makin sadar akan

pentingnya mentaati peraturan berlalu lintas demi keamanan dan keselamatan diri

sendiri dan orang lain.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah keefektivitan penegakan aturan lalu lintas diwilayah Hukum Polsek

Malaka Tengah ?

Masalah ini kemudian di jabarkan ke dalam 3 sub masalah yaitu :

1) Pelanggaran apa saja yang dilakukan oleh pengendara diwilayah Hukum

Polsek Malaka Tengah ?

2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat penegakan aturan lalu lintas

diwilayah Hukum Polsek Malaka Tengah?

3) Bagaimana cara menanggulangi terjadinya pelanggaran lalu lintas diwilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah ?

4
1.3. Keaslian Penelitian

Adapun judul peneliti yang sama dengan judul yang diteliti oleh peneliti

lainnya yaitu “EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU

PELANGGARAN ATURAN LALU LINTAS DI KABUPATEN KLATEN” yang di

tulis oleh PRASASTI ARTIKA PURI. Dalam skripsinya Prasasti Artika Puri

meneliti tentang pelanggaran lalu lintas yang terjadi, Faktor penghambat dan solusi

dalam menanggulagi masalah lalu lintas di kabupaten klaten. Sedangkan penulis

meneliti tentang “EFEKTIVITAS PENEGAKAN ATURAN LALU LINTAS DI

WILAYAH HUKUM POLSEK MALAKA TENGAH” dengan rumusan masalah

pelanggaran apa yang terjadi, faktor penghambat serta cara menanggulangi

terjadinya pelanggaran.

1.4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara diwilayah

Hukum Kabupaten Malaka

b. Untuk mengetahui Faktor-faktor penghambat Penegakan Aturan Lalu Lintas

diwilayah Hukum Kabupaten Malaka

c. Untuk mengetahui cara menaggulangi terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas

diwilayah Hukum Kabupaten Malaka

5
1.4.2. Manfaat Penelitian

Merujuk pada tujuan penelitian diatas maka kegunaan dari penelitian ini

meliputi:

a) Dari Segi Teoritis

Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan atau data informasi di

bidang hukum mengenai Efektivitas Penegakan Aturan Lalu Lintas,

selain itu penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan terhadap

perkembangan hukum pidana dalam menangani dan meningkatkan ke

efektivan dalam penegakan aturan lalu lintas.

b) Dari Segi Praktis

Peraturan-peraturan yang berlaku sekarang ini telah kita ketahui

bahwa terkadang terdapat beberapa kekurangan dalam materi muatan

dalam hal ini, dalam Efektivitas Penegakan Aturan Lalu Lintas, sehingga

penulis berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

untuk tercipatanya tujuan hukum sebagaimana mestinya serta dapat

menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian lanjutan dalam

pengembangan penelitian selanjutnya.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian yang dilakukan peneliti adalah tipe penelitian

hukum empiris yang pada dasarnya merupakan penelitian lapangan dengan

menitik beratkan kepada sebab-musabab dalam penegakan aturan lalu lintas serta

faktor pengambat penegakan aturan lalu lintas dan solusi dalam upaya

kelancaran penegakan aturan lalu lintas.

6
1.5.2. Metode Pendekatan

Guna mendapatkan bahan penelitian maka metode pendekatan yang

digunakan adalah:

1. Pendekatan Konseptual

Pendekatan Yuridis konseptual yaitu mendekatkan permasalahan

yang dikaji dengan filsafat, asas, kaidha hukum, konsep dan kaidah hukum

yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Pendekatan Kasus

Pendekatan kasus yaitu mengkaji kasus-kasus dalam upaya

penegakan peraturan lalu lintas di Kabupaten Malaka.

1.5.3. Aspek Penelitian

1. Pelanggaran yang terjadi

2. Faktor penghambat dalam penegakan aturan lalu lintas

3. Cara penanggulangannya

1.5.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

1.5.5. Jenis dan Sumber Data

Di dalam penelitian ini calon peneliti menggunakan jenis data primer, data

sekunder, data tertier.

1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara secara langsung

dengan responden atau informen yang terkait dengan penelitian ini.

7
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang

berkaitan dengan masalah penelitian

1.5.6. Populasi, Sampel, Responden

1.5.6.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh aparat penegak hukum khususnya

Polisi Lalu lintas dilingkungan Polsek Malaka Tengah

1.5.6.2. Sampel

Adapun metode penarikan sampel yang dilakukan terkait penelitian,

peneliti menggunakan teknik purposive sampling (penunjukan secara langsung

dengan dasar pertimbangan kualitas data yang akan diperoleh calon peneliti).

1.5.6.3. Responden

Yang menjadi responden dari penelitian ini yaitu :

1. Kapolres Kabupaten Malaka :1

2. Kanit Sat Lantas Kabupaten Malaka :1

3. Anggota Sat Lantas Kabupaten Malaka :2

4. Masyarakat yang perna melakukan pelanggaran lalu lintas :5


Jumlah : 10 Orang

8
1.5.7. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara yakni, melakukan pertanyaan dengan informan yakni masalah tanya

jawab langsung dengan Responden menggunakan daftar pertanyaan penelitian

sebagai pedoman wawancara.

2. Studi Kepustakaan yakni, Mempelajari literatur dan dokumen-dokumen serta

berkas perkara yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

1.5.8. Teknik Pengolahan Data

Pengelolahan data dapat dilakukan menurut beberapa tahapan yaitu :

1. Editing yaitu: Data yang telah dikumpulkan diperiksa dan kemudian melakukan

pengolahan;

2. Coding yaitu: koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan.

3. Tabulasi yaitu: proses memindahkan data ke dalam tabel guna mempermudah

analisis.

1.5.9. Teknik Analisis Data

Dari semua informasi yang diperoleh kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode interpretasi hukum dan kostruksi hukum secara analisis

dengan tetap berpedoman pada asas dan kaidah hukum serta teori hukum sesuai

dengan realita hukum berkenaan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Efektivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Efektivitas berasal dari kata efektif

yang berarti mempunyai nilai pengaruh atau akibat, dan bisa diartikan sebagai

kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan. Jadi efektifitas adalah

pengaruh yang timbul atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk

mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan

yang dilakukan. Jika dilihat dari tinjauan yang ada, maka Seperti halnya efektivitas

penegakan aturan lalu lintas yang ada diwilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

yang masih dalam tanda tanya sejauh mana tingkat kefektivitan penegakan aturan

lalu lintas yang ada diwilayah Hukum Polsek Malaka Tengah, sehingga perlu

adanya ketelitian yang lebih khusus lagi mengenai hal ini seperti yang dilihat pada

masalah yang ada.

Menurut Irfan Fachruddin efektifitas adalah salah satu konsekuensi

hukum dimana orang yang ditujuh oleh norma berbuat sesuai dengan tujuan norma

hukum, dengan kata lain norma itu diterapkan dan dipatuhi sesuai dengan

perintahnya, sebagai kebalikan sikap menjauhi atau tidak berbuat sesuai dengan

norma hukum, dengan kata lain pihak yang ditujuh tidak menerapkan atau

mematuhi norma sesuai perintah hukum.2 Dalam tinjauan ini dapat kita pahami

dalam masalah ini, jelas bahwa dalam sebuah keefektivitan penegakan aturan lalu

2
Fachrudin Irfan, Pengawasan Peradilan Administrasiterhadap Tindakan Pemerintah, Alumni, Bandung, hlm.
182.

10
lintas yang lebih baik maka perlu diterapkan semua peraturan sesuai dengan

hukum yang ada agar dipatuhi oleh semua pihak yang dimaksudkan.

Menurut Soeryono Soekanto Efektifitas hukum adalah salah satu

konsekuensi hukum yang dapat dipertentangkan dengan konsekuensi hukum lain

yaitu kegagalan hukum.3

Menurut Hans Kelsen Hukum efektif apabila keadaan orang berbuat sesuai

dengan norma hukum yang mengharuskan mereka berbuat atau tidak berbuat,

dengan kata lain norma itu benar-benar diterapkan dan dipatuhi sesuai dengan

perintah norma hukum.4 Dalam tinjauan ini jelas bahwa dalam mencapai suatu

tujuan yang lebih baik dan sejahtera yaitu dalam hal ini keefektivitan penegakan

aturan lalu lintas yang lebih baik maka seseorang dituntut bahkan seakan-akan

dipaksa melakukan sesuatu yang sudah ditetapkan dalam hal ini adalah hukum.

