BAB II
KAJIAN PUSTAKA
kajian sosiologi sastra. Kajian tersebut berkaitan tentang gaya hidup. Penelitian
tersebut dilakukan Fatma pada tahun 2008 dengan judul “Refleksi Gaya Hidup
dan Sikap Hidup Remaja dalam Tiga Novel Remaja Seperti Bintang (Regina
Feby, 2005), Impian Moira (Dewie Sekar, 2005), dan Cowok Nyebelin Banget!
(Tryanee, 2006)”. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu (1) Mengungkap gambaran
gaya hidup remaja, yang tercermin dalam tiga novel remaja. (2) Mengungkap
yang tercermin dalam tiga novel remaja. Adapun unsur yang dteliti adalah dari
segi tokoh akan ditemukan ciri dan karakter, serta penggambaran watak tokoh
baik dari segi fisik maupun kejiwaan/mental. Dari segi alur ditemukan
macam tempat yang menjadi kebiasaan atau tempat yang melatari terjadinya
berbagai masalah/kejadian.
Putri pada tahun 2011 juga melakukan penelitian yang mirip dengan judul
penelitian “Budaya Materialis dalam Novel Mr. Maybe”. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk memberikan gambaran tentang budaya materialis yang terdapat
di dalam masyarakat kelas menengah keatas pada novel Mr. Maybe. Penelitian
ini
memberikan gambaran tentang keberadaan konteks sosial dan historis dari teks-
teks dalam novel Mr. Maybe menunjukkan bahwa Materialisme sebagai anak
budaya gaya hidup. Selain itu novel ini sejelasnya mengungkap sindiran
dominan.
mendeskripsikan gaya hidup hedonis dan relasi gaya hidup tersebut dengan gaya
hidup hedonis yang ada pada kehidupan nyata di masyarakat. Hasil yang akan
diperoleh dari penelitian ini yaitu penggambaran gaya hidup hedonis setiap
Peneliti menarik simpulan bahwa penelitian ini perlu diadakan karena dalam
penelitian sebelumnya belum pernah diulas mengenai aspek gaya hidup hedonis
dengan judul “Gaya Hidup Hedonis dalam Novel Dan Hujan pun Berhenti
Karya Farida Susanty”, layak untuk diteliti karena belum ada yang meneliti dan
B. Landasan Teori
yang
terdiri atas berbagai unsur yang satu sama lainnya saling berkaitan (Sangidu,
2004:16). Karena itu, apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur struktur,
sastra tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga memiliki kaitan yang
erat.
novel yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan dan saling
menentukan sehingga novel tersebut menjadi suatu karya yang bemakna hidup.
Karya sastra terbagi menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri, unsur itu meliputi alur (plot), tokoh dan penokohan, dan gaya bahasa
unsur ekstrinsik yaitu unsur yang membangun dari luar karya sastra. Unsur-
unsur karya sastra prosa meliputi tema, alur, penokohan, latar, tegangan dan
Unsur-unsur tersebut merupakan unsur intrinsik dari sebuah karya sastra. Dalam
lain:
a. Penokohan
2010:165) adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan.
sastra. Pelaku dapat diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, dan
dapat diketahui pula dari cara berbicara. Selain itu, dari adanya karakter tersebut
haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sewajar sebagaimana
kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging yang mempunyai pikiran
dan perasaan (Nurgiyantoro, 2010:167). Untuk itu, tokoh dalam sebuah cerita
oleh pembacanya. Apabila suatu tokoh bersikap dan bertindak lain dari
b. Latar
Dalam karya sastra, setting bukan hanya berfungsi sebagai latar yang
bersifat fisikal untuk membantu suatu cerita menjadi logis. Ia juga memiliki
Setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat,
waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis
tempat terjadinya suatu peristiwa dalam karya sastra. Latar waktu merupakan
latar yang mengacu pada waktu terjadinya sebuah peristiwa. Latar peristiwa
merupakan latar yanng mengacu terjadinya sebuah peristiwa atau yang lebih
disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
diceritakan.
