Anda di halaman 1dari 12

KRITIK NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DENGAN

PENDEKATAN STRUKTURALISME GENETIK

Nadya Sari Hasibuan


Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra indonesia dan Daerah
Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan Jl. William Iskandar ps. V,Medan 20371,
Indonesia
E-mail: nadyasarihasibuan@gmail.com

Abstrak: Habiburrahman El Shirazy ialah seorang novelis yang sangat terkenal di Indonesia. Adapun dalam
penelitian ini membahas mengenai pendekatan strukturalisme genetik pada novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy.Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui Latar belakang
pengarang yang berkaitan dalam cerita; 2) untuk mengetahui pendeskripsian unsur religi dan sosial budaya dalam
cerita; 3) untuk mengetahui pendeskripsian pandangan pengarang mengenai hakikat cinta yang haqiqi dalam cerita.
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimana kaitan antara latar belakang
pengarang dan cerita novel tersebut; 2) bagaimanakah unsur religi dalam cerita novel tersebut dan 3) bagaimanakah
pandangan pengarang mengenai hakikat cinta yang semestinya. Metode yang digunakan dalam analisis penelitian ini
adalah metode deskritif kualitatif dengan pendekatan strukturalisme genetik. Berdasarkan hasil analisis dapat
diketahui bahwa terdapat keterkaitan yang kuat antara cerpen yang dianalisis dan pengarang terdapat antara latar
belakang pengarang dan latar cerita dalam novel ketika cinta bertasbih.

Kata kunci: novel, strukturalisme, genetik, pengarang

Abstract: Habiburrahman El Shirazy is a very famous novelist in Indonesia. This study discusses the approach of
genetic structuralism in the novel When Cinta Bertasbih by Habiburrahman El Shirazy. The aims of this study are:
1) to determine the background of the author involved in the story; 2) to find out the description of the religious
elements in the story; 3) to find out the description of the author's view of true love in the story. The problems that
will be discussed in this study are: 1) how is the relationship between the author's background and the novel's story;
2) what is the religious element in the novel and 3) what is the author's view of the true nature of love. The method
used in the analysis of this research is a qualitative descriptive method with a genetic structuralism approach.
Based on the results of the analysis, it can be seen that there is a strong relationship between the short stories
analyzed and the author between the author's background and the background of the story in the novel when love is
glorifying.

Keywords: novel, structuralism, genetics, author

PENDAHULUAN

Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca. Untuk dapat
menikmati sebuah karya sastra secara baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya
sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat
dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat.

Diera zaman sekarang, terutama dikalangan remaja karya satra yang paling diminati biasanya
karya sastra berbentuk prosa terutama novel. Novel ialah jenis karya sastra berbentuk karya
fiksi prosa yang mengandung rangkaian cerita dan didalamnya terdapat unsur instrinsik dan
ekstrinsik. Kata novel berasal dari bahasa Italia “novella” yang berarti sebuah kisah atau
sepotong berita. Selain dari bahasa Italia novel juga berasal dari bahasa Latin yaitu “novellus”
yang diturunkandari kata “novies” yang berarti baru. Novel menceritakan suatu kejadan luar
biasa dari kehidupan tokoh. Dikatakan luar biasa karena dari kejadian itu, lahir suatu konflik
yang menimbulkan pergolakan jiwa para tokohnya sehingga mengubah jalan hidupnya.

Teori strukturalisme-genetik Lucien Golmann mirip dengan Swingewood. Ini tidak dapat
dilepaskan dari kelahiran tokoh sastra ini memang berasal dari aliran Marxisme,yang masih
berbicara mengenai perbedaan kelas. Berkaitan dengan konsep mereka, teori Goldmann da
Swingwood masih memilikiperbedaan-perbedaan tertentu. Perbedaan-perbedaan tersebut
dilihat dari konsep-konsep pandangan dunia danmetode dialektik yang menggunakan
Goldmann. Menurut Goldmann, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan
merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan
destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra yang bersangkutan
(Faruk, 1999b:12). Goldmann percaya pada adanya homologi antara struktur karya sastra
dengan struktur masyarakat sebab keduanya merupakan produk di aktivitas strukturasi yang
sama (Faruk, 1999b:15).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Strukturalisme genetik adalah cabang penelitian dalam karya
sastra yang tidak meninggalkan faktor genetik atau asal-usul diciptakannya sebuah karya yaitu
unsur sosial. Secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan
perhatian terhadap asal-usul karya.

