Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dan

beragam kebudayaan. Masyarakatnya juga majemuk yang berasal dari

berbagai suku. Hal tersebut menyebabkan demokrasi di Indonesia sangat sulit

jika dilaksanakan secara langsung. Demokrasi diselenggarakan melalui

prinsip perwakilan sehingga pemerintahan yang terbentuk disebut juga dengan

pemerintahan perwakilan atau pemerintahan representatif. Semua warga

negara Indonesia memiliki hak untuk berpartisipasi pada pemilihan umum. Di

kebanyakan negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang sekaligus

tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan

dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan

berserikat dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta

aspirasi masyarakat (Budiardjo, 2010: 461).

Masyarakat tidak dapat terlepas dari politik, hal tersebut sudah

menyatu dengan kehidupan mereka. Kehidupan politik merupakan bagian dari

interaksi hidup mereka, baik dengan sesama masyarakat maupun dengan

pemerintah atau lembaga-lembaga di luar pemerintah (lembaga non-formal).

Interaksi tersebut mengalami internalisasi ke dalam masyarakat yang

selanjutnya membentuk beragam pandangan, sikap, dan pengetahuan tentang


praktik-praktik politik dalam sistem politik yang akan menentukan bagaimana

perilaku masyarakat tersebut. Sesuai dengan teori Gabriel Almond dan Sidney

Verba, kita dapat mengetahui budaya politik masyarakat ketika telah

memahami mengenai sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku mereka

terhadap politik. Budaya politik bagi pandangan Gabriel Almond dan Sidney

Verba adalah merupakan sikap individu terhadap sistem politik dan komponen

komponennya, juga sikap individu terhadap peranan yang dapat dimainkan

dalam sebuah sistem politik. Sistem politik mengalami internalisasi ke dalam

beberapa bentuk orientasi diantaranya: (1) orientasi kognitif berisikan

pengetahuan dan kesadaran terhadap politik dan kepercayaan pada objek -

objek politik; (2) orientasi afektif berisikan perasaan-perasaan dan

emosiemosi terhadap objek-objek politik atau sistem politik; dan (3) orientasi

evaluatif berisikan keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik yang

secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan

perasaan. Dengan orientasi politik yang semacam itu, maka selanjutnya akan

terbentuklah budaya politik yang berbeda-beda pula (Sitepu, 2012: 164).

Masyarakat saat ini disuguhkan dengan berbagai praktik politik yang

terpapar di media massa, media cetak, maupun media sosial yang juga dialami

oleh Masyarakat Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten

Sumba Barat Daya. Hal ini pastinya juga mempengaruhi pilihan politik

mereka.

Berdasarkan Permendagri 112 tahun 2014 tentang pemilihan umum

kepala desa, Masyarakat Desa Wainyapu berpartisipasi untuk mengutarakan


hak pilih pada pemilihan kepala desa tahun 2019. Namun, apakah masyarakat

desa dengan mata pencaharian dominan petani dan pendidikan masyarakatnya

yang tergolong rendah mampu menghasilkan budaya politik yang aktif pada

politik. Beberapa hal yang belum terungkap adalah bagaimana orientasi

politik Masyarakat Desa Wainyapu dan memunculkan budaya politik mereka

yang termasuk ke dalam bentuk atau tipe yang seperti apa. Guna

memfokuskan penelitian dan mendapat data yang akurat, penulis memilih

meneliti budaya politik masyarakat pada Pilkada Langsung Tahun 2019

Kemudian, pada saat pemilihan umum juga sangat kentara bagaimana

pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap politik.

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting

dalam budaya politik suatu negara. Karena manusia dalam kedudukannya

sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain

dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia

tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan

papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan

eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian,

pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai

politik tertentu dan anggota dari suatu organisasi tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari setiap masyarakat tentu tidak terlepas

dari kegiatan politik. Tidak terkecuali pada masyarakat Desa Suwatu yang

juga tidak terlepas dari kegiatan politik. Karena kegiatan politik yang terjadi

pada masyarakat merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antara


warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah

(non-formal), yang telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat,

pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam

semua sistem politik termasuk sistem Pemilukada secara langsung (Septi

Meliana, 2011:4). Sehingga, hal tersebut dapat mempengaruhi terbentuknya

budaya politik masyarakat dan perilaku memilih masyarakat pada pelaksanaan

pemilihan umum kepala daerah secara langsung. Oleh karena itu, seringkali

kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap

warga negara terhadap negaranya, pemerintahannya, dan pemimpin politiknya

dengan cara melihat budaya politik masyarakatnya dan perilaku memilihnya.

