ANDREA HIRATA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiopsikologi Sastra
Disusun Oleh
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Waa Ta’ala, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kita dapat menyusun tugas ini dengan judul “Analisis
Psikologi Sastra pada Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” ini
dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Tugas ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah Sosio Psikologi Sastra.Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah sederhana kami ini terutama kepada:
1. Bapak Drs.Heru Subakti, M.M. sebagai dosen pengampu matakuliah Sosio
Psikologi Sastra STKIP PGRI Jombang,
3. Serta semua pihak yang telah membantu penulis tidak dapat sebutkan satu-
persatu.
Tugas ini berisikan tentang Analisis Psikologi Sastra pada Novel Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata.Kepa da pembaca, kami ucapkan selamat
membaca. Manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya.Kami
menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
merupakan ekspresi masyarakat dan bagian dari suatu masyarakat. Kenyataan
inilah yang menarik perhatian para teoretisi sosiologi sastra untuk mencoba
menjelaskan pola dan model hubungan resiprokal itu. Penjelasan Taine
dengan menggunakan metode-metode ilmu pasti menarik perhatian, namun
ciri positivistis dalam teorinya menimbulkan permasalahan yang rumit
mengenai hakikat karya sastra sebagai 'karya fiksi'. Teori-teori Marxisme,
yang memandang seni (sastra) sebagai 'alat perjuangan politik' terlalu
menekankan aspek pragmatis sastra dan dalam banyak hal mengabaikan
struktur karya sastra. Pemikir-pemikir Neomarxis memanfaatkan filsafat
dialektika materialisme Marx untuk mendefinisikan aspek ideologi, politik,
dan hubungan ekonomi suatu masyarakat. Asumsi epistemologis mereka
adalah bahwa sastra menyimpan sejarahnya yang sebenarnya dan menjadi
tugas studi sastra untuk mendefinisikannya secara jelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek kejiwaan tokoh
dalam novel Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan menggunakan
tinjauan psikologi sastra. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan
menggunakan strategi analisis isi. Sumber data yang digunakan berupa
dokumen. Teknik sampling yang digunakan purposive sampilng. Teknik
pengumpulan data menggunakan analisis dokumen. Validitas data
menggunakan trianggulasi teori. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis mengalir (flow model analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan analisis penokohan dalam novel dapat diperoleh gambaran mengenai
proses kejiwaan dari masing-masing tokoh yang dipengaruhi faktor dari dalam
maupun faktor dari luar. Melalui analisis penokohan dengan menggunakan
pendekatan psikologi sastra, proses kejiwaan tokoh dari masing-masing tokoh
dapat dipahami dan dapat memberikan efek realistis dalam karya ini.
Psikologi sastra novel Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mampu
memberikan gambaran perwatakan pada masing-masing tokohnya. Proses
kejiwaan tokoh-tokohnya dapat dipahami melalui pendalaman teori Sigmund
Freud (id, ego, dan super ego) yang dapat menggambarkan suasana dan
perasaan hati para tokoh. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pengarang
dalam melukiskan perwatakan tokoh yang ada dalam karyanya. Simpulan dari
5
penelitian ini adalah aspek kejiwaan tokoh dalam novel Novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata dapat ditinjau dengan menggunakan tinjauan psikologi
sastra.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana sosok tokoh penokohan dalam novel Novel
Laskar Pelangi ini dalam teori phisikologi
2. Untuk mendefinisikan Bagaimana hal – hal yang membuat sosok tokoh
ikal mengalami penyerangan pada phisikologinya dalam novel ini
3. Untuk menunjukkan Bagaimana peran sentral tokoh ikal dalam novel
Novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh andrea hirata.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Awal Mula Psikologi Dalam Karya Sastra
Sastra merupakan kata serapan dari Bahasa Sansekerta yang
artinya adalah “tulisan yang mengandung instruksi atau pedoman”. Dalam
penggunaannya, kata ini lebih sering digunakan untuk merujuk pada
kesusasteraan, yaitu hasil karya penulisan yang mengandung keindahan
dan unsur seni, misalnya puisi, drama dan esai. Di sisi lain, psikologi
sendiri merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku dan proses mental yang dialami dan diperbuat oleh manusia.
Seiring dengan perkembangan zaman, karya sastra yang awalnya
merupakan produk yang dihasilkan sebagai tumpahan perasaan dan
digunakan sebagai bacaan pengisi waktu luang semata telah menjadi suatu
bahan kajian untuk memahami dinamika kehidupan. Berbagai kajian
lainnya seperti sosiologi sastra, antropologi sastra dan lainnya semua
berkembang di era modern. Terutama, hal ini didorong oleh keinginan
untuk memahami karya sastra secara lebih mendalam dan tidak hanya
sebatas berhenti pada mengikuti alur cerita dari karya sastra yang
bersangkutan. Hal inilah yang mendorong pendekatan dan kajian ilmiah
terhadap karya sastra.
7
Psikologi sastra merupakan dua cabang ilmu yang berbeda tapi
saling berkaitan. Sastra lebih cenderung kearah fiksi, sedangkan psikologi
cenderung kearah yang berdasarkan fakta (Jatman, 1985). Karya sastra
dianggap sebagai sebuah hasil kreativitas dan ekspresi pengarang.
Sedangkan psikologi digunakan pengarang memilih karakter tokoh untuk
mendukung jalannya cerita.[1] Bahwa pendekatan psikologi sastra pada
dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama yaitu pengarang, karya
sastra, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologi
lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra (Ratna,
2009: 61).
8
dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-
aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama
maupun prosa.
4. Menurut Roekhan (dalam Endaswara, 2011:97-98) psikologi sastra
akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan
tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya
sastra. Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek
psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari
pengaruh karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam
menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji
aspek psikologis sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang
terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil
masyarakatnya.
5. Menurut Semi, (1993:76) pendekatan psikologis adalah pendekatan
yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas
tentang peristiwa kehidupan manusia. Untuk melihat dan mengenal
manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi.
9
2. Para penulis dan sarjana sastra kurang memiliki pengertian terhadap
psikologi sastra karena pengertian teori-teori psikologi yang sangat
terbatas.
3. Terkait dengan kedua faktor di atas, relevansi kajian psikologi sastra
menjadi kurang menarik bagi para akademisi, terbukti dengan jumlah
skripsi dan karya tulis yang ditulis dengan menggunakan pendekatan
psikologi sastra masih sangat sedikit.
10
Psikologi sastra dengan menggunakan psikoanalisis terhadap seni
dan sastra diawali oleh Freud sendiri. Beberapa karya Freud yang
bersangkutan dengan karya seni di antaranya:
11
misterius tersebut. Dalam buku ini, Freud juga mengenalkan konsep
sublimasi yang kemudian menjadi konsep penting dalam teori
kebudayaan.
5. Das Unheimliche
Merupakan buku karya Freud yang terbit thaun 1910 dan memiliki
arti Keanehan yang Mencemaskan. Dalam buku ini Freud mengungkapkan
tentang kesan yang dirasakan oleh pembaca pada saat menikmati karya
sastra yang bersifat horror atau tragedy. Walaupun karya sastra itu
menimbulkan perasaan takut, ngeri dan cemas tetapi beberapa pembaca
tetap menyukai hasil karya dengan bentuk tersebut.
Walaupun demikian, penerapan psikoanalisis dalam sastra lebih
banyak dilakukan oleh para ahli sastra sendiri seperti Charles
Mauron dan Max Milner. Pada tahun 1963, Charles Mauron, seorang
kritikus sastra yang berasal dari Perancis mengembangkan cara yang
terstuktur dalam melakukan kiritik karya sastra yang lalu dikenal sebagai
psikokritik.
Sementara itu, Max Milner yang merupakan penulis berkebangsaan
Jerman menulis sebuah buku berjudul Freud et L’interpretation de la
literature atau Freud dan Interpretasi Sastra. Buku ini menjelaskan teori-
teori psikologi Freud terkait dengan karya sastra.
12
Psikoanalisis digunakan untuk menganalisis tokoh-tokoh yang dituliskan
oleh pengarang sebagai buah dari imajinasinya yang dituangkan dalam bentuk
tulisan. Dengan menganalisis kondisi kejiwaan dari para tokoh yang ada dalam
karya sastra yang dihasilkannya, dapat disimpulkan bagaimana kondisi kejiwaan
dari sang penulis pada saat menuliskan karya sastranya.
- Id
Merupakan satu satunya komponen dalam kepribadian yang
telah ada sejak saat manusia lahir. Komponen kepribadian ini
merupakan aspek kepribadian yang sepenuhnya sadar dan tergolong
perilaku yang bersifat naluriah dan primitive.
13
kebutuhan ini tidak seera dipuaskan, maka akan menimbulkan kondisi
kecemasan atau ketegangan. Contoh paling tepat adalah pemenuhan
makanan dan minuman pada saat timbul rasa lapar dan haus.
Kemudian, Freud berkesimpulan bahwa id telah hadir sejak saat
manusia dilahirkan. Argumen ini dibuktikan oleh bayi yang baru lahir.
Pada saat bayi merasa lapar atau haus, sang bayi akan terus menangis
sampai disusui oleh ibunya. Oleh sebab itu, id juga merupakan aspek
kepribadian yang terpenting di awal kehidupan seseorang.
- Ego
Ego merupakan komponen kepribadian yang bertanggung jawab
untuk berhubungan dengan dunia nyata. Teori Freud mengungkapkan
bahwa ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id
dapat diungkapkan dengan cara yang dapat diterima dalam dunia nyata.
Ego bekerja dengan berlandaskan pada prinsip realitas, di mana pemuasan
keinginan id dicapai melalui usaha dan cara-cara yang realistis dan dapat
diterima dengan baik secara social.
- Superego
Komponen kepribadian ini adalah yang berfungsi untuk
menampung semua standar moral dan cita-cita yang kita peroleh dari
14
orang tua dan masyarakat sekitar, termasuk nilai-nili tentang apa yang
benar dan salah dalam masyarakat. Superego memberikan petunjuk untuk
membuat penilaian. Superego mencakup berbagai peraturan dan standar
perilaku yang diharapkan dalam masyarakat. Mengikuti peraturan ini
menimbulkan perasaan bangga.
15
I. Psikoanalisis dan Proses Kreatif Sastra
Proses kreasi karya sastra menurut teori psikoanalisis dapat dibagi dalam
dua cara, yaitu:
1. Sublimasi
Sublimasi berkaitan erat dengan konsep ketidaksadaran. Seperti
telah dituliskan di atas, id yang berada dalam ketidaksadaran manusia
selalu menuntut pemuasan terhadap kebutuhan dan keinginan dengan
segera. Seringkali tuntutan tersebut bertentangan dengan superego yang
berusaha untuk mempertahankan kelakuan agar tetap sejalan dan tidak
bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Walaupun dorongan dan impuls dari id tetap menuntut pemenuhan
dan harus dipenuhi, namun agar tetap dapat diterima oleh masyarakat
sekitar, impuls itu dialihkan ke dalam bentuk yang berbeda misalnya ilmu
pengetahuan, aktivitas olah raga atau dalam hal ini karya seni. Proses
pengalihan dorongan dari id ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh
masyarakat ini disebut sebagai sublimasi.
Freud dalam torinya menyimpulkn bahwa sublimasi merupakan
akar dari kebudayaan manusia. Kreativitas dan kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru terkandung dalam sublimasi. Contoh
bentuk hasil dari sublimasi misalnya agama, berbagai macam mesin,
peralatan teknik, puisi, novelm cerpen, ilmu pengetahuan dan aktivitas
olah raga.
2. Asosiasi
Asosiasi bebas atau asosiasi adalah suatu teknik yang sering
dipraktekkan oleh para seniman seperti penulis dan pelukis untuk
mendapatkan inspirasi dalam menciptakan karya seni mereka. Bagi para
penulis, seorang penulis dapat menggunakan teknik asosiasi pada saat
memulai menuliskankarya sastra mereka untuk menuliskan segala hal
yang terlintas dalam pikiran mereka.
Setelah semua hal yang ada dalam pikirannya tersebut selesai
dituliskan barulah sang penulis akan memeriksa tulisan tersebut sambil
16
membuat perubahan , menambah atau mengurangi dan memberikan
berbagai sentuhan akhir.
17
1. Perlunya dilakukan kajian secara menyeluruh baik terhadap unsure
intrinsic maupun ekstrinsik, terutama pentingnya penekanan terhadap
unsur intrinsic pada unsure tokoh dan perilakunya
2. Selain pada tokoh, perlu juga dilakukan kajian terhadap tema dari karya
sastra itu sendiri. Analisa sifat dan perilaku tokoh tidak boleh hanya
berfokus kepada tokoh utama baik protagonist maupun antagonis. Tokoh-
tokoh lain dalam karya sastra yang bersangkutan juga harus diungkap,
meskipun terkadang tokoh-tokoh ini dianggap tidak penting dan hanya
sebagai pendukung. Yang terpenting adalah pada saat melakukan analisa,
peneliti harus dapat mengungkapkan alasan yang masuk akal mengenai
watak tokoh dan sebab watak tersebut disematkan oleh penulis kepada
tokoh tersebut
3. Berkaitan dengan alur cerita, konflik dalam sifat tokoh misalnya phobia,
halusinasi atau schizophrenia yang berhubungan dengan jalan cerita dari
karya sastra terkait.
Selain itu, hal penting lainnya yang harus diperhatikan pada saat
melakukan kajian terhadap sebuah teks adalah agar peneliti tidak hanya
terbatas pada penggunaan teori psikologi atau membahas psikologi secara
terlalu mendalam dan ilmiah dengan mengesampingkan aspek kesastraan dari
teks yang dianalisa.
18
saat sang penulis menelurkan hasil karya yang diteliti. Dengan demikian
maka peneliti dapat menemukan berbagai pengalaman pribadi yang
diekspresikan dalam karyanya tersebut.
2. Motif dan tujuan penulisan perlu diteliti dan dibahas lebih lanjut. Dengan
analisa pada aspek ini, maka dapat ditemukan apakah penulis memang
mengungkapkan mengenai tekanan tertentu seperti tekanan politik atau
hanya sekedar mengungkapkan kekecewaan terhadap pemerintah,
lingkungan social dan lainnya.
3. Peneliti juga perlu mencari adanya keterkaitan antara karya sastra tersebut
dengan dampak atau pengaruh psikologis yang diberikannya terhadap
pembaca.
19
5. Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis
adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan
kekacauan batin manusia karena hakikat kehidupan manusia itu adalah
perjuangan menghadapi kekalutan batinnya sendiri.
6. Kebebasan individu penulis sangat dihargai, dan kebebasan mencipta juga
mendapat tempat yang istimewa (Semi, 1993:77-78).
20
4. Karya yang bermutu, menurut pendekatan psikologis, adalah karya sastra
yang mampu menyajikan simbol-simbol, wawasan, perlambangan yang
bersifat universal yang mempunyai kaitan dengan mitologi, kepercayaan,
tradisi, moral, budaya, dan lain-lain.
5. Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis
adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan
kekacauan batin manusia karena hakikat kehidupan manusia itu adalah
perjuangan menghadapi kekalutan batinnya sendiri.
6. Kebebasan individu penulis sangat dihargai, dan kebebasan mencipta juga
mendapat tempat yang istimewa (Semi, 1993:77-78).
21
BAB III
PEMBAHASAN
Tokoh pada setiap novel dalam Tetralogi Laskar Pelangi merupakan objek
penelitian ini. Sehingga setiap karakter dari tokoh-tokoh tersebut harus dapat
diuraikan secara deskriptif sebagai suatu kesatuan cerita. Terdapat cukup banyak
tokoh yang terlibat dalam alur cerita Laskar Pelangi hingga akhir. Selayak karya
sastra novel, terdapat tokoh yang menjadi pusat cerita, tokoh inilah yang disebut
tokoh utama. Nurgiyantoro (1995:177) menyatakan bahwa tokoh utama adalah
tokoh yang paling banyak diceritakan sebagai pelaku kejadian maupun dikenai
kejadian. Adapun Aminudin (1990:80) menyatakan bahwa tokoh utama adalah
tokoh yang paling banyak diberi komentar, dan dibicarakan oleh pengarangnya.
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh
Bentang Pustaka pada tahun 2005.
Novel ini bercerita tentang kehidupan anak dari keluarga miskin yang
bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang
penuh dengan keterbatasan. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama
dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar
Pelangi. Pada bagianbagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu
anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang
ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu
untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Cerita terjadi di desa Gantung,
Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan
dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jika tidak mencapai siswa baru sejumlah 10
anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi
tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah,
Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
22
bercerita sastrawan. Setiap sastrawan memiliki pola tersendiri dalam pembuatan
karya-nya dan pada satu sisi merupakan gambaran psikologi manusia yang
dikenal oleh sastrawan tersebut. Di sinilah peranan peneliti sastra untuk membuka
nilai-nilai (value) dari sebuah karya. Fokus utama dalam penelaahan alur
psikologis ini adalah penjabaran dan analisa menganai tokoh dalam novel yang
kemudian pada bab ini akan dijabarkan intepretasi dari hasil analisa tersebut.
Tokoh adalah sisi hidup sebuah karya sastra novel yang diceritakan dan
menceritakan.Informasi psikologis paling banyak justru diperoleh dari penokohan
tersebut. Selanjutnya alur yang menjadi
pelengkap informasi kondisi tokoh akan memperkuat intepretasi psikologi yang
akan diungkap.
Penokohan dalam Novel Tetralogi Laskar Pelangi, tokoh “Ikal”
merupakan sosok yang paling ditonjolkan dalam kisah-kisah Tetralogi Laskar
Pelangi.Tokoh tersebut adalah pencerita sekaligus tokoh utama dalam setiap
novel. Sehingga dapat ditebak dan dianggap wajar bila alur cerita dalam setiap
novel tersebut berorientasi pada tokoh ini. Hal tersebut membuat bentuk
penokohan yang sederhana dan berpola. Dari setiap novel bahkan dapat dibedakan
melalui tokoh-tokoh pendukungnya. Namun, tokoh ikal akan tetap memiliki
ceritanya. Bentuk bercerita dalam novel-novel Tetralogi laskar pelangi lebih mirip
seseorang yang bercerita kepada buku harian (diary) daripada sebuah karya sastra
novel. Ceritanya lugas dan tidak berliku sehingga mudah dipahami, namun
memiliki tingkat ke-detil-an yang sangat tinggi sehingga kadang nilai-nilai
psikologis yang ada dalam novel kurang mengena kepada pembaca.
Struktur Kepribadian Tokoh Utama\ dalam Novel Laskar Pelangi, dalam
Edensor, Andrea tetap dengan ciri khasnya, menulis kisah ironi menjadi parodi
dan menertawakan kesedihan dengan balutan pandangan intelegensia tentang
culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut yang berasal dari pedalaman.
Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada di Paris.
Ikal dan Arai pada tahapan kisahnya berada pada tingkat kehidupan yang
setara dengan warga lain yang lebih dahulu bernasip baik. Ikal meskipun agak tak
mau banyak berbicara namun tetap memiliki kelebiahan yang tidak dimiliki arai.
Begitu juga Arai juga selalu terbuka dan kalau mengomentari sesuatu dilakukan
23
dengan blak-blakkan ( terbuka idak ada yang ditutup-tutupi ). Mereka berdua
sosok pemuda yang selalu patuh dan sopan dengan sesamanya, khususnya kepada
ke dua orang tuanya. Dalam penelitian ini telah terurai
bahwa Maryamah Karpov adalah novel keempat karya Andrea Hirata yang
diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada November 2008. Maryamah Karpov
merupakan buku terakhir dari Tetralogi Laskar Pelangi.Dalam novel tersebut,
Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa Sekolah Menengah Atas.
Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal- alter ego
Andrea Hirata, sedangkan Arai adalah saudara jauh yang yatim piatu yang disebut
simpai keramat karena anggota keluarga terakhir yang masih hidup dan akhirnya
menjadi saudara angkat dan Jimbron adalah seorang yatim piatu yang terobsesi
dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.
Penceritaan isi novel maryamah karpov tokoh-tokoh dalam sikapnya
menunjukkan perilaku yang emotif, motivatif, dinamis pada segala peradapan dan
mendorong pembaca merasakan ikut didalamnya.
Ikal memiliki pribadi tenang inspiratif tanpa ada rasa canggung bergaul
dengan semua lapisan masyarakat. Keinginannya tidak ada yang ditutup-tutupi
selalu mencari tahu tentang pengalaman-pengalaman baru. Arai lebih
mengembangkan kepribadian periang, nampak tidak ada kontrol kalau
mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya kepada temannya. Arai sang pemimpi
tergambar sebagai inspirator yang memiliki karakter aktif dan pekerja keras untuk
mengejar mimpi-mimpinya (lht.
Film SP. bag. B).
Dinamika kepribadian tokoh utama dalam Novel Laskar Pelangi,
perkembangan masyarakat nelayan saat ini mengalami pergeseran yang lebih baik
dan mengalami kemajuan dari pikir tradisional kini berubah menjadi modern.
Kehidupan ini telah berproses melalui budayanya sendiri disamping adanya
pengaruh kemajuan pendidikan. Pada tataran kehidupan sebagai proses
munculnya gejala-gejala sosial dan mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku serta tindakan kongkret untuk memenuhi sesuatu yang dikehendaki
individu maupun kelompok tertentu. Dalam penelitian ini telah terurai bahwa
24
Maryamah Karpov adalah novel keempat karya Andrea Hirata yang diterbitkan
oleh Bentang Pustaka pada November
2008. Maryamah Karpov merupakan buku terakhir.
Aspek psikologi yang juga diceritakan dalam novel Sang Pemimpi adalah
proses pendewasaan. Hal ini ditandai dengan adanya bagian cerita yang
menekankan nilai-nilai tanggung jawab. Salah satu ceritanya adalah mengenai
Ikal yang nilai-nilai pelajarannya jatuh karna tekanan dalam dirinya yang sulit dia
atasi. Mengingat terjadi juga perubahan yang tidak seperti harapan dia, dan
ketidakyakiannya akan mimpi. Hal tersebut membuat sisi psikologi remajanya
yang masih labil lebih terlihat menonjol. Pada saat itulah sang kepala sekolah
(namanya K.A. Harfan Efendy Noor) memberikan wawasan tentang
tanggungjawab. Nilai kedewasaan juga ditunjukkan pada saat Ikal mulai bangkit
dan mengingat kembali mimpi-mimpinya untuk melanjutkan kuliah di Soborne.
Tingkat kejiawaan dewasa tersebut tidak diperoleh begitu saja. Tetapi melalui
proses yang panjang dan pertengkaran dengan diri sendiri. Kondisi yang tidak bisa
menerima diri sendiri ditonjolkan sekali oleh tokoh Ikal di novel Sang Pemimpi
ini.
Pendidikan karakter dan nilai-nilai moral tokoh utama dalam Novel
Tetralogi Laskar Pelangi, pendidikan dasar merupakan bentuk awal sosialisasi
seorang anak terhadap pengetahuan dan lingkungan formal. Hal ini memiliki
peranan penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang
anak.Kondisi yang menggambarkan tentang keadaan pendidikan dasar sangat
kental diceritakan dalam novel pertama ini. Dari data tersebut maka dapat
dijabarkan mengenai kondisi dan pengaruh psikologis pendidikan dasar terhadap
perkembangan anak. Di dalam Novel Laskar Pelangi tersebut, kegiatan
pembentukan karakter awal terlihat dari cerita Ikal sejak awal masuk SD
Muhammadiyah. Ikal terlihat berminat pada sastra sejak awal, terlihat dari
kesehariannya yang senang menulis puisi. Lintang, teman sebangku
Ikal juga telah menunjukkan minat besar untuk bersekolah semenjak hari
pertama berada di sekolah.Ia selalu aktif di dalam kelas dan memiliki cita-cita
sebagai ahli matematika. Sosok guru juga diperlihatkan di dalam novel Laskar
Pelangi ini, yang digambarkan sebagai seorang pengajar dan pendidik yang
25
ideal.Bu Muslimah, bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A.
Abdul Hamid. Dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Masa anak-anak,
awal pertumbuhan mental dan fisik adalah ketika anak-anak. Di awal inilah
terlihat kepribadian asli dari setiap tokoh. Perkenalan dengan dunia baru –
sekolah– menjadi fokus utama dalam novel pertama Laskar Pelangi ini.
26
Awalnya adalah kondisi culture shock dan kondisi tersebut terus berlanjut
hingga beberapa waktu selama mereka di sana. Culture shock tersebut juga terjadi
ketika mereka memutuskan untuk keliling Eropa dan Afrika. Cerita-cerita yang
disampaikan semakin mendetail dan terkadang terlalu ringan untuk disampaikan.
Namun, untuk sebagian pembaca akan merasa sisi psikologisnya
ikut bermain karena tidak langsung dibawa ke titik akhir cerita.
27
BAB IV
PENUTUP
A.SIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
Identitas Novel
Sinopsis
30
Novel laskar pelangi berkisah perjuangan hidup kesepuluh anak ini
menghidupkan cita-cita di antara kehidupan mereka yang berat.Ada dinamika di
dalamnya.Manis meski berat.Kisah khas anak-anak yang memandang dunia
dengan ambisi yang sederhana.Novel tentang dunia pendidikan dengan tokoh
tokoh manusia sederhana , jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal,
takwa, yang di tuturkan secara indah dan cerdas.
Jika tak ada Harun, seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan
mental, yang disekolahkan oleh ibunya agar tidak cuma mengejar anak ayam di
rumah, tentu tidak pernah terjadi kisah ini. Ikal tidak akan pernah bertemu,
berteman satu kelas dengan Lintang, Mahar, Syahdan, A Kiong, Kucai, Borek
alias Samson, Sahara,
31
Trapani, dan Harun. Tidak akan pernah bertemu Bu Muslimah, guru penuh
kasih namun penuh komitmen untuk mencerdaskan anak didiknya. Selanjutnya
dikisahkan ragam kejadian yang penuh suka dan duka dari kesepuluh anak
anggota Laskar Pelangi.Nantinya di tengah cerita Laskar Pelangi mendapat
anggota kesebelas, anggota wanita kedua, Flo.
32