Peneliti menggunakan pendekatan strukturalisme genetik karena peneliti tertarik dengan latar
belakang dari penulis. Karya sastra yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy yang berjudul
Ketika Cinta Bertasbih merupakan novel yang mengunggah jiwa pembacanya. Novel Ketika
Cinta Bertasbih mempunyai tema utama percintaan empat orang yang cukup rumit yakni
Azzam, Anna, Eliana, dan Furqan. Namun pembaca juga disuguhkan bagaimana menjalani
agama dengan sungguh-sungguh. Novel ini menceritakan kisah perjuangan hidup dan
perjuangan dalam mencari cinta sejati seorang pemuda sederhana dan teguh memiliki nilai-nilai
syariat islam dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, pemuda tersebut Khairul Azzam.

Berbagai fakta dan bukti pendukung cerita dijabarkan secara gamblang sehingga pembaca tidak
hanya menikmati isi novel, tetapi juga mendapatkan banyak informasi. Ilmu agama yang
disampaikan berdampingan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh tokoh utama.
Kehidupan sosial dan bagaimana budaya yang sesuai dengan latar tempat kehidupan dalam
cerita juga sangat menarik untuk dianalisis. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia.
Dalam beberapa percakapan, pengarang juga menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Asing
( Arab dan Inggris) sesuai latar tempat tokoh utama berada.

KAJIAN TEORI

Dalam perkembangan karya sastra, pengkajiannya sudah tidak hanya difokuskan pada unsur
intrinsik saja tetapi juga sudah meluas ke unsur lain. Unsur lain tersebut merupakan unsur-
unsur yang berada di luar karya sastra. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sebuah karya sastra
hadir tidak dimonopoli oleh daya imajinatif penulis semata tetapi ada faktor budaya dan sosial
yang turut andil.

Teori strukturalisme genetik muncul sebagai bentuk penolakan dari teori sebelumnya,
strukturalisme murni. Artinya, dalam mengkaji sastra dengan teori ini tidak sebatas hanya
membahas unsur intrinsik karya sastra tetapi ditambah dengan kajian kategori-kategori lain
yang saling berkaitan. Dalam menopang teori strukturalisme genetik, Goldmann membangun
seperangkat kategori yang saling berkaitan, yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif,
strukturasi, pandangan dunia pengarang, dan pemahaman-penjelasan.

Berdasarkan sejarahnya, teori strukturalisme genetik muncul sebagai tanggapan atau reaksi
atas teori sebelumnya. Pada teori strukturalisme murni menganggap bahwa sebuah karya
sastra dikaji hanya di ranah karya sastra itu sendiri tanpa melibatkan latar belakang sejarah di
dalamnya. Berkaitan dengan masalah tersebut, Teeuw dikutip Endraswara (2003:55—56)
menyatakan bahwa teori strukturalisme murni (strukturalisme klasik) kurang berhasil. Hal ini
disebabkan oleh pemaknaan teks sastra yang mengabaikan pengarangnya sebagai pemberi
makna akan berbahaya terhadap analisis karya sastra tersebut.

Menurut Goldmann dalam Faruk menyebutkan bahwa teorinya sebagai strukturalisme genetik
yang artinya ia percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Akan tetapi, struktur
itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang
berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat
karya sastra yang bersangkutan.

Menurut Ratna (2004:123), secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur
dengan memberikan perhatian pada asal-usul karya sastra. Secara ringkas berarti bahwa
strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis instrinsik dan
ekstrinsik. Meskipun demikian, sebagai teori yang telah teruji validitasnya, strukturalisme
genetik masih ditopang oleh beberapa konsep terbaru yang tidak dimiliki oleh teori sosial lain,
misalnya: simetri atau homologi, kelas-kelas sosial, subjek transindividual, dan pandangan
dunia.

Definis lain dikemukan oleh Rosyidi dkk (2010:201) yang menyatakan bahwa strukturalisme
genetik adalah suatu metode penelitian sastra yang menekankan hubungan antara karya sastra
dengan lingkungan sosialnya. Pada prinsipnya teori ini menganggap karya sastra tidak hanya
struktur yang statis dan lahir dengan sendirinya tetapi juga merupakan hasil strukturasi
pemikiran subjek penciptanya yang timbul akibat interaksi antara subjek dengan situasi sosial
tertentu.