Budaya politik merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan

ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi,

pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan

partai-partai politik, perilaku aparat negara, dan perilaku masyarakat yang

berupa partisipasi politik masyarakat dalam kegiatan politik, serta gejolak

masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Masyarakat dalam

melakukan kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan

ekonomi, kehidupan pribadi, dan sosial secara luas (A. Rahman

H.I,2007:267). Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi

kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola

pengalokasian sumber-sumber masyarakat. Budaya politik juga terdiri dari

serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan nilai-nilai yang melatarbelakangi

situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi (Ronaldh H. Chilcote, 2007: 11).
Sehingga, orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling

tidak mereka melakukan pemberian suara (voting behavior), dengan cara ikut

serta berpartisipasi secara langsung untuk memilih wakil rakyat di daerahnya

dalam pemilihan umum kepala daerah khususnya kepala desa.

Budaya politik merupakan fenomena dalam masyarakat, yang

memiliki pengaruh dalam struktur dan sistem politik. Kantaprawirja (2006:24)

dalam membahas budaya politik mensatutemakan dengan struktur politik,

karena berhubungan dengan fungsi konversi dan kapabilitas. Pembahasan

tentang budaya politik perlu dikedepankan karena menyangkut disiplin ilmu

sosial yang berkaitan dengan fenomena masyarakat.

Pembahasan mengenai budaya politik dimaksudkan sebagai upaya

untuk lebih mengenal ciri yang terpokok untuk menguji proses yang berlanjut

dan yang berubah seirama dengan proses perkembangan. Memahami budaya

politik berkaitan dengan karakteristik-karakteristik khas sebagai variabel

untuk melihat perubahan sosial yang terjadi. Hal tersebut mengartikan budaya

politik merupakan faktor yang memiliki nilai penting dalam pembahasan

pembahasan mengenai fenomena masyarakat.

Keanekaragaman bangsa Indonesia bukan hanya dalam budaya, tetapi

juga dalam arti geografis yang memperkaya Indonesia. Masyarakat yang

terdiri dari pebedaan suku, budaya, bahasa, kepercayaan dan agama dengan

sendirinya keadaan ini telah memperluas ruang lingkup studi budaya politik.

Bentuk budaya politik Indonesia merupakan sub-budaya nasional yang

dibawa oleh pelaku-pelaku politik dari setiap kelompok budaya yang ada di
Indonesia. Budaya politik menyatakan apakah warga negara diminta

meninggalkan kesetiaan lokal dan mengarahkan kesetiaan itu ke negara, atau

kah sub-budaya tetap diakui sebagai bagian dari budaya politik nasional, agar

kepentingan mereka tetap terwakili didalamnya.

Studi mengenai budaya politik ini merupakan studi yang penting bagi

upaya mengenali dan memahami karakter politik dari sebuah masyarakat.

Pada negara yang tengah berada dalam fase demokratisasi, pemahaman yang

menyeluruh terhadap karakter budaya politik masyarakatnya merupakan

kemutlakan. Pemahaman yang menyeluruh tersebut terkait dengan

pembangunan pondasi sistem politik yang baik. Pada konteks inilah studi

budaya politik menemukan urgensinya.

Melihat kondisi kehidupan politik di Indonesia khususnunya di NTT

terutama dalam aspek budaya politik bila merujuk pada studi yang dilakukan

Almond dan Verba, digambarkan bahwa terjadi interaksi antara nilai-nilai dan

institusi tradisional dengan nilai-nilai demokrasi baru. Institusi tradisional

dalam skala yang sangat kecil terutama di beberapa daerah di NTT khususnya

di Sumba masih ikut memberi kontribusi dalam kancah politik lokal dan ikut

menentukan karakter budaya politik setempat. Meskipun institusi lokal relatif

kecil, namun nilai-nilai tradisional yang muncul di Indonesia pada era

reformasi masih ada hingga saat ini dengan cara memberikan siri pinang

sebagai alat praktik manipulasi politik dalam budaya politik. Feodalisme

merupakan salah satu warisan nilai yang muncul sampai saat ini, pada titik

tertentu nilai tradisional ini sangat mempengaruhi budaya politik di Indonesia.


Maka, dalam konteks kajian budaya politik di Indonesia terdapat keunikan-

keunikan yang menambah daya tarik kajian.

