Anda di halaman 1dari 23

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA PADA NOVEL CINTA DI

UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA (PENDEKATAN


PSIKOLOGI SASTRA)

PROPOSAL

Oleh:
Arrini Suryaningtyas
NIM 195200063

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
.
Pada hakitanya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata.
Walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang
disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-
hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang sering mengemasnya dengan
gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.
Menurut Iswanto dalam Jabrohim yang dikutip dari (http://teguhwirwan.
blogdetik.com), “Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil
imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya”.
Pendapat tersebut mengandung implikasi bahwa karya sastra (terutama cerpen,
novel, dan drama) dapat menjadi potret kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.
Nugraheni Eko Wardani (2009: 15) mengemukakan bahwa novel adalah
fiksi yang mengungkapkan cerita tentang kehidupan tokoh dengan problematika
dan nilai-nilainya yang mencari nilai otentik dalam dunianya.
Menurut peneliti dalam sebuah karya sastra fiksi, pastilah terdapat sebuah
ide pokok yang menjadi landasan pembangunnya. Karena dari ide pokok
tersebutlah, seorang pengarang dapat mengembangkan karya sastra buatannya.
Khususnya pada novel, biasanya terdapat satu ide pokok utama dan beberapa ide
pokok tambahan yang berfungsi sebagai media untuk menyampaikan ide pokok
utama pada penikmat karya sastra. Beberapa ide pokok tambahan ini berupa
permasalahan, pertentangan, percekcokan ataupun perselisihan yang dialami oleh
para tokoh yang ada dalam sebuah karya sastra. Permasalahan, pertentangan,
percekcokan ataupun perselisihan ini sering kita kenal dengan istilah konflik.
Manusia dijadikan objek sastrawan sebab manusia merupakan gambaran
tingkah laku yang dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah laku merupakan
bagian dari gejolak jiwa, sebab dari tingkah laku manusia dapat dilihat gejala-
gejala kejiwaan yang pastinya berbeda satu dengan yang lain. Konflik batin
termasuk permasalahan kepribadian, konflik batin merupakan suatu perbuatan
yang terlalu sering dilakukan yang bertentangan dengan suara batin, di dalam
kehidupan yang sadar, pertentangan tersebut akan menyebabkan pecahnya pribadi
seseorang, sehingga di dalamnya akan selalu dirasakan konflik-konflik jiwa (Agus
Sujanto dkk, 2006: 12).
Pada diri manusia dapat dikaji dengan ilmu pengetahuan yakni psikologi
yang membahas tentang kejiwaan. Oleh karena itu, karya sastra disebut sebagai
salah satu gejala kejiwaan (Ratna, 2004: 62). Karya sastra yang merupakan hasil
dari aktivitas penulis sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan sebab karya
sastra merupakan hasil dari penciptaan seorang pengarang yang secara sadar
atau tidak sadar menggunakan teori psikologi. Di dalam buku yang sama Ratna
(2004:350) menyatakan bahwa, “Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan
mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya, psikologi
turut berperan penting dalam penganalisis sebuah karya sastra dengan bekerja dari
sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun
pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan
dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat hingga
melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi Sastra”.
Artinya, dengan meneliti sebuah karya sastra melalui pendekatan Psikologi Sastra,
secara tidak langsung kita telah membicarakan psikologi karena dunia sastra tidak
dapat dipisahkan dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat dalam karya sastra
tersebut.
Peneliti tertarik untuk mengkaji novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma
Nadia. Hal ini dikarenakan oleh adanya tokoh Cinta yang ditampilkan secara apik
oleh pengarang. Dalam novel ini digambarkan sosok seorang anak perempuan
yang begitu tabah dalam menjalani hidupnya. Padahal begitu banyak
permasalahan yang menghiasi kehidupannya, baik konflik antara dirinya dengan
orang-orang yang ada disekitarnya maupun konflik antara dia dengan dirinya
sendiri. Akan tetapi dalam novel ini pengarang lebih banyak menggambarkan
konflik batin yang dialami oleh tokoh Cinta, penggambaran kejiwaan Cinta akibat
permasalahan yang secara bertubi-tubi menyerangnya telah menarik begitu
banyak perhatian pembaca. Sehingga tidak heran jika novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia ini menjadi salah satu novel Best Seller di Indonesia.
Oleh karena itu peneliti memilih untuk meneliti konflik batin dikarenakan
konflik psikologis tersebut kerap terjadi pada kehidupan nyata dan peneliti
memiliki hasrat ingin tahu, apakah penerapan konflik batin pada novel tersebut
dapat dianalisis sesuai dengan ilmu psikologi kepribadian. Sehingga
menjadikannya ke dalam suatu penelitian yang berjudul:
Konflik batin tokoh utama pada novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma
Nadia (pendekatan psikologi sastra).
Penelitian tentang konflik yang dialami oleh tokoh utama dalam novel
Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia sudah pernah diteliti oleh Artika Elpi
Sandra, yang merupakan mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia Universitas Bung Hatta dengan judul Konflik dan Watak Tokoh Utama
dalan Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia. Peneliti mengetahui hal
ini setelah mencari informasi melalui internet, tetapi pada sumber tersebut tidak
dicantumkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Sehingga penulis memang
membuat penelitian ini dengan kemampuan sendiri, tanpa meniru hasil penelitian
sebelumnya.

A. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


1. Ruang Lingkup
Karya sastra dibangun atas dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah
karya sastraa atau novel yang meliputi tema, alur (plot), perwatakan atau
penokohan, latar (setting), dan sudut pandang pencerita (point of view)
sedangkan unsur ekstrinsik yaitu yang terkandung dalam cerita dapat dilihat
dari segi kehidupan agama, sopan santun, moral, kemanusiaan, sosial
budaya, bahasa dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut muncul atau timbul
dalam kehidupan tokoh salah satunya adalah nilai moral yang berhubungan
dengan baik atau buruknya tingkah laku seseorang. Hal ini dapat terlihat dari
karakter tokoh yang menimbulkan persoalan bagi dirinya, orang lain atau
lingkungan.
2. Batasan Masalah
Pembatas masalah sangat perlu dilakukan dalam suatu penelitian agar
penelitian mencapai sasaran tepat sesuai yang diharapkan dan lebih dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun yang menjadi pembatasan masalah adalah
makna karya sastra berdasarkan keterkaitan Konflik batin tokoh utama pada novel
Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia (pendekatan psikologi sastra) adalah:
1. Bagaimanakah gambaran unsur-unsur intrinsik dalam novel Cinta di
Ujung Sajadah karya Asma Nadia?
2. Bagaimanakah konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel
Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia?
B. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik


dan mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel
Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat teoritis maupun manfaat


praktis.

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian tentang “Konflik Batin Tokoh Utama Pada
Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia (pendekatan psikologi
sastra)” ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
mahasiswa, guru, dan dosen.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian tentang “Konflik Batin Tokoh Utama Pada


Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia (pendekatan psikologi sastra)”
ini diharapkan dapat dipahami, diterima serta dapat bermanfaat bagi masyarakat.

D. Batasan Istilah
BAB II. KAJIAN TEORI

A. Novel Sebagai Karya Sastra


1. Pengertian Novel
Novel merupakan cerita menengah yang menggambarkan realitas
kehidupan yang masuk akal dengan mengetengahkan tokoh heroik beserta
perubahan nasibnya dan terbagi dalam beberapa episode kehidupan (Herman J.
Waluyo, 2002: 36-37).
Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996:67) mengatakan bahwa novel
menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-
kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib
tokohnya.
Lebih lanjut Nugraheni Eko Wardani (2009: 15) mengemukakan bahwa
novel adalah fiksi yang mengungkapkan cerita tentang kehidupan tokoh dengan
problematika dan nilai-nilainya yang mencari nilai otentik dalam dunianya. Novel
terdiri dari 50.000 kata atau lebih.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
novel adalah suatu cerita fiksi yang menggambarkan kisah hidup tokoh heroik
melalui rangkaian peristiwa yang kompleks dan mengubah nasib tokoh tersebut
yang tersusun lebih dari 50.000 kata.