Jadi setting yaitu latar peristiwa dalam karya fiksi yang membantu kejelasan
jalan cerita, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi
Perbedaan setting secara fisikal dan psikologis yaitu (1) setting yang bersifat
fisikal berhubungan dengan tempat, misalnya kota jakarta, daerah pedesaan, pasar,
sekolahan dan lain-lain, serta benda-benda dalam lingkungan tertentu yang tidak
mampu mengajuk emosi pembaca. (2) Setting fisikal hanya terbatas pada
sesuatu yang bersifat fisik, sedangkan setting psikologis dapat berupa suasana
maupun sikap serta jalan pikiran suatu lingkungan masyarakat tertentu. (3)
Untuk memahami setting yang bersifat fisikal, pembaca cukup melihat dariapa
unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-
sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.
1) Latar Tempat
membuat
karya tersebut kurang diyakini. Pendeskripsian tempat yang teliti dan realistis
ini penting dilakukan, agar pembaca terkesan dan seolah-olah hal yang
2) Latar Waktu
dengan waktu faktual. Waktu tersebut dapat dikaitkan dengan peristiwa yang
sungguh-sungguh terjadi.
3) Latar Sosial
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Latar sosial
tidak dapat dipisahkan dengan latar tempat. Untuk mendeskripsikan latar tempat
yang lebih fungsional harus disertai deksripsi latar sosial yaitu tingkah laku
teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh
bahwa, gaya hidup adalah frame of reference yang dipakai seseorang dalam
Hidup adalah mengalami keadaan dengan cara yg tertentu (Sugono, 2008: 543).
Jadi gaya hidup yaitu suatu kesanggupan atau sikap untuk mengalami suatu
hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki
tertentu. Gaya hidup itu sendiri merupakan pola hidup seseorang yang dinyatakan
Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Mereka cenderung
bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja, mode yang
mereka tiru adalah mode dari orang Barat. Jika mereka dapat memfilter dengan
baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika
tidak pintar dalam memfilter mode dari orang Barat tersebut, maka mereka akan
Hedonis yaitu filsuf yang berpendirian bahwa tujuan hidup manusia yang
hidup. Mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, untuk itu mereka ingin
utama serta terakhir hidup manusia. Dengan frekuensi, kadar, dan bentuk yang
berbeda. Kata nikmat ada beberapa macam dan tingkatanya sehingga isi dan
artinya juga ada beberapa macam dan tingkat. Bagi orang sensual, kenikmatan
Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya hidup hedonis yaitu gaya hidup manusia
utama dalam hidup yaitu kesenangan materi. Kesenangan yang memuaskan jiwa
dan batin setiap manusia. Manusia harus bisa memilih keinginannya agar dapat
modernisasi dalam bidang ekonomi ini ditandai oleh tingginya tingkat konsumsi
dan standar hidup, revolusi teknologi, intensitas modal yang makin besar dan
masal. Hal
konsumtif.
Hedonis menjadi sebuah gaya hidup baru yang menarik bagi para pengikutnya.
Hedonis telah memberikan dampak positif maupun negatif, dampak positif dari
hedonis yaitu masyarakat dapat mengenal teknologi yang lebih maju dan dapat
antara lain:
dekade terakhir cukup dramatis, yaitu perubahan masyarakat dari satu kondisi
ekstrem ke kondisi ekstrem yang lainnya. Hal tersebut merujuk dari kondisi
hanyut dalam kemewahan, gaya hidup, dan konsumerisme menuju kondisi lain
yang ektrem berupa agresivitas dan anarkisme. Dua titik kondisi ektrem tersebut
secara tidak langsung telah berpengaruh pada bangsa Indonesia sehingga telah
kehilangan sesuatu yang sangat penting yaitu akal sehat dan kontrol diri. Mereka
dalam http://cetak.bangkapos.com).