Tingkat politik kenegaraan dengan kehadiran nilai-nilai tradisional

dalam segala bentuk-bentuk telah menjadi penghambat bagi demokratisasi.

Almond dan Verba (1984:7) menuliskan bahwa paling tidak ada dua faktor

yang menghambat demokratisasi di negara-negara transisi demokrasi, salah

satunya adalah masih dominannya nilai-nilai tradisional dengan politik uang

dalam berdemokrasi. Kalau kita melihat permasalahan ini, masyarakat sumba

merupakan salah satu masyarakat adat yang berada di pedalaman di Nusa

Tenggara Timur (NTT) khususnya masyarakat desa Wainyapu Kecamatan

Kodi Balaghar, Kabupaten Sumba Barat Daya sampai saat ini masih

menjunjung nilai-nilai budaya leluhur sebagai alat praktik politik contohnya

salah satu kandidat calon kepala desa berkompanye menggunakan siri pinang

sebagai alat praktik mani politik.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, maka penulis tertarik untuk

meneliti mengenai budaya politik lokal Masyarakat Desa Wainyapu dengan

skripsi yang berjudul “ Budaya Politik lokal (Masyarakat Desa Wainyapu

Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya pada Pilkades

Langsung Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana budaya politik Masyarakat Desa Wainyapu Kecamatan Kodi

Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya pada Pilkades Langsung Tahun

2019?

2. Adakah faktor yang mempengaruhi budaya politik Masyarakat Desa

Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya pada

Pilkades Langsung Tahun 2019

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui budaya. Masyarakat Desa Wainyapu Kecamatan Kodi

Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya pada Pilkades Langsung Tahun

2019

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi budaya politik Masyarakat

Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya

pada Pilkades Langsung Tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan,

menambah pengalaman bagi peneliti, dan mampu memberikan gambaran

budaya politik Masyarakat Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar

Kabupaten Sumba Barat Daya pada Pilkades Langsung Tahun 2019.


2. manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

pengetahuan bagi ilmu-ilmu sosial khususnya tentang budaya politik

Masyarakat Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba

Barat Daya pada Pilkades Langsung Tahun 2019 dan menambah koleksi

buku-buku perpustakaan yang dapat dimanfaatkan sebagai referensi pada

penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai studi ilmiah yang

memberikan informasi bagi peneliti khususnya tentang budaya politik lokal

Masyaraka Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba

Barat Daya pada Pilkada Langsung Tahun 2019.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

perangkat desa dan Masyarakat Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar

Kabupaten Sumba Barat Daya mengenai budaya politik Masyarakat Desa

Wainyapu Kabupten Sumba Barat Daya pada Pilkada Langsung Tahun

2019.

E. Definisi Operasional

1. Budaya Politik
Budaya politik yang dimaksud ialah sikap Masyarakat Desa Wainyapu

terhadap sistem politik dan komponen-komponennya, juga sikap

Masyarakat Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar terhadap peranan

yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik. Komponen-komponen

dalam sistem politik yang dimaksud ialah kultur, struktur, kelompok,

kepemimpinan, dan kebijakan.

Penelitian budaya politik di Desa Wainyapu Kecamatan Kodi

Balaghar dibatasi pada pemahaman dan peran masyarakat terhadap sistem

politik khususnya pada saat Pilkades Langsung Tahun 2019. Oleh karena

itu, budaya politik dalam penelitian ini ingin mengetahui pemahaman dan

peran masyarakat secara umum pada suatu sistem politik, bagaimana sikap,

peran, dan perilaku masyarakat terhadap politik, khususnya pada saat

Pilkades Langsung Tahun 2019.

2. Partisipasi Politik

Partisipasi politik dalam penelitian ini dibatasi pada partisipasi politik

Masyarakat Desa Wainyapu pada saat berlangsungnya Pilkades Langsung

Tahun 2019. Peneliti melihat apakah masyarakat terlibat dalam proses

Pilkades tersebut, kemudian apa alasan masyarakat untuk berpartisipasi

atau tidak berpartisipasi, dan bagaimana partisipasi ini kemudian

memberikan andil terhadap budaya politik di Desa Wainyapu Kecamatan

Kodi Balaghar khususnya pada saat Pilkades Langsung Tahun 2019.

Masyarakat Desa Wainyapu Kecamatan Kodi Balaghar yang diteliti


memiliki pengetahuan mengenai Pemilu tersebut, baik yang memberikan

suara maupun yang tidak (golput).

Anda mungkin juga menyukai