Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH SOSIOLINGUISTIK

Variasi Bahasa Slang Pada Anggota DPM STKIP PGRI Jombang


Dosen pengampu : Dr. Heny Sulistyowati, M.Hum

Disusun oleh :

Sinta Dwi Machfiroh 196012

Terisa Dwi Rakhmanda 196013

Putri Latiful Jannah 196022

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN


GURU REPUBLIK INDONESIA JOMBANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Waa Ta’ala, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kita dapat menyusun makalah dengan judul “Variasi
Bahasa Slang Pada Anggota DPM STKIP PGRI Jombang” ini dengan lancar
tanpa ada hambatan yang berarti. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Sosiolinguistik.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah sederhana kami ini, terutama kepada Ibu Dr. Heny
Sulistyowati, M.Hum, selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiolinguistik yang
telah memberi bimbingan kami dalam pembuatan makalah ini.

Kepada pembaca, kami ucapkan selamat membaca. Manfaatkanlah


makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 20 Mei 2021

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................


KATA PENGANTAR................................................................................. 1

DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 9
A. Jenis Penelitian...................................................................... 9

B. Data dan Sumber Data .......................................................... 9


C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data................................ 9

D. Instrumen Penelitian ............................................................. 10


E. Tahap Analisis Data .............................................................. 10

F. Tahap Penyajian Data ........................................................... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 12


BAB IV PENUTUP.................................................................................. 21
A. Kesimpulan ........................................................................... 21
B. Saran............................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19

LAMPIRAN................................................................................................. 20

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa sebagai alat komunikasi memungkinkan terjadinya suatu
perbedaan dalam penggunaannya. Perbedaan ini dapat dilihat dari segi
variasi dan keragaman bahasa tersebut. Hal ini disebabkan karena
manusia sebagai penutur bahasa merupakan makhluk sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Fishman (1972) dalam Chaer dan Agustina
(2004:3) mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri
khas variasi bahasa, fungsi variasi bahasa, dan pengunaan bahasa karena
ketiga unsur ini berinteraksi dalam dan saling mengubah satu sama lain
dalam satu masyarakat tutur, identitas sosial dari penutur, lingkungan
sosial tempat peristiwa tutur terjadi serta tingkatan variasi dan ragam
linguistik.

Menurut Fodor (1974:15) bahasa adalah sistem simbol dan tanda.


Sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat
konvesional, sedangkan sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan
makna bukan konvesional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu
yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Hal berupa simbol dan
tanda dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dikaji
karena bahasa merupakan bagian dari linguistic. Linguistik merupakan
ilmu atau studi tentang bahasa. Pernyataan tersebut sejalan dengan Jendra
(2010:5) yang mengatakan studi bahasa adalah untuk memperoleh
pengertian yang selengkapnya tentang gejala bahasa secara umum. Hal
seperti ini dapat dicapai dengan penelitian dalam berbagai bahasa, yakni
penelitian bentuk-bentuk fisik sebagai ekspresi gejala bahasa.

Dalam bidang linguistik yang berhubungan dengan pemakaian bahasa


merupakan salah satu bagian dari bidang studi sosiolinguistik (Mashun,
2005:202). Sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan tentang
hubungan masyarakat dengan bahasa. Sosiolinguistik merupakan bagian
dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan
gejala kebudayaan (Trudgill, 1974:32). Pernyataan tentang sosiolinguistik
3
di atas menunjukkan kekuatan bahasa dalam penggunaannya oleh
masyarakat. Sebagai gejala sosial, bahasa tidak dapat dipisahkan dari
faktor kemasyarakatan yang sadar ataupun tidak sadar hasilnya akan
beragam dari setiap penutur.

Sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama


oleh penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut meski
berada dalam masyarakat tutur dan tidak merupakan kumpulan manusia
yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole,
menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi.
Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya
disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena
kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Setiap
kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa
itu. Salah satu bentuk pemakaian variasi bahasa yang dipengaruhi faktor
sosial di dalam komunikasi dapat dilihat dari penggunaan Variasi Bahasa
Slang Pada Interaksi Anggota DPM STKIP PGRI Jombang.

Salah satu ragam atau variasi bahasa yang kita kenal adalah variasi
sosial atau sosiolek. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan sosiologis.
Variasi ini menyangkut semua permasalahan pribadi penuturnya seperti
usia, pendidikan, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial
ekonomi, dan sebagainya. Dalam variasi sosial yang berkenaan dengan
tingkat, status, golongan, dan kelas sosial penuturnya terdapat beberapa
varasi bahasa seperti akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon,
argot, dan ken. Khsusunya Variasi Bahasa Slang yang akan difokuskan
peneliti dalam penelitian ini.

Slang adalah variasi bahasa yang dibuat oleh sekelompok masyarakat


tertentu yang dipergunakan sebagai babahasa dalam pergaulan dengan
sesama komunitas pemakai bahasa tersebut (Padmadewi, Ni Nyoman;
Merlina, P.D.; Saputra, N.P.H, 2014:9).

Penggunaan bahasa slang oleh remaja tak terlepas dari perkembangan


bahasa slang dari masa-kemasa, di mana bahasa slang tumbuh karna
faktor pengaruh dari komunitas remaja yang ada di kota-kota besar

4
melalui media masa, cetak maupun elektronik. Era berkembang
ini,bahasa slang tidak lagi hanya dipengaruhi oleh komunitas remaja yang
tinggal di kota besar seperti Jakarta, Bandung and Surabaya, tetapi sudah
membentuk bahasa slang sendiri dalam komunitas wilayahnya walaupun
masih belum terlepas utuh dari pengaruh luar.

Organisasi yang ada dimasyarakat pun merupakan salah satu tempat


yang terdapat interaksi yang eksistensinya tidak diragukan di dalam