Berdasarkan ketiga pembahan di atas dapat disimpulkan bahwa strukturalisme genetik adalah
metode penelitian sastra yang menganalisis tidak hanya pada sisi intrinsiknya tetapi juga unsur-
unsur pembangun yang berada di luar karya sastra. Unsur di luar karya sastra yang digali adalah
aspek pengarangnya dan situasi sosial yang melatarbelakangi karya sastra tersebut dilahirkan.

Strukturalisme genetik sebagai salah satu teori penelitian sosiologi sastra bertumpu pada
sosiologi teks dan sosiologi pengarang. Penelitian dengan strukturalisme genetik hendak
mengungkap masalah sosial dalam teks dan integrasi sosial pengarang dalam masyarakatnya
yang tercermin dalam teks. Oleh karena itu, penelitian dengan pendekatan strukturalisme
genetik selalu mengaitkan antara karya sastra, pengarang sebagai penghasil karya, dan
masyarakat pengarang yang dianggap mampu mengondisikan pengarang untuk menulis novel.

Secara definisi, Goldmann dalam Faruk, 1999: 13 menjelaskan bahwa strukturalisme genetik
adalah teori sastra yang berkeyakinan bahwa karya sastra semata-mata merupakan suatu
struktur statis dan lahir dengan sendirinya. Karya sastra oleh struktur katalogis pikiran subjek
penciptanya atau subjek kolektif tertentu yang terbangun akibat interaksi antara subjek itu
dengan situasi sosial dan commit to user 18 ekonomi tertentu. Pemahaman struktur karya
sastra harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial yang melahirkannya dan sekaligus
memberikan kepaduan struktur karya sastra.

Secara ringkas berarti bahwa pendekatan strukturalisme genetik sekaligus memberikan


perhatian terhadap analisis secara intrinsik dan ekstrinsik Nyoman Kutha Ratna, 2006: 121-123.

METODE PENELITIAN

Metode yang akan digunakan dalam penelitian jenis ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang
dianalisisnya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata bukan angka-angka.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah strukturalisme genetik adalah model


dialektik.Teknik ini berbeda dengan positivistik, intuitif, biografi dan sebagainya. Model
dialektik mengutamakan makna yang koheren. Prinsip dasar teknik analisis dialektik adalah
adanya pengetahuan mengenai fakta-fakta kemanusiaan akan tetap abstrak apabila tidak
dibuat konkret dengan mengintegrasikan ke dalam totalitas. Metode dialektik secara umum
akan mengenalkan analisis “pemahaman-penjelasan”. Pemahaman adalah usaha
pendeskripsian struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha penemuan
makna struktur itu dengan menggabungkannya ke dalam struktur yang lebih besar. Dengan
kata lain, pemahaman merupakan langkah untuk mengidentifikasi bagian, dan penjelasan
adalah langkah pemaknaan unsur bagian ke dalam unsur keseluruhan.

Desain penelitian yang disusun untuk menganalisis struturalisme genetik yang terdapat dalam
novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah sebagai berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis strukturalisme genetik terhadap novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El
Shirazy dilakukan dengan menguraikan latar belakang pengarang yang berkaitan dalam cerita,
unsur religi dan sosial budaya dalam cerita, serta pandangan pengarang terhadap hakikat cinta
yang haqiqi.

1.1 Latar Belakang Pengarang yang Berkaitan dalam Cerita

Habiburrahman EL Shirazy, alias Kang Abik, merupakan seorang novelis terkenal di Indonesia.
Dia bahkan dinobatkan sebagai Novelis No.1 Indonesia oleh Insani Universitas Diponegoro
(UNDIP). Dia lahir Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, pada tanggal 30 September 1976.

Selain dikenal sebagai seorang novelis, Habiburrahman EL Shirazy juga dikenal khalayak umum
sebagai seorang penyair, dai, bahkan sutradara. Dia adalah lulusan Sarjana dari Univesitas Al-
Azhar, Kairo, Mesir. Bayak sekali karya-karya yang telah ia ciptakan dan diminati masyarakat,
antara lain Di Atas Sajadah Cinta (ditayangkan di televisi, 2004), Ayat-Ayat Cinta (versi film,
2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Dalam Mihrab
Cinta (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010)
dan The Romance.

