Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA

ANDREA HIRATA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiopsikologi Sastra

Dosen pengampu: Drs. Heru Subakti, M.M

Disusun Oleh

Sinta Dwi Machfiroh 196012

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Tinggi


Keguruan Ilmu Pendidikan PGRI Jombang

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Waa Ta’ala, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kita dapat menyusun tugas ini dengan judul “Analisis
Psikologi Sastra pada Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” ini
dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Tugas ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah Sosio Psikologi Sastra.Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah sederhana kami ini terutama kepada:
1. Bapak Drs.Heru Subakti, M.M. sebagai dosen pengampu matakuliah Sosio
Psikologi Sastra STKIP PGRI Jombang,

2. Teman-teman prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2019-A yang


telah memberikan semangat dan membantu terselesaikannya makalah ini.

3. Serta semua pihak yang telah membantu penulis tidak dapat sebutkan satu-
persatu.

Tugas ini berisikan tentang Analisis Psikologi Sastra pada Novel Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata.Kepa da pembaca, kami ucapkan selamat
membaca. Manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya.Kami
menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 13 Juli 2021

2
DAFTAR ISI

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA


ANDREA HIRATA ........................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
BAB II................................................................................................................................. 7
LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 7
BAB III ............................................................................................................................. 22
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 22
BAB IV ............................................................................................................................. 28
PENUTUP ........................................................................................................................ 28
A.SIMPULAN .................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 29
LAMPIRAN...................................................................................................................... 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakag


Karya sastra sebagai cermin masyarakat pada suatu zaman bisa juga
dianggap sebagai dokumen sosial budaya, meskipun unsur-unsur imajinasi
tidak bisa dilepaskan begitu saja, sebab tidak mungkin seorang pengarang
dapat berimajinasi jika tidak ada kenyataan yang melandasinya. Karya sastra
juga bisa menjadi media untuk menyampaikan gagasan atau ide-ide penulis.
Max Adereth dalam salah satu karangannya membicarakan litterature engage
(sastra yang terlibat) yang menampilkan gagasan tentang keterlibatan sastra
dan sastrawan dalam politik dan ideologi (Damono, 2002:15).
Pencetus teori sastra yang pertama kali yaitu Georg Lukacs dengan
bukunya The Theory of Novel, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Jerman
pada tahun 1916 yang kemudian melahirkan teori sosiologi sastra. Di dalam
negeri sendiri yaitu Umar Junus yang mengemukakan, bahwa yang menjadi
pembicaraan dalam telaah sosiologi sastra adalah karya sastra dilihat sebagai
dokumen sosial budaya. Sedangkan menurut Damono, sastra menampilkan
gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar
masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang
terjadi dalam batin seseorang (2003:1)
Teori-teori sosiologi sastra mempersoalkan kaitan antara karya sastra dan
'kenyataan'. Sebenarnya teori sosiologi sastra inilah yang paling tua usianya
dalam sejarah kritik sastra. Dalam kenyataannya, teori yang sudah dirintis oleh
filsafat Plato (Abad 4-3 SM) tentang 'mimesis' itu baru mulai dikembangkan
pada abad 17-18 yakni zaman positivisme ilmiah oleh Hippolite Taine dan
berkembang pesat pada awal abad ke-19 dengan dicanangkannya doktrin
Manifesto Komunis oleh Marx dan Engels. Studi-studi sosiologis terhadap
sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra dalam taraf tertentu

4
merupakan ekspresi masyarakat dan bagian dari suatu masyarakat. Kenyataan
inilah yang menarik perhatian para teoretisi sosiologi sastra untuk mencoba
menjelaskan pola dan model hubungan resiprokal itu. Penjelasan Taine
dengan menggunakan metode-metode ilmu pasti menarik perhatian, namun
ciri positivistis dalam teorinya menimbulkan permasalahan yang rumit
mengenai hakikat karya sastra sebagai 'karya fiksi'. Teori-teori Marxisme,
yang memandang seni (sastra) sebagai 'alat perjuangan politik' terlalu
menekankan aspek pragmatis sastra dan dalam banyak hal mengabaikan
struktur karya sastra. Pemikir-pemikir Neomarxis memanfaatkan filsafat
dialektika materialisme Marx untuk mendefinisikan aspek ideologi, politik,
dan hubungan ekonomi suatu masyarakat. Asumsi epistemologis mereka
adalah bahwa sastra menyimpan sejarahnya yang sebenarnya dan menjadi
tugas studi sastra untuk mendefinisikannya secara jelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek kejiwaan tokoh
dalam novel Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan menggunakan
tinjauan psikologi sastra. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan
menggunakan strategi analisis isi. Sumber data yang digunakan berupa
dokumen. Teknik sampling yang digunakan purposive sampilng. Teknik
pengumpulan data menggunakan analisis dokumen. Validitas data
menggunakan trianggulasi teori. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis mengalir (flow model analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan analisis penokohan dalam novel dapat diperoleh gambaran mengenai
proses kejiwaan dari masing-masing tokoh yang dipengaruhi faktor dari dalam
maupun faktor dari luar. Melalui analisis penokohan dengan menggunakan
pendekatan psikologi sastra, proses kejiwaan tokoh dari masing-masing tokoh
dapat dipahami dan dapat memberikan efek realistis dalam karya ini.
Psikologi sastra novel Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mampu
memberikan gambaran perwatakan pada masing-masing tokohnya. Proses
kejiwaan tokoh-tokohnya dapat dipahami melalui pendalaman teori Sigmund
Freud (id, ego, dan super ego) yang dapat menggambarkan suasana dan
perasaan hati para tokoh. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pengarang
dalam melukiskan perwatakan tokoh yang ada dalam karyanya. Simpulan dari

5
penelitian ini adalah aspek kejiwaan tokoh dalam novel Novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata dapat ditinjau dengan menggunakan tinjauan psikologi
sastra.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sosok tokoh ikal dalam novel Novel Laskar Pelangi ini dalam
teori phisikologi?
2. Bagaimana kepribadian tokoh dalam novel Novel Laskar Pelangi yang
ditulis oleh andrea hirata?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana sosok tokoh penokohan dalam novel Novel
Laskar Pelangi ini dalam teori phisikologi
2. Untuk mendefinisikan Bagaimana hal – hal yang membuat sosok tokoh
ikal mengalami penyerangan pada phisikologinya dalam novel ini
3. Untuk menunjukkan Bagaimana peran sentral tokoh ikal dalam novel
Novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh andrea hirata.

6
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Awal Mula Psikologi Dalam Karya Sastra
Sastra merupakan kata serapan dari Bahasa Sansekerta yang
artinya adalah “tulisan yang mengandung instruksi atau pedoman”. Dalam
penggunaannya, kata ini lebih sering digunakan untuk merujuk pada
kesusasteraan, yaitu hasil karya penulisan yang mengandung keindahan
dan unsur seni, misalnya puisi, drama dan esai. Di sisi lain, psikologi
sendiri merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku dan proses mental yang dialami dan diperbuat oleh manusia.
Seiring dengan perkembangan zaman, karya sastra yang awalnya
merupakan produk yang dihasilkan sebagai tumpahan perasaan dan
digunakan sebagai bacaan pengisi waktu luang semata telah menjadi suatu
bahan kajian untuk memahami dinamika kehidupan. Berbagai kajian
lainnya seperti sosiologi sastra, antropologi sastra dan lainnya semua
berkembang di era modern. Terutama, hal ini didorong oleh keinginan
untuk memahami karya sastra secara lebih mendalam dan tidak hanya
sebatas berhenti pada mengikuti alur cerita dari karya sastra yang
bersangkutan. Hal inilah yang mendorong pendekatan dan kajian ilmiah
terhadap karya sastra.

B. Psikologi Dalam Karya Sastra


Psikologi sastra melakukan kajian sastra dengan memandang karya
sastra sebagai kegiatan kejiwaan baik dari sang penulis maupun para
pembacanya (Kinanti, 2006). Karya sastra, terutama yang berbentuk prosa
seperti cerpen, drama dan novel pasti selalu menampilkan kisah tokoh-
tokoh dalam menjalani kehidupan mereka. Dalam menuliskan karyanya,
para pengarang pasti menghadirkan tokoh dengan karakter dan perilaku
yang unik untuk menambah daya tarik pada cerita yang dituliskannya.
Aspek inilah yang diangkat oleh psikologi sastra sebagai bahan kajian,
terutama mengenai latar belakang tindakan dan pikiran dari para tokoh
dalam karya sastra terkait.

7
Psikologi sastra merupakan dua cabang ilmu yang berbeda tapi
saling berkaitan. Sastra lebih cenderung kearah fiksi, sedangkan psikologi
cenderung kearah yang berdasarkan fakta (Jatman, 1985). Karya sastra
dianggap sebagai sebuah hasil kreativitas dan ekspresi pengarang.
Sedangkan psikologi digunakan pengarang memilih karakter tokoh untuk
mendukung jalannya cerita.[1] Bahwa pendekatan psikologi sastra pada
dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama yaitu pengarang, karya
sastra, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologi
lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra (Ratna,
2009: 61).

Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek kejiwaan dalam suatu


karya sastra. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman
terhadap tokoh-tokohnya, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan
yang ada kaitannya dengan psike.

C. Pengertian Psikologi Sastra Menurut Para Ahli


1. Wellek dan Austin (1989:90) menjelaskan bahwa psikologi sastra
memiliki empat arti. Pertama, psikologi sastra adalah pemahaman
kejiwaan sang penulis sebagai pribadi atau tipe. Kedua, pengkajian
terhadap proses kreatif dari karya tulis tersebut. Ketiga, analisa
terhadap hokum-hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra.
Dan keempat, psikologi sastra juga diartikan sebagai studi atas dampak
sastra terhadap kondisi kejiwaan daripada pembaca.
2. Menurut Ratna (240:350) psikologi sastra adalah analisa terhadap
sebuah karya sastra dengan menggunakan pertimbangan dan relevansi
ilmu psikologi. Ini berarti penggunaan ilmu psikologi dalam
melakukan analisa terhadap karya sastra dari sisi kejiwaan pengarang,
tokoh maupun para pembaca.
3. Menurut Endaswara (2011:96), psikologi sastra adalah kajian sastra
yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan
menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Karya sastra yang

8
dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-
aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama
maupun prosa.
4. Menurut Roekhan (dalam Endaswara, 2011:97-98) psikologi sastra
akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan
tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya
sastra. Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek
psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari
pengaruh karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam
menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji
aspek psikologis sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang
terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil
masyarakatnya.
5. Menurut Semi, (1993:76) pendekatan psikologis adalah pendekatan
yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas
tentang peristiwa kehidupan manusia. Untuk melihat dan mengenal
manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi.

Dengan kata lain, dapat juga dikatakan bahwa psikologi sastra


melakukan kajian terhadap kondisi kejiwaan dari penulis, tokoh
maupun pembaca hasil karya sastra. Secara umum dapat diambil
kesimpulan adanya hubungan yang erat antara ilmu psikologi dengan
karya sastra.

D. Perkembangan psikologi sastra di Indonesia

Bangan penelitian psikologi sastra di Indonesia sangat lambat. Hal ini


desebabkan oleh beberapa factor di bawah ini:
1. Analisa yang sempit karena psikologi sastra sering hanya dikaitkan dengan
manusia sebagai individu dan bukan sebagai bagian dari struktur sosial.

9
2. Para penulis dan sarjana sastra kurang memiliki pengertian terhadap
psikologi sastra karena pengertian teori-teori psikologi yang sangat
terbatas.
3. Terkait dengan kedua faktor di atas, relevansi kajian psikologi sastra
menjadi kurang menarik bagi para akademisi, terbukti dengan jumlah
skripsi dan karya tulis yang ditulis dengan menggunakan pendekatan
psikologi sastra masih sangat sedikit.

E. Tujuan Utama Dari Psikologi Sastra


Tujuan utama dari psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek
kejiwaan yang terdapat dalam sebuah tulisan. Secara hakiki, karya sastra
memberikan cara untuk memahami perubahan, kontradiksi dan berbagai
penyimpangan dalam masyarakat, tyerutama dalam kaitannya dengan
kondisi kejiwaan.
Wellek dan Warren (1962:81) menyebut ada dua macam analisa
psikologis, yaitu analisa psikologi yang hanya berhubungan dengan
pengarang dan studi psikologi dalam kaitannya dengan inspirasi dan
ilham. Dalam penelitian yang dilakukan, psikologi sastra lebih
memperhatikan hal kedua karena membahas psikologi dalam
hubungannya dengan aspek kejiwaan dari tokoh-tokoh dalam karya sastra
tersebut.
Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka penelitian psikologi
sastra dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama adalah dengan
menggunakan pemahaman terhadap hokum-hukum psikologi yang lalu
diaplikasikan sebagai metode analisa terhadap sebuah karya sastra.
Sementara itu, cara kedua adalah dengan menetapkan karya sastra yang
akan digunakan sebagai objek penelitian lalu baru menetapkan hukum-
hukum psikologi yang relevan untuk menganalisa.

F. Penerapan Psikologi Sastra

10
Psikologi sastra dengan menggunakan psikoanalisis terhadap seni
dan sastra diawali oleh Freud sendiri. Beberapa karya Freud yang
bersangkutan dengan karya seni di antaranya:

1. L’interpretation des Reves


Memiliki arti Interpretasi Mimpi, merupakan buku terbitan tahun
1899. Buku ini adalah buku klasik yang menguraikan tentang tafsir mimpi.
Buku ini juga merupakan dasar teoritis tentang hubungan antara
psikoanalisis dan sastra.

2. Delire et Reves dana “La Grandiva” de Jensen.


Dalam buku ini Freud melakukan analisa terhadap sebuah cerpen
karya Jensen dengan judul La Grandiva. Dalam analisanya tersebut, Freud
menyuimpulkan bahwa kepribadian dari tokoh-tokoh dan kejadian-
kejadian dalam cerpen tersebut sesuai dengan teori-teorinya tentang
kepribadian manusia.

3. La Creation Litteraire et le reve Evelie


Memiliki arti sebagai Penciptaan Sastra dan Mimpi dengan Mata
Terbuka. Merupakan esai karya Freud yang diterbitkan pada tahun 1908.
Dalam esai ini, Freud mengungkapkan penemuannya tentang kemiripan
pada proses penulisan sebuah karya sastra dengan kesenangan yang
diperoleh anak-anak pada saat bermain. Di sini, Freud menyamakan
penulis dengan anak-anak yang sedang bermain dan menciptakan dunia
imajiner yang diperlakukannya dengan sangat serius.

4. Un Souvenir d’enfance de Leonardo de Vinci


Karya ini memiliki arti tentang Kenangan Masa Kanak-kanak
Leonardo da Vinci, terbitan 1910. Dalam buku ini Freud melalukan analisa
terhadap Leonardo da Vinci berdasarkan biografi dan karya-kraya seninya,
termasuk lukisan Mona Lisa yang terkenal akan senyumannya yang

11
misterius tersebut. Dalam buku ini, Freud juga mengenalkan konsep
sublimasi yang kemudian menjadi konsep penting dalam teori
kebudayaan.

5. Das Unheimliche
Merupakan buku karya Freud yang terbit thaun 1910 dan memiliki
arti Keanehan yang Mencemaskan. Dalam buku ini Freud mengungkapkan
tentang kesan yang dirasakan oleh pembaca pada saat menikmati karya
sastra yang bersifat horror atau tragedy. Walaupun karya sastra itu
menimbulkan perasaan takut, ngeri dan cemas tetapi beberapa pembaca
tetap menyukai hasil karya dengan bentuk tersebut.
Walaupun demikian, penerapan psikoanalisis dalam sastra lebih
banyak dilakukan oleh para ahli sastra sendiri seperti Charles
Mauron dan Max Milner. Pada tahun 1963, Charles Mauron, seorang
kritikus sastra yang berasal dari Perancis mengembangkan cara yang
terstuktur dalam melakukan kiritik karya sastra yang lalu dikenal sebagai
psikokritik.
Sementara itu, Max Milner yang merupakan penulis berkebangsaan
Jerman menulis sebuah buku berjudul Freud et L’interpretation de la
literature atau Freud dan Interpretasi Sastra. Buku ini menjelaskan teori-
teori psikologi Freud terkait dengan karya sastra.

G. Psikoanalisis Dalam Psikologi Sastra

Menurut Endraswara (2008:196), psikonalaisis merupakan istilah


khusus yang digunakan dalam penelitian psikologi sastra. Psikoanalisis
sendiri pertama kali diungkapkan oleh Sigmund Freud, psikolog
terkemuka kelahiran Moravia, Austria.
Dalam penelitian terhadap karya sastra dengan metode psikologi,
psikoanalisis merupakan hal yang banyak digunakan. Karena psikoanalisis
sendiri mencakup pemahaman yang sangat luas, biasanya dalam penelitian
sastra, teori psikonalisis hanya diambil bagian-bagian yang relevan dan
dianggap berguna saja.

12
Psikoanalisis digunakan untuk menganalisis tokoh-tokoh yang dituliskan
oleh pengarang sebagai buah dari imajinasinya yang dituangkan dalam bentuk
tulisan. Dengan menganalisis kondisi kejiwaan dari para tokoh yang ada dalam
karya sastra yang dihasilkannya, dapat disimpulkan bagaimana kondisi kejiwaan
dari sang penulis pada saat menuliskan karya sastranya.

Konsep Freud yang paling mendasar tentang psikoanalisis adalah tentang


ketidaksadaran. Menurut Freud, kepribadian manusia terbagi menjadi tiga lapis,
yaitu:
1. Tidak Sadar (Unconcious), Merupakan bagian terbesar dari
kepribadian yang mempengaruhi perilaku manusia. Sering kali tidak terlihat
secara jelas.
2. Prasadar (Preconcious), Merupakan bagian kepribadian manusia yang
tidak disadari, namun berpotensi untuk menjadi sadar
3. Sadar (Conscious), Merupakan bagian dari kepribadian manusia yang
sadar akan keadaan sendiri dan keadaan sekitar.

Dalam perkembangan selanjutnya, Freud juga mengungkapkan


konsep teknis lainnya, namun dengan dasar konsep yang sama yaitu
tingkah laku manusia lebih banyak ditentukan dan digerakkan oleh alam
bawah sadar dalam kepribadiannya. Dalam teori-teori Freud yang
mutakhir, pembagian struktur kepribadian manusia adalah:

- Id
Merupakan satu satunya komponen dalam kepribadian yang
telah ada sejak saat manusia lahir. Komponen kepribadian ini
merupakan aspek kepribadian yang sepenuhnya sadar dan tergolong
perilaku yang bersifat naluriah dan primitive.

Menurut Freud, id merupakan sumber dari energi psikis dan


merupakan komponen utama dalam kepribadian manusia. Faktor
pendorong id adalah kesenangan yang berusaha untuk mencapai kepuasan
dari segala keinginan dan kebutuhan dengan sesegera mungkin. Jika

13
kebutuhan ini tidak seera dipuaskan, maka akan menimbulkan kondisi
kecemasan atau ketegangan. Contoh paling tepat adalah pemenuhan
makanan dan minuman pada saat timbul rasa lapar dan haus.
Kemudian, Freud berkesimpulan bahwa id telah hadir sejak saat
manusia dilahirkan. Argumen ini dibuktikan oleh bayi yang baru lahir.
Pada saat bayi merasa lapar atau haus, sang bayi akan terus menangis
sampai disusui oleh ibunya. Oleh sebab itu, id juga merupakan aspek
kepribadian yang terpenting di awal kehidupan seseorang.

- Ego
Ego merupakan komponen kepribadian yang bertanggung jawab
untuk berhubungan dengan dunia nyata. Teori Freud mengungkapkan
bahwa ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id
dapat diungkapkan dengan cara yang dapat diterima dalam dunia nyata.
Ego bekerja dengan berlandaskan pada prinsip realitas, di mana pemuasan
keinginan id dicapai melalui usaha dan cara-cara yang realistis dan dapat
diterima dengan baik secara social.

Kemudian, prinsip realitas melakukan pertimbangan dengan


membandingkan antara manfaat dan kerugian dari suatu tindakan sebelum
melakukan suatu tindakan dan mengikuti impuls. Pada umumnya,
dorongan impuls dari id dapat ditunda untuk sementara waktu.
Berdasarkan pertimbangan dari ego, penundaan ini dapat dilakukan pada
tempat dan waktu yang tepat. Selain itu ego juga melepaskan ketegangan
yang terjadi akibat tidak terpenuhinya impuld dari id dengan proses
sekunder. Dalam hal ini, ego mencoba untuk menemukan obyek lain di
dunia nyata yang menggantikan gambaran kebutuhan yang diciptakan oleh
id.

- Superego
Komponen kepribadian ini adalah yang berfungsi untuk
menampung semua standar moral dan cita-cita yang kita peroleh dari

14
orang tua dan masyarakat sekitar, termasuk nilai-nili tentang apa yang
benar dan salah dalam masyarakat. Superego memberikan petunjuk untuk
membuat penilaian. Superego mencakup berbagai peraturan dan standar
perilaku yang diharapkan dalam masyarakat. Mengikuti peraturan ini
menimbulkan perasaan bangga.

Superego memuat informasi tentang berbagai hal yang dianggap


buruk sesuai dengan standar yang ditentukan oleh orang tua dan
masyarakat. Superego bertindak untuk menyempurnakan perilaku manusia
dalam masyarakat dengan menekan impuls-impuls mendesak dari id,
namun tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

H. Manfaat Psikoanalisis dalam Sastra


Pendekatan psikologi sastra dengan psikoanalisis memungkinkan
untuk mengklasifikasikan penulis karya sastra berdasarkan tipe psikologi
dan fisiologis. Psikoanalisis juga bisa menguraikan kelainan jiwa hingga
ke alam bawah sadar. Intepretasi dari karya sastra sebagai produk hasil
analisa psikologi membutuhkan seorang psikolog untuk mencocokkannya
dengan berbagai dokumen di luar karya sastra itu sendiri.

Psikoanalisis berguna untuk memberikan penilaian terhadap karya


sastra karena psikologi dapat memberikan pemahaman terhadap proses
kreatif, misalnya kebiasaan pengarang untuk menulis lalu melakukan
revisi dan menulis karyanya kembali.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa psikoanalisis dalam karya


sastra berguna untuk hal-hal berikut:

1. Melihat ketidakteraturan, perubahan dan distorsi dalam karya sastra.


2. Memberikan analisa psikologis terhadap tokoh-tokoh dalam karya sastra.
3. Memberikan kesimpulan terhadap kondisi jiwa dari pengarang.

15
I. Psikoanalisis dan Proses Kreatif Sastra

Proses kreasi karya sastra menurut teori psikoanalisis dapat dibagi dalam
dua cara, yaitu:
1. Sublimasi
Sublimasi berkaitan erat dengan konsep ketidaksadaran. Seperti
telah dituliskan di atas, id yang berada dalam ketidaksadaran manusia
selalu menuntut pemuasan terhadap kebutuhan dan keinginan dengan
segera. Seringkali tuntutan tersebut bertentangan dengan superego yang
berusaha untuk mempertahankan kelakuan agar tetap sejalan dan tidak
bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Walaupun dorongan dan impuls dari id tetap menuntut pemenuhan
dan harus dipenuhi, namun agar tetap dapat diterima oleh masyarakat
sekitar, impuls itu dialihkan ke dalam bentuk yang berbeda misalnya ilmu
pengetahuan, aktivitas olah raga atau dalam hal ini karya seni. Proses
pengalihan dorongan dari id ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh
masyarakat ini disebut sebagai sublimasi.
Freud dalam torinya menyimpulkn bahwa sublimasi merupakan
akar dari kebudayaan manusia. Kreativitas dan kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru terkandung dalam sublimasi. Contoh
bentuk hasil dari sublimasi misalnya agama, berbagai macam mesin,
peralatan teknik, puisi, novelm cerpen, ilmu pengetahuan dan aktivitas
olah raga.

2. Asosiasi
Asosiasi bebas atau asosiasi adalah suatu teknik yang sering
dipraktekkan oleh para seniman seperti penulis dan pelukis untuk
mendapatkan inspirasi dalam menciptakan karya seni mereka. Bagi para
penulis, seorang penulis dapat menggunakan teknik asosiasi pada saat
memulai menuliskankarya sastra mereka untuk menuliskan segala hal
yang terlintas dalam pikiran mereka.
Setelah semua hal yang ada dalam pikirannya tersebut selesai
dituliskan barulah sang penulis akan memeriksa tulisan tersebut sambil

16
membuat perubahan , menambah atau mengurangi dan memberikan
berbagai sentuhan akhir.

Seringkali, pada saat penciptaan karya sastra dengan asosiasi ini


seorang pengarang memasukkan unsur-unsur yang berasal dari kejadian-
kejadian yang dialaminya sendiri, khususnya kejadian yang dialami pada
saat masa kanak-kanak atau pikiran dan imajinasinya yang paling liar
sebagai wujud dorongan id yang dimunculkan dan ditumpahkan dalam
bentuk karya seni.
Proses asosiasi ini terkadang dilakukan oleh sebagian penulis
dengan melakukan ritual tertentu pada tempat dan waktu tertentu.
Beberapa contoh ritual yang menarik untuk diperhatikan misalnya:

1. Schiller mempunyai kebiasaan untuk menaruh apel busuk di meja


kerjanya.
2. Balzac suka menulis sambil memakai pakaian biarawan.
3. Mark Twain dan Marcel Proust mempunyai kebiasaan menulis di atas
tempat tidur.
4. Emha Ainun Najib suka menulis dengan menggunakan kertas warna
warni.
Selain itu, contoh yang lebih umum adalah soal waktu menulis,
misalnya ada penulis yang lebih menyukai menulis pada malam hari,
sementara penulis lainnya lebih menyukai untuk menulis pada pagi atau
siang hari. Demikian juga mengenai tempat menulis, sebagian pengarang
lebih menyukai untuk menulis di tempat yang sepi dan sunyi, sementara
sebagian lainnya lebih menyukai untuk menulis di tengah keramaian.

 Analisa Terhadap Tokoh Cerita


Selain aspek penulisnya, analisa psikologi sastra dapat dilakukan
terhadap tokoh cerita. Endaswara (2008:104) mengungkapkan beberapa
langkah yang diperhatikan pada saat melakukan analisa terhadap sebuah karya
sastra:

17
1. Perlunya dilakukan kajian secara menyeluruh baik terhadap unsure
intrinsic maupun ekstrinsik, terutama pentingnya penekanan terhadap
unsur intrinsic pada unsure tokoh dan perilakunya
2. Selain pada tokoh, perlu juga dilakukan kajian terhadap tema dari karya
sastra itu sendiri. Analisa sifat dan perilaku tokoh tidak boleh hanya
berfokus kepada tokoh utama baik protagonist maupun antagonis. Tokoh-
tokoh lain dalam karya sastra yang bersangkutan juga harus diungkap,
meskipun terkadang tokoh-tokoh ini dianggap tidak penting dan hanya
sebagai pendukung. Yang terpenting adalah pada saat melakukan analisa,
peneliti harus dapat mengungkapkan alasan yang masuk akal mengenai
watak tokoh dan sebab watak tersebut disematkan oleh penulis kepada
tokoh tersebut
3. Berkaitan dengan alur cerita, konflik dalam sifat tokoh misalnya phobia,
halusinasi atau schizophrenia yang berhubungan dengan jalan cerita dari
karya sastra terkait.

Selain itu, hal penting lainnya yang harus diperhatikan pada saat
melakukan kajian terhadap sebuah teks adalah agar peneliti tidak hanya
terbatas pada penggunaan teori psikologi atau membahas psikologi secara
terlalu mendalam dan ilmiah dengan mengesampingkan aspek kesastraan dari
teks yang dianalisa.

 Analisa Terhadap Kreativitas


Beberapa langkah yang perlu dipahami pada saat melakukan kajian terhadap
kreativitas dalah:

1. Aspek ekstrinsik yang meliputi cita-cita, aspirasi , keinginan, falsafah


hidup, obsesi dan lainnya yang merupakan tuntutan personal. Berkaitan
dengan hal ini, maka peniliti dari sebuah karya sastra harus mencari tahu
tentang riwayat hidup dari sang penulis sejak masa kanak-kanak hingga

18
saat sang penulis menelurkan hasil karya yang diteliti. Dengan demikian
maka peneliti dapat menemukan berbagai pengalaman pribadi yang
diekspresikan dalam karyanya tersebut.
2. Motif dan tujuan penulisan perlu diteliti dan dibahas lebih lanjut. Dengan
analisa pada aspek ini, maka dapat ditemukan apakah penulis memang
mengungkapkan mengenai tekanan tertentu seperti tekanan politik atau
hanya sekedar mengungkapkan kekecewaan terhadap pemerintah,
lingkungan social dan lainnya.
3. Peneliti juga perlu mencari adanya keterkaitan antara karya sastra tersebut
dengan dampak atau pengaruh psikologis yang diberikannya terhadap
pembaca.

J. Konsep Dasar dan Kriteria Pelaksanaan Psikologi Sastra

Di dalam pelaksanaan pendekatan psikologis dalam kajian sastra hanya


diambil bagian-bagian yang berguna dan sesuai dengan pembahasan sifat dan
perwatakan manusia. Berikut ini beberapa konsepsi dasar dan kriteria yang
digunakan pendekatan psikologis.

1. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran


pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar atau subconcius
setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam bentuk tertentu
secara sadar atau concius dalam bentuk penciptaan karya sastra.
2. Mutu sebuah karya sastra ditentukan oleh bentuk proses penciptaan dari
tingkat pertama, yang berada di alam bawah sadar, kepada tingkat kedua
yang berada dalam keadaan sadar.
3. Disamping membahas proses penciptaan dan kedalaman segi perwatakan
tokoh, perlu pula mendapat perhatian dan kajian yaitu aspek makna,
pemikiran, dan falsafah yang terlihat di dalam karya sastra.
4. Karya yang bermutu, menurut pendekatan psikologis, adalah karya sastra
yang mampu menyajikan simbol-simbol, wawasan, perlambangan yang
bersifat universal yang mempunyai kaitan dengan mitologi, kepercayaan,
tradisi, moral, budaya, dan lain-lain.

19
5. Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis
adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan
kekacauan batin manusia karena hakikat kehidupan manusia itu adalah
perjuangan menghadapi kekalutan batinnya sendiri.
6. Kebebasan individu penulis sangat dihargai, dan kebebasan mencipta juga
mendapat tempat yang istimewa (Semi, 1993:77-78).

Secara umum berdasarkan pemaparan psikologi sastra di atas,


dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra merupakan kajian sastra yang
pusat perhatiannya pada aktivitas kejiwaan baik dari tokoh yang ada dalam
suatu karya sastra, pengarang yang menciptakan karya sastra, bahkan
pembaca sebagai penikmat karya sastra. Hal tersebut dikarenakan karya
sastra merupakan cerminan psikologis pengarang dan sekaligus memiliki
daya psikologis terhadap pembaca.

Konsep Dasar dan Kriteria Pelaksanaan Psikologi Sastra

Di dalam pelaksanaan pendekatan psikologis dalam kajian sastra hanya diambil


bagian-bagian yang berguna dan sesuai dengan pembahasan sifat dan perwatakan
manusia. Berikut ini beberapa konsepsi dasar dan kriteria yang digunakan
pendekatan psikologis.

1. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran


pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar atau subconcius
setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam bentuk tertentu
secara sadar atau concius dalam bentuk penciptaan karya sastra.
2. Mutu sebuah karya sastra ditentukan oleh bentuk proses penciptaan dari
tingkat pertama, yang berada di alam bawah sadar, kepada tingkat kedua
yang berada dalam keadaan sadar.
3. Disamping membahas proses penciptaan dan kedalaman segi perwatakan
tokoh, perlu pula mendapat perhatian dan kajian yaitu aspek makna,
pemikiran, dan falsafah yang terlihat di dalam karya sastra.

20
4. Karya yang bermutu, menurut pendekatan psikologis, adalah karya sastra
yang mampu menyajikan simbol-simbol, wawasan, perlambangan yang
bersifat universal yang mempunyai kaitan dengan mitologi, kepercayaan,
tradisi, moral, budaya, dan lain-lain.
5. Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis
adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan
kekacauan batin manusia karena hakikat kehidupan manusia itu adalah
perjuangan menghadapi kekalutan batinnya sendiri.
6. Kebebasan individu penulis sangat dihargai, dan kebebasan mencipta juga
mendapat tempat yang istimewa (Semi, 1993:77-78).

Secara umum berdasarkan pemaparan psikologi sastra di atas, dapat disimpulkan


bahwa psikologi sastra merupakan kajian sastra yang pusat perhatiannya pada
aktivitas kejiwaan baik dari tokoh yang ada dalam suatu karya sastra, pengarang
yang menciptakan karya sastra, bahkan pembaca sebagai penikmat karya sastra.
Hal tersebut dikarenakan karya sastra merupakan cerminan psikologis pengarang
dan sekaligus memiliki daya psikologis terhadap pembaca.

21
BAB III

PEMBAHASAN

Tokoh pada setiap novel dalam Tetralogi Laskar Pelangi merupakan objek
penelitian ini. Sehingga setiap karakter dari tokoh-tokoh tersebut harus dapat
diuraikan secara deskriptif sebagai suatu kesatuan cerita. Terdapat cukup banyak
tokoh yang terlibat dalam alur cerita Laskar Pelangi hingga akhir. Selayak karya
sastra novel, terdapat tokoh yang menjadi pusat cerita, tokoh inilah yang disebut
tokoh utama. Nurgiyantoro (1995:177) menyatakan bahwa tokoh utama adalah
tokoh yang paling banyak diceritakan sebagai pelaku kejadian maupun dikenai
kejadian. Adapun Aminudin (1990:80) menyatakan bahwa tokoh utama adalah
tokoh yang paling banyak diberi komentar, dan dibicarakan oleh pengarangnya.
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh
Bentang Pustaka pada tahun 2005.
Novel ini bercerita tentang kehidupan anak dari keluarga miskin yang
bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang
penuh dengan keterbatasan. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama
dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar
Pelangi. Pada bagianbagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu
anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang
ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu
untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Cerita terjadi di desa Gantung,
Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan
dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jika tidak mencapai siswa baru sejumlah 10
anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi
tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah,
Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.

Alur psikologis adalah cara untuk mengenali informasi kejiwaan dalam


karya sastra. Alur tersebut diperlukan untuk mengetahui dampak dari gaya

22
bercerita sastrawan. Setiap sastrawan memiliki pola tersendiri dalam pembuatan
karya-nya dan pada satu sisi merupakan gambaran psikologi manusia yang
dikenal oleh sastrawan tersebut. Di sinilah peranan peneliti sastra untuk membuka
nilai-nilai (value) dari sebuah karya. Fokus utama dalam penelaahan alur
psikologis ini adalah penjabaran dan analisa menganai tokoh dalam novel yang
kemudian pada bab ini akan dijabarkan intepretasi dari hasil analisa tersebut.
Tokoh adalah sisi hidup sebuah karya sastra novel yang diceritakan dan
menceritakan.Informasi psikologis paling banyak justru diperoleh dari penokohan
tersebut. Selanjutnya alur yang menjadi
pelengkap informasi kondisi tokoh akan memperkuat intepretasi psikologi yang
akan diungkap.
Penokohan dalam Novel Tetralogi Laskar Pelangi, tokoh “Ikal”
merupakan sosok yang paling ditonjolkan dalam kisah-kisah Tetralogi Laskar
Pelangi.Tokoh tersebut adalah pencerita sekaligus tokoh utama dalam setiap
novel. Sehingga dapat ditebak dan dianggap wajar bila alur cerita dalam setiap
novel tersebut berorientasi pada tokoh ini. Hal tersebut membuat bentuk
penokohan yang sederhana dan berpola. Dari setiap novel bahkan dapat dibedakan
melalui tokoh-tokoh pendukungnya. Namun, tokoh ikal akan tetap memiliki
ceritanya. Bentuk bercerita dalam novel-novel Tetralogi laskar pelangi lebih mirip
seseorang yang bercerita kepada buku harian (diary) daripada sebuah karya sastra
novel. Ceritanya lugas dan tidak berliku sehingga mudah dipahami, namun
memiliki tingkat ke-detil-an yang sangat tinggi sehingga kadang nilai-nilai
psikologis yang ada dalam novel kurang mengena kepada pembaca.
Struktur Kepribadian Tokoh Utama\ dalam Novel Laskar Pelangi, dalam
Edensor, Andrea tetap dengan ciri khasnya, menulis kisah ironi menjadi parodi
dan menertawakan kesedihan dengan balutan pandangan intelegensia tentang
culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut yang berasal dari pedalaman.
Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada di Paris.
Ikal dan Arai pada tahapan kisahnya berada pada tingkat kehidupan yang
setara dengan warga lain yang lebih dahulu bernasip baik. Ikal meskipun agak tak
mau banyak berbicara namun tetap memiliki kelebiahan yang tidak dimiliki arai.
Begitu juga Arai juga selalu terbuka dan kalau mengomentari sesuatu dilakukan

