Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) secara langsung

merupakan momentum penting bagi pembangunan sistem politik lokal ke arah

yang lebih demokratis. Melalui Pemilukada langsung banyak harapan yang

disandarkan bagi perbaikan kesejahteraan rakyat di daerah, kepala daerah lebih

dekat dengan rakyat karena mendapatkan legitimasi politik secara langsung dari

rakyat.

Pilkada secara langsung dinilai banyak pihak sebagai kemajuan penting yang

bisa dicapai oleh bangsa Indonesia di era transisi yang sedang berlangsung.

Makna terpenting dari pemilihan langsung tersebut antara lain: pertama,

merupakan pengakuan konstitusional atas hak rakyat sebagai pemegang

kedaulatan rakyat. Kedua, pelembagaan politik peran substansial rakyat sebagai

subjek hukum dan ketiga, diharapkan terciptanya keseimbangan politik makro dan

mikro dalam kehidupan ketatanegaraan, khususnya antara eksekutif dan legislatif.

Peran Tokoh Adat dalam pemilukada merupakan koreksi terhadap

pelaksanaan pemilukada melalui perwakilan (oleh DPRD) sebagaimana pernah

diamanatkan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah.

Dimana untuk memimpin jalannya pemerintahan di suatu daerah maka di pilih

dan di angkat seorang kepala daerah di masing- masing daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1
Koreksi ini semakin nampak dengan diimplementasikannya payung hukum

pelaksanaan pemilukada secara langsung, yakni Undang-Undang No.32 Tahun

2004 sebagaimana perubahannya dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2008

tentang Pemerintahan Daerah. Lahirnya Undang-Undang No2 Tahun 2008

tentang pemerintahan daerah ini merupakan perkembangan dari hasil dialektis dan

masukan berbagai elemen masyarakat (dalam hal ini Organisasi Non-

Pemerintahan/Lembaga Swadaya Masyarakat).

Menguatnya institusi lokal tradisional (lembaga adat) dalam berbagai aspek

kehidupan masyarakat akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena yang sangat

menarik untuk dicermati. masyarakat adat yang bertumbuh kembang dalam

masyarakat desa yang terkesan tradisional ini, ternyata dalam tataran realita

mampu berperan sebagai sarana yang potensial dan efektif dalam pelaksanaan

pembangunan demokrasi di desa. Hal ini dibuktikan dengan berbagai aktifitas

pembangunan yang telah dilakukan baik berupa pembangunan demokrasi serta

pembangunan sarana maupun prasarana fisik desa secara mandiri. Tokoh tokoh

adat merupakan bagian dari sistem pemerintahan dimana dalam pemerintahan

desa maupun kecamatan terdapat masyarakat adat atau bahkan tokoh masyarakat

yang merupakan bagian dari masyarakat adat itu sendiri.

Dalam perkembangannya eksistensi tokoh tokoh adat telah mengalami

banyak perubahan/pergeseran dari masa ke masa. Pada awalnya tokoh adat hadir

dari peradaban masyarakat dalam sebuah kelompok adat yang di warisi secara

turun temurun, tokoh adat hadir sebagai tokoh yang dituahkan bahkan menjadi

panutan dalam kelompok adat tersebut. Tokoh adat hadir sebagai jembatan atas

2
perselisihan pendapat, permusyawaratan dan mufakat, bahkan dalam

menyelesaikan konflik antar anggota kelompok adat tersebut. Dalam hal ini tokoh

adat hadir dengan berbagai kebudayaan sebagai pemersatu.

Menurut Jamie Davidson dan David Hanley (2010:13), lembaga adat pada

masa orde baru sebagian besar dibatasi pada tingkat nasional, seperti yang dilihat

pada ideal-ideal tradisional tentang keselarasan (harmony) dan solidaritas

dimanipulasi dalam propaganda, yang dirancang untuk mempromosikan kesatuan

bangsa dan melegitimasi penindasan terhadap unsur yang dianggap

membahayakan kesatuan tersebut dan bekerja dalam sebuah struktur birokrasi

nasional yang seragam dan pada masa orde baru juga, komunitas-komunitas

masyarakat adat umumnya dikenal sebagai masyarakat terasing.

Eksistensi tokoh adat pada masa reformasi berbeda dengan pada masa orde

baru. Pada masa ini kebangkitan adat baru sanggup berpencar dalam suasana

kebebasan politik baru. Menurut Bowen sebagaimana Jamie Davidson,dkk

(2010:20) era reformasi telah membuka jalan bagi kembalinya sisi lain adat yang

selama ini direpresi, yaitu klaim-klaim untuk menyediakan suatu landasan

normatif komunitas politik lokal yang tidak bergantung pada negara.

Maribeth Erb sebagaimana Jamie Davidson, dkk (2010:269) pada era

reformasi juga kebangkitan politik dari adat sejajar dengan kebangkitan praktik-

praktik kepercayaan tradisional yang sudah ditindas demi kepentingan ortodoksi

keagamaan. Era reformasi menyusul kejatuhan Soeharto pada Mei 1998.

3
Para petani yang kehilangan tanah untuk kepentingan pertambangan,

perusahaan penebangan kayu dan berbagai bentuk “pembangunan” lainnya, kini

berani menuntut kembali tanahnya atau meminta kompensasi atau tanah tersebut,

atas nama hukum adat dan bukannya hukum negara. Muncul pula reaksi yang

tertunda atas penindasan terhadap adat itu sendiri di bawah pemerintahan

soeharto, sebuah penolakan terhadap modernitas atau paling tidak terhadap bentuk

modernitas yang dipromosikan oleh kebijakan negara sejak 1965 sampai 1998,

yang sudah membawa kematian bagi lembaga-lembaga adat(institusi nasional

lokal) dan sangat dihormati di daerah-daerah. Sementara itu, orang-orang secara

adat memang memenuhi syarat untuk menduduki posisi dalam kepemimpinan

lembaga tradisional (Jamie Davodson,dkk 2010:18)

Menurut Rufus Patty Wutun, dkk (2010:8), eksistensi lembaga adat

kembali mendapat pengakuan secara formal dan lebih tegas setelah adanya

Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, secara khusus

dalam bidang pemerintahan desa. Pasal 100 huruf e menegaskan bahwa

“Pemerintah provinsi wajib memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum

adat, nilai-nilai adat, lembaga adat serta hak-hak tradisionalnya dalam

pelaksanaan Pemerintah Desa “ Eksistensi lembaga adat bertambah kuat lagi

secara formal bersamaan dengan ditetapkannya Undang-undang No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah dan dalam Undang Undang No .23 Tahun 2014

tentang pemerintahan Daerah, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut

dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

4
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sesuai dengan amanat Undang-undang tersebut maka sudah menjadi suatu

keharusan untuk lebih menghidupkan kembali fungsi dan eksistensi tokoh adat,

hal itu dapat dilakukan hanya bila masyarakat desa diberi ruang yang luas untuk

berpartisipasi aktif dan diakui sebagai mitra sejajar oleh pemerintah formal.

Seperti yang diamanatkan dalam undang –undang No. 6 Tahun 2014 ditegaskan

untuk meningkatakan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujutkan

masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai sebagian dari

ketahanan nasional serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek

pembangunan.

Adapun beberapa peraturan tentang lembaga adat desa :

a) Berdasarkan pancasila dan Undang –Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

b) Aktif mengembangkan nilai dan adat istiadat setempat yang tidak

bertentangan dengan hak asasi manusia dan di patuhi oleh masyarakat

c) Berkedudukan di Desa setempat

d) Keberadaanya bermanfaat dan di butuhkan masyarakat Desa.

e) Memiliki kepengurusan yang tetap

f) Memiliki skretariat yang bersifat tetap

g) Tidak berafisliasasi kepada partai politik (Rischtunong.blogspot.com.)

5
Tokoh tokoh adat merupakan basis kekuatan politik lokal, karena memiliki

kedekatan dengan masyarakat secara interpersonal. Tokoh adat mempunyai

peranan besar dalam bidang kebudayaan, ini dikarenakan tokoh adat merupakan

kelompok yang terorganisir untuk menjaga adat-istiadat, nilai/norma yang

diwariskan secara turun temurun. Selain itu lembaga adat juga mempunyai

peranan yang besar dalam bidang politik, lembaga adat mampu memengaruhi

masyarakatnya dalam penentuan pilihan yang sesuai dengan pilihan lembaga

adat itu sendiri. Hal ini juga berlangsung seperti halnya pada kelembagaan adat di

Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka.

Tokoh adat di Desa Oan Mane berperan penting sebagai suatu bentuk

kekuatan masyarakat untuk dapat menjadi mediator sekaligus wadah

permusyawaratan dan permufakatan oleh para tokoh adat dan anggota-anggota

adat yang terikat di dalamnya. Lembaga adat di desa Oan Mane memiliki

kontribusi yang besar dalam pembangunan demokrasi di desa dalam proses

pemilukada. Di setiap kelompok dalam persekutuan adat mempunyai “clan-clan”

dimana mereka bisa mengetahui asal-usul mereka dan dari clan terbentuklah

tokoh tokoh adat.

Lembaga adat di desa Oan Mane dipimpin oleh tua adat, atau seringkali

disebut sebagai “Fukun”. Fukun mempunyai peranan penting dalam mengambil

kebijakan, fukun juga berungsi sebagai mediator jika dalam suau pertemuan adat

terjadi perselisihan dan sebagai penunjuk jalan kepada masyarakat dalam

penyelesaian masalah. Fukun memiliki andil dalam mempengaruhi pilihan

6
masyarakat dalam menentukan pilihan politik dalam pilkada yang sesuai dengan

pilihan fukun.

Eksistensi tokoh adat pada awalnya sebatas urusan antar masyarakat

mengenai adat akan tetapi di masa sekarang tokoh adat juga eksis dalam ranah

politik. Eksistensi tokoh adat dalam ranah politik sangat populer dengan

menjadikan lembaga adat sebagai perantara dalam menyampaikan pendapat,

mentransfer visi-misi dan progam kerja, bahkan tokoh adat mampu merespon isu-

isu yang sedang terjadi di masyarakat.

Keterlibatan tokoh adat atau fukun pada pilkada di Kabupaten Malaka

memberikan kesan bahwa pilihan rasional dalam memilih pemimpinnya cendrung

dikesampingkan. Hal ini berakibat masyarakat memilih bukan berdasarkan pilihan

yang ideal, masyarakat pada saat mencoblos masih didasarkan pada pertimbangan

yang bersiat subyektif emosional, memilih hanya karna masih adanya ikatan

kekeluargaan, kekerabatan dan persahabatan.

Hal tersebut di atas dipengaruhi karena faktor etnisitas ataupun

kekerabatan yang masih amat kental saat penentuan pilihan oleh pemuka adat dan

tokoh masyarakat, yang mengakibatkan masyarakat juga ikut berpengaruh pada

pilihan tersebut. Jika hal itu masih tetap berlangsung maka akan menghambat

pembangunan dan memperhambat proses demokratisasi yang diharapkan mampu

membawa perubahan untuk kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan suatu penelitian tentang Eksistensi tokoh Adat dalam Pemilihan

7
Kepalah Daerah (Studi kasus Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

Malaka di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka).

1.2 Identifikasi Masalah

Penulis mengidentiikasikan masalah sebagai berikut:

1. Keterlibatan masyaaraka dalam pemilihan kepala daerah masih didasarkan

pada etnisitas.

2. Masyarakat memilih lebih cenderung mengikuti kemauan kepala suku

3. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap Eksistensi tokoh adat dalam

memberikan kontribusi pemikiran mengenai penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah Eksistensi tokoh adat dalam pemilukada di Desa Oan Mane,

Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka?