Kaitannya antara pengarang dan novel yang ditulis pengarang terletak pada latar tempat yakni,
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta pada tahun 1995, ia
melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, jurusan Hadist Arsitektur
Ushuluddin hingga lulus pada tahun 1999. Gelar Postgraduate Diploma (Pg.D) ia raih setelah
Habiburrahman EL Shirazy lulus Strata 2 (S2) dari Institute for Islamic Sudies, Kairo, pada tahun
2001. Dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih letar tempat berada di Kairo sejalan dengan riwayat
pendidikan dari pengarang.
Habiburrahman El Shirazy adalah novelis yang masih baru di dunia sastra Indonesia, namun
novel-novel hasil karyanya selalu bisa membuat hati tergugah, larut dalam kisah yang
dipaparkannya, bahkan seakan-akan pembaca berada di dalam kisah tersebut dan
menyaksikannya secara langsung. Novel tulisannyaselalu disisipi dengan ilmu dan pesan moral
yang membangun jiwa. KelihaianHabiburrahman El Shirazy dalam menyisipkan ilmu sebagai
dakwahnya menjadikan pesan tersebut amat mudah diterima pembaca, tanpa merasa digurui.
Contoh novel yang membangun jiwa adalah novel Ketika Cinta Bertasbih.

Ketika Cinta Bertasbih adalah sebuah novel roman Indonesia yang dikarang oleh
Habiburrahman El Shirazy dan diterbitkan pada tahun 2007 oleh Republika-Basmallah. Film
adaptasinya yang berjudul sama dirilis pada tahun 2009. Menceritan sosok tokoh utama
bernama Azzam. Azzam adalah seorang pemuda sederhana yang memilih untuk menuntut
ilmunya di Kampus Universitas Al Azhar, Kairo. Azzam dikenal sebagai sosok yang tegas dan
dewasa. Dia sangat memegang teguh prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Di
kalangan teman-temannya pun Azzam menjadi panutan dan sosok yang bisa diandalkan. Azzam
terlibat cinta yang sulit diantara cinta sahabatnya, namun Azzam tetap teguh pada ajaran
syariat islam.

1.2 Unsur Religi dan Sosial Budaya didalam Cerita

Novel Ketika Cinta Bertasbih ditulis di antara tahun 2005-2006 dan diterbitkan pada tahun
2007. Novel tersebut menceritakan kehidupan Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia
yang berjuang menggapai gelar Master di Universitas Al Azhar, Kairo. Tokoh Azzam
digambarkan sebagai sosok yang menjalani hari-harinya dengan berbagai macam tujuan dan
kesederhanaan hidup. Azzam selalu berusaha menjunjung tinggi ajaran islam dan berusaha
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di Kairo, Azzam tinggal di sebuah apartemen
sederhana dengan lima mahasiswa Al Azhar yang berasal dari Indonesia pula. Hari-hari Azzam
sendiri selain disibukkan oleh aktivitas kampus, ia juga disibukkan sebagai profesi tambahannya
penjual bakso dan tempe di kalangan mahasiswa menjadi Indonesia ataupun orang-orang KBRI.

Religius dan agama sangat erat erat kaitannya. Religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih
luas dari segi agama yang tampak formal dan resmi (Mangunwijaya, 1982:11-12). Pada
hakekatnya setiap manusia pasti terpesona dan mencintai Tuhannya. Setiap manusia juga ingin
berbuat baik sesuai dengan hati nuraninya. Hal semacam itu membuktikan bahwa manusia
memiliki sifat dan sikap religius.

Data dan analisis berikut menunjukkan adanya interaksi ritual perilaku berupa pemujaan yang
terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1.

 azan berkumandang menjawab pertanyaan itu dengan suara lantang: Allahuakbar!


Allahuakbar! Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Ya, hanya Allah Yang Maha Besar
kekuasaan-Nyalah yang mampu memasukkan siang di perut malam. Dan masukkan
malam ke perut siang. (KCB1:50)

Data tersebut menunjukkan adanya perilaku pemujaan kepada Allah yang diwujudkan dengan
melaksanakan salat magrib. Setelah Azan Magrib terdengar, Azzam menuju masjid yang
jaraknya tak jauh dari hotel yang Azam tempati untuk menginap.

keyakinan adanya nabi termasuk dalam pandangan pandangan agama Islam. Karena setiap
muslim diwajibkan mempercayai nabi-nabi Allah. Seperti keyakinan Azzam dalam novel KCB ini.
Ia yakin dengan sepenuh hati bahwa nabi dan kisahnya dulu benar-benar ada. Berikut
pengakuan Azzam dalam cerita.

 Pertemuan bersejarah yang diabadikan dalam Al-Quran antara Nabi Musa dan Nabi
Khidir, konon, juga terjadi di salah satu pantai laut Mediterania itu. "Laut yang indah,
penuh nilai sejarah," lirihnya pada dirinya sendiri. "Akankah aku juga akan
mencatatkan sejarahku di pantai laut ini?" (KCB; 7)

Data tersebut menunjukkan bahwa Azzam sebagai seorang muslim meyakini adanya nabi,
tepatnya ia mengakui bahwa kisah nabi Musa dan nabi Khidir telah terabadikan dalam kitab
Allah atau Al-Quran. Yaitu kisah semasa hidup nabi Musa dan nabi Khidir yang begitu
fenomenal terjadi di pantai laut Mediterian.

Secara unsur sosial didalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy sarat
dengan muatan masalah-masalah sosial. Masalah-masalah sosial tersebut meliputi masalah-
masalah sosial antara lain kriminalitas, kemiskinan, dan mempermainkan. Kriminalitas meliputi
pemerasan, pembunuhan, dan pencemaran nama baik. Kemiskinan termasuk kemisikinan
temporer (kekurangan materi dan kemiskinan ke tahap kesejahteraan yang dialami oleh tokoh
Azzam dan keluarganya) dan kemiskinan struktural (perbedaan kelas atas dan kelas bawah yang
terlihat pada tokoh Azzam sebagai pemuda miskin dengan tokoh Furqan yang berasal dari
keluarga kaya raya). Pelacuran yang digambarkan oleh tokoh Zumrah yang menjual dirinya
akibat dari kecelakaan.

Adapun nilai-nilai religi berlatar budaya yakni dilihat dari nilai agama yang ditampilkan dengan
berangkat dan pesantren, dimana dianggap bahwa pesatren adalah tempat menghasilkan
orang-orang yang menjujung tinggi nilai-nilai agama, corak wama yang ditampilan dalam novel
Ketika Cinta Bertasbih adalah budaya jawa. mengungkapkan bahwa nilal budaya dikelompokkan
ke dalam lima pola hubungan, yaitu; (1) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan,
(2) nilal budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai budaya dalam hubungan
manusia dengan masyarakat, (4) nilal budaya dalam hubungan manusia dengan orang lain atau
sesamanya, (5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Secara keseluruhan novel Ketika Cinta Bertasbih syarat dengan pesan dakwah dan penuh
dengan (1). nhlai religi.yang berupa: (a) niIai-nilai kepercayaan manusia kepada Tuhan, (b)
keberadaan manusia di hadapan Tuhan, dan (C) ketertundukan manusia di hadapan Tuhan, (2)
nilai-nilai kepribadian yang berupa: (a) ke,ja keras, pendinan, dan (g) kewaspadaan hidup, dan
(3) nilai-nilai sosial yang berupa: (a) kebaktian antarmanusia, (b) kebersatuan hidup, dan (c) adil
terhadap manusia lain. Novel ini memang sarat akan hikmah. Hikmah tentang pencanan jodoh
dan ikhtiar, juga hikmah dalam berbisnis yang Rasulullah contohkan dalam riwayatnya.

1.3 Pandangan Pengarang Terhadap Hakikat Cinta Yang Haqiqi

Dalam novel Ketika Cinta Bertasbih terlihat jelas pandangan pengarang mengenai cinta. Dalam
pandangan pengarang hakikat cinta dalam islam termasuk juga kedalam perwujudan cinta
manusia kepada Allah, jika seseorang mencintai Allah maka ia juga akan mencintai manusia
lainnya. Namun, dalam mencintai manusia tidak boleh terlalu berlebihan, jangan mencintai
manusia melebihi cinta kepada Allah, "cintai dulu penciptanya kemudian mencintai hambanya"
dan pesan Ali bin Abi Thalib "Cintailah yang kamu cintai secukupnya dan jangan berlebihan,
karena siapa tahu pada suatu hari dia akan menjadi orang yang membenci dan dibenci dirimu".

Terlihat juga bagaimana pengarang menyiratkan tentang cinta yang haqiqih "Cinta yang haqiqih
dari tokoh yanga dalam cerita " Azam yang mencintai Anna karena Allah, Azzam mencintai
Annah karena Akhlak mulia yang dimilikinya bukan semata-mata karena nafsu", jadi cinta yang
haqiqih adalah cinta yang berdasarkan pilihan hati, bukan hanya karena nafsu ingin memiliki.

Terakhir, ada sebuah puisi dalam novel Ketika Cinta Bertasbih yang membuat peneliti sangat
terkesan:

Kau mencintaiku

Seperti bumi
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Menanggung beban derita
Tak pernah lelah
Menghisap luka

Kau mencintaiku
Seperti matahari
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Membagi cerah cahaya
Tak pernah lelah
Menghangatkan jiwa

Kau mencintaiku
Seperti air
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Membersihkan lara
Tak pernah lelah
Menyejukkan dahaga
Kau mencintaiku
Seperti bunga
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Menebar mekar aroma bahagia
Tak pernah lelah
Meneduhkan gelisah nyala
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis strukturalisme genetik terhadap cerpen Hitam Putih Kotaku karya
Rismiyana ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Latar belakang pengarang yang berkaitan dengan cerita. Habiburrahman El Shirazy alias Kang
Abik menulis sebuah novel berjudul Ketika Cinta Bertasbuh. Novel Ketika Cinta Bertasbih adalah
sebuah novel roman Indonesia yang dikarang oleh Habiburrahman El Shirazy dan diterbitkan
pada tahun 2007 oleh Republika-Basmallah. Film adaptasinya yang berjudul sama dirilis pada
tahun 2009. Menceritan sosok tokoh utama bernama Azzam. Azzam adalah seorang pemuda
sederhana yang memilih untuk menuntut ilmunya di Kampus Universitas Al Azhar, Kairo.

Kaitannya antara pengarang dan novel yang ditulis pengarang terletak pada latar tempat yakni,
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta pada tahun 1995, ia
melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, jurusan Hadist Arsitektur
Ushuluddin hingga lulus pada tahun 1999. Pengarang mengambil latar tempat kedalam novel
yang ia tulis berdasarkan latar belakang pendidikannya.

Unsur religi dan budaya dalam cerita, terdapat salah satu data dan analisis adanya unsur religi
di dalam novel yakni :

 azan berkumandang menjawab pertanyaan itu dengan suara lantang: Allahuakbar!


Allahuakbar! Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Ya, hanya Allah Yang Maha Besar
kekuasaan-Nyalah yang mampu memasukkan siang di perut malam. Dan masukkan
malam ke perut siang. (KCB1:50)

Data tersebut menunjukkan adanya perilaku pemujaan kepada Allah yang diwujudkan dengan
melaksanakan salat magrib. Setelah Azan Magrib terdengar, Azzam menuju masjid yang
jaraknya tak jauh dari hotel yang Azam tempati untuk menginap.

Unsur sosial budaya. Secara unsur sosial didalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy sarat dengan muatan masalah-masalah sosial. Masalah-masalah
sosial tersebut meliputi masalah-masalah sosial antara lain kriminalitas, kemiskinan, dan
mempermainkan. Adapun nilai-nilai religi berlatar budaya yakni dilihat dari nilai agama yang
ditampilkan dengan berangkat dan pesantren, dimana dianggap bahwa pesatren adalah tempat
menghasilkan orang-orang yang menjujung tinggi nilai-nilai agama, corak wama yang
ditampilan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih adalah budaya jawa.

Pandangan pengarang terhadap hakikat cinta yang haqiqih terlihat jelas pandangan pengarang
mengenai cinta. Dalam pandangan pengarang hakikat cinta dalam islam termasuk juga kedalam
perwujudan cinta manusia kepada Allah, jika seseorang mencintai Allah maka ia juga akan
mencintai manusia lainnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Apresiasi dan Kiritk Sastra,
ibu Dr.Elly Prihasti Wuriyani,M.Pd. atas bimbingannya dalam menyelesaikan artikel ini.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada semua pihak yang bersedia membantu dalam
mengoreksi artikel ini. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. (2004). Pengantar apresiasi karya sastra, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Faruk, Pengantar Sosioiogi Sastra Dan Stmkturalisme Genetik sampai Postmodemisrne,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999)

Hartoko, Dick. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Musa

Ismail. 2008. Dimensi Spritual dan Kebenaran dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih
(http://www.riaupos.com). Diakses tanggal 17 April 2022.

Shirazy, El, Habiburrahman. 2008. Ketika Cinta Bertasbih. Jakarta: Republika

Anda mungkin juga menyukai