2. Jenis-Jenis Novel
Novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel. Berdasarkan
isinya Mohtar Lubis dalam Tarigan (1984:165) mengatakan bahwa novel sama
dengan roman. Oleh karena itu, roman dibagi menjadi roman avontur, roman
psikologis, roman detektif, roman sosial, roman kolektif, dan roman politik.
Sedangkan Burhan Nurgiyantoro (2002: 16-22) mengklasifikasikan novel
menjadi dua jenis, yaitu novel popular dan novel serius.
Sementara itu Lukas dan Faruk (1994:18-19), menjelaskan bahwa novel
terdiri dari tiga jenis, yaitu novel idealis abstrak, novel romantisme keputusan, dan
novel pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel memiliki
jenis yang berupa novel avontur, novel psikologis, novel detektif, novel sosial,
novel kolektif, novel politik, novel popular, novel serius, novel idealis abstrak,
novel romantisme keputusan, dan novel pendidikan.

3. Unsur-Unsur Novel
Menurut Herman J. Waluyo (2002: 141-225), unsur pembangun novel
meliputi: tema cerita, alur cerita, penokohan (perwatakan), sudut pandang
pengarang, setting, adegan, latar belakang, bahasa, dan dialog.
Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro (2010: 23-320) memberikan pendapat
mengenai unsur-unsur novel yang meliputi: unsur intrinsik (tema, cerita, plot,
penokohan, pelataran, penyudutpandangan, bahasa, moral) dan unsur ekstrinsik
(unsur yang berada di luar karya sastra).
Berdasar pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur pembangun
novel meliputi: tema cerita, alur cerita, penokohan (perwatakan), sudut pandang
pengarang, setting, adegan, latar belakang, bahasa, dan dialog. Secara global
unsur pembangun novel juga dibedakan menjadi unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.
3.1 Unsur Intrinsik Novel
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 23-320), unsur intrinsik adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur tersebut meliputi
tema, alur/plot, tokoh dan perwatakan, latar/setting, titik pengisahan, gaya
pengarang dan amanat.
a. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut
tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu
yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Tema dalam banyak hal bersifat
“mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu,
termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
b. Alur atau plot
Adalah jalinan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian
secara beruntun atau rangkaian/jalinan antar peristiwa/lakuan dalam cerita.
Sebuah cerita sebenarnya terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki hubungan
sebab-akibat. Jalinan sebab-akibat itu yang dinamakan alur/plot.
c. Tokoh dan perwatakan
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya
tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang
diinsankan.
Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam sebuah
novel. Pengenalan watak dari tiap-tiap pelaku.
d. Latar atau Setting
Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang,
suasana dan lingkungan sosial yang terdapat dalam cerita. Latar berguna untuk
memperkuat tema, plot, watak tokoh dan membangun suasana cerita.
e. Titik Pengisahan atau Sudut Pandang
Titik pengisahaan disebut juga sudut pandang atau juru cerita adalah
kedudukan pengarang dalam bercerita. Hal ini bukan berarti pengarang
menceritakan kehidupan pribadinya, tetapi pengarang menceritakan cerita
rekaannya dalam posisi sebagai juru cerita.
f. Gaya
Gaya pengarang dalam mengungkapkan idenya menjadi susunan peristiwa
yang disebut cerita adalah cara-cara khas dari pengarang dalam menyusun bahasa,
mengggambarkan tema, menyusun plot, menggambarkan karakter atau watak,
menentukan setting dan memberikan amanat. Setiap pengarang memiliki gaya
masing-masing yang hampir berbeda satu sama lainnya.
Gaya Bahasa adalah caara pengarang dalam mengungkapkan suatu
pengertian dalam kata, kelompok kata atau kalimat. Gaya bahasa sesungguhnya
muncul berdasarkan niat pengarang memperjelas uraiannya dengan bantuan
imajinasi, disamping agar ingin pembaca mampu menerima nilai-nilai yang sama
yang ada dalam bahasa yang dilontarkannya. Gaya bahasa yang digunakannya
bisa personifikasi, metafora, alegori, sinekdok atau apa saja.
g. Amanat
Adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Amanat dalam cerita bisa berupa nasihat, anjuran, atau larangan untuk
melakukan/tidak melakukan sesuatu. Yang jelas, amanat dalam sebuah cerita pasti
bersifat positif.
3.2 Unsur Ekstrinsik Novel
Menurut Burhan Nurgiantoro (2000:23), unsur-unsur ekstrinsik adalah
unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Sedangkan Suyono (2007:178), unsur ekstrinsik novel adalah unsur luar
yang membangun novel. Yang termasuk unsur luar novel adalah latar belakang
pengarang, wilayah atau tempat terciptanya novel, dan ideologi pengarang yang
terkandung dalam novel.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa unsur
ekstrinsik adalah unsur luar yang secara langsung atau tidak langsung membangun
novel. Unsur luar novel terdiri dari latar belakang pengarang, wilayah atau tempat
terciptanya novel, dan ideologi pengarang yang terkandung dalam novel.