Agresivitas dapat muncul dalam bentuk verbal maupun fisikal. Dalam tingkat
yang paling tidak melukai, agresivitas mucul dalam bentuk gosip dan yang
Namun demikian, agresivitas dalam bentuk verbal bukan berarti tidak mampu
melukai, bahkan sering kali agresivitas verbal dapat membunuh karakter orang
lain. Makian, kata-kata kasar dan hinaan adalah hal-hal yang dapat membuat
seseorang terluka dan efeknya jauh lebih menyakitkan dan akan lama menetap
dalam perang antarwarga Jakarta, pada tingkat yang paling kronis perang tidak
hanya terjadi antara warga dengan warga, tetapi sudah melebar menjadi warga
melawan pelajar. Dalam hal ini, perilaku agresif sudah menjadi perilaku yang
anarkis, yaitu yang sengaja diakukan dengan sadar sebagai perilaku perlawanan
dari tindakan anarkis dapat terlihat pada berbagai kerusuhan skala kota.
bahwa agresifitas tidak dapat dipisahkan dari kondisi sosial masyarakat dengan
riil, tidak terkontrol, yang disebabkan kelimpahruahan dan jaminan sosial, sekali
waktu mencapai batas tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa gaya hidup
secara akademis sering kali mural yang berbentuk grafiti oleh para ahli
diinginkan dan dilihat sebagai aktivitas yang bersifat subversif dan dipraktikkan
oleh individu dengan mentalitas kriminal dan kurang menghormati orang lain
serta sering merusak fasilitas publik dan properti pribadi. Dengan kata lain,
Walaupun grafiti sebuah bentuk seni memiliki dimensi estetis yang positif
penting bagi kita untuk mengenali asosiasi grafiti dengan karakteristik yang
mengutarakan agenda yang jelas atas hak mereka. Fiske (dalam Halim,
dan mencorat-coret properti istana karena tidak elok dilihat. Para pemilik
Namun demikian, banyak juga vandal (penulis grafiti) yang masih muda
bahkan tidak menuliskan apa yang menjadi keinginan mereka pada karya
grafitinya, ironisnya mereka tidak tahu tujuan mereka membuat grafiti. Bagi
mereka suatu kesenangan dan tindakan spontan. Banyak ahli psikologi lingkungan
namun hal ini juga tidak sepenuhnya benar. Sebab sering kali dilakukan hanya
ingin lebih menonjol dari yang lain. Jadi grafiti hanya sekadar alat pemuas diri
(self- satisfaction), sama halnya ketika kita ingin dilihat lebih baik oleh orang
lain.
Grafiti dan vandalisme memiliki perbedaan yaitu seni grafiti biasanya selalu
pengerjaan serta keahlian tersendiri. Juga yang paling penting bisa terlepas dari
niatan untuk menunjukan identitas, atau semacam unjuk gigi kepada kawan dan
sembarangan.
melekat pada barang tersebut. Oleh karena itu, arti kata konsumtif (consumtive)
adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara
berlebihan. Dalam arti luas konsumtif adalah perilaku konsumsi yang berlebihan
skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-
mewah.
sepertinya cukup ramah, bahkan sangat positif. Tetapi, dilihat lebih dalam, alat
menguntungkan bagi pabrik dan penjual. Misalnya shopping mall dan adanya
katalog yang membujuk para konsumen untuk membeli barang yang tidak
Ritzer (2008:374) juga mengungkapkan bahwa, alat konsumsi baru ini dan
Kodrat manusia memang tidak pernah puas dengan segala sesuatu yang
dengan berbagi pilihan dan kemudahan yang ditawarkan. Pola hidup konsumtif ini
juga dipengaruhi oleh tuntutan dari gaya hidup baru yang mementingkan
penampilan fisik sebagai saripati dan nilai utamanya. Maka tidak heran bila warga
kota menjadi begitu terobsesi dengan hal-hal yang mengharuskan mereka lebih.
merasa bahwa mereka ada, bahwa mereka sepenuhnya hidup. Masyarakat konsumsi
Ironisnya, pola hidup konsumtif ini juga telah mulai ditawarkan kepada
ketangkasan dimana orang tua harus mengeluarkan puluhan ribu rupiah sekali
main. Gaya hidup remaja metropolitan telah membuat mereka menjadi generasi
yang sering berkeliaran. Hal ini tentu tidak lepas dari pengaruh globalisasi baik
melalui media cetak maupun elektronik yang menampilkan gaya hidup dunia
barat menjadi sebuah gaya hidup global dengan sebuah pesan bahwa jika
mereka tidak melakukan apa yang dilakukan oleh anak-anak seusia mereka
Salah satu contoh pola hidup konsumtif yaitu pesta minuman keras. Willis
mengalami stress maka mereka lari pada alkohol, sebagai penenang jiwanya.
mabuk maka penderitaan jiwanya terlupakan untuk sementara. Setelah dia sadar
dari mabuknya, maka sudah pasti masalah kesulitan hidup akan kembali terasa.
d. Geng
motor, geng punk, dan lain sebagainya. Ideologi yang sama dan sifat yang sama
dengan teman yang memiliki kesamaan nasib, daerah, sifat atau bahkan hobi.
Geng dianggap negatif oleh masyarakat karena melihat fakta-fakta yang ada
dalam masyarakat bahwa geng sering berbuah keonaran. Hal tersebut seperti yang
diungkapkan Willis (2008:66) bahwa, saat ini geng remaja telah menjurus
narkoba, melakukan kejahatan seks, dan perampokan. Contoh geng yang sempat
menjadi sorotan yaitu geng nero, geng yang telah berbuat keonaran di
Gaya hidup hedonis secara umum tidak bisa dilepaskan dengan budaya
muncul dan
bertahan karena kehendak rakyat, kesenian lahir karena kehendak bangsa, seni
populer ini lahir dan bertahan lebih karena kehendak media. Media dan
2007:89). Kondisi modern yang dimaksud adalah gaya hidup modern yang
dunia sastra pun paham-paham hedonis sedang menjadi tema hangat sehingga
Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil
ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik (dalam arti seni),
hasilnya berupa karya sastra, misalnya novel, puisi, cerita pendek, drama, dan
sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah
hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan. Dalam hal ini, alasan tertentu
dan sejumlah hasil tertentu yang dimaksud yaitu suatu hal yang berkaitan
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek Werren,
Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa sastra yaitu hasil kegiatan yang
penerus dari karya sebelumnya. Karya sastra yang diciptakan merupakan hasil
Sastra dapat dipadang sebagai suatu gejala sosial (Sangidu, 2004:41). Sastra
situasi sosial pada masa itu. Sastra tidak hanya merekam kenyataan yang ada
yang diwujudkan dalam bentuk sastra, maka dapat dikatakan bahwa karya sastra
melahirkan karya sastra yang berwujud novel atau lainnya merupakan manifes
sosial. Manifestasi sosial yang berwujud karya sastra tidaklah lahir dengan cara
bentuk tulisan (karya sastra). Dengan demikian, yang harus diperhatikan oleh
pengarang adalah karya sastra harus dilahirkan dari sebuah observasi yang
yang telah dituangkan dalam bentuk karya sastra merupakan sastra yang sangat
kompleks sehingga perlu ditafsirkan dengan cermat dan hati-hati. Dengan kata
lain, sastra adaah bagian dari masyarakat yang dihasilkan oleh pengarang yang
adalah anggota masyarakat. Oleh karena itu, latar belakang sosial pengaranglah
dalam diri sastrawan dapat menjadi objek penciptaan karya sastra (Noor,
2007:49). Untuk itu karya sastra yang diciptakan bersifat sosial, yaitu norma-
setiap
jawab sosial pengarang. Mungkin berupa kritik atau protes terhadap situasi dan
penderitaan dan dilema masyarakat adalah miliknya. Oleh sebab itu, problem
masyarakat sebenarnya juga problem karya sastra, karena karya sastra tidak
tidak mau akan menjadi saksi zaman (Endraswara, 2008:89). Dalam kaitan ini,
cermin dalam teks kepada ontvanger (penerima pesan). Berarti bahwa karya
situsi dan kondisi masyarakat pada masa tersebut. Selain itu, pandangan sosial
cerminan.
tersebut seperti gaya hidup mewah atau hedonis, gaya hidup konsumtif, bahkan
bunuh diri yang sering digambakan dalam novel. Selain itu pengarang juga
relasi-relasi itu dan juga ruang dan waktu itu, lebih dipahami sebagai hasil
rekaan belaka dari pengarang karya sastra sebagai individu, bukan sebagai
sesuatu yang mengacu pada dunia sosial yang nyata. Hal tersebut merupakan
Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan
itu, dan berinteraksi dengan pembaca yang juga merupakan warga masyarakat
tersebut. Karya sastra hasil ciptaan pengarang, dapat diterima atau tidak oleh