1.4 Tujuan Dan manfaat penelitian

1.4.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

untuk mendeskripsikan Eksistensi Tokoh adat dalam Pemilukada di Desa

Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka.

1.4.2 Kegunaan penelitian

8
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan tujuan penelitian maka

kegunaan penelitian dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi

pemerintahan desa dan tokoh adat dalam rangkah melaksanakan

pemelihan kepalah daerah di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka

Barat, Kabupaten Malaka.

2. Dapat menjadi literatur yang berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya

yang akan melakukan penelitian tentang latar belakang diatas, maka

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:Eksistensi

Toko Adat Dalam Pemilihan Umum Kepalah Daerah Di Desa Oan

Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Eksistensi Adat

Eksistensi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keberadaan,

kehadiran yang mengandung unsur bertahan.

Menurut Abidin Zaenal (2007:16) :“Eksistensi adalah suatu proses yang

dinamis, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri,

yakin eksistere yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi

esksitensi tidak bersifat kaku atau terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan

mengalami perkembangan atau sebaliknya mengalami kemunduran, tergantung

pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Menurut Nadia Juli Indrani (2010:29) eksistensi bisa kita kenal juga

dengan satu kata yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang di maksud adalah

adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Istilah buka “ hukuman”

merupakan istilah umum atau konfensional yang mempunyai arti yang luas dan

dapat berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang

cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya digunakan dalam bidang hukum, tetapi

10
juga dalam istilah sehari-hari seperti di bidang moral, agama dan lain

sebagainnya.

Istilah “adat” dalam bahasa Indonesia memiliki arti “kebiasaan” atau

“tradisi”, dan mengandung konotasi tata tertib yang terteram dan konsensus. Adat

adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu

masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi

masyarakatnya.

Adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang

terus menerus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar

dalam waktu yang lama. Unsur-unsur terciptanya adat adalah:

1. Adanya tingkah laku seseorang

2. Dilakukan terus-menerus

3. Adanya dimensi waktu

4. Diikuti oleh orang lain/masyarakat.

Sesuai dengan hal tersebut menurut Kantoroweiz sebagaimana Ihromi

(1993:56) mendefinisikan adat (kebiasaan) adalah seperangkat aturan yang sedikit

banyak terumus dan jelas, yang menganut supaya hubungan antara manusia harus

memenuhi syarat tertentu dan syarat itu pula umumnya ditaati.

Di samping itu adat juga melibatkan kaidah dan peraturan yang terikat. Oleh

karena itu Riwu Kaho (2000:90) mengungkapkan bahwa adat-istiadat adalah

sistem nilai yang sudah menjelma menjadi norma-norma (kaidah-kaidah) atau

peraturan hidup yang bermasyarakat yang meskipun tidak tertulis, akan tetapi

11
ditaati dan dijunjung tinggi dan barang siapa yang melanggarnya akan terkena

sanksi.

Selain itu, adat bukan saja terbentuk dari nilai, norma dan peraturan yang

dibuat oleh masyarakat. Pada hakekatnya adat terbentuk atas kehendak sang

pencipta. Sesuai dengan hal tersebut Anwar (1997:56) mengatakan yang

dimaksud dengan adat-istiadat adalah segalah sesuatu yang demikian terjadi

menurut Kehendak Allah, jadi yang telah merupakan undang-undang alam, yang

selalu abdi dan tidak berubah-ubah, jadi merupakan hukum kodrat.

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adat atau kebiasaan

merupakan seperangkat aturan yang harus ditaati oleh manusia dalam berperilaku

guna mempertahankan keutuhan serta tujuan hidup. Dengan demikian tujuan adat

adalah terciptanya kelangsungan hidup suatu masyarakat yang harmonis.

Dari uraian diatas penulis mengartikan eksistensi adat adalah

kebiasaan/adat masyarakat yang semakin eksis dilingkungan masyarakat,

kebiasaan yang sedang eksis di desa oan mane yaitu “lia mate” adalah ritual

kedukaan anggota suku, “lia moris” adalah ritual kelahiran yang menyangkut

perkawinan dan kelahiran anggota suku.

2.2 Tokoh Adat

Pada dasarnya suatu hukum adat itu memiliki tokoh yang mengakomodir

pelaksanaannya ,salah satunya ialah adanya tokoh adat selaku pemimpin atau

penegendali hukum adat dalam kehidupan sosial tokoh adat ini mempunyai

peranan yang sangat besar seperti menyelesaikan sengketa adat, menegakan

12
sanksi adat,menjamin berjalannya fungsi hukum adat,serta sebagai penyambung

aspirasi masyarakat hukum adat.terkait problematika yang di hadapinya

(Munandar,2019)

2.2.1 Masyarakat adat

Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang memiliki jejak sejarah

dengan masyarakat sebelum masa invasi dan penjajahan, yang berkembang di

daerah mereka, menganggap diri mereka beda dengan komunitas lain yang

sekarang berada di daerah mereka atau bukan bagian dari komunitas tersebut.

Mereka bukan merupakan bagian yang dominan dari masyarakat yang bertekad

untuk memelihara, mengembangkan, dan mewariskan daerah leluhur dan identitas

etnik mereka kepada generasi selanjutnya; sebagai dasar bagi kelangsungan

keberadaan mereka sebagai suatu suku bangsa, sesuai dengan pola budaya,

lembaga sosial dan sistem hukum mereka.

Menurut Kingsbury sebagaimana Jamie Davidson dkk, (2010:348)

memberikan ciri untuk mengenali kelompok-kelompok yang disebut masyarakat

adat (indigenous people) memiliki karakteristik pokok, yaitu:

1. Mengidentifikasi dirinya secara otonom sebagai kelompok suku yang

berbeda;

2. Pengalaman historis dalam hubungan dengan kerentanan kondisi

kehidupan mereka terhadap gangguan, dislokasi, dan eksploitasi;

3. Memiliki hubungan yang panjang dengan wilayah yang didiaminya;

dan

4. Berkeinginan mempertahankan ideologi yang berbeda.

13
Pengertian menurut AMAN (Analisis Masyarakat Adat Nusantara) pada

Kongres I Tahun 1999 dan masih dipakai sampai saat ini adalah: “komunitas-

komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas

suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam,

kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat dan lembaga adat yang

mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya.

2.2.3 Lembaga Adat

Kata lembaga dalam bahasa Inggris disebut institution yang bermakna

pendirian, lembaga, adat dan kebiasaan. Dari pengertian literal ini, lembaga dapat

diartikan sebagai sebuah istilah yang menunjukan kepada pola perilaku manusia

yang mapan terdiri dari interaksi sosial yang memiliki struktur dalam suatu

kerangka nilai yang relevan. Sesuai dengan hal tersebut Duverger (2010:147)

menyebutkan bahwa konsep “lembaga” yakni sebagai model hubungan manusia

darimana hubungan-hubungan individu mengambil polanya, dengan itu

mendapatkan stabilitas, kelangsungan, dan kekohesifan.

Menurut Maran (2001:48) lembaga bisa didefinisikan sebagai pola perilaku

manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu kerangka

nilai yang relevan. Keberadaan lembaga-lembaga dibatasi oleh dua unsur dasar.

Pertama, unsur struktural, mengacu pada sistem hubungan yang diatur suatu

lembaga. Lembaga pendidikan misalnya mengatur hubungan yang bersifat

intelektual dan sebagainya.

14
Sesuai pendapat Robert Mac Iver dan Charles H. Page sebagaimana Soekanto

(1990:189) mengartikan lembaga adat sebagai suatu tata cara atau prosedur yang

telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok

dalam suatu kelompok masyarakat yang dinamakan asosiasi.

Dari beberapa definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

lembaga adat adalah suatu lembaga sosial kemasyarakatan yang menunjukan pola-

pola kebudayaan berupa tindakan, ide dan sikap serta segala aktivitas manusia

untukmemenuhi kebutuhan hidupnya, dengan memeihara adat-istiadat dan

mengontrol nilai dan norma sosial yang ada di dalam masyarakat.

2.3 Eksistensi Tokoh Adat

Eksistensi tokoh adat adalah hadir dan aktifnya tokoh adat dalam

Masyarakat. Awalnya eksistensi tokoh adat sebagai perantara antar

masyarakatnya dalam hal adat yang di warisi secara turun temurun. Dalam hal ini

posisi tokoh adat sangat berperan penting karena merupakan tokoh yang

dipercayai penuh dalam segala ritual, seperti di desa Ona Mane tokoh adat sebagai

perantara antara masyarakat adat dalam ritual “lia moris” atau pun “lia mate”

dalam ritual adat posisi tokoh adat sangat penting sebgai perangkul masyarakat

kelompok adat untuk turut ambil bagian dalam ritual adat seperti mentransfer

progam kerja dalam ritual adat , tokoh adat mampu merespon masalah-masalah

yang terjadi dan tokoh adat juga sebagai tempat bertukar pendapat/aspirasi

diselesaikan secara hukum adat.

15
Posisi tokoh adat sangat penting di tataran masyarakat adat, seiring

berjalannya waktu posisi tokoh adat sangat eksis dalam ruang politik yakni

dipergunakan sebagai perantara para calon kepala daerah dengan masyarakat adat.

Kepentingan politik menumpangi ritual adat melalui tokoh adat untuk merangkul

kelompok adat serta menyampaikan aspirasi, visi-misi serta progam kerja dari

partai dan calon kepala daerah, serta merespon setiap isu-isu dalam kelompok

masyarakat adat. Dengan demikian eksistensi tokoh adat dalam ranah politik

sangat menonjol di kalangan masyarakat adat.

2.4 Pemilhan Umum Kepala Daerah

Pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu

sendiri. Pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dapat dianggap

mencerminkan akuratnya partisipasi dan aspirasi masyarakat (Miriam Budiardjo,

2010:461)

Setelah sukses bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilu 2004 secara

langsung, dan disusul dengan pemilihan di tingkat lokal, yakni pemilihan umum

kepala daerah (pemilukada) secara langsung.secara khusus perubahan yang terjadi

dalam sistem pemilukada, yakni dari sistem pengangkatan langsung oleh pejabat

pusat, kemudian menjadi sistem pemilihan perwakilan oleh Dean Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) yang senantiasa mengandung kultur vested interest

(kepentingan pribadi) dikalangan elit dan akhirnya menjadi pemilihan secara

langsung oleh rakyat.

16
1.2 Kerangka Berpikir

Sebagaimana sudah dijelaskan pada latar belakang, tentang fungsi dan

eksistensi dari tokoh adat masyarakat di desa Oan Mane, dalam ranah dan

interaksi sosial politik yang berperan sebagai sosialisasi politik, partisipasi politik,

komunikasi politik dan rekrutmen politik. tokoh adat memberikan efek kepada

demokrasi lokal, termasuk di dalamnya adalah penentuan pilihan politik

masyarakat dalam pemilukada.

Gambar 01.
Skema Kerangka Perpikir Penelitian

Masyarakat Adat

Eksistensi Tokoh
Adat Suku Oan
Mane

Sosialisasi Partisipasi Komunikasi


Politik Politik Politik

1.Kemampuan mempengaruhi kelompok


17
2.kemampuan menyampaikan pendapat/ ide

3.kemampuan mentransfer visi-misi dan program kerja


Demokrasi Lokal

*Sumber: Olahan Peneliti

Peran penting dalam mengambil kebijakan, fukun juga berfungsi sebagai

mediator jika dalam suatu pertemuan adat terjadi perselisihan dan sebagai

penunjuk jalan kepada masyarakat dalam penyelesaian masalah. Tokoh adat

(Fukun) memiliki andil dalam memengaruhi pilihan masyarakat dalam

menentukan pilihan politik dalam pemilukada yang sesuai dengan pilihan fukun.

Keterlibatan Tokoh adat (Fukun) pada pemilukada di kabupaten Malaka,

memberikan kesan bahwa pilihan rasional dalam memilih pemimpinnya

cenderung dikesampingkan. Hal ini berakibat masyarakat juga memilih bukan

berdasarkan pilihan yang ideal, masyarakat pada saat mencoblos masih didasarkan

pada pertimbangan yang bersifat subjektif emosional, memilih hanya karena

masih adanya ikatan kekeluargaan, kekerabatan dan persahabatan.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam rangka menjawab

permasalahan adalah bersifat kualitatif dengan memberikan fokus penelitian pada

peranan tokoh adat dalam pemilukada dengan menggunakan pendekatan

fenomenalogi yaitu berusaha memahami peristiwa pemilihan dan kaitannya

terhadap masyarakat dalam situasi tertentu. peneliti akan melihat sejauh mana

eksistensi tokoh adat dalam pemilukada. Selanjutnya peneliti akan melihat

masalah urgensi terhadap peranan tokoh adat dalam pemilukada. Berkaitan

19
dengan hal tersebut diatas, maka penelitian ini pada dasarnya menggunakan jenis

penelitian yang mendeskripsikan keadaan atau objek penelitian deskriptif , maka

metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian deskriptif, maka metode

yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.(Maleong, 1998: 3). Jadi dengan

metode ini dihasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

fenomena sosial atau orang-orang yang diamati, baik melalui

observasi,wawancara maupun dokumentasi yang relevan.

1. Definisi konseptual

Penjelasan konseptual adalah berisi istilah-istilah dari konsep-konsep yang

digunakan, tujuannya untuk menjelaskan atau paling tidak mendeskripsikan hal-

hal yang berhubungan dengan masalah yang dikaji. Melalui penjelasan konseptual

diharapkan membantu peneliti untuk memahami masalah yang dikaji seperti teori

atau pendekatan.

a. Eksistensi Tokoh Adat

Menurut Nadia Juli Indrani (2010:29) eksistensi bisa kita kenal juga

dengan satu kata yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang di maksud adalah

adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Istilah buka “ hukuman”

merupakan istilah umum atau konfensional yang mempunyai arti yang luas dan

dapat berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang

cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya digunakan dalam bidang hukum, tetapi

juga dalam istilah sehari-hari seperti di bidang moral, agama dan lain

sebagainnya. Jadi eksistensi tokoh adat ketika Didalam masyarakat hukum adat

20
apabila terjadi perselisihan sesama warga,di selesaikan secara musyawarah,dan

menjadi hakim perdamaian dalam menyelesaikan perkara atau persoalan

b. Pemilihan Kepalah Daerah

Pemilihan kapalah Daerah secara langsung sering di sebut sebagai Pilkada

menjadi sebuah perjalanan sejarah baru dalam dinamika kehidupan berbangsa di

Indonesia. Perubahan sistem mulai dari Legislatif,Presiden dan Wakil

Presiden,dan kepalah Daerah di harapkan mampu melahirkan kepemimpinan yang

dekat dan menjadi idaman bagi seluruh lapisan masyarakat minimal dalam moral

dan ikatan pertanggungjawaban kepada pemilih yang notabene adalah masyarakat

yang di pimpinya.

Menurut abdul Asri(harahap 2005:122),Pilkada merupakan tonggak

demokrasi terpentingdi daerah tidak hanya terbatas pada mekanisme pemilih harus

lebi demokratis dari sebelumnya tetapi merupakan ajang pembelajaran politik

terbaik dan perwujudan dari kedaulatan rakyat.

c. Eksistensi Tokoh adat dalam pemilihan kepalah Daerah di Kabupaten

Malaka.

Tokoh adat memiliki peran penting dalam mengambil kebijakan, fukun juga

berfungsi sebagai mediator jika dalam suatu pertemuan adat terjadi perselisihan

dan sebagai penunjuk jalan kepada masyarakat dalam penyelesaian masalah.

tokoh adat (fukun) memiliki andil dalam memengaruhi pilihan masyarakat dalam

menentukan pilihan politik dalam pemilukada yang sesuai dengan pilihan fukun.

21
Keterlibatan tokoh adat (fukun) pada pemilukada di kabupaten Malaka,

memberikan kesan bahwa pilihan rasional dalam memilih pemimpinnya

cenderung diutamakan.

1. Definisi operasional

Dengan deinisi operasional dapat ditarik indikator-indikator yang dapat

dijadikan sebagai ukuran dalam penelitian. Indikator-indikator dalam penelitian

ini adalah:

Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang memiliki jejak sejarah

dengan masyarakat sebelum masa invasi dan penjajahan, yang berkembang di

daerah mereka, menganggap diri mereka beda dengan komunitas lain yang

sekarang berada di daerah mereka atau bukan bagian dari komunitas tersebut.

Adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang

terus menerus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar

dalam waktu yang lama. Unsur-unsur terciptanya adat adalah:

1. Kemampuan mempengaruhi kelompok

2. Kemampuan menyampaikan pendapat atau ide

3. Kemampuan mentransfer visi-misi dan program kerja

4. Kemampuan merespon isu yang dihadapi

Pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolak ukur dari

demokrasi itu sendiri. Pemilihan umum yang diselenggarakan dalam

suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan

22
berserikat, dapat dianggap mencerminkan akuratnya partisipasi dan

aspirasi masyarakat (Miriam Budiardjo, 2010:461)

3.3 Pemetaan Informan

Dalam penelitian ini,jenis sumber data yang digunakan ialah:

a. Informan

Informan adalah orang yang benar- benar tahu dan terlihat langsung

dalam permasalahan penelitian.Informan yang bertindak sebagai sumber data di

lihat dari kapasitas dan posisi strategis pada masalah tersebut,kriteria yang di

pakai dalam pemilihan informan adalah kelompok orang atau individu yang

terlibat langsung dalam mengimplementasikan serta mengetahui permasalahan

antara lain:Tokoh adat,tokoh masyarakat,tua tua adat(fukun)

b.Dokumen

Dokumen dokumen yang digunakan dalam penelitian yaitu dokumen

resmi yang di keluarkan oleh pemerintah dalam bentuk paraturan pemerintah

daerah dan di ambil dalam bahan pustaka.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Wawancara:

Wawancara yaitu teknik yang digunakan melalui penetuan informasi

dilakukan secara purposive sampling atau melalui kontak hubungan pribadi antara

peneliti dengan sumber data (informan). Pihak-pihak yang terkait adalah tokoh

23
adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan pihak yang diteliti (informan)

diharapkan dapat memberi arah dalam berjalannya riset.

b. Pengamatan (Observasi)

Penelitian ini juga melakukan pengamatan langsung dilokasi penelitian,

untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi

permasalahan.

c. Studi Literatur

Data yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian dicari dalam

dokumen atau bahan pustaka.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis Data yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu dengan

mengkaji berbagai informasi dari berbagai data yang diperoleh pada saat

penelitian. Data tersebut diinterpretasi berdasarkan pembahasan persoalan dalam

rangka menawab perm asalahan penelitian dengan mencari hubungan antar satu

fenomena/gejala dengan fenomena/gejala lain.

Dalam teknik analisis data menggunakan tiga cara yaitu:

1. Kategorisasi

24
Adalah proses analisis data, dimana data-data yang telah dikmpulkan

kemudian dikategorikan secara sistematis selain itu data-data tersebut

kemudian diinterpretasikan.

2. Interpretasi

Adalah proses pemberian makna terhadap pola-pola atau keteraturan-

keteraturan yang ditemukan dalam sebuah penelitian.

3. Induktif

Adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan

atas gejala-gejala yang bersifat K

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran umum Desa Oan Mane Kabupaten Malaka

Kabupaten Malaka adalah salah satu daerah otonomi baru yang

terbentuk dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2013, tentang

pembentukan daerah otonomi baru kabupaten malaka di Nusa Tenggara

Timur. Kabupaten Malaka terletak pada 9⁰ - 10⁰ Lintang Selatan dan 124⁰

- 126⁰ bujur Timur. Luas Kabupaten Malaka adalah 1160 km2. Secara

Geografis, Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Republik

Demokratik Timor Leste, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten

25
Belu, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor, dan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Desa Oan Mane merupakan salah satu desa dari enam belas desa

yang ada di wilayah Kecamatan Malaka Barat yang terletak di bagian

utara wilayah Kecamatan Malaka Barat. Sejarah terbentuknya Desa Oan

Mane tidak terpisahkan dari sejarah terbentuknya Kecamatan Malaka

Barat dan Kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Malaka. Adapun

nama-nama yang menjadi kepala desa adalah sebagai berikut: Nikolas

Seran (2003-2009), Helmut Nggebu (2009-2014), Maria Yosefina (2014-

2017), Lukas Leki (2017-sekarang). Dimana perlu diketahui bahwa Desa

Oan Mane adalah hasil pemekaran dari Desa Sikun.

Desa Oan Mane adalah wilayah kesatuan adat yang memegang

peranan penting dalam wilayah adat Wesey-Wehali (sejak jaman

Kerajaan Maromak Oan yang menguasai hampir seluruh Pulau Timor)

dengan tradisi kuat Sabete Saladi yang dihidupi oleh sebagian besar

masyarakat Malaka (Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka

Tengah, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku dan Kecamatan

Kobalima) dan hingga saat ini masih terlestarikan dalam banyak aspek

kehidupan masyarakat.

Dapat disebutkan bahwa yang menyebabkan Desa Oan mane

memiliki kedudukan penting dalam tradisi Sabete Saladi atau memiliki

eksistensi penting sebagai Tokoh Adat dalam pemilihan umum kepala

daerah dengan wilayah adat Wesey – Wehali Karena Setiap ada

26
kunjungan raja, Pejabat Negara atau Pejabat lainnya seperti dalam

rangka kampanyae politik, warga Oan manelah yang harus

menyanyikan “Manukakae “ sebagai yel-yel adat untuk melakukan

Hase Hawaka (Sapaan adat terhadap tamu terhormat).

4.1.2. Keadaan Geografis Desa Oan Mane

Secara geografis, batas wilayah Desa Oan Mane adalah sebagai

berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Forekmodok, sebelah

selatan berbatasan dengan Desa Fafoe, sebelah timur berbatasan dengan

Desa Sikun, sebelah barat berbatasan dengan Desa Lamudur.

4.1.3. Keadaan Pemerintahan Desa Oan Mane

4.1.3.1. Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Desa Oan Mane

1. Kepala Desa

a) Bekerja sama dengan parah tua adat, fukun, ferik fukun

untuk membina masyarakat adat dan mengontrol setiap

aktivitas dan kebutuhan masyarakat adat butuhkan dalam

kaitan atau sehubungan dengan Pemilukada.

b) Membina ekonomi desa melalui potensi-potensi yang ada

di desa termasuk membangkitkan masyarakat adat dalam

teliti dan bijak memilih pemimpin yang baik dan tepat serta

mendukung positif program pemerintah daerah terpilih.

27
c) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

kepada tokoh adat termasuk mengkoordinasikan segalah

urusan kegiatan yang terkait menjelang Pemilukada.

d) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Sekretaris Desa

a) Membantu kepala desa, tua adat/tokoh adat, fukun,

fukun ferik dalam mempersiapkan dan melaksanakan

baik itu upacara adat misalkan dalam penyambutan

Raja, pejabat besar atau bahkan pejabat politik yang

bertujuan kampanye,

b) Serta mempersiapkan bahan penyusunan laporan

penyelenggaraan pemerintah desa.

3. Fukun

a) Sebagai ketua suku yang bertugas memelihara

kehidupan masyarakat adat. karena kerukunan di dalam

masyarakat adat akan lebih mudah bagi fukun

mengkoordinasikan segalah hal yang menyangkut

kegiatan politik/kampanye politik untuk membina atau

menyampaikan agar masyarakat lebih pintar dan bijak

dalam memilih pemimpin yang baik menjelang

pemilukada,

28
b) Tidak bisa dipungkiri bahwa fukun/ketua suku selalu

menjaga supaya selalu memelihara ketentraman,

perdamaian, serta keseimbangan lahir dan batin di

dalam kehidupan masyarakat adat dalam menyambut

hari besar seperti pemilukada.

4. Ferik Fukun.

Bersama fukun dan pemangku adat lainnya dalam

penyambutan raja atau pejabat yang berkunjung di desa, ferik

fukun menyajikan siri pinang atau dikenal dengan mama, ferik

fukun juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan dan

mengambil suatu keputusan.

4.1.3.2. Struktur Pemerintahan Desa Oan Mane

Gambar 2. Struktur Pemerintah Desa Oan Mane

KEPALA DESA
LUKAS LEKI

SEKRETARIS DESA
AGUSTINUS SERAN

KAUR TANI KAUR KESRA KAUR PEMERINTAHAN KAUR KEUANGAN KAUR PEMBANGUNAN
MARIA BRIA YAKOBUS SERAN ANTONIUS SERAN TITUS GABRIEL BRIA SALOMON LEKI

KEPALA DUSUN 01 KEPALA DUSUN 02 KEPALA DUSUN 03 KEPALA DUSUN 04 KEPALA DUSUN 05
ANASTASYA HOAR IMANUEL NAHAK PELIPUS SERAN FERDI FAHIK PATRISIUS SERAN

29
Sumber: Kantor Desa Oan Mane Tahun 2018

4.1.3.3. Visi Misi Kepala Desa Oan Mane

1) VISI

Terwujudnya Masyarakat Desa Oan Mane yang maju, mandiri,

cerdas, sehat dan berbudaya.

2) MISI

a) Meningkatkan pelayanan Pemerintahan Desa yang bermutu

b) Meningkatkan sarana dan prasarana dasar dan infrastruktur

desa

c) Meningkatkan kelembagaan desa untuk menunjang

penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan,

pembinaan serta pemberdayaan desa

d) Meningkatkan potensi perekonomian dan SDM yang

bermutu.

4.2 HASIL PENELITIAN

4.2.1. Eksistensi Tokoh Adat dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Desa

Oan Mane Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka.

Dalam upaya menyukseskan Pemilihan Umum Kepala Daerah di

Desa Oan Mane Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka yang

santun dan penuh perdamaian antara masyarakat dan pemerintah salah

satunya dengan cara melibatkan tokoh-tokoh adat We Sei- We Hali,

30
karena sampai saat ini tokoh adat masih sangat berperan penting dalam

Pemilukada dan memiliki eksistensi yang sangat kuat dan masih di dengar

baik oleh masyarakat adat setempat.

Terkait hal tersebut Seperti yang diketahui bahwa dalam

mempengaruhi kelompok tokoh adat dalam Pemilukada seringkali adanya

kampanye politik yang selalu melakukan audensi dengan para toko adat

We Sei-We Hali di Desa Oan Mane, karena bagi parah pejabat politik

memiliki keyakinan bahwa sangat penting melakukan komunikasi yang

baik dengan Tokoh Adat dalam kaitan melaksanakan Pemilukada karena

dengan alasan jelas bahwa eksistensi tokoh adat dalam Pemilukada

masih sangat kuat didengar suaranya. Seperti yang dikatakan oleh salah

satu masyarakat adat Desa Oan Mane Agustinus Seran yang ditemui di

Kantor Desa Oan Mane bahwa:

“Kami selalu berusaha memilih calon pemimpin


yang memiliki komitmen dan benar-benar merakyat
untuk memperhatikan kebutuhan kami sebagai
masyarakat serta dapat membangun sesua dengan
harapan kami masyarakat malaka terkhusus Desa Oan
Mane”.

(Hasil wawancara 6 November 2019)

Dari hasil wawancara di atas sangat jelas bahwa Tokoh adat dan

masyarakat adat Desa Oan Mane sangat berharap agar figur atau

pemimpin yang mereka pilih dan percayakan untuk memimpin dapat

menjadi panutan yang baik bagi masyarakat, memiliki sifat yang kompeten

dan kredibilitas serta benar-benar merakyat untuk bersama-sama

31
membangun Rai Malaka sesuai dengan harapan seluruh masyarakat

Malaka.

Proses penyampaian pendapat yang dilakukan masyarakat adat

Wesei Wehali dalam Pemilukada yaitu dengan melihat pada Visi Misi

yang disampaikan pemimpin dengan fokus yang merujuk pada kondisi

yang ada di Malaka. Seperti yang dikatakan oleh salah satu masyarakat

adat Desa Oan Mane Roberta Bano yang ditemui di rumahnya bahwa:

“Eksistensi kami pada saat


menyampaikan pendapat kami melihat pada visi
misi yang disampaikan pejabat politik tersebut
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kami di
desa oan mane “.

(hasil wawancara 8 November 2019)

Tentunya respon atau tanggapan positif yang disampaikan

masyarakat adat wesei wehali Desa Oan Mane Kabupaten Malaka

diterima dengan baik dan dipercaya akan dijalankan. Dalam setiap

Pemilukada tentu ada isi dan memiliki manfaat tetapi sebagai masyarakat

menganggap sebagai sebuah kebiasaan yang lumrah yang seringkali

ditemui dan harapan penting dari masyarakat yaitu tidak mengganggu

dan memecah-belah kerukunan antar sesama masyarakat. Seperti yang

dikatakan salah satu masyarakat adat Desa Oan Mane bahwa:

“Disaat Pemilukada ada makna yang kami


petik sebagai pelajaran baik itu dari sisi pro dan

32
kontra yang terutama tidak terjadinya pemecah-
belah sesama masyarakat pendukung”.

(Hasil wawancara 10 November 2019)

Menurut Nadia Juli Indrani (2010:29) Eksistensi bisa kita kenal

juga dengan satu kata yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang

dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidaknya kita. Dari

pendapat tersebut dapat dilihat sejauh mana eksistensi masyarakat adat

desa oan mane terhadap Pemilukada. Dimana eksistensi tokoh adat, fukun,

ferik fukun sangat di butuhkan oleh pejabat politik yang bertujuan

melakukan kampanye. Seperti melibatkan tokoh-tokoh adat dalam ritual

untuk menyambut pejabat politik yang hendak melakukan kampanye dan

merangkul seluruh masyarakat adat untuk turut serta memberikan

eksistensinya dalam memilih pejabat atau pemimpin yang dapat mereka

percayakan untuk membangun masyarakat malaka terkhususnya

masyarakat adat Desa Oan Mane. Seperti yang dikatakan salah satu Fukun

adat Fransiskus Kiik bahwa:

“Saat ada kunjungan raja atau pejabat tinggi


atau pejabat politik, kami melakukan sambutan
untuk mereka. Bahkan kami juga melakukan ritual
seperti seserahan siri pinang hingga membunuh
hewan sebagai simbol persembahan untuk para
leluhur”.

(hasil wawancara 11 November 2019)

33
Perlu diketahui bahwa Desa Oan Mane menjadi salah satu desa

adat yang dipilih oleh sebagian besar pejabat politik yang melakukan

kampanye. Salah satu bukti nyata yang saat ini terjadi yaitu Bapak

Stefanus Bria Seran yang sudah terpilih sebagai Bupati Kabupaten Malaka

menjadi tokoh atau pejabat yang mempercayakan masyarakat Desa Oan

Mane untuk mendukung dirinya dalam Pemilukada beberapa Tahun lalu.

Disini dapat dilihat bahwa eksistensi masyarakat Desa Oan Mane

sangat terlihat aktif dan memberikan dukungan penuh, dikatakan demikian

karena Fukun, Ferik Fukun dan masyarakat adat desa oan mane memiliki

inisiatif sendiri untuk menyampaikan langsung kepada Bapak Stefanus

Bria Seran bahwa dukungan terbaik dari masyarakat Desa Oan Mane

sepenuhnya akan disiapkan. Seperti yang dikatakan salah satu Ferik Fukun

Desa Oan Mane bahwa:

“Saat itu kami memiliki inisiatif sendiri


untuk mendukung karna kami memiliki keyakinan
dan harapan besar pada beliau untuk bisa
memperhatikan dan membangun desa kami. Dan
sekarang terbukti Rumah Adat diperbaiki dan jalan
raya aspal sudah masuk ke dalam desa oan mane”.

(hasil wawancara 11 November 2019)

Dari pendapat atas jelas bahwa pemimpin daerah dan masyarakat

adat desa oan mane saling mendukung dan saling membutuhkan pihak

masing-masing. Dimana jelas bahwa masyarakat mendukung penuh

karena ada harapan penuh kebutuhan hidup mereka akan diperhatikan

34
oleh orang yang mereka percayakan, sebaliknya demikian pemerintah

sangat membutuhkan masyarakat desa oan mane untuk mendukung

segalah urusannya dalam menjabat terlebih memberikan suara dan

aspirasi yang besar dari masyarakat.

Saat ini pembangunan di kabupaten malaka semakin membaik,

seperti yang dilihat Adanya pengerjaan infrastruktur yang berjalan

lancar, baik itu jalan raya aspal ataupun gedung atau bangunan

perkantoran. Pemerintah dan masyarakat desa oan mane sangat berharap

agar kelangsungan hidup saat ini dapat mereka pertahankan bahkan lebih

berkembang membaik agar dapat bersama-sama membangun Rai Malaka

lebih baik dan dapat dikenal diwilayah luar atau wilayah tetangga.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Anwar, Carul. 1997. Hukum adat indonesia (menuju hukum adat minangkabau).

Rineke Cipta, Jakarta

Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT Ikrar Mandiri Abadi,

Jakarta.

Duverger, Maurice.2010. Sosiologi Politik. Rajawali Press, Jakarta.

Hanley, David. Davidson, Jamie. 2010. Adat Dalam Politik Indonesia .

Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta.

35
Ihromi T,O. 1993. Antropologi Hukum.Yayasan Obor Indonesia: Jakarata.

Wutun, Rufus dkk, 2010.Lemabaga Adat di TTS; Psikologi Terapan, Kupang.

Soekanto 1990 .sosiologi suatu pengantar: PT Raja Gravindo Persada. Jakarta

Duverger, 2010:147. Sosiologi Politik. Raja Grapindo Persada: Jakarta.

Maran, Rafael Raga.2001.Pengantar Sosiologi Politik:Rineka Cita: jakarta

Munandar, Aris. 2019. Pohon Impian Masyarakat Adat. Uwais Inspirasi

Indonesia: Ponorogo.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 sebagaimana perubahannya dalam undang-

undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah.

Undang –undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

Internet

http//mega.subhanagung.net/revitalisasi-kepemimpinan-masyarakat-asli/

Indran Nadian Juli

http//infosulawesitengah.wordpress.com/2010/08/kulawihttp://nadzzukamu.wordp

ress.com/2010/07/29/Eksistensi/kemal,yuma

36
37

Anda mungkin juga menyukai