B. Psikologi Sastra
1. Definisi Psikologi Sastra
Wellek dan Warren (terjemahan Melani Budianta, 1990: 90-110)
mendefinisikan psikologi sastra sebagai studi sastra yang membahas aspek
psikologi pengarang, proses kreatif, hukum psikologi yang diterapkan dalam
karya sastra, serta psikologi pembaca. Sedangkan Ratna (2004:350) menyatakan
bahwa psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi
dan peranan studi psikologis.
Suwardi Endraswara (2008:4) mengemukakan bahwa bahasa sastra
memiliki makna psikis yang dalam, sehingga perlu memahami bahasa estetis
untuk mengungkapkan berbagai gejala psikologis dibalik gejala bahasa. Hal ini
merupakan pengaruh dari aspek estetis dari sastra yang tersusun atas bahasa,
sehingga dalam memahami karya sastra diperlukan penghayatan tersendiri untuk
memahami bahasa sastra.
Berdasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, psikologi sastra
merupakan kegiatan analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan
peranan studi psikologis dengan membahas aspek psikologi pengarang, proses
kreatif, hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra, serta psikologi
pembaca.
2. Manfaat Psikologi Sastra
Di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini manusia mengalami
konflik kejiwaan yang bemula dari sikap kejiwaan tertentu bermuara pula ke
permasalahan kejiwaan (Semi, 1990:76). Pendekatan psikologi sastra ternyata
memiliki beberapa manfaat dan keunggulan, seperti diungkapkan Semi (1990:80),
sebagai berikut:
(1) sangat sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek perwatakan,
(2) dengan pendekatan ini dapat memberi umpan balik kepada penulis
tentang masalah perwatakan yang dikembangkannya,
(3) sangat membantu dalam menganalisis karya sastra Surrealis, abstrak,
atau absurd dan akhirnya dapat membantu pembaca memahami karya-karya
semacam itu.
Selanjutnya, menurut Aminuddin (1987:55) pendekatan psikologi sastra
juga dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal. Pertama, untuk memahami aspek
kejiwaan pengarang dalam kaitannya dengan proses kreatif karya sastra yang
dihadirkannya. Kedua, untuk mengeksplorasi segi-segi pemikiran dan kejiwaan
tokoh-tokoh utama cerita, terutama menyangkut alam pikiran bawah sadar.
3. Kajian Ilmu Psikologi
Terdapat empat jenis kajian ilmu psikologi menurut Sarwono (2012:59),
yaitu:
1. Psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia
dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut
usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena
sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan
juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu
dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.
2. Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
· studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya :
studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
· studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap
sosial, perilaku meniru dan lain-lain.
· studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan,
komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan persaingan.
3. Psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan
erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian
adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara
individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
4. Psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi,
seperti: persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa
dan emosi.
4. Aspek-aspek Psikologi Sastra
Albertine Minderop (2011: 59) berpendapat mengenai langkah dan
pemahaman teori psikologi sastra. Langkah tersebut mencakup; 1) pemahaman
terhadap teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis karya sastra, 2)
menentukan karya sastra sebagai objek kemudian menentukan teori psikologi
yang relevan, dan 3) secara bersamaan menentukan objek dan teorinya.
Wellek dan Warren (terjemahan Melani Budianta, 1990: 90-110) membagi
definisi psikologi sastra menjadi empat pengertian. Pengertian tersebut meliputi
studi psikologi pengarang, proses kreatif, hukum psikologi yang diterapkan dalam
karya sastra, serta psikologi pembaca.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan psikologi
sangatlah tepat digunakan untuk menganalisis konflik batin tokoh dalam novel.
Pendekatan psikologi digunakan karena konflik batin dalam diri tokoh sangat
berhubungan dengan tingkah laku dan kehidupan psikis tokoh.

C. Konflik
1. Pengertian Konflik
Menurut KBBI (2002), konflik adalah percekcokkan, perselisihan,
pertentangan. Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang
berarti saling memukul. Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya
tidak berdaya.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (2002), konflik merupakan
warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat
daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di
antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Wellek dan Warren (terjemahan Melani Budianta, 1990: 285) memberikan
definisi mengenai konflik, “Konflik adalah sesuatu yang ‘dramatik’, mengacu
pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang, menyiratkan adanya aksi
dan aksi balasan.”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik adalah
sebuah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara
dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Konflik Cerita
Konflik cerita, yaitu pokok permasalahan yang terjadi dan sesuatu yang
dramatik, mengacu pada pertarungan atau perselisihan antara dua kekuatan yang
seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan. Dalam kehidupan nyata
konflik merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Namun dalam sebuah
cerita tanpa adanya masalah yang memicu adanya konflik berarti “tak akan ada
cerita, tak ada nada plot”. Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat
saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun pada
hakikatnya merupakan peristiwa.
3. Jenis Konflik
Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan konflik atau
bahkan sebaliknya. Menurut Winardi (2007) bentuk konflik sebagai bentuk
kajadian dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu konflik fisik dan koflik
batin.
1. Konflik fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seseorang
tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, mungkin dengan tokoh lain atau dengan
alam. Misalnya, konflik (permasalahan) yang dialami seseorang tokoh akibat
adanya banjir besar, gunung meletus, kemarau panjang dan sebagainya. Konflik
sosial, sebaliknya adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar
manusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat hubungan antar manusia.
Konflik sosial berupa masalah peperangan, perburuhan atau kasus-kasus
hubungan sosial lainnya.
2. Konflik batin (internal) adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa
seseorang tokoh atau tokoh-tokoh cerita. Jadi ia merupakan konflik yang dialami
manusia dengan dirinya sendiri, ia merupakan permasalahan intern seorang
manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat pertentangan antara dua keinginan,
keyakinan pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau maslah-masalah lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa konflik di atas saling berkaitan, saling
menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, dan dapat terjadi secara
bersamaan.
4. Konflik Batin
Secara etimologis, KBBI (2002) memberi arti konflik batin sebagai konflik
yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang
bertentangan menguasai diri individu sehingga mempengaruhi tingkah laku.
Konflik batin merupakan suatu perbuatan yang terlalu sering dilakukan
yang bertentangan dengan suara batin, di dalam kehidupan yang sadar,
pertentangan tersebut akan menyebabkan pecahnya pribadi seseorang, sehingga di
dalamnya akan selalu dirasakan konflik-konflik jiwa (Agus Sujanto dkk, 2006:
12).
Sedangkan Rohadi Wijaksono (2007:1) menyatakan bahwa konflik batin
adalah konflik yang terjadi di dalam hati dan disebabkan adanya dua gagasan atau
keinginan yang bertentangan menguasai diri individu sehingga mempengaruhi
tingkah laku.
Menurut Alwi, dkk. konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh
adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk
mengusai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku.
Pendapat lain mengenai konflik batin oleh Hardjana yang mengemukakan
bahwa konflik terjadi manakala hubungan antara dua orang atau dua kelompok,
perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan yang lain, sehingga salah satu
atau keduanya saling terganggu. Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau
pertentangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konflik batin
adalah konflik yang disebabkan oleh adanya pertentangan yang terjadi dalam diri
tokoh. Pertentangan tersebut terjadi akibat adanya dua gagasan atau lebih, atau
keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga konflik
tersebut menimbulkan serta mempengaruhi tingkah laku. Konflik batin dapat
diatasi dengan menguatkan tiga fungsi batin.
4.1 Jenis-Jenis Konflik Batin
Kurt Lewin (1997: 213-216) menyatakan bahwa konflik mempunyai
beberapa bentuk, yaitu:
a. Konflik mendekat-mendekat (approach-aproach conflict)
Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya
positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan
untuk memilih satu di antaranya.
b. Konflik mendekat-menjauh (approach -avoidance conflict)
Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang
berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang
lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan,
apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.
c. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)
Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif
yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi. motif yang satu berarti
harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. Umumnya, konflik dapat
dikenali karena beberapa ciri, yaitu 1) Terjadi pada setiap orang dengan reaksi
berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang
sifatnya pribadi. 2) Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang
seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan
ketegangan. 3) Konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin
beberapa detik, tetapi bisa juga berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun.
4.2 Faktor-Faktor Konflik Batin
Menurut Freud dalam Kusumawati (2003: 33) yang dikutip dari
(http://bintangmuhammad81.blogspot.com/2013/03/konflik-batin.html), faktor-
faktor yang memegang peranan penting dalam beberapa gangguan batin antara
lain:
1. Teori Agresi
Teori agresi menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah
yang ditujukan kepada diri sendiri. Agresi yang diarahkan pada diri sendiri
sebagai bagain dari nafsu bawaan yang bersifat merusak. Untuk beberapa alasan
tidak secara langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang
berhubungan dengan perasaan berdosa atau bersalah. Prosesnya terjadi akibat
kehilangan atau perasaan terhadap objek yang sangat dicintai.
2. Teori Kehilangan
Teori kehilangan merujuk pada perpisahan traumatik individu dengan
benda atau seseorang yang sebelumnya dapat memberikan rasa aman dan nyaman.
Hal penting dalam teori ini adalah kehilangan dan perpisahan sebagai faktor
predisposisi terjadinya depresi dalam kehidupan yang menjadi faktor pencetus
terjadinya stress.
3. Teori Kepribadian
Teori kepribadian merupakan konsep diri yang negatif dan harga diri
rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap
stressor. Pandangan ini memfokuskan pada varibel utama dari psikososial yaitu
harga diri rendah.
4. Teori Kognitif
Teori kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif
yang didominasi oleh evaluasi negatif sesorang terhadap dirinya sendiri, dunia
seseorang dan masa depannya. Individu dapat berpikir tentang dirinya secara
negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya.
5. Teori Ketidakberdayaan
Teori ketidakberdayaan menunjukkan bahwa konflik batin dapat
menyebabkan depresi dan keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali
terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang
respon yang adaptif.
6. Teori Perilaku
Teori perilaku menunjukkan bahwa penyebab depresi terletak pada
kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Depresi
berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan. Teori ini
memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan
mempertimbangkan perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari
faktor internal. Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang
dikendalikan lingkungan, tetapi tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan
melakukan apa saja yang mereka pilih tetapi antar individu dengan lingkungan
memiliki pengaruh yang bermakna antar satu dengan yang lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra.
Wellek dan Warren (terjemahan Melani Budianta, 1990: 90-110) mendefinisikan
psikologi sastra sebagai studi sastra yang membahas aspek psikologi pengarang,
proses kreatif, hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra, serta
psikologi pembaca. Sedangkan Ratna (2004:350), psikologi sastra adalah analisis
teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis.
Suwardi Endraswara (2008:4) mengemukakan bahwa bahasa sastra
memiliki makna psikis yang dalam, sehingga perlu memahami bahasa estetis
untuk mengungkapkan berbagai gejala psikologis di balik gejala bahasa. Hal ini
merupakan pengaruh dari aspek estetis dari sastra yang tersusun atas bahasa,
sehingga dalam memahami karya sastra diperlukan penghayatan tersendiri untuk
memahami bahasa sastra.
Berdasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, psikologi sastra
merupakan kegiatan analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan
peranan studi psikologis dengan membahas aspek psikologi pengarang, proses
kreatif, hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra, serta psikologi
pembaca.
B. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dari penelitian ini dapat memahami makna karya sastra berdasarkan
Konflik batin tokoh utama pada novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia
(pendekatan psikologi sastra).

2. Sumber Data
Sutopo (2002: 49) menyatakan bahwa sumber data merupakan bagian yang
sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan ketepatan
dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Sumber data pada penelitian ini
yaitu sumber data primer pada penelitian yang berupa teks novel Cinta di Ujung
Sajadah karya Asma Nadia, yang diterbitkan oleh Republika, Jakatra, cetakan
kedua Juli 2012 dan tebal 292 halaman. Sumber data sekunder berupa artikel-
artikel dan kutipan-kutipan dari buku-buku teori yang mendukung penelitian.
,

C. Pengumpulan Data
1. Tahap Pengumpulan Data
Goetz dan LeComte (dalam Sutopo, 2002: 58) mengemukakan bahwa
“Sumber data dalam penelitian kualitataif terdiri dari beragam jenis, menuntut
cara atau teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data
yang diperlukan untuk menjawab permasalahannya. Strategi pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua cara,
yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan
noninteraktif.”.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode noninteraktif,
yaitu mengkaji dokumen dan arsip. Teknik studi pustaka digunakan untuk
mengumpulkan data-data berupa buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan
masalah penelitian dengan menggunakan teori-teori sastra yang mencakup unsur
intrinsik, serta teori-teori psikologi untuk meneliti unsur ekstrinsiknya.
2. Tahap Pengolahan Data
Mile dan Huberman seperti yang dikutip oleh Salim (2006: 20-24),
menyebutkan ada tiga
langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and
verification). Dalam pelaksanaannya reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi, merupakan sebuah langkah yang sangat luwes, dalam arti
tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara keseluruhan langkah-langkah
tersebut saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan data, sehingga
model dari Miles dan Huberman disebut juga sebagai Model Interaktif.
Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Agus Salim
(2006: 22-23), dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan
pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan
transformasi data kasar yang diperoleh.
2. Penyajian data (data display). Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi
informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display
data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam
bentuk teks naratif.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and
verification). Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi
dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat
keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena, dan
proposisi.

D. Penganalisisan Data
1. Teknik Penganalisisan Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis).
Dalam menganalisis isi novel yang berupa teks, maka yang harus dilakukan
dalam menganalisis isi tersebut dengan membaca keseluruhan teks novel
secara sistematis dan lengkap. Luxemburg, dkk (dalam Suwardi Endraswara,
2008: 74) menyatakan bahwa “Interpretasi adalah proses membaca dan
menjelaskan teks yang lebih sistematis dan lengkap.”.
2. Prosedur Penganalisisan Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
analisis gaya bahasa untuk menetukan gaya bahasa novel berdasarkan teori
stilistika. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data
sebagai berikut.

Ø Tahap pengumpulan data meliputi:


 Membaca novel Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia dengan
teliti.
 Menandai bagian-bagian yang merupakan konflik batin tokoh utama
yang terdapat dalam novel Cinta di Ujung Sajadah karya
Asma Nadia.
 Mencatat konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Cinta di
Ujung Sajadah karya Asma Nadia.
Ø Tahap pengolahan data meliputi:
 Mencari konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Cinta di
Ujung Sajadah karya Asma Nadia.
 Menyusun konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Cinta
di Ujung Sajadah karya Asma Nadia.
DAFTAR PUSTAKA
Asma Nadia. 2012. Cinta di Ujung Sajadah (cetakan kedua). Jakarta:
Republika.
Agus Sujanto, dkk. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Burhan Nurgiantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada
University Press.
Burhan Nurgiantoro. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada
University Press.
Herman J. Waluyo. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widya Sari
Press.
Nugraheni Eko Wardani. 2009. Makna Totalitas Dalam Karya Sastra.
Surakarta:
LPP UNS dan UNS Press.
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan
Terapannya
dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Suwardi Endraswara. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra Teori,
Langkah
dan Penerapannya. Yogyakarta: MedPress.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa
Depdiknas.
Salim dan Syahrum. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Citapustaka.
Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja
Rosdakarya Media.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Melani Budianta, dkk. 2008. Membaca Sastra (Pengantar Memahami
Sastra
untuk Perguruan Tinggi). Yogyakarta: Indonesia Tera.
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Suyono. 2007. Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
Ganeca
Exact.
Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Padang: Angkasa.
Henry Guntur Tarigan. 1984. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Suwardi Endraswara. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra Teori,
Langkah dan Penerapannya. Yogyakarta: MedPress.
Davis, Keith, & Jhon W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi,
Edisi
Ketujuh, Alih Bahasa Agus Darma, Jakarta: Erlangga
Depdikbud. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
http://teguhwirwan.blogdetik.com/2009/07/19/kajian-unsur-psikologi-
novel- diakses pada 20 Februari 2014 pukul 20.20 WIB.
(http://bintangmuhammad81.blogspot.com/2013/03/konflik-
batin.html),diakses pada 13 Mei 2014 pukul 19.45 WIB.
Diposting 14th December 2015 oleh Danti Novani Siwi

Anda mungkin juga menyukai