Anda di halaman 1dari 7

FAKTA KEMANUSIAN NOVEL “HABIBIE & AINUN” KARYA BJ.

HABIBIE
BERDASARKAN PERSFEKTIF STRUKTURALISME GENETIK LUCIUS GOLDMANN

Muhammad Iqbal Prawira Subagja


Univeritas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
200301110194@student.uin-malang.ac.id

M Arif Farhan Ferdinansyah


Univeritas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
200301110209@student.uin-malang.ac.id

PENDAHULUAN

Novel adalah salah satu buku bacaan yang banyak diminati oleh kalangan kaum
muda ,namun tidak hanya kaum muda saja yang gemar untuk membaca bahkan oarang tua
sekalipun terkadang suka dalam hal membaca,membaca yang ,menjadikan kita membuka
mainset agar lebih berkembang dan memiliki pengetahuan yang luas,

Namun pada kesempatan ini penulis akan menuliskan beberapa fakta sosial yang
ada dalam sebuah novel yang berjudul “Habibie & Ainun” yang dimana novel ini sangat
menginspirasi kaum muda yang di dalam nya banyak kisah mengesankan sosok presiden
indonesia yang ke 5,berasal dari daerah kecil di tanah sulawesi,namun memiliki keinginan
dan semangat yang menggebugebu.

Dalam karya sastra seperti novel dan cerpen bahasa dijadikan alat komunikasi bagi para
tokoh. Karena novel dan cerpen merupakan sebuah cerita yang didalamnya mengisahkan
cerita dari para tokoh. Yang mana didalamnya pasti ada sebuah konflik yang ditimbulkan
oleh para tokoh. Dan untuk menimbulkan konflik dan menemukan solusi dalam karya
sastra pasti terdapat percakapan yang terjadi diantara para tokoh cerita tersebut

Jenis bahasa yang digunakan penulis dalam sebuah karya novel dan cerpen
bervariatif seperti naratif yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu, monolog yang
merupakan ucapan tokoh tanpa ada lawan bicara, dan doalog yang merupakan percakapan
antar dua tokoh maupun lebih. Dengan melalui berbagai macam percakapan antara tokoh
inilah maka terbentuklah sebuah cerita. Dan dengan percakapan-percakapan juga pembaca
dapat mengetahui watak-watak tokoh yang ada dalam cerita.

Sebelum membahas dampak dari kemenarikan terhadap fakta kemanusiaan dalam novel
"Habibie & Ainun" karya BJ Habibie berdasarkan prespektif strukturalisme genetik Lucius
Goldmann, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai konsep strukturalisme genetik.

Sastra tidak lahir dari kekosongan (Huetomo, 1993: 12; Pradomo, 2003: 112) sastra
hanyalah versi realitas (Drama, 2000: 3). Pada hakikatnya, sang pengarang dalam
menciptakan karya sastra melalui daya imanjinasi tentu dipengaruhi oleh situasi dan
kondisi lingkungan. Namun pengaruh situasi dan kondisi lingkungan tidak mutlak tertuang
dalam sastra. Aristoteless (Van luxemburg 1986: 17) menyatakan bahwa pengarang tidak
semata-mata menjiplak kenyataan,melainkan sebagai sebuah proses kreatif, pengarang,
sambil bertitik pangkal pada kenyataan Darma (2004: 7) bahwa sastra tidak hanya
sekedar mereflesikan realita, namun juga mereflesikan aspirasi untuk menyimak
1
kehidupan itu sendiri.

Strukturalisme genetik merupakan salah satu metode penelitian sastra yang populer
digunakan dalam menganalisis karya sastra baik novel, cerpen, maupun puisi. Teori ini
merupakan salah satu cabang sosiologi sastra yang memadukan antara struktur teks,
konteks sosial, dan pandangan dunia pengarang (Yasa, 2012:28).

Salah satu metode penelitian sastra menurut Endraswara (2003:55) yang bersifat tidak
murni yang merupakan bentuk penggabungan anatara struktural dengan metode
penelitian sebelumnya, Lucius Goldmann dalam bukunya yang berjudul The Hidden God: A
study of Tragic Vision in the Penses of Pascal and the Tragedies of Racine, dalam bahasa
Perancis terbit pertama kali tahun 1956, menyebutkan bahwa teorinya sebagai
strukturalisme genetik yang artinya ia percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah
struktur. Akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan
produk dari proses sejarah yang berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang
hidup dan dihayati oleh masyarakat karya sastra yang bersangkutan.

Faruk (2005: 12) menyatakan, “Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau
perilaku manusia, baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu
pengetahuan. Fakta itu dapat berwujud aktivitas sosial tertentu, aktivitas politik tertentu,
kreasi kultural seperti filsafat, seni rupa, seni musik, seni patung, dan seni sastra.”
Pendapat tersebut membatasi fakta kemanusiaan sebagai segala hasil perilaku manusia,
baik dalam bentuk verbal maupun fisik. Fakta kemanusiaan tersebut berusaha dipahami
oleh ilmu pengetahuan. Faruk menyatakan bahwa fakta kemanusiaan dapat berupa atau
berkaitan dengan politik, kreasi kultural (filsafat dan seni). Dengan demikian, fakta
kemanusiaan merupakan salah satu objek pengkajian yang berupaya diungkap dan
dipahami oleh ilmu pengetahuan. Salah satunya ilmu yang dapat mengkaji fakta
kemanusiaan adalah sastra dan kritik sastra.

Berikut merupakan sepuluh hasil penelitian berupa analisis teks sastra dengan tinjauan
sosiologi sastra. Hasil penelitian Ratnasari (2015) berjudul, “Analisis Sosiologi Sastra dalam
Novel Purnama Kingkin Karya Sunaryata Soemardjo.”; hasil penelitian P. Unswatun S., dkk.
(2013) berjudul, “Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Kajian
Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan)”; hasil penelitian berjudul, “Kajian Sosiologi Sastra dan
Pendidikan Karakter dalam Novel Nun pada Sebuah Cermin Karya Afifah Afra serta
Relevansinya dengan Materi Ajar di SMA” ditulis oleh Raharjo, dkk. (2017); hasil penelitian
berjudul, “Interaksi Sosial pada Kumpulan Cerpen Potongan Cerita di Kartu Pos Karangan
Agus Noor dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA” ditulis oleh Purwahida
(2017); hasil penelitian Muflikhah, dkk. (2014) berjudul, “Masalah Sosial dalam Novel Air
Mata Tjitanduy Karya Bambang Setiaji (Kajian Sosiologi Sastra dan Pendidikan Karakter)”;
hasil penelitian Primasari, dkk. (2016) dengan judul, “Analisis Sosiologi Sastra dan Nilai
Pendidikan Karakter dalam Novel Pulang Karya Leila S. Chudori serta Relevansinya sebagai
Materi Ajar Apresiasi Sastra di Sekolah Menengah Atas”; hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muslimin (2011) dengan judul, “Modernisasi dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane
(Sebuah Kajian Sosiologi Sastra)”; hasil penelitian berupa kajian sosiologi sastra dan nilai
pendidikan dalam novel Tuan Guru karya Salman Faris yang dilakukan oleh Akbar, dkk.
(2013);

2
Sosiologi sastra merupakan tinjauan yang meyakini bahwa dalam karya sastra yang ditulis
oleh pengarang memiliki aspek-aspek sosial. Oleh karena itu, penelitian ini menitik beratkan
pada analisis unsur pembangun, fakta kemanusiaan, dan respons tokoh utama terhadap
fakta kemanusiaan di dalam novel “Habibie&Ainun” Karya Bj.Habibie

KAJIAN TEORI
Pendekatan strukturalisme genetik dicetuskan oleh lucius Goldman,seorang alih
sastra prancis ,pendekatan ini merupakan satu-satunya pendekatan yang mampu
merekontruksi pandangan dunia penganrang.pendekatan ini tidak sama dengan
pendekatan marxixme yang cenderung positivistik dan mengabaikan literasi sebuah karya
sastra. Goldmann berpijak pada strukturalisme karena ia menggunakan prinsip struktural
yang dinafikan oleh pendekatan Marxisme. Hanya saja ,kelemahan pendekatan
strukturalisme diperbaiki dengan memasukan faktor genetik dalam memahami karya
sastra (Pradopo, 2000:60)

Metode kritik sastra Goldmann disebut strukturalisme genetik ( dalam teeuw,


2003) istilah strukturalisme dipakai karna ia lebih tertarik pada struktur kategori yang ada
dalam suatu dunia visi dan kurang tertarik pada isinya. Sementara istilah genetik dipakai
karena ia sangat tertarik untuk memahami bagaimana struktur mental tersebut di
produksi secara historis. Dengan kata lain, Goldman memusatkan perhatian pada
hubungan antara suatu visi pandangan dunia dapat dibandingkan dengan data dan analisis
sosial ,masyarakat. Untuk menopang teorinya Goldmann membangun seperangkat
kategori yang saling berkaitan, sehingga membentuk suatu yang disebut strukturalisme
genetik. Goldmann memercayai bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur
tersebut bukan suatu yang statis, melainkan produk dari proses sejarah yang terus
mengalami perubahan proses strukturasi dan deskontruksi yang ada dihayati masyarakat
asal karya sastra yang bersangkutan.

Strukturalisme genetik tidak terlepas dari struktur dan pandangan pengarang,


pandangan dapat diketahui melalui latar belakang kehidupan pengarang ( Faruk, 1999).
Lebih lanjut, Sapardi joko damono (dalam fanannie, 2000:116) menyampaikan bahwa
orang yang dianggap sebagai peletak dasar madzhab genetik adalah Hippolyte Taine. Taine
mencoba menelaah sastra dari sudut pandang sosiologis, menurut Taine (Umar junus
dalam fannanie,2000:117), sastra bukan sekedar karya yang bersifat imajimatif dan
pribadi ,melainkan juga dapat merupakan cerminan atau rekaman budaya,suatu
perwujudan pikiran tertentu pada saat karya sastra itu di lahirkan. Fenomena hubungan
3
tersebut kemudian dikembangkan oleh Lucius Goldmann menjadi strukturalisme genetik
(fannanie, 2000). Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa menjadi
strukturalisme genetik Goldmann adalah penelitian sosiologi sastra (Junus,1998)

Goldmann mengemukakan bahwa semua aktivitas manusia merupakan respons


dari subjek kolektif atau individu dalam situasi tertentu yang merupakan kreasi atau
percobaan untuk memodifikasi situasi yang ada agar cocok dengan aspirasi. Sesuatu yang
dihasilkan merupakan fakta hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih
baik dengan dunia sekitar (Fananie, 2000:117). Lebih lanjut, Semi (1989) berpendapat
bahwa sosiologi adalah suatu telaah subjektif dan ilmiah tentang manusia dalam
masyarakat dan tentang sosial dan proses sosial. Sosiologi menelaah tentang bagaimana
masyarakat bertumbuh dan berkembang. Dengan mempelajari lembaga sosial dan masalah
perekonomian, keagamaan, politik, dll. seorang melihat gambaran tentang cara manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungan, mekanisme kemasyarakatan, serta proses
pemberdayaan. Sementara, sastra pada dasarnya berurusan dengan manusia, bahkan
diciptakan oleh anggota masyarakat yang terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah
lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai media. Bahasa itu merupakan ciptaan
sosial yang menampilkan gambaran kehidupan. Meskipun sastra dan sosiologi merupakan
dua bidang yang berbeda, keduanya saling melengkapi. Sastra dianggap cerminan keadaan
masyarakat walaupun pengertian tersebut masih sangat kabur (Wellek & Warren,
1995:84). Oleh karena itu, sastra banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan.

Pada prinsipnya, Strukturalisme Genetik berkeyakinan bahwa karya sastra tidak


semata-mata merupakan suatu struktur yang statis dan lahir dengan sendirinya. Karya
sastra merupakan hasil strukturasi kategori pikiran subjek penciptanya atau subjek
kolektif tertentu yang terbangun akibat interaksi antara subjek dengan situasi sosial dan
ekonomi tertentu. Maka dari itu, pemahaman mengenai struktur karya sastra, bagi
strukturalisme genetik, tidak mungkin dilakukan tanpa pertimbangan faktor sosial yang
melahirkannya. Faktor itulah yang memberikan kepaduan pada struktur. (Goldmann
dalam Faruk, 1999b:13)

Dalam beberapa analisis novel Goldmann selalu menekankan latar belakang


sejarah. Karya sastra, di samping memiliki unsur otonom juga tidak dapat lepas dari unsur
ekstrinsik. Teks sastra sekaligus mempresentasikan kenyataan sejarah yang
mengondisikan munculnya karya sastra. Studi Strukturalisme Genetik memiliki dua
kerangka besar (Goldmann dalam Endraswara, 2003:55–56). Pertama, hubungan makna
4
suatu unsur dengan unsur lainnya dalam suatu karya sastra yang sama. Kedua, hubungan
tersebut membentuk suatu jaring yang mengikat. Karena itu, seorang pengarang tidak
mungkin mempunyai pandangan sendiri. Pengarang pada dasarnya akan menyarankan
suatu pandangan dunia yang kolektif. Pandangan tersebut juga bukan realitas, melainkan
sebuah refleksi yang diungkapkan secara imajinatif.

Sebagai sebuah teori, Strukturalisme Genetik merupakan sebuah pernyataan sahih


mengenai kenyataan. Sebuah pernyataan dapat dianggap sahih bila di dalamnya
terkandung gambaran mengenai tata kehidupan yang bersistem dan terpadu yang
memiliki landasan ontologis berupa kodrat keberadaan kenyataan, dan memiliki landasan
epistemologis berupa seperangkat gagasan yang sistematis mengenai cara memahami dan
mengetahui kenyataan yang bersangkutan. Ada enam konsep dasar yang membangun teori
Strukturalisme Genetik, yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan
dunia, pemahaman, dan penjelasan (Faruk, 1999b:12).

Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik verbal
maupun fisik. Fakta tersebut dapat berwujud aktivitas sosial tertentu, aktivitas politik
tertentu, maupun kreasi kultural seperti filsafat, seni rupa, seni patung, dan seni sastra
(Faruk, 1999b:12). Fakta kemanusiaan pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi fakta
individual dan fakta sosial. Fakta sosial mempunyai peran penting dalam sejarah,
sedangkan fakta individual tidak memiliki hal tersebut. Fakta individual hanya merupakan
hasil dari perilaku libidinal seperti mimpi, tingkah laku orang gila, dsb. Sedangkan fakta
sosial mempunyai dampak dalam hubnungan sosial, ekonomi, maupun politik
antaranggota masyarkat.

5
METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian sosiologi sastra dengan menggunakan teori


strukturalisme genetik yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan dalam karya
sastra. Dasar penelitian sosiologi sastra adalah mengganggap karya sastra lahir tidal
dalam kekosongan sosial. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode penelitian yang
berdasarkan filsafat postpositisme yang digunakan untuk meneliti objek dengan kondisi
yang alamiah (keadan rill,tidak di setting atau dalam keadaan eksperimen) yang dimana
peneliti adalah instrumen kuncinya(Sugiyono:2019). Penelitian kualitatif adalah suatu
proses penelitian untuk memahami fenomena-fenomena manusia atau sosial dengan
menciptakan gambaran yang menyeluruh dan kompleks yang dapat disajikan dengan
kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari sumber informan, serta
dilakukan dalam latar setting yang alamiah.(Walidin & Tabrani :2015) Penelitian
kualitatif memiliki sifat pendekatan induktif, sehingga proses dan makna berdasarkan
prespektif subyek lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif ini (Fadil:2020)

(matpan 8-10 rujukan, 3-4 paragraf)

terdiri dari 3:

1.metode penelitian

2.jenis penelitian

3.sumber data dan tektik pengumpulan : tulis dari mana sumber isi dan pembahsan yang
akan dikaji.seperti :novel “Habibie & Ainun “ karya Habibie dan Ainun cetakan
tahun(-),jumlah halaman(-),terbit pada tahun(-). Teknik pengumpulan data mengunakan
baca(rujukan),tulis(rujukan).

Teknik analisi data: Miler dan Hubermann: 4 tahap: pengumpulan data,reduksi


kata ,pemaparan, penarikan kesimpulan.

Miles dan Hubermann : 3 tahap: reduksi kata, pemaparan, penarikan kesimpulan

Semua yang di kutif harus di sertakan dalam (_)

6
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk fakta kemanusiaan di dalam nove “Habibie & Ainun”

Setiap sub bab ada 4 paragraf.

Harus membuat tabel guna menjabarkan unsur dari teori apa yang kita ambil.”fakta
kemanusiaan”

DAFTAR PUSTAKA

Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Kartikasari, dkk. (2014). “Realitas Sosial dan Representasi Fiksimini dalam Tinjauan
Sosiologi Sastra (Social Reality and Representation of Fiksimini in Sociology Literature
Faruk. (2005). Pengantar Sosiologi Sastra dan Strukturalisme Genetik sampai Post-
Modernisasi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Faris”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. ISSN: 1693-623X. Vol.1, 2013 (halaman 54-68).
http://jurnal.pasca.uns.ac.id. 02 Januari 2018. 22:16:31.
Nurmalayani, A., Burhanuddin, B., & Mahyudi, J. (2021). Fakta Kemanusiaan Dalam Novel Tentang Kamu Karya
Tere Liye Yang Mencerminkan Sejarah PKI: Kajian Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann. Jurnal Ilmiah
Mandala Education, 7(1).

Idrus, Muhammad. 2012. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai