Anda di halaman 1dari 14

Perjuangan Hidup Tokoh

Dalam Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata

PROPOSAL PENELITIAN

HELENA DODOK
NPM : 1504080125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEENDIDIKAN
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
JANUARI 2019
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sastra adalah hasil karya manusia baik lisan dan non lisan (tulisan) yang
menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai enstetik (keindahan
bahasa) yang dominan. Sastra lisan adalah suatu karya sastra yang masih hidup dalam
masyarakat, seperti: mithe, legenda, dan dongeng. Sedangkan sastra tulisan adalah suatu
hasil karya sastra yang sudah di cetak atau di dokumentasikan seperti, puisi, pantun,
novel, dan cerpen.

Menurut Jacob sumardjo dan saini (1991:2-3) salah satu pengertian sastra adalah
seni bahasa. Maksudnya adalah lahirnya sebuah karya sastra adalah untuk dapat di
nikmati oleh pembaca. Supaya dapat menikmati sebuah karya sastra dengan sungguh-
sungguh makka pembaca memerlukan pengetahuan yang cukup tentang sastra dan
mampu memahami dengan tepat. Karya sastra bukanlah ilmu. Karya sastra adalah seni,
dimana banyak unsur kemanusiaan yang masuk didalamnya, khususnya perasaan,
sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan,
keyakinan sebagai unsur karya sastra sulit dibuat batasannya.

Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana
menghibur diri pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Warren (dalam Nurgiyantoro,
2007:3) yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi berarti menikmati
cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang
dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan di lukiskan dalam bentuk tulisan.
Jakop sumardjo dalam bukunya yang berjudul “apresiasi kesusastraan” mengatakan
bahwa karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini
menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan dengan bahasa yang
akan di sampaikan kepada orang lain. Pada dasarnya karya sastra sangat bermanfaat
bagi kehidupan, karena karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang
kebenaran-kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra
dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan
intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk
berkarya karena siapapun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan
yang bernilai seni.

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian ceritakehidupan


seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku. Novel merupakan bentuk sastra yang populer di dunia. Dari sudut pandang Seni,
Waluyo (2002: 36) menyatakan bahwa novel adalah lambing kesenian yang baru yang
berdasarkan fakta dan pengalaman pengarangnya. Susunan yang digambarkan novel
adalah suatu yang realistis dan masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan bukan hanya
kehebatan dan kelebihan tokoh (untuk tokoh yang dikagumi), tetapi juga cacat dan
kekurangannya. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa novel bukan alat hiburan, tetapi
juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan melihat segi-segi kehidupan dan nilai
baik-buruk (oral) dalam kehidupan dan mengarahkan kepada pembaca tentang pekerti
yang baik dan budi yang luhur (waluyo, 2002:37).

Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi, sedangkan karakter
merujuk pada istilah watak yang berarti kondisi jiwa atau sifat dari tokoh tersebut. Jadi
tokoh adalah pelaku yang berada dalam karya fiks, sedangkan karakter atau watak
adalah perilaku yang mengisi diri tokoh tersebut.

Perjuangan hidup merupakan sebuah usaha atau upaya yang dilakukan seseorang
atau kelompok orang untuk mencapai sesuatu yang di inginkan melalui proses dan
rintangan yang dihadapi yang ada pada lingkungan masyarakat. Perjuangan dalam hidup
seseorang sangatlah diperlukan dalam kehidupan seseorang manusia yang hidup dialam
nyata sehingga bisa dikatakan bahwa dalam kehidupan seseorang haruslah berjuang.
Secara sederhana novel sirkus pohon ini kembali menegur kita bahwa hidup harus
berjuang.

Kisah tentang pohon delima yang ternyata didalamnya ada filosofi. Pohon delima
tersebut terkadang musuh, terkadang pembawa kenangan, dan terkadang pembawa
cinta. Andrea Hirata berhasil mengemas semua itu secara apik dalam sebuah novel. Di
dalam novel ini diceritakan tentang sebuah keluarga dengan 5 bersaudara. tokoh
utamanya bernama Sobrinudin. Dia adalah anak ke-4 dari 5 bersaudara. Kakak-
kakaknya adalah orang sukses yang mempunyai pekerjaan tetap, dan adiknya adalah
perempuan yang lulus secara cemerlang tingkat SMA. Sedangkan Sobrinudin sendiri
adalah pengangguran. Jangankan pekerjaan, ijazah saja hanya ijazah SD. Ia hanya
lulusan SD yang putus sekolah saat duduk di bangku kelas 2 SMP. Itu semua berawal
dari pertemanannya dengan Taripol, sahabat kecilnya. Ternyata Taripol adalah ketua
geng atau mafia. Ia buronan para polisi. Namanya telah ternodai setelah terlibat kasus
dengan sahabatnya, Subrinudin pun harus mencari makan dan tempat tinggal. Ia
membutuhkan sebuah pekerjaan tetap namun tidak ada yang mau menerimanya karena
namanya telah tercemar sebagai komplotan pencuri.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan kajian guna
mengungkapkan perjuangan hidup tokoh dalam novel sirkus pohon karya Andrea
Hirata.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan hasil peneltian yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan
masalah. Ada dua rumusan masalah dalam penelitian ini yakni,

1.2.1 Bagaimanakah motivasi tokoh untuk memenuhi kebutuhan hidup?


1.2.2 Bagaimanakah kebutuhan manusia berdasarkan hirarkinya?
1.3 Tujuan dan Manfaat penilitian
1.3.1 Tujuan

Tujuan suatu penelitian haruslah jelas mengingat penelitian harus mempunyai arah
dan sasaran yang tepat. Ada dua tujuan penelitian ini.

1.3.1.1 Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan motivasi tokoh dalam memenuhi


kebutuhan hidup.
1.3.1.2 Penelitian ini bertujuan memaparkan perjuangan tokoh dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai
tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat
secara umum. Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis.

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan sastra


Indonesia terutama dalam pengkajian novel dengan pendekatan semiotik.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi pembaca sastra


Indonesia terhadap aspek moral dalam sebuah novel.

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra di Indonesia
dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti sastra selanjutnya.
2. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian perjuangan hidup secara umum

Perjuangan hidup adalah sebuah usaha atau upaya yang dilakukan seseorang atau
keompok orang untuk mencapai sesuatu yang di inginkan melalui proses dan rintangan
yang dihadapi yang ada dalam lingkungan masyarakat tersebut. Perjuangan dalam hidup
seseorang sangatlah diperlukan dalam kehidupan seseorang manusia yang hidup di alam
nyata sehingga bisa dikatakan haruslah berjuang atau berusaha untuk mencapai
keinginan atau cita-cita yang ingin di capai baik itu dalam bidang materi maupun
imateri.

Life is a struggle begitulah orang inggris bilang bahwa hidup adalah sebuah
perjuangan. Artinya bahwa dalam hidup ini harus ada sebuah usaha dari kita untuk bisa
maju. Ketika seseorang sudah tidak memiliki semangat untuk maju maka bisa
dipastikan orang itu akan menjadi pecundang seumur hidupnya. Orang tersebut hanya
bisa menyalahkan keadaan, diri sendiri, dan orang lain. Untuk itu siapapun kita, jika kita
ingin sukses maka haruslah ada perjuangan dalam hidup ini.

Melihat pengertian di atas jika kita kaji lebih dalam alangkah lebih baiknya kita
harus berjuang dengan semaksimal mungkin untuk mencapai keberhasilan yang ingin
kita raih sering juga kita dengar kata-kata seperti berjuanglah sampai pada titik
penghabisan, maksud dari kata-kata seperti itu kita harus berjuang semaksimal mungkin
dalam hidup sehingga kita dapat memetik buah keberhasilan yang kita tanam pada masa
kita berjuang.

2.2 Pengertian Motivasi Hidup

Motivasi hidup sangat penting dimiliki oleh seseorang. Orang akan memiliki
motivasi yang berbeda-beda dalam hidupnya. Semua itu tergantung pada apa yang ingin
ia raih dalam hidupnya, yang jelas motivasi ini akan mempengaruhi hidupnya secara
keseluruhan. Bagaimana ia menjalani hidupnya, dan apa yang ia kerjakan tergantung
pada motivasinya.

Motivasi adalah dorongan atau semangat. Sehingga yang di maksud dengan


motivasi hidup adalah dorongan atau semangat untuk hidup. Dengan adanya dorongan
tersebut maka manusia akan menjalani hidupnya sesuai dengan motivasinya tersebut.
Motivasi dalam hidup manusia bermacam-macam dan berbeda-beda pada setiap orang.
Seperti apa motivasi hidup ini akan tergantung pada seperti apa seseorang memaknai
hidupnya atau bagaimana seseorang mendifinisikan arti hidupnya. Itulah mengapa
setiap motivasi dalam hidup seseorang berbeda-beda. Setiap orang wajib memiliki
motivasi karena dengan begitu hidupnya akan lebih bermakna.

Motivasi dibutuhkan oleh setiap manusia, dan manusia itu sangat memerlukan
motivasi didalam hidupnya karena setiap manusia pasti pernah mengalami beberapa
masalah, kegagalan, tantangan, atau hal sejenisnya dimanapun itu bisa saja akan
membuat mereka jatuh dari keterpurukan. Masalah, kegagalan, atau tantangan itu akan
membuat mereka kehilangan semangat hidupnya sehingga mereka perlu segera bangkit
untuk melanjutkan hidupnya. Caranya adalahdengan memiliki motivasi dalam
hidupnya. Memiliki motivasi dalam hidup sangat penting karena akan memberi
dorongan atau semangat untuk hidup yang lebih baik. Dengan memiliki motivasi dalam
diri seseorang maka dapat dipastikan itu adalah satu kekuatan dalam hidupnya untuk
menjadi pribadi yang lebih baik dan berjalan maju kedepan. Motivasi dalam hidup akan
sangat berpengaruh pada apa yang akan dihasilkan nanti, bagaimana keinginan, impian,
dan bagaimana bisa mencapai semua itu tergantung pada motivasi dalam hidup
seseorang. Jadi jika kehidupan seseorang dihadapkan pada banyak tantangan hidup
maka orang tersebut memiliki alasan yang tepat mengapa ia menjalani hidup selama ini
dan melakukan hal-hal ia lakukan sekarang. Ketika seseorang mampu memotivasi diri
dengan benar maka hasil yang ia dapatkan akan menjadi maksimal. Karena motivasi
yang tepat akan menuntun manusia menuju jalan yang benar dan motivasi yang salah
akan membawa manusia tersebut kejalan yang salah. Jadi, setiap orang sangat perlu
memiliki motivasi hidup tetapi tidak hanya sekedar motivasi biasa tetapi motivasi hidup
sejati.

2.3 Teori Hirarki Oleh Abraham Maslow

Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi


atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di
tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi. Konsep hirarki kebutuhan dasar ini
bermula ketika Maslow melakukan observasi terhadap perilaku monyet. Berdasarkan
pengamatannya didapakan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan
dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Contohnya jika individu merasa haus maka
individu trsebut akan cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga. Individu dapat
hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu. Tetapi tanpa air individu hanya dapat
hidup selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan air jauh lebih kuat daripada
kebutuhan akan makan.

Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan


dasar yang digambarkan sebagai sebuah hirarki atau tangga yang menggambarkan
tingkat kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu: (1) kebutuhan
fisiologis, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih
saying, (4) kebutuhan akan penghargaan, (5) kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow
memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling
bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat berikutnya. Jika pada tingkat
tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu akan memuaskan pada
tingkan yang berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak
terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.
Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan
yakni motivasi kekurangan (Deficiency Motivation) dan motivasi perkembangan
(Growth Motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah
ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi
pertumbuhan didasarkan atas kapisitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang.
Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari setiap manusia.

2.4 Hirarki Kebutuha Menurut Maslow Terdapat Lima (5) Tingkat Kebutuhan Dasar
2.4.1 Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu
seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen
(sandang, pangan, papan). Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar
dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan diatasnya. Manusia yang lapar akan selalu
termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan
mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya
itu terpuaskan. Dimasyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa
lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan,
tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang mereka pikirkan adalah citarasa maanan
yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-
sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperature ataupun tekstur
makanan.

Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.


Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan
sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktifitas
makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi
seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian
membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua,
yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia
makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus-menerus mencari
makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan ditingkatan yang lebih tinggi tidak terus-
menerus muncul. Sebagai contoh seseorang yang minimal terpenuhi sebagian
kebutuhan untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat
mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya
lagi.

2.4.2 Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya muncullah apa yang


disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan
akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan,
perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti kriminalitas, perang,
teorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Serta kebutuhan
secara psikis yang mengancam kondisi kejiwaan seperti tidak di ejek, tidak
direndahkan, tidak stres, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari
kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia
tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran,
banjir atau perilaku berbahaya orang lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti
anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkahlaku seakan-akan selalu dalam
keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan
keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-
hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.

2.4.3 Kebutuhan Akan Rasa Ingin Memiliki dan Kasih Sayang (Social Needs)

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka
muncullah kebutuhan akan cinta, kasih saying dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-
kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap
sebagai warga komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti
bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada
keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima
cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak
tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa
dirinya akan diterima oleh orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada
orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta
menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk
sikap saling percaya. Seringkali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut
jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan
bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta menerima. Kita
harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan
meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut kedalam gelombang permusuhan dan
kebencian.

2.4.4 Kebutuhan akan penghargaan (Esteem Needs)

Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan bebas
untuk mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan memiliki
prestise. Maslow mengemukakan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori
mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.
Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan
akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat,
bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk
perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.
Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk
memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang dikemukakan Maslow.

2.4.5 Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)

Tingkatan akhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu
kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukkan dirinya kepada orang lain. Pada tahap
ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang dimilikinya.
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan,
tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi potensi. Maslow
melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh
kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow
berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan
untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa
banyak anak muda di [brandeis]] memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-
kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa
mencapai aktualisasi diri.
3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Strategi Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penerapan
metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang berarti data yang dihasilkan berupa kata-
kata dalam bentuk kutipan. Menurut moleong (dalam Arikunto, 2002: 6), metode
kualitatif yang bersifat deskriptif dimaksudkan adalah bahwa data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian kualitatif bersifat
deskriptif lebih mengutamakan proses daripada hasil, analisis data cenderung induktif,
dan makna merupakan hal yang esensial (Semi, 1993: 59). Proses dalam penelitian
kualitatif lebih diutamakan karena hubungan antar bagian-bagian yang sedang diteliti
jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Dalam pelaksanaannya, metode deskriptif
kualitatif menuntut peneliti untuk menangkap aspek penelitian secara akurat serta
memperhatikan secara cermat apa saja yang menjadi fokus penelitian sehingga
pemberian interpretasi dapat lebih mendalam..

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sasaran yang akan diteliti yang tentu saja tidak terlepas dari
masalah penelitian (Al-Ma’ruf, 2009: 10-11). Objek penelitian ini adalah Perjuangan
Hidup Tokoh Dalam Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata.

3.3 Data dan Sumber Data


3.3.1 Data

Data merupakan bahan yang sesuai untuk memberi jawaban terhadap masalah yang
dikaji (Subroto dalam Al-Ma’ruf, 2009: 11). Data penelitian sastra adalah unsur-unsur
sastra yang terdapat dalam teks sastra yang berkaitan langsung dengan masalah
penelitian. Data penelitian demikian substansinya dipandang
berkualifikasi valid (shahih) dan reliable (terandal) (Al-Ma’ruf, 2009: 11). Data dalam
penelitian ini berupa paparan bahasa (teks tertulis) yaitu kata-kata, frasa, kalimat yang
terdapat dalam novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata.

3.4 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto, 2002: 107). Sumber data yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan
menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber dara skunder (Al-Ma’ruf, 2009: 11-
12). Sumber data primer adalah sumber data yang mengandung data primer dalam hal
ini adalah teks sastra yang diteliti. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa teks
novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh penerbit Tiga Kelana
tahun 2010. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian atau
telaah yang dilakukan oleh orang lain yang terdapat dalam berbagai pustaka seperti
majalah, buku kritik sastra, makalah artikel pada jurnal sastra, hasil seminar sastra, dan
sebagainya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan
novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata secara cermat, terarah, dan teliti. Pada saat
melakukan pembacaan tersebut, peneliti mencatat data-data tentang Perjuangan Tokoh
yang ditemukan dalam novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata.

3.6 Teknik Validasi Data

Validasi data dilakukan sebagai tahapan terakhir dalam proses penelitian. Validasi
data bertujuan untuk agar penafsiran dan analisis data dapat dipertanggungjawabkan dan
memeriksa apakah data yang diolah sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
masalah. Adapun teknik yang digunakan dalam proses validasi data dikenal dengan
nama triangulasi. Terdapat empat jenis triangulasi, yaitu: (1) triangulasi data, (2)
triangulasi metode, (3) triangulasi teori, (4) triangulasi peneliti. (Siswantoro, 2010: 79).

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi metode yaitu


pendiskusian dengan ahli (dosen pembimbing) dengan tujuan untuk membantu
mengecek kevalidan data. Kemudian melakukan diskusi dengan teman sejawat yang
peneliti anggap tahu akan masalah yang diangkat.

3.5 Teknik Analisis Data


Milles dan Huberman (dalam Sutopo, 2002: 74) menyatakan bahwa terdapat dua
model pokok dalam melaksanakan analisis di dalam penelitian kualitatif, yaitu (1)
model analisis jalinan atau mengalir dan (2) model analisis interaktif. Dari dua model
dalam melaksanakan analisis di dalam penelitian kulalitatif tersebut peneliti
menggunakan model kedua, yaitu model analisis interaktif. Dalam model analisis
interaktif terdiri dari empat kemampuan analisis yaitu, reduksi data, sajian data,
pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus.

Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut (Sutopo,


2002: 87).

3.5.1 Pengumpulan data, yaitu pengumpulan data di lokasi studi dengan melakukan
observasi, wawancara mendalam, dan mencatat dokumen menentukan strategi
pengumpulan data yang dipandang tepat dan menentukan fokus serta
pendalaman data pada proses pengumpulan data berikut.
3.5.2 Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi pemfokusan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang ada dalam lapangan langsung dan diteruskan pada
pengumpulan data.
3.5.3 Sajian data yaitu, suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan penelitian dilakukan.

Penarikan kesimpulan, sejak awal pengumpulan data peneliti harus mengamati dan
tanggap terhadap hal-hal yang ditemui dilapangan (dengan meyusun pola-pola asahan
dan sebab akibat).

Anda mungkin juga menyukai