Dimana hukum atau aturan lalu lintas mengharuskan satu atau lebih orang untuk

mentaati semua peraturan yang ada.

Menurut Antony Allot hukum yang efektif pada umumnya harus dapat

melaksanakan tujuannya yaitu:

a. Untuk tujuan “prefentif” harus dapat mencegah sifat yang tidak disetujui .

b. Untuk tujuan “kuratif” harus dapat memperbaiki suatu kekurangan atau kerusakan

(fungsi korektif).

c. Memiliki mekanisme yang mudah untuk memperbaiki kegagalan.

d. Memiliki fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan jika diterapkan kepada

keadaan baru.5

3
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 178
4
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Russels & Russels, New York, hlm. 179
5
Allot Antony, The Limit of Law, Butterworth & Co, London, hlm. 180

11
Berdasarkan pendapat Laurence W. Friedman sebagaimana dikutip oleh Alih

Mukti agar hukum menjadi efektif bila memenuhi tiga syarat yaitu:

1. Komunikasi

Suatu norma hukum pada hakekatnya merupakan proses kepada pihak

tertentu untuk kepentinggan tertentu dan metode yang digunakan secara lisan,

dan melalui media cetak dan media elektronik. Efektivitas komunikasi tergantung

pada taraf kejelasan Peraturan Perundang-undangan dan Ketetapan sarana yang

dituju.

2. Kemampuan untuk melaksanakan baik Material maupun Rohani Peraturan

Perundang-undangan tidak saja mengatur hak tetapi juga ditandai kewajiban

rohani kewajiban material berupa pembiayaan sebagai pengaruh untuk

memperoleh pelayanan hukum.

3. Disposisi

Kemapuan untuk melindungi kepentingan hukum bagi subjek yang diatur

maka memerlukan tempat dan kesesuaiannya antara isi hukum dan kenyataan

objek dan subjek dan diaturnya.6

Satjipto Rahardja untuk efektivitas pelaksanaan hukum tertulis diperlukan

penyuluhan hukum adalah pesan kepada pihak-pihak tertentu berperilaku tertentu.

Ada berbagai cara dan metode tertentu untuk menyampaikan pesan dilakukan

secara tertulis melalui tatap muka, radio, atau televisi. Secara tertulis melalui surat

kabar dan majalah dan menjadi ukuran adalah kejelasan bagi warga masyarakat.

Efektivitas penyuluhan hukum diukur dengan terjadi perubahan kesadaran hukum

masyarakat.7

6
Laurence M. Friedman, The Legal System, Russell Sage, New York, Hlm 88
7
Satjipto Rahardja, Negara Hukum yang Membahagiakan Rakyatnya, Genta Publishing, Yogyakarta, hlm 920

12
a. Kepatuhan Hukum

Masalah efektivitas hukum berkaitan erat dengan maslah kepatuhan

terhadap hukum yang berlaku. Kepatuhan hukum menurut Soerjono

Soekanto disatukan oleh sikap hukum. Kepatuhan adalah tingkat ketaatan

terhadap isi peraturan yang berlaku. Adanya berbagai faktor penyebab

seseorang mentaati peraturan hukum yang berlaku yang pada dasarnya

berasal dari pada dirinya sendiri (internal) dan datang dari luar dirinya.

Terdapat berbagai faktor yang menjadi penyebab seseorang mentaati hukum

dapat berdiri sendiri, walaupun bersifat kumulatif. Sehingga suatu tindakan

perlakuan hukum dianggap efektif apabila sikap tindak mematuhi hukum dan

kepatuhan merupakan suatu derajad tertinggi dari kesadaran hukum, jika

kepatuhan tersebut semata-mata didorong oleh kegunaan hukum terdapat

perlindungan kepentingannya serasi dengan nilai-nilai yang dianutnya.8

b. Pengawasan

“Peraturan Daerah bisa berjalan efektif apabila ada pengawasan

melekat.

Menurut George R. Terry mengatakan bahwa: instruksi yang dikeluarkan

dan untuk mengetahui kelemahan serta kesulitan yang dihadapi dalam

pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan serta berusaha untuk

memperbaikinya pada saat itu juga”.

a) Pelanggaran

8
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali, Jakarta, hlm 82

13
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kata pelanggaran

memiliki makna : perbuatan (perkara) melanggar, tindak pidana yang lebih

ringan dari pada kejahatan. Pelanggaran lalu lintas merupakan tindakan

yang menunujukan adanya ketidaktaatan atau ketidakdisiplinan seseorang

terhadap hukum tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Di dalam Psikologi

Sosial, pelanggaran lalu lintas dapat dijelaskan menurut eksperimen ketaatan

(obedience). Di dalam Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 316, pelanggaran lalu

lintas dibagi atas dua yaitu pelanggaran dan kejahatan.

Menurut Philipus M. Hadjon pelanggaran adalah upaya dari

seseorang atau sekelompok orang agar tidak melakukan sesuatu, yang

berkaitan suatu penetapan atau suatu kebijakan yang oleh suatu peraturan

perundang-undangan manakalah para pihak tidak memahami peran serta hak

dan kewajiban. Dan pelanggaran hukum merupakan faktor penting tidak

efektifnya suatu peraturan perundang –undangan.9

b) Sanksi

Menurut Philipus M. Hadjon bahwa sanksi merupakan bagian

penutup yang penting didalam hukum, juga dalam hukum administrasi. Pada

umumnya tidak ada gunanya memasukan kewajiban-kewajiban atau

larangan-larangan bagi para warga dalam perundang-undangan tata usaha

negara, manakalah aturan-aturan dan tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan

oleh tata usaha negara (dalam hal dimaksud diperlukan). Pada tempat lain

dan undang-undang biasanya dapat ditemukan sanksi-sanksi pidana. Sanki

pidana tersebut biasanya dipakai sebagai alat untuk menegakkan suatu

9
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, hlm 81

14
aturan. Dalam hukum administrasi dikenal Empat macam sanksi, antara

lain:

1) Bestuuredwang (paksaan pemerintah);

2) Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan (izin,

pembayaran subsidi);

3) Pengenaan denda administrasi;

4) Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom)10

Menurut Philipus M. Hadjon bahwa penerapan sanksi merupakan langkah

represif untuk memaksakan kepatuhan. Sanksi merupakan salah satu instrumen

penegak hukum untuk memaksakan tingkah laku masyarakat merupakan bagian

yang melekat pada norma hukum tertentu. Sanksi dalam suatu norma hukum

diarahkan untuk menjamin adanya kepatuhan warga untuk melaksanakan kewajiban

sesuai patokan yang digariskan dalam norma hukum yang berlaku.11

Menurut Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

adalah Peraturan Perundang-ndangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. Selanjutnya

dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1

ayat (10) disebutkan peraturan daerah adalah Peraturan daerah Provinsi dan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota, penegasan selanjutnya bahwa peraturan daerah

ditetapkanoleh Kepala Daerah setelah mendapat prsetujuan bersama dengan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

10
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadja Mada University Press, Yogyakarta,
hlm 245
11
,Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Edisi Khusus, Surabaya, hlm 26

15
Jenis dan Hirarki Peraturan Perundang-undangan berdasarkan Pasal 7 ayat (1)

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah:

a) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c) Undang-undang/Peraturan Pemerintah penggantin Undang-undang;

d) Peraturan Pemerintah;

e) Peraturan Presiden;

f) Peraturan Daerah Provinsi; dan

g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Mayher dan Soekanto berpendapat bahwa hukum dapat efektif apabila

dipenuhi syarat-syarat:

a. Sumber dari hukum tersebut mempunyai wewenang (outhority) dan berwibawa

(prestigeful);

b. Hukum dijelaskan secara yuridis, filosofis dan sosiologis;

c. Penegakan hukum dapat dijadikan teladan bagi faktor kepatuhan terhadap hukum;

d. Diperhatikan faktor pengendapan hukum pada warga masyarakat;

e. Para penegak dan pelaksana hukum merasa dirinya terikat pada hukum yang

diterapkannya dan membuktikan dalam pola-pola perilakunya;

f.Sanksi-sanksi yang positif maupun negatif dapat dipergunakan untuk menunjang

pelaksanaan hukum;

g. Perlindungan yang efektif terhadap mereka yang terkena oleh aturan-aturan

hukum.12

12
Mayer Soekanto, Syarat-syarat Efektivitas Hukum, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm 175-176

16
Lebih lanjut menurut Soerjono Soekanto mengatakan bahwa efektivitas

hukum ditemukan oleh lima faktor yaitu:

1. Hukumnya, misalnya memenuhi syarat yuridis,sosiologis, dan filosofis;

2. Penegak hukumnya, betul-betul telah melakukan tugas dan kewajibannya

sebagaimana digariskan oleh hukum yang berlaku;

3. Fasilitasnya, prasarana yang mendukung dalam proses penegakan hukumnya;

4. Kesadaran hukum masyarakat, seperti tidak bertindak main hakim sendiri;

5. Budaya hukumnya, adanya budaya malu dan budaya rasa bersalah dengan tidak

melakukan ketentuan hukum yang berlaku.13

2.1.2. Pengertian Lalu lintas

Pengertian Lalu lintas, menurut Djajoesman bahwa secara harfia lalu lintas

diartikan sebagai gerak (bolak balik) manusia atau barang dari satu tempat ke tempat

lainnya dengan menggunakan sarana jalan umum.14

Sedangkan menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal

perjalanan di jalan dan sebagainya serta berhubungan antara sebuah tempat dengan

tempat lainnya.15

Sehingga dapat disimpulkan bahwa lalu lintas adalah gerak/pindahnya

manusia, hewan, atau barang dari satu tempat ke tempat lain di jalan dengan

menggunakan alat gerak. Alat gerak yang dapat digunakan untuk berpindah dari

satu tempat ke tempat yang lain, itu yang sering disebut sebagai kendaraan. Di

samping itu, kendaraan terbagi menjadi 2 jenis yaitu kendaraan bermotor dan
13
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm 178
14
Djajoesman HS, Grafik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 50
15
Poewadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 53

17
kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor yaitu kendaraan yang menggunkan

mesin untuk bisa berjalan. Contohnya sepeda motor, mobil, dan lain-lain. Sedangkan

kendaraan tidak bermotor yaitu kendaraan yang tidak menggunakan mesin untuk

bisa bergarak tetapi dengan cara menggunakan tenaga manusia atau hewan. Misalnya

andong, becak, dan lain-lain.

Di dalam Undang-undang No 22 Tahun 2009, Lalu lintas didefinisikan

sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedangkan yang

dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan

bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas

pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan

angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan

efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu

lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas,

perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian

arus di persimpangan.

1) Komponen Lalu lintas

Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai

pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan

kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan dikemudikan oleh pengemudi

mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan

perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan

yang memenuhi persyaratan geometrik.

a. Manusia sebagai pengguna

18
Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau

pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai kemampuan dan

kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi dll). Perbedaan-

perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan phisik dan psykologi,

umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca,

penerangan/lampu jalan dan tata ruang.

b. Kendaraan

Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang

berkaitan dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan

yang membutuhkan ruang lalu lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver

dalam lalu lintas.

c. Jalan

Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan

bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan

tersebut direncanakan untuk mampu mengalirkan aliran lalu lintas dengan

lancar dan mampu mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman,

sehingga dapat meredam angka kecelakaan lalu-lintas.

19
Komponen Sistem Lalu lintas

2) Manajemen Lalu lintas

Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan,

pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan

untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan

dilakukan antara lain dengan :

a. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau jaringan

jalan;

b. pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu;

c. penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan tertentu

dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda;

d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan

2.1.3.Pengaturan Lalu Lintas

Pengaturan Lalu Lintas merupakan tindakan awal yang perlu dilaksanakan

sedini mungkin oleh Polri sebelum situasi lalu lintas berubah/meningkat menjadi

kurang teratur.

20
Mengatur Lalu Lintas adalah memberitahukan kepada pemakai jalan tentang

bagaimana dan dimana mereka dapat bergerak atau berhenti, terutama pada saat ada

kemacetan atau keadaan darurat lainnya.16

2.1.4. Tujuan Pengaturan Lalu Lintas

a) Untuk mengendalikan arus lalu lintas supaya dapat berjalan tertib dan lancar

b) Untuk mengatasi kemacetan dan kepadatan lalu lintas di jalan umum

c) Sebagai usaha untuk mempengaruhi pemakai jalan untuk patuh dan taat terhadap

peraturan-peraturan lalu lintas

d) Untuk melakukan tindakan pertama di tempat kejadian kecelakaan lalu lintas

e) Untuk melaksanakan wewenang kepolisian umum di tempat tugasnya.17

2.1.5. Polisi Lalu lintas

Berdasarkan UU No 22 tahun 2002, definisi dari Kepolisian yang

tercantum dalam pasal 1 butir 1 yang berbunyi : “Kepolisian adalah segala hal ihwal

yang berkaitan dengan fungsi dan kelembagaan Polisi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan”. Sedangkan yang dimaksud dengan lalu lintas, menurut UU No

22 tahun 2009 pasal 1 ayat 2, adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas

jalan.

Dari tinjauan mengenai pengertian Polisi dan lalu lintas diatas, maka dapat

disimpulkan definisi dari Polisi Lalu Lintas, yaitu “bagian dari Kepolisian yang

diberi tugas mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat di bidang gerak

kendaraan dan orang di ruang lalu lintas. Dalam kaitannya dengan Polisi Lalu Lintas
16
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 134
17
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bntara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 135

21
sebagai objek persepsi dari pengguna lalu lintas, maka Polisi Lalu Lintas memiliki

beberapa aspek yang melekat pada dirinya, yaitu : Tugas, Kewajiban, Pelayanan, dan

Penampilan yang dia tunjukan kepada pengguna lalu lintas.

Di dalam berlalu lintas, seorang pengemudi dan Polisi Lalu Lintas tentunya

melakukan suatu interaksi sosial di antara keduanya. Seorang pengemudi ketika

berlalu lintas dituntut untuk patuh terhadap tata tertib lalu lintas dan Polisi Lalu

Lintas hadir sebagai pihak yang bertugas menjaga dan menegakan ketertiban

berlalu lintas di jalan raya. Dalam hubungan interaksi diantara keduanya tersebut,

tentu dengan sendirinya menimbulkan kesan atau persepsi tersendiri bagi masing-

masing pihak.

Pihak otoritas yang berwibawa dan memiliki kedekatan emosional yang

baik dapat meningkatkan perilaku ketaatan seseorang. Hal ini dapat terjadi juga

pada aktivitas berlalu lintas. Dalam berlalu lintas, seorang pengguna lalu lintas

dituntut untuk taat terhadap hukum tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Untuk

menegakan hukum tersebut ada pihak otoritas yang mengaturnya. Pihak otoritas

tersebut salah satunya adalah Polisi Lalu Lintas. Kewibawaan dan kemampuan

membangun hubungan sosial yang baik dari Polisi Lalu Lintas dapat

mempengaruhi perilaku ketaatan seoarang pengguna lalu lintas.

Dapat dikatakan bahwa, kewibawaan dan kemampuan membangun

hubungan sosial yang baik pada Polisi Lalu Lintas, merupakan beberapa bagian

dari informasi tentang karakterisitik yang ada pada seorang Polisi Lalu Lintas. Dari

informasi tersebut, seorang pengguna lalu lintas kemudian dapat membentuk kesan-

kesan tersendiri. Kesan-kesan inilah yang akan mempengaruhi perilaku ketaatan

dari pengguna lalu lintas. Apabila kesan yang diberikan adalah polisi lalu lintas

22
kurang berwibawa dan kurang mampu membangun hubungan sosial yang baik

maka perilaku ketaatan pengguna lalu lintas pun berkurang. Apabila perilaku

ketaatan pengguna lalu lintas berkurang maka sangat memungkinkan mereka dapat

melakukan pelanggaran hukum tentang Lalu Lintas.

Dari penjelasan tentang perilaku ketaatan di atas, maka dapat dilihat adanya

hubungan antara persepsi terhadap Polisi Lalu Lintas dengan pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan oleh pengguna lalu lintas. Semakin baik kesan yang diberikan

oleh pengguna lalu lintas terhadap pihak otoritas seperti Polisi Lalu Lintas maka

tingkat ketaatannya terhadap hukum tentang Lalu Lintas pun semakin tinggi sehingga

tidak melakukan pelanggaran lalu lintas. Begitu pun sebaliknya, semakin rendah

kesan yang diberikan oleh pengguna lalu lintas terhadap pihak otoritas seperti

Polisi Lalu Lintas maka tingkat ketaatannya terhadap hukum tentang Lalu Lintas

pun semakin rendah sehingga dapat melakukan pelanggaran lalu lintas.

2.1.6. Penegakan Hukum

Penegakan hukum menurut Biezeveld adalah pelaksanaan wewenang oleh

pemerintah untuk melaksanakan suatu aturan tertentu.Sedangkan penegakan hukum

menurut Jimly Assidiqie adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu

lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara

Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-

kaidah yang mantab dan mengejawantah dalam sikap tindak sebagai rangkaian

23
penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan

kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut,

memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga tampak lebih konkret.Penegakan

hukum dalam prosesnya untuk menyerasikan antara nilai, kaidah dan perilaku.

Penegakan Hukum Lalu Lintas adalah segalah usaha dan kegiatan yang

dilaksanakan dibidang Lalu Lintas, agar ketentuan perundang-undangan ditaati

oleh setiap pemakai jalan, dalam usaha menciptakan Kamtibcar Lantas.18

Penegakan Hukum Lalu Lintas (Police Traffic Law Enforcement) adalah

salah satu kegiatan dari fungsi kepolisian bidang lalu lintas yang merupakan

penjabaran kemampuan teknik profesional khas kepolisian yang dapat diartikan:

“adalah segalah kegiatan dan tindakan dari Polri dibidang lalu lintas agar Undang-

undang atau ketentuan Perundang-undangan lalu lintas lainnya ditaati oleh setiap

pemakai jalan, dalam usaha menciptakan KAMTIBCAR LANTAS”.

Dalam pelaksanaan penegakan hukum lalu lintas baik yang bersifat Preventif

maupun Represif, dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Pengaturan Lalu Lintas

2) Penjagaan/Pengawasan Lalu Lintas

3) Pengawasan Lalu Lintas

4) Patroli Lalu Lintas

5) Penindakan Pelanggran Lalu Lintas

6) Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas.19

18
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 107
19
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 134

24
2.1.7. Tugas Polisi Lalu lintas

Tugas Polisi Lalu Lintas sebagai salah satu unsur Polri, yang melaksanakan

segalah usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang pengendalian Lalu Lintas untuk

mencegah serta meniadakan gangguan, hambatan dan ancaman dibidang Lalu

Lintas, agar terjamin keamana, ketertiban serta kelancaran lalu lintas di jalan umum.20

Sesuai dengan pasal 7 Peraturan Kapolri No. 23 Tahun 2010, Satuan Lalu

lintas merupakan unsur pelaksana tugas pokok ditingkat polres. Selanjutnya lebih di

tegaskan dalam pasal 59 Peraturan Kapolri No. 23 Tahun 2010, dijelaskan bawha Satuan

Lantas sebagaimana dijelaskan bahwa :

1. Satuan Lantas merupakan unsur pelaksanaan tugas pokok yang berada dibawah

Kapolres.

2. Satuan Lantas bertugas Melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan

maysarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan pengemudi,

penyidikan masyarakat lalu lintas dan penegakan.

3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sat lantas

menyelenggarakan fungsi :

a. Pembinaan lalu lintas kepolisian;

b. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral,

Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;

c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum

dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalulintas

(Kamseltibcarlantas);

d. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta

pengemudi;

20
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 110

25
e. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan

kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin

Kamseltibcarlantas di jalan raya;

f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan;

g. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

2.1.8. Peranan Polisi Lalu Lintas

Dalam rangka menyelenggarakan fungsi Lantas Pol tersebut, Polantas

berperan sebagai:

1) Aparat Penegak Hukum terutama Perundang-Undangan Lalu Lintas dan

Peraturan pelaksanaannya.

2) Aparat Penyidik kecelakaan Lalu Lintas.

3) Aparat yang mempunyai wewenang mengatur/mengelola Lalu Lintas.

4) Aparat yang mempunyai wewenang kepolisian umum.

5) Aparat yang melaksanakan Pendidikan Lalu Lintas kepada masyarakat.

6) Menyelenggarakan Registrasi/Identifikasi Pengemudi dan Kendaraan Bermotor.

7) Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data tentang Lalu Lintas.21

2.1.9. Gambaran Umum Kondisi Lalu Lintas Di Wilayah Hukum Polsek Malaka

Tengah

Kabupaten Malaka berdiri pada tanggal 11 Januari 2013 dengan Betun

sebagai Ibu Kota Kabupatennya. Dalam struktur wilayah administrasi, Kabupaten

Malaka merupakan pemekaran dari Kabupaten Belu sesuai dengan Undang-undang

21
Drs. S.A. Soepardi, MM, Buku Pedoman Tugas Bintara Polri, Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, Jakarta,
hlm 111

26
No 3 Tahun 2013. Berdasarkan data dari bagian Pemerintah Desa Setda Kabupaten

Malaka, Kabupaten Malaka memiliki 12 kecamatan yang terdiri dari 127 Desa.

Menurut data yang ada luas keseluruhan Kabupaten Malaka adalah 116.063,0 Ha

(92,06 %), dengan luas kecamatan malaka tengah adalah 59.958 Ha. Sedangkan

panjang jalan Kabupaten Malaka adalah 331,90 km dan lebar jalan 6 meter, dengan

panjang jalan kecamatan malaka tengah adalah 80,7 km.

Kecamatan Malaka Tengah merupakan salah satu kecamatan yang berada

sejajar dengan kecamatan lain di wilayah Kabupaten Malaka. Secara geografis

batas-batas wilayah kecamatan malaka tengah adalah sebagai berikut: Sebelah

utara kecamatan malaka timur, sebelah selatan kecamatan malaka barat, sebelah barat

kecamatan weliman, sebelah timur kecamatan kobalima. Penduduk masyarakat

malaka tengah menjadi salah satu modal dasar pembangunan wilayah kecamatan

malaka tengah karena sebagai pelaku utama sekaligus pengguna dari hasil-hasil

pembangunan yang ada. berikut akan di jelaskan jumlah penduduk di wilayah hukum

kecamatan malaka tengah menurut jenis kelamin dalam tiga tahun terakhir yaitu dari

tahun 2014-2016.

Tabel 1.
Jumlah Penduduk Kecamatan Malaka Tengah
Menurut Jenis kelamin Tahun 2014-2016
No
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
.
1. 2014 17.068 17.926 34.994
2. 2015 17.357 18.112 35.469
3. 2016 17.540 18.329 35.869
Sumber: BPS Nusa Tenggara Timur Tahun 2017

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk kecamatan

malaka tengah pada tahun 2014 mencapai 34.994 jiwa yang terdiri dari laki-laki

sebanyak 17.068 jiwa dan perempuan sebanyak 17.926 jiwa. Jika dibandingkan

27
dengan tahun sebelumnya dapat dilihat pada tahun 2016 jumlah penduduk

kecamatan malaka tengah mengalami peningkatan mencapai 35.869 jiwa yang terdiri

dari laki-laki sebanyak 17.540 jiwa dan perempuan sebanyak 18.329 jiwa

Polsek Malaka Tengah terletak di Kota Betun Ibu Kota Kabupaten Malaka.

Sebagai Ibu Kota Kabupaten Malaka kota Betun merupakan pusat keramaian lalu

lintas bagi masyarakat Kabupaten Malaka yang meliputi 12 kecamatan. Kota betun

juga merupakan titik strategis bagi lalu lintas antar beberapa kabupaten disekitarnya

yaitu Kabupaten Belu, Kabupaten TTU, Kabupaten TTS, bahkan Kabupaten Kupang

dan Kota Kupang.

Kondisi kota betun dalam Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah yang

strategis dan merupakan pusat keramaian ini sering memicu terjadinya

pelanggaran-pelanggaran lalu lintas. Hal lain yang berpengaruh terhadap

kecenderungan terjadinya pelanggaran lalu lintas yaitu ketersediaan sarana dan

prasarana penegakan aturan lalu lintas yang belum memadai. Selain itu jumlah

personil polisi lalu lintas dan fasilitas yang tersedia saat ini masih sangat

terbatas, sesuai data yang diperoleh dari Polsek Malaka Tengah jumlah personil

polisi lalu lintas yang bertugas di wilayah hukum polsek malaka tengah sebanyak

tiga orang yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2.
Jumlah Polisi Lalu Lintas di Wilayah
Hukum Polsek Malaka Tengah Tahun 2017
N Nama NRP Pangkat
o
1. Agus Basuki, SH 80120736 Bripka
2. Yohanes Tahu 80060929 Bripka
3. Ari Kevanto 85110907 Brigadir
Sumber: Polsek Malaka Tengah Tahun 2017

28
Kondisi keterbatasan personil dan fasilitas ini tentunya menjadi

penghambat dalam penegakan aturan lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek

Malaka Tengah. Seperti yang diketahui bahwa keterbatasan personil anggota polisi

lalu lintas ini menyebabkan petugas kesulitan dalam membagi waktu dan tenaga

pada saat bertugas menangani keadaan lalu lintas di wilayah hukum polsek malaka

tengah. Dapat digambarkan pula bahwa jenis kendaraan yang melintas di Wilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah meliputi kendaraan roda dua, roda empat, dan atau

lebih. Populasi kendaraan bermotor cenderung meningkat secara drastis seiring

pertumbuhan ekonomi kabupaten malaka sebagai sebuah daerah otonomi baru.

Berikut peneliti akan menjelaskan mengenai jumlah kendaraan dari Tahun 2014-

2016 di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah menurut hasil penelitian yang

diperoleh Polsek Malaka Tengah.

Tabel 3.
Jumlah Kendaraan Menurut Jenisnya di Wilayah Hukum
Polsek Malaka Tengah Tahun 2014-2016
Tahun
No Jenis Kendaraan
2014 2015 2016
1 Mikrolet/Bemo 30 36 48
2 Bus 27 31 37
3 Truk, Pick Up, Tangki 22 34 45
4 Ambulance 4 7 9
5 Sepeda Motor 160.184 260.789 326.736
Sumber : Polsek Malaka Tengah Tahun 2017

Dari data jumlah kendaraan di atas yang diperoleh dari Polsek Malaka Tengah

dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah kendaraan baik itu kendaraan roda dua

atau kendaraan roda empat atau lebih di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

semakin bertambah jumlah setiap tahun. Baik itu kendaraan jenis mikrolet, bus, truck,

pick up, tangki, ambulance dan sepeda motor. Dimana sepeda motor berada pada

posisi jumlah terbanyak yang meningkat drastis setiap tahunnya, seperti yang

29
diketahui bahwa dalam tiga tahun terakhir yaitu tahun 2016 jumlah kendaraan sepeda

motor sebanyak 326.736.

2.2. Kerangka Berpikir

Efektivitas Penegakan
Aturan
30
Lalu Lintas
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
alinea ke-4
Gambar 1.
Skema Kerangka Berpikir
Dalam melihat efektivitas penegakan aturan lalu lintas terdapat beberapa peraturan

perundang-undangan yang mengatur adanya pelangaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

masyarakat atau pengguna jalan di antaranya pembukaan UUD 1945 aline ke-4, UU

Republik Indonesia No 28 tahun 1997 tentang kepolisian NKRI, dan UU No 14 tahun 1992

tentang lalu lintas. Namun terdapat pula faktor-faktor penghambat dalam penegakan aturan

lalu lintas seperti salah satu diantaranyannya kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dalam

mematuhi peraturan lalu lintas, sehingga solusi terbaik sangat diperlukan dalam mencapai

efektivitas penegakan aturan lalu lintas sesuai yang diharapkan.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

31
3.1 Pelanggaran Lalu Lintas yang dilakukan oleh Pengendara/Pengemudi di Wilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan oleh pengendara atau pengguna jalan yaitu sebagai berikut:

1. Tidak memiliki kelengkapan berkendara

Pengendara atau pengemudi sendiri tidak memiliki kesadaran dalam

kelengkapan berkendara seperti tidak memakai Helm saat berkendara tidak

memiliki SIM atau STNK. Dikalangan masyarakat SIM, STNK, dan Helm ini

sangat penting untuk mencegah serta menjauhkan si pengendara atau masyarakat

dari laka lantas dan pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud. akan tetapi hal itu

sangat disayangkan kerena tidak adanya kesadaran dari masyarakat sendiri akan

hal itu, sehingga mengakibatkan laka lantas dan pelanggaran seringkali terjadi di

wilayah hukum polsek malaka tengah meskipun sudah dilakukan berbagai upaya

oleh polantas setempat.

2. Kurangnya kesadaraan pengguna jalan untuk lebih berhati-hati dalam berkendara

Misalnya seorang pengendara motor sering mencari cela di antara

kendaraan lain pada saat terjadi macet di jalan raya, tanpa ia sadari perilaku si

pengendara yang lain ada di belakangnya atau di sekitarnya. Sikap atau perilaku

semacam ini dapat memicu terjadi pelanggaran dan laka lantas yang sangat tidak

diinginkan.

3. Mengaplikasikan handphone pada saat berkendara

32
Tindakan ini juga dapat membahayakan si pengendara tersebut karna

dengan si pengendara fokus mengaplikasikan handphone genggam yang di

milikinya, maka si pengendara kurang memperhatikan jalan atau kendaraan yang

ada di sekitarnya. Tindakan ini juga sangat disayangkan apabila dapat menimbulkan

terjadinya kecelakaan lalu lintas bahkan sampe merenggut nyawa si pengguna

jalan, baik itu si pelaku pelanggaran lalu lintas bahkan orang atau pengguna

jalan di sekitar pelaku.

4. Kendaraan yang tidak layak di pergunakan

Kendaraan merupakan salah satu faktor yang secara langsung terlibat

dalam dinamika lalu lintas di jalan raya dengan di kendalikan oleh manusia, tetapi

masyarakat di wilayah hukum polsek malaka tengah tidak memperdulikan

kondisi kendaraan yang digunakan, terkait dengan kondisi ban yang sudah tidak

layak pakai, rem tidak berfungsi, tidak adanya lampu rem, dan plat nomor

kendaraan, mesin yang tidak lagi di layak fungsikan tetapi masih saja di

fungsikan secara paksa dan mengakibatkan kecelakaan, karena peralatan yang

seharusnya di ganti tapi tidak di perdulikan oleh si pemilik kendaraan tersebut

sehingga terdapat pelanggaran dan mengakibatkan kecelakan. Hal ini selain

membahayakan si pelaku pelanggaran lalu lintas tetapi juga sangat

membahayakan orang lain atau pengguna jalan lainnya yang sedang berkendara

atau berjalan kaki.

Seperti yang dikatakan Bripka Agus Basuki selaku Kanit Lantas Polsek

Malaka Tengah mengatakan bahwa: “faktor kendaraan merupakan hal yang tidak

kalah penting di dalam berlalu lintas namun terkadang masyarakat kurang

mempunyai rasa kepedulian terhadap keamanan berkendara hal ini terlihat dari

33
bagaimana cara masyarakat merawat kendaraan. Dari hasil operasi lalu lintas yang

dilakukan oleh satuan kami banyak ditemukan masyarakat yang menggunakan

kendaraan tanpa melengkapi dengan komponen-komponen kelengkapan kendaraan

seperti lampu rem, kaca spion, ban yang sesuai standar dan yang lainnya”22.

5. Serta tindakan ceroboh yang sering di lakukan oleh masyarakat

Yaitu ugal-ugalan di jalan yang dilakukan oleh masyarakat dan tindakan

ceroboh lainnya yang dilakukan oleh masyarakat seperti kendaraan roda dua

bonceng tiga orang atau kendaraan roda empat atau lebih yang melakukan

muatan yang berlebihan. Hal ini seringkali dilakukan oleh masyarakat yang tidak

memiliki kesadaran atas keselamatan di jalan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang tukang ojek sdr

Manek mengatakan bahwa: “sebagai seorang tukang ojek saya juga tidak mau

untuk membonceng penumpang lebih dari satu orang, tetapi saya terpaksa

melakukan karana permintaan dari penumpang ojek, karena berteman/bersaudara,

sehingga mereka tidak mau untuk numpang ojek yang berbeda”.23

Seharusnya masyarakat memiliki mental mentaati peraturan perundang-

undangan lalu lintas tanpa adanya paksaan karena hal ini dapat mengurangi angka

kecelakaan lalu lintas khususnya di wilayah hukum polsek malaka tengah, tetapi

kebanyakan masyarakat cenderung taat pada peraturan lalu lintas ketika ada

petugas Polantas yang bertugas, bukan karena kemauannya sendiri atau

kesadarannya sendiri dalam mentaati peraturan lalu lintas melainkan adanya

ketakutan pada adanya operasi lalu lintas ataupun sanksi. Hal ini membuktikan

22
Wawancara 28 Juni 2017
23
Wawancara 29 Juli 2017

34
bahwa keasadaran masyarakat di wilayah hukum polsek malaka tengah terhadap

peraturan lalu lintas masih sangat kurang.

Berdasarkan Hasil wawancara dengan salah seorang sopir bus Bapak

Klaran mengatakan bahwa: “Muatan penumpang yang syarat terjadi pada saat

liburan sekolah dan hari-hari raya, walaupun kami sebagai pengemudi

mengatakan bahwa penumpang sudah full tidak ada lagi tempat atau kursi

untuk duduk tetapi dari masyarakat pengguna jasa angkutan bus antar propinsi

mereka memaksakan diri untuk naik atau numpang, walaupun bergantungan atau

berdiri”24

Di dalam Undang -undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 316, pelanggaran lalu lintas dibagi

atas dua yaitu pelanggaran dan kejahatan.

Secara umum ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal pada Pasal 316 Ayat 1

tersebut merupakan indikator pelanggaran lalu lintas yang kemudian dapat peneliti

golongkan menjadi jenis perilaku pelanggaran yaitu ringan, sedang atau berat.

Pengklasifikasian tingkat pelanggaran tersebut didasarkan pada sanksi pidana dan

jumlah denda yang ditanggung pelanggar. Sehingga berikut ini peneliti akan

menjelaskan klasifikasi tingkat pelanggaran berdasarkan sanksi pidana dan jumlah

denda yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.
24
Wawancara 29 Juli 2017

35
Klasifikasi Pelanggaran Lalu Lintas menurut
Ketentuan Pidana di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah
No
Rentangan Pidana Kategori/Interpretasi
.
1. 6 Bulan - 1 Tahun ke atas atau Pelanggaran Berat

Rp. 1.500.000,00 ke atas


2. 3 Bulan – 6 Bulan atau Pelanggaran Sedang

Rp. 750.000.00 – 1.500.000.00


3. 15 Hari – 3 Bulan atau Pelanggaran Ringan

Rp. 100.000.00 – 750.000.00


Sumber : Polsek Malaka Tengah 2017

Berdasarkan tabel di atas data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu di

polsek malaka tengah merupakan data mengenai klasifikasi pelanggaran lalu lintas

menurut ketentuan pidana di wilayah hukum polsek malaka tengah. Dapat dilihat

bahwa terdapat tiga kategori jenis pelanggaran dimana masing-masing dengan

ketentuan pidana serta sanksi ganti rugi dari setiap tingkat pelangggaran, antara lain

pelanggaran berat, pelanggaran sedang dan pelanggaran ringan dengan ketentuan

pidana masing-masing yang ada pada tabel.

Berbicara tentang pelanggaran yang terjadi di wlayah hukum polsek

malaka tengah, maka untuk mengetahui jumlah pelanggaran lalu lintas di

wilayah hukum polsek malaka tengah berikut ini penulis akan menganalisa data

yang diperoleh dari Polsek Malaka selama kurung waktu tiga tahun terakhir

yaitu dari tahun 2014-2016 sebagai berikut

Tabel 5.
Pelanggaran Lalu Lintas di Wilayah Hukum
36
Polsek Malaka Tengah Tahun 2014 - 2016

No Tahun Tilang Teguran Jumlah

1 2014 322 915 1237


2 2015 189 596 785
3 2016 249 308 557
Sumber : Polsek Malaka Tengah Tahun 2017

Dari data pelanggaran di atas dapat dilihat bahwa pada satu sisi

menunjukan jumlah angka pelanggaran yang ditilang cenderung meningkat

drastis pada tahun 2014 sebanyak 322 kasus, tetapi kembali mengalami keringanan

pada tahun 2015 dengan jumlah sebanyak 189 kasus, namun hal tersebut sangat

disayangkan karena jumlah angka pelanggaran yang ditilang kembali mengalami

peningkatan pada tahun 2016 sebanyak 249 kasus. Hal ini menggambarkan

bahwa masih banyak pelanggaran lalu lintas yang terjadi di wilayah hukum

polsek malaka tengah, dan pelangaran-pelanggaran tersebut masih saja terjadi

karena tidak ada kesadaran dari masyarakat akan tertib berlalu lintas serta

pengetahuan masyarakat yang masih kurang terhadap peraturan lalu lintas

yang baik dan benar. Meskipun telah dilakukan upaya penegakan aturan lalu

lintas oleh polisi lalu lintas di wilayah hukum Polsek Malaka Tengah. Deskripsi

diatas mengindikasikan bahwa masih terdapat berbagai masalah dalam penegakan

aturan lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah. Ada juga masalah-

masalah yang masyarakat lakukan berupa pelangggaran tidak memiliki SIM

dan Helm seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 6.
Jumlah Masyarakat yang tidak memiliki SIM dan Helm
di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah Tahun 2014-2016

37
No Tahun Helm SIM Jumlah
.
1. 2014 289 198 487
2. 2015 236 164 400
3. 2016 268 183 451
Sumber: Polsek Malaka Tengah Tahun 2017

Berdasarkan data di atas yang diperoleh dari Polsek Malaka Tengah dapat

dilihat bahwa jumlah masyarakat yang tidak memiliki SIM dan Helm pada

Tahun 2016 kembali mengalami peningkatan sebanyak 451 dibandingkan dengan

Tahun 2015 sebanyak 400. Dari masalah yang ada dapat dilihat bahwa tingkat

kesadaran masyarakat masih sangat rendah terhadap tertib berlalu lintas, jika

dilihat dari jumlah yang cukup tinggi tersebut menggambarkan bahwa

masyarakat di wilayah hukum polsek malaka tengah tidak peduli akan

keamanan dan keselamatan berkendara serta sikap cuek masyarakat yang

cukup tinggi untuk mengurus kepemilikan SIM.

Oleh karena itu untuk dapat menekan angka pelanggaran lalu lintas,

wilayah hukum Polsek Malaka Tengah perlu melakukan pembenahan dari sisi

fasilitas pendukung penegakan aturan lalu lintas seperti pelayanan pembuatan

SIM, perpanjangan STNK, pemasangan Trafik Light, pemasangan rambu-rambu

lalu lintas serta penambahan kendaraan operasional polisi lalu lintas roda dua

dan roda empat. Polsek Malaka Tengah juga perlu memakai metode penegakan

aturan lalu lintas selain tilang yaitu melakukan sosialisasi tentang tertib berlalu

lintas agar masyarakat lebih memahami pengetahuan tentang tertib berlalu lintas

yang baik.

Ada pula data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di

Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Polsek Malaka Tengah, penulis memperoleh

data kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas) yang terjadi dalam wilayah hukum

38
Polsek Malaka Tengah selama tiga tahun terakhir dari tahun 2014-2016, jumlah

laka lantas menunjukan angka peningkatan terutama pada tahun 2016.

Berikut ini data-data pelanggaran lalu lintas yang terjadi selama tiga tahun

terakhir dalam Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah, (data diambil pada

tanggal 26 juni 2017), tahun 2014 tercatat 8 jumlah laka lantas, tahun 2015

tercatat 8 jumlah laka lantas, dan tahun 2016 laka lantas terjadi di wilayah

hokum polsek malaka tengah kembali mengalami peningkatan dari tahun 2014

yakni tercatat 11 kasus.

Pelaku dalam kasus laka lantas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

berasal dari latar belakang profesi yang berbeda-beda, berikut ini data tentang

latar belakang profesi pelaku tindak pidana pelanggaran lalu lintas di Wilayah

Hukum Polsek Malaka Tengah.

Tabel 7.
Profesi Pelaku Laka Lantas
Tahun
No Profesi Pelaku Pelanggaran Jumlah
2014 2015 2016
1 Pegawai Negeri Sipil 2 1 2 5
2 Karyawan / swasta 1 2 2 5
4 Pelajar 1 1 2 4
5 Pengemudi 4 4 5 12
Sumber : Satuan Lantas Polsek Malaka Tengah 2017

Data di atas dapat kita lihat bahwa pegawai negeri sipil pada tahun 2014

ada 2 pelaku laka lantas, pada tahun 2015 terjadi penurunan sebanyak 1 kasus dan

tahun 2016 meningkat lagi menjadi 2 kasus, total kecelakaan lalu lintas pada tahun

2014-2016 yang pelakunya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil adalah 5 kasus.

Karyawan swasta pada tahun 2014 tercatat 1 kasus, pada tahun 2015 terjadi

peningkatan sebanyak 2 kasus, dan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 2 kasus, total

kecelakaan lalu lintas pada tahun 2014-2016 yang pelakunya berprofesi sebagai

39
karyawan swasta adalah 5 kasus. Pelajar pada tahun 2014 tercatat 1 kasus, pada

tahun 2015 terdapat 1 kasus dan pada tahun 2016 terjadi peningkatan menjadi 2

kasus kecelakaan, jumlah laka lantas yang pelakunya berprofesi sebagai pelajar dari

tahun 2014-2016 adalah 4 kasus. Pengemudi pada tahun 2014 tercatat 4 kasus, pada

tahun 2015 terdapat 4 kasus dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 5 kasus

kecelakaan, total laka lantas yang dilakukan oleh pengemudi dari tahun 2014-2016

adalah 12 kasus.

Data dalam tabel tersebut di atas menunjukan jenis profesi dari para pelaku

laka lantas di daerah Hukum Polsek Malaka Tengah, dari data dalam tabel tersebut

dapat kita lihat bahwa pengemudi yang paling banyak menjadi pelaku laka lantas

khususnya di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah dalam jangka waktu tiga

tahun terakhir sebanyak 12 kasus.

Dari hasil wawancara Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas (KANIT

LAKA) Bripka. Agus Basuki mengatakan bahwa kendaraan bermotor roda 2 (dua)

adalah kendaraan yang mendominasi pelanggaran lalu lintas yang terjadi di

Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah selama kurun waktu tiga tahun terakhir

hal ini disebabkan jumlah sepeda motor memang lebih banyak dibandingkan

dengan jenis kendaraan lainnya, di samping itu pengendara sepeda motor juga

adalah pengendara yang memang kurang disiplin dalam berlalu lintas sehingga

setiap dilakukan operasi tertib lalu lintas oleh petugas Sat Lantas Polsek Malaka

Tengah maka akan banyak pengendara kendaraan sepeda motor yang terjaring

mulai dari tidak memiliki SIM, tidak membawa STNK, tidak menggunakan

Helm, dan jenis pelanggaran yang lainnya.25

25
Wawancara 28 Juni 2017

40
3.2 Faktor-faktor Penghambat Penegakan Aturan Lalu Lintas di Wilayah Hukum

Polsek Malaka Tengah

Mengenai faktor-faktor apa saja penghambat penegakan aturan lalu lintas di

wilayah hukum polsek malaka tengah akan dijelaskan sebagai berikut:

41
1. Kurangnya personil polisi lalu lintas

Kurangnya personil polisi lalu lintas merupakan salah satu penghambat

penegakan aturan lalu lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah. di polsek

malaka tengah hanya terdapat tiga polisi lalu lintas sehingga mereka sulit untuk

mengatur masyarakat yang tidak taat terhadap peraturan lalu lintas tersebut.

Karena jumlah masyarakat malaka tengah yang cukup banyak, polisi lalu lintas

sulit untuk membagi tugas dalam menangani pengendara yang tidak taat berlalu

lintas apa lagi disaat keramaian hari pasar, hari-hari raya, dan lainya.

Hal ini juga di pertegas oleh Brigadir. Ari Kevanto yang mengatakan bahwa :

“faktor penghambat dalam penegakan aturan lalu lintas di wilayah hukum polsek

malaka tengah ini karena kami kekurangan personil sehingga sulit untuk

membagi tugas dalam titik-titik keramaian yang biasa terdapat pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat”26

2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menaati peraturan lalu lintas

Masyarakat malaka tengah kebanyakan belum atau kurang dalam menaati

peraturan lalu lintas yang diterapkan. Minimnya kesadaran atau pengetahuan

masyarakat mengenai peraturan lalu lintas inilah yang membuat banyak

pelanggaran dan banyak kecelakan yang terjadi di wilayah hukum polsek malaka

tengah. Walaupun sudah di tilang atau di berikan sanksi oleh Satuan Lantas

tapi masyarakat masih saja melakukan kesalahan yang sama. Ini pun menyangkut

sifat manusia yang berbeda-beda, tingkat pendidikan dan tingkat kesadaran

sehingga masyarakat merasa sulit bahkan tidak mau menaati peraturan lalu lintas

walaupun sudah diberikan teguran oleh Satuan Lantas Malaka Tengah.

26
Wawancara 28 Juni 2017

42
Hal ini juga di pertegas oleh Briadir. Ari Kevanto yang mengungkapkan

bahwa : “Dari hasil operasi di jalan yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas

terbesar adalah faktor dari masyarakat sendiri. Itu disebabkan karena kurangnya

pengetahuan tentang lalu lintas, seperti dapat dicontohkan kebanyakan orang yang

saat ini lebih suka membeli SIM dari pada mengikuti tes”27

3. Minimnya sarana dan prasarana

Tidak adanya rambu-rambu lalu lintas merupakan salah satu faktor

penghambat dalam penertiban lalu lintas di wilayah hukum polsek malaka tengah,

karena masyarakat lebih leluasa memarkirkan kendaraannya di sembarangan

tempat, sehingga menimbulkan kemacetan dan kecelakan yang dapat merugikan

banyak pihak ketika memarkirkan kendaraanya di sembarang tempat atau di atas

jalan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bripka Yohanes Tahu, mengatakan

bahwa: “pelanggaran terkait faktor sarana dan prasarana biasanya terjadi

dikarenakan kurangnya prasarana jalan yang meliputi rambu-rambu lalu lintas,

alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengawasan dan pengamanan jalan, dan

fasilitas pendukung lainnya terkait kegiatan lalu lintas. Bahkan sampai saat ini

pelanggaran terkait faktor jalan belum berkurang karena rambu lalu lintas

maupun alat pemberi isyarat yang belum juga memadai”28

Begitu pula dengan prasarana berupa pembuatan SIM, perpanjangan STNK,

salah satu masyarakat tidak mempunyai SIM atau malas dalam melakukan

perpanjangan STNK, karena beralasan buta huruf dan tidak tersediahnya sarana

27
Wawancara 28 Juni 2017
28
Wawancara 29 Juli 2017

43
dan prasarana dalam menangani pembuatan SIM dan STNK tersebut di wilayah

hukum polsek malaka Tengah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pelanggar lalu lintas

Bapak Atanasius Tahu, mengungkapkan bahwa: “selama saya menjadi tukang

ojek, saya tidak memiliki SIM karena beberapa alasan, sebagai warga negara

indonesia yang baik sekaligus masyarakat penguna jalan saya juga ingin

memiliki SIM sebagai syarat untuk mengemudikan kendaraan bermotor, tetapi

terkendala karena saya seorang buta huruf tidak bisa baca tulis, hal itu lah yang

menjadi alasan penghambat yang menyebabkan saya tidak memiliki SIM, karena

ketika mengurus SIM harus melalui beberapa tahapan yaitu tes tulis dan praktek

sehingga saya meminta supaya ada kebijakan kepada kami yang tidak sekolah atau

memiliki kekurangan-kekurangan tertentu seperti ini.”29

Hal ini dipertegas oleh seorang masyarakat Bapak Fergi Malaikosa

mengatakan bahwa: ”sudah tiga tahun SIM saya tidak di perpanjang karena

tempat pengurusan SIM sangat jauh, yaitu di Polres Belu Atambua sehingga saya

sangat mengharapkan kepada pihak Sat Lantas Polsek Malaka Tengah untuk

memfasilitasi beberapa kekurangan yang ada agar pembuatan SIM di lakukan di

wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah”30

3.3 Cara Menanggulangi terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas di Wilayah Hukum

Polsek Malaka Tengah.

Jajaran aparat Polisi Lalu Lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

membentuk tim khusus yang dinamakan Satlantas yang bertugas membantu dalam

mengatasi berbagai masalah lalu lintas, adapun cara efektif yang dilakukan

Satlantas dalam bertugas dengan cara menggelar patroli lalu lintas. Patroli lalu lintas
29
Wawancara 28 Juni 2017
30
Wawancara 28 Juni 2017

44
adalah suatu kegiatan perondaan yang dilakukan pada ruas jalan tertentu dengan

tujuan untuk melakukan pengawasan terhadap arus lalu lintas dan aktivitas masyarakat

pemakai jalan guna menumbuhkan dampak penangkalan bagi pemakai jalan,

menemukan dan menindak pelanggaran lalu lintas serta memberikan perlindungan dan

pelayanan bagi masyarakat yang mebutuhkan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti persiapan yang

dilakukan patrol lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah adalah

meliputi kelengkapan perorangan dan kelengkapan kendaraan. Kelengkapan

perorangan meliputi: surat-surat pengenal identitas perorangan, surat perintah

tugas, tilang, buku atau kertas catatan, senjata organik perorangan beserta

kelengkapan pendukung antara lain borgol, tongkat polisi, jas hujan, dan peluit.

Sedangkan kelengkapan kendaraan meliputi kendaraan roda dua yang terdiri dari

rotator, sirine, dan helm. Kendaraan roda empat terdiri dari surat-surat kendaraan,

ban cadangan, senjata api, segitiga pengaman, dan buku patroli.

Jenis patrol lalu lintas ada dua macam yaitu operasi rutin dan operasi khusus.

Operasi rutin kepolisian bidang lalu lintas diarahkan terhadap sasaran rutin yang telah

dirumuskan dalam program dan anggaran Polri yang diselenggarakan sepanjang

tahun oleh seluruh kekuatan operasional Polri bidang lalu lintas yang tergelar diseluruh

kewilayahan dan kesatuan fungsi lalu lintas. Sedangkan operasi khusus adalah operasi

khusus dilaksanakan apabila gangguan kelancaran lalu lintas di Wilayah Hukum

Polsek Malaka Tengah atau wilayah tertentu yang dianggap cukup meresahkan dan

dianggap perlu31

Waktu patroli dilaksanakan jam padat arus lalu lintas sesuai dengan anatomi

karakteristik kerawanan bidang lalu lintas seperti hari pasar, hari raya, jam padat

arus pemberangkatan bus antar propinsi. Di dalam melaksanakan patroli lalu lintas,
31
Hasil Observasi 29 Juni 2017

45
jajaran Satlantas selalu berupaya melakukan sesuatu dengan sistematis dan terpadu

serta terencana supaya tercapai tujuan dan sasaran.

Aparat Polantas dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi kendala-

kendala seperti kurangnya mobil untuk melakukan patroli lalu lintas, waktu akan

operasi biasanya ada yang memberitahu bahwa akan ada operasi oleh polisi,

pelanggar lalu lintas yang akan ditilang ada yang melarikan diri.

Seperti yang dikatakan oleh Brigadir Yohanes Tahu mengungkapkan

bahwa:“Dalam melaksanakan tugas polisi sering menghadapi kendala-kendala,

berbagai macam kendala di antaranya: pelanggar susah diajak kerja sama, pada

waktu operasi pengendara biasanya langsung berbalik arah atau bahkan melarikan

kendaraannya secepat mungkin untuk menghindari operasi sehingga membuat

polisi sedikit mengeluarkan tenaga dan mengejarnya. Selain itu, pada waktu operasi

berlangsung kadang ada pengendara yang malas-malasan menunjukan surat-

suratnya ke aparat. Hal-hal tersebut yang membuat kendala bagi aparat dalam

menjalankan tugasnya”32

Dalam usaha meningkatkan efektivitas penegakan aturan lalu lintas di

wilayah hukum polsek malaka tengah , Aparat Polantas juga melakukan sosialisasi

mengenai pemahaman lalu lintas, baik dalam kalangan masyarakat ataupun dalam

lembaga pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA dengan tujuan agar masyarakat

lebih mendapatkan pengetahuan mengenai tertib berlalu lintas untuk mewujudkan

masyarakat di wilayah hukum polsek malaka tengah yang sadar akan hukum berlalu

lintas.
32
Wawancara 31 Juni 2017

46
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah

disebabkan adanya masyarakat atau pengguna jalan yang tidak memiliki

kelengkapan berkendara, kurangnya kesadaran masyarakat atau pengguna jalan

untuk lebih berhati-hati dalam berkendara, masyarakat seringkali terlihat

47
mengaplikasikan handphone pada saat berkendara, adapun kendaraan-kendaraan

yang tidak layak/pantas dipergunakan namun dipaksakan oleh masyarakat yang

dapat membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain, serta ugal-ugalan di

jalan yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab dan tindakan

ceroboh berbahaya lainnya.

2) Dalam melaksanakan tugasnya polisi sering mengalami kendala-kendala yang

menjadi faktor penghambat penegakan aturan lalu lintas di Wilayah Hukum

Polsek Malaka Tengah, diantaranya sebagai berikut kurangnya personil polisi lalu

lintas, kurangnya kesadaran masyarakat dalam mentaati peraturan lalu lintas, serta

minimnya sarana dan parasarana di wilayah hukum polsek malaka tengah.

3) Upaya yang dilaksanakan Polisi Lalu Lintas dengan cara menggelar patroli lalu

lintas, polanya meliputi patroli dalam kota menurut sifat tugasnya patroli lalu

lintas dilakukan secara mandiri dan gabungan. Pelaksanaan patroli lalu lintas

dilaksanakan pada hari pasar, hari raya, jam padat arus pemberangkatan bis atau

kendaran lainnya. Ada pula sosialisasi yang dilakukan aparat polantas baik dalam

kalangan masyarakat dan lembaga pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1) Perlu penambahan personil Anggota Satuan Lantas di Wilayah Hukum Polsek

Malaka Tengah, dan kelengkapan penunjang pelaksanaan penertiban Lalu

Lintas.

48
2) Bagi masyarakat atau pengguna jalan perlu memiliki sikap kesadaran

hukum berlalu lintas pada setiap diri pengguna jalan atau pengendara demi

tercapainya kondisi aman, lancar, tertib dan selamat di jalan raya.

3) Di harapkan untuk segala kekurangan dapat diperhatikan dan dilengkapi baik

dalam kekurangan, sarana dan prasarana demi mendukung dan menunjang

penegakan aturan lalu lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah.

4) Di harapakan untuk personil anggota lalu lintas lebih meningkatkan kerja

sama baik antar personil maupun masyarakat dalam mengatur keadaan lalu

lintas di Wilayah Hukum Polsek Malaka Tengah dalam mewujudkan tertib

berlalu lintas yang dingingkan.

Daftar Pustaka

Allot Antony, 2004. The Limit of Law. London: Butterwort & Co

Djajoesman HS, 1976. Grafik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: PT. Balai Pustaka

S.A. Soepardi, 1998. Buku Pedoman Tugas Bintara Polri. Jakarta: Lembaga Pendidikan dan
Latihan Polri

49
Fachrudin Irfan, 2004. Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah.
Bandung: PT. Alumni

Hans Kelsen, 2004. General Theory of Law & State. New York: Russells & Russells

Laurance M. Friedman, 1979. The Legal System. New York: Russells Sage

Mayer Soekanto, 1998. Syarat-syarat Efektivitas Hukum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Philipus M. Hadjon, 1990. Pengantar Hukum Perizinan. Surabaya: PT. Yuridika

, 2002. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yokyakarta: Gadjha


Mada University Press

,2002. Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia.Surabaya: PT.


Edisi Khusus

Poerwadarminto, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka

Soerjono Soekanto, 2004. Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

,1985. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali

, 1985. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada
Satjipto Rahardja, 2002. Negara Hukum yang Membahagiakan Masyarakat. Yogyakarta: PT.
Genta Publishing

Dokumen:

Pembukaan UUD Tahun 1945 alinea ke-4

Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

50
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 310 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 8 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan

Undang-undang No. 12 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 10 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Pasal 7 Ayat 1 tentang Jenis dan Hirarki Peraturan
Perundang-undangan

Undang-undang No. 22 Tahun 2002 Pasal 1 butir 1 tentang Kepolisian

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 2 tentang Lalu Lintas

Peraturan Kapolri No 23 Tahun 2010 Pasal 7 tentang Satuan Lalu Lintas

Peraturan Kapolri No. 23 Tahun 2010 Pasal 59 tentang Satuan Lalu Lintas

Undang-undang RI No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian NKRI

51

Anda mungkin juga menyukai