Anda di halaman 1dari 7

KELIPING

Budaya politik

Disusun oleh:
RIDHO S. W
X ALAT BERAT B
SMK HARAPAN
TAHUN AJARAN 2024-2025
BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

Budaya politik adalah keseluruhan pandangan-pandangan politik, seperti norma,


pola orientasi terhadap politik, dan pandangan hidup pada umumnya.

Budaya politik mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik, yaitu
sikap-sikap, sistem kepercayaan, simbol-simbol yang dimiliki oleh individu, harapan-
harapan dan beroperasi dalam seluruh masyarakat.

Bentuk budaya politik dalam sebuah masyarakat dipengaruhi oleh sejarah


perkembangan dari sistem, agama yang ada dalam masyarakat tersebut, kesukuan,
status sosial, konsep kekuasaan, dan kepemimpinan.

Almond dan Powell mengklasifikasikan budaya politik ke dalam tiga hal, yakni:

Budaya Politik Parokial: Budaya politik yang level partisipasinya sangat rendah.

Budaya Politik Kaula: suatu komunitas atau masyarakat yang cukup maju baik sosial
maupun ekonomi, tetapi sikapnya pasif terhadap politik.

Budaya politik partisipan: budaya politik di mana kesadaran masyarakatnya sangat


tinggi untuk aktif dalam aktivitas politik.
Sosial kemasyarakatan di Indonesia terbagi ke dalam kelompok atau kategori yang
berbeda-beda dan sangat beragam. Sehingga, keberagaman ini sangat
mempengaruhi budaya politik di Indonesia

Budaya Politik Campuran atau Mixed Political Culture


•Budaya politik partisipan di Indonesia sudah sangat terlihat. Tolak ukurnya adalah
level partisipasi politik masyarakat pada aktivitas politik semakin tinggi, baik berupa
tuntutan maupun dukungan terhadap pemerintah. Sebagian besar masyarakatnya
sudah tersosialisasikan dengan baik dalam bidang politik.

•Akan tetapi, masih ada masyarakat yang tidak berdaya dalam memengaruhi
pembuatan kebijakan. Masyarakat ini didominasi oleh individu yang marginal atau
terpinggirkan, masyarakat yang tingkat perekonomiannya masih rendah, dan tingkat
pendidikan yang rendah.

•Oleh karena itu, budaya politik masyarakat Indonesia termasuk kategori budaya
politik campuran atau mixed political culture antara budaya politik partisipan dan
budaya politik kaula-parokial.

•Budaya politik partisipan banyak terlihat di kota-kota besar, seperti Bandung,


Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Palembang, Medan, dan kota metropolitan lainnya.
Sedangkan budaya politik kaula-parokial masih ditemukan di daerah pedesaan atau
terpencil.

Ikatan Kesukuan atau Primordial


•Ikatan kesukuan atau primordial terhadap budaya daerah secara berlebihan terlihat
masih mendominasi dan sangat kuat dalam kehidupan budaya politik Indonesia.
Seperti, agama tertentu, suku bangsa dan ras, marga, serta sifat keaderahan.

•Oleh karena itu, elit politik sering memanfaatkan ikatan kedaerahan ini untuk tujuan
politiknya yaitu mendapatkan dukungan dalam pemilihan umum.
Sikap “bapakisme”
Budaya politik di Indonesia juga cenderung masih memperlihatkan sikap
“bapakisme” yaitu sikap ABS atau asal bapak senang. Sementara, pejabat publik
masih berorientasi kepada kekuasaan semata daripada pengabdian kepada
masyarakat.

•Sikap bapakisme diperparah dengan kondisi partai politik yang tidak lagi berdasar
pada ideologi perjuangan politiknya, tetapi lebih bersifat pragmatis.

•Pada akhirnya, rakyat selalu menjadi obyek politik dan kekuasaan, bukan subyek
kekuasaan seperti yang diharapkan oleh demokrasi.

Beberapa Ciri Budaya Politik di Indonesia Setiap Jenisnya


Di Indonesia menganut dua jenis budaya yang sering kita temui. Budaya yang
berlangsung tergantung dari banyak faktor, namun yang paling dominan adalah
lingkungan. Uraian mengenai cirinya sebagai berikut.

1.Parokial

Ciri dari parokial yaitu masyarakat apatis, ruang lingkup sempit dan kecil,
pengetahuan warga mengenai aspek ini termasuk kategori sangat rendah,
masyarakat tidak memperdulikan bahkan menarik diri dari kawasan politik.

Ciri lainnya yaitu masyarakat jarang sekali berhadapan dengan sistem ini, kesadaran
warga mengenai kewenangan serta kekuasaan negara sangat rendah. Jadi, intinya
budaya politik di Indonesia satu ini membuat rakyatnya kurang aktif berpartisipasi.

2.Partisipan

Ciri-ciri dari partisipan yaitu masyarakat mempunyai kesadaran tinggi untuk aktif
berperan terkait bidang ini dan sadar bahwa warga memiliki hak serta tanggung jawab
terhadap kehidupan politik.

Ciri lainnya adalah rakyat tidak begitu saja menerima situasi yang ada, tapi secara
sadar memberikan penilaian terhadap masalah terkait politik. Budaya politik di
Indonesia jenis partisipan ini merupakan yang paling ideal bagi negara demokrasi.
Ada beberapa contoh budaya ini di masyarakat Indonesia, yaitu berpartisipasi dalam
pemilu bagi yang memenuhi persyaratan ketentuan, ikut serta dalam forum untuk
menyampaikan aspirasi serta melakukan unjuk rasa dengan tertib dan damai.

Aktifnya masyarakat dalam kegiatan bidang ini akan memberikan dampak positif
terhadap perkembangan negara, apalagi Indonesia menganut sistem demokrasi.
Jadi, budaya politik di Indonesia diharapkan tetap mampu membuat rakyatnya aktif
berperan.

Budaya politik di Indonesia diharapkan tetap mampu membuat masyarakatnya aktif


berperan, apalagi mengingat sistemnya demokrasi.***

Bagian-bagian budaya politik

Secara umum budaya politik terbagi atas tiga

1.Budaya politik apatis (tidak acuh, masa bodoh, dan pasif)

2.Budaya politik mobilisasi

3.(didorong sengaja dimobilisasi)

4.Budaya politik partisipatif (aktif)

Budaya Politik di Indonesia

Sunting

Berikut budaya politik di Indonesia

Hierarki yang Tegar/Ketat


Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya
bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan
tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-
masing terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara
sopan santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal usul kelas masing-
masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa ‘kasar’ kepada rakyat kebanyakan.
Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa
‘halus’. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain
tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.

•Kecendrungan Patronage

Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di
Indonesia.Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya
budaya politik semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih
memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya.

•Kecendrungan Neo-patrimonisalistik

Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya


kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya
meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi,
perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter
patrimonial.

Ciri-ciri birokrasi modern:

Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke
bawah dalam organisasi

Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas


dan tanggung jawab yang tegas

Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur


bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya

Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar
karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.
Tipe-tipe budaya politik

Berikut tipe-tipe budaya politik

Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat
rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan Parokial apabila frekuensi
orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau
tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe
budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat
pedalaman di Indonesia. Dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat
khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum
semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.

Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan
sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif.
Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi
orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek
output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh
pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam
pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para
subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan
pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada
ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam
kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem
politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik
yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam
kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota
masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi
penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan
beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung.
Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua
dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut
bisa saja bersifat menerima atau menolak.

Anda mungkin juga menyukai