23
dengan blak-blakkan ( terbuka idak ada yang ditutup-tutupi ). Mereka berdua
sosok pemuda yang selalu patuh dan sopan dengan sesamanya, khususnya kepada
ke dua orang tuanya. Dalam penelitian ini telah terurai
bahwa Maryamah Karpov adalah novel keempat karya Andrea Hirata yang
diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada November 2008. Maryamah Karpov
merupakan buku terakhir dari Tetralogi Laskar Pelangi.Dalam novel tersebut,
Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa Sekolah Menengah Atas.
Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal- alter ego
Andrea Hirata, sedangkan Arai adalah saudara jauh yang yatim piatu yang disebut
simpai keramat karena anggota keluarga terakhir yang masih hidup dan akhirnya
menjadi saudara angkat dan Jimbron adalah seorang yatim piatu yang terobsesi
dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.
Penceritaan isi novel maryamah karpov tokoh-tokoh dalam sikapnya
menunjukkan perilaku yang emotif, motivatif, dinamis pada segala peradapan dan
mendorong pembaca merasakan ikut didalamnya.
Ikal memiliki pribadi tenang inspiratif tanpa ada rasa canggung bergaul
dengan semua lapisan masyarakat. Keinginannya tidak ada yang ditutup-tutupi
selalu mencari tahu tentang pengalaman-pengalaman baru. Arai lebih
mengembangkan kepribadian periang, nampak tidak ada kontrol kalau
mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya kepada temannya. Arai sang pemimpi
tergambar sebagai inspirator yang memiliki karakter aktif dan pekerja keras untuk
mengejar mimpi-mimpinya (lht.
Film SP. bag. B).
Dinamika kepribadian tokoh utama dalam Novel Laskar Pelangi,
perkembangan masyarakat nelayan saat ini mengalami pergeseran yang lebih baik
dan mengalami kemajuan dari pikir tradisional kini berubah menjadi modern.
Kehidupan ini telah berproses melalui budayanya sendiri disamping adanya
pengaruh kemajuan pendidikan. Pada tataran kehidupan sebagai proses
munculnya gejala-gejala sosial dan mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku serta tindakan kongkret untuk memenuhi sesuatu yang dikehendaki
individu maupun kelompok tertentu. Dalam penelitian ini telah terurai bahwa

24
Maryamah Karpov adalah novel keempat karya Andrea Hirata yang diterbitkan
oleh Bentang Pustaka pada November
2008. Maryamah Karpov merupakan buku terakhir.
Aspek psikologi yang juga diceritakan dalam novel Sang Pemimpi adalah
proses pendewasaan. Hal ini ditandai dengan adanya bagian cerita yang
menekankan nilai-nilai tanggung jawab. Salah satu ceritanya adalah mengenai
Ikal yang nilai-nilai pelajarannya jatuh karna tekanan dalam dirinya yang sulit dia
atasi. Mengingat terjadi juga perubahan yang tidak seperti harapan dia, dan
ketidakyakiannya akan mimpi. Hal tersebut membuat sisi psikologi remajanya
yang masih labil lebih terlihat menonjol. Pada saat itulah sang kepala sekolah
(namanya K.A. Harfan Efendy Noor) memberikan wawasan tentang
tanggungjawab. Nilai kedewasaan juga ditunjukkan pada saat Ikal mulai bangkit
dan mengingat kembali mimpi-mimpinya untuk melanjutkan kuliah di Soborne.
Tingkat kejiawaan dewasa tersebut tidak diperoleh begitu saja. Tetapi melalui
proses yang panjang dan pertengkaran dengan diri sendiri. Kondisi yang tidak bisa
menerima diri sendiri ditonjolkan sekali oleh tokoh Ikal di novel Sang Pemimpi
ini.
Pendidikan karakter dan nilai-nilai moral tokoh utama dalam Novel
Tetralogi Laskar Pelangi, pendidikan dasar merupakan bentuk awal sosialisasi
seorang anak terhadap pengetahuan dan lingkungan formal. Hal ini memiliki
peranan penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang
anak.Kondisi yang menggambarkan tentang keadaan pendidikan dasar sangat
kental diceritakan dalam novel pertama ini. Dari data tersebut maka dapat
dijabarkan mengenai kondisi dan pengaruh psikologis pendidikan dasar terhadap
perkembangan anak. Di dalam Novel Laskar Pelangi tersebut, kegiatan
pembentukan karakter awal terlihat dari cerita Ikal sejak awal masuk SD
Muhammadiyah. Ikal terlihat berminat pada sastra sejak awal, terlihat dari
kesehariannya yang senang menulis puisi. Lintang, teman sebangku
Ikal juga telah menunjukkan minat besar untuk bersekolah semenjak hari
pertama berada di sekolah.Ia selalu aktif di dalam kelas dan memiliki cita-cita
sebagai ahli matematika. Sosok guru juga diperlihatkan di dalam novel Laskar
Pelangi ini, yang digambarkan sebagai seorang pengajar dan pendidik yang

25
ideal.Bu Muslimah, bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A.
Abdul Hamid. Dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Masa anak-anak,
awal pertumbuhan mental dan fisik adalah ketika anak-anak. Di awal inilah
terlihat kepribadian asli dari setiap tokoh. Perkenalan dengan dunia baru –
sekolah– menjadi fokus utama dalam novel pertama Laskar Pelangi ini.

Kehidupan buruh tambang digambarkan melalui ayah Ikal yang bekerja di


PN Timah. Pekerjaan sebagai buruh yang mengharuskannya bekerja keras setiap
hari dengan upah yang sedikit membuat sosok ayah Ikal menjadi pria yang keras
dan tangguh. Kepribadian keras tersebut juga terlihat pada tindakannya kepada
anak-anaknya. Sang pemimpi adalah novel kedua dalam tetralogi laskar pelangi
karya andrea hirata yang diterbitkan oleh benteng pustaka pada juli 2006.
Dalam novel ini Andrea mengeksplorasi hubungan persahabatan dan
persaudaraan antaraIkal dan Arai. Masa remaja dan pencarian jati diri, kondisi
psikologis manusia mengalami perubahan baik karna faktor internal maupun
eksternal, hal tersebut telah di jabarkan pada bab sebelumnya. Faktor internal
misalnya karna tumbuhnya hormon dalam tubuh yang mempengaruhi
pertumbuhan fisik dan mental. Sedangkan faktor eksternal merupakan pengaruh
dari lingkungan luar baik dari keluarga, masyarakat, maupun pendidikan formal.
Nilai kedewasaan juga ditunjukkan pada saat Ikal mulai bangkit dan mengingat
kembali mimpi-mimpinya untuk melanjutkan kuliah di Soborne.Tingkat
kejiawaan dewasa tersebut tidak diperoleh begitu saja.
Tetapi melalui proses yang panjang dan pertengkaran dengan diri sendiri.
Kondisi yang tidak bisa menerima diri sendiri ditonjolkan sekali oleh tokoh Ikal di
novel Sang Pemimpi ini. Adaptasi lingkungan dan budaya,asing, kondisi
psikologis yang tampak ketika Ikal dan Arai sampai di Eropa digambarkan pada
novel Edensor ini.

26
Awalnya adalah kondisi culture shock dan kondisi tersebut terus berlanjut
hingga beberapa waktu selama mereka di sana. Culture shock tersebut juga terjadi
ketika mereka memutuskan untuk keliling Eropa dan Afrika. Cerita-cerita yang
disampaikan semakin mendetail dan terkadang terlalu ringan untuk disampaikan.
Namun, untuk sebagian pembaca akan merasa sisi psikologisnya
ikut bermain karena tidak langsung dibawa ke titik akhir cerita.

27
BAB IV

PENUTUP

A.SIMPULAN

Novel laskar pelangi karya Andrea Hirata menggambarkan kisah sepuluh


orang sahabat yang berjuang ditengah keterbatasan.Dalam novel ini benar-benar
memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil. Lalu terdapat
hubungan satu bagian dengan bagian yang lain yang harmonis serta dapat
menimbulkan rasa penasaran bagi pembaca, karena dalam penceritaan isi novel
tidak berbelit-belit. Di dalam novel ini juga terdapat arti dari perjuangan hidup
dalam menghadapi kemiskinan dan cita-cita yang tinggi dan mulia.
Namun, bahasa yang digunakan dalam novel Laskar Pelangi adalah
Bahasa Indonesia tetapi juga tidak jarang dapat dijumpai bahasa daerah yang
digunakan pada novel ini. Sehingga agak sedikit membingungkan pembaca akan
arti tersebut. Pada novel ini terdapat bagian yang sedikit membingungkan
pembaca, dimana cerita ini seharusnya sudah ditutup pada bab 33 Anarkoisme,
yang menceritakan kejatuhan Babel (Bangka Belitung) yang dahulu bergelimang
Timah. Lalu ada bab 34 Gotik yang menjadi ekor cerita yang membingungkan
karena tokoh utama “aku” tiba-tiba menjadi orang lain, dan bukan lagi ikal.
Novel ini layak dibaca oleh seluruh kalangan baik anak-anak maupun
dewasa karena novel ini dapat memotivasi pembaca karena novel ini mengisahkan
perjuangan 10 orang sahabat dalam mengejar impiannya. Akan tetapi akan lebih
baik lagi jika penggunaan nama-nama ilmiah dikurangi, agar tidak
membingungkan pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Hirata,A.2011.Laskar Pelangi.Yogyakarta : PT Bentang Pustaka


Nurgiyantoro, B. 2015.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Rosiana,Susi D.2011.”Tokoh dan Penokohan Alif dalam Novel Negeri 5 Menara
Karya A.Fuadi : Sebuah Analisis Objektif. Skripsi. Program Studi Indonesia
Depok.Universitas Indonesia
https://osf.io/spw7y#:~:text=Description%3A%20Fiksi%20merupakan%20salah
%20bentuk,dan%20bagaimana%20tokoh-yokoh%20tersebut.Diakses pada
tanggal 26 November 2020
Alisrak.blogspot.com Diakses pada tanggal 26 November 2020

29
LAMPIRAN

Identitas Novel

 Judul : Laskar Pelangi


 Penulis : Andrea Hirata
 Penerbit : PT Bentang Pustaka, Yogyakarta
 Jumlah halaman : 534 halaman
 Tebal : 20,5 cm
 Tahun terbit : 2011

Sinopsis

30
Novel laskar pelangi berkisah perjuangan hidup kesepuluh anak ini
menghidupkan cita-cita di antara kehidupan mereka yang berat.Ada dinamika di
dalamnya.Manis meski berat.Kisah khas anak-anak yang memandang dunia
dengan ambisi yang sederhana.Novel tentang dunia pendidikan dengan tokoh
tokoh manusia sederhana , jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal,
takwa, yang di tuturkan secara indah dan cerdas.

Sebuah adaptasi sinema dari film fenomenal LASKAR PELANGI


karyaAndreaHirata. Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD
Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa, Muslimah
dan Pak Harfan, serta 9 orang muridyang menunggu di sekolah yang terletak di
desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar,
sekolah akan ditutup.

Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke 10


murid yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin
kisah yang tak terlupakan. 5 tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid
dengan keunikan dankeistimewaannya masing masing, berjuang untuk terus bisa
sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal,
Lintang dan Mahar dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong
semangat sekolahmereka.

Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong dengan


fasilitas yang sangat terbatas bahkan minus, membuka pendaftaran untuk murid
baru kelas satu.Hingga saat saat terakhir pendaftaran hanya 9 orang anak yang
mendaftar dan siap masuk kelas di hari pertama.

Jika tak ada Harun, seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan
mental, yang disekolahkan oleh ibunya agar tidak cuma mengejar anak ayam di
rumah, tentu tidak pernah terjadi kisah ini. Ikal tidak akan pernah bertemu,
berteman satu kelas dengan Lintang, Mahar, Syahdan, A Kiong, Kucai, Borek
alias Samson, Sahara,

31
Trapani, dan Harun. Tidak akan pernah bertemu Bu Muslimah, guru penuh
kasih namun penuh komitmen untuk mencerdaskan anak didiknya. Selanjutnya
dikisahkan ragam kejadian yang penuh suka dan duka dari kesepuluh anak
anggota Laskar Pelangi.Nantinya di tengah cerita Laskar Pelangi mendapat
anggota kesebelas, anggota wanita kedua, Flo.

32

Anda mungkin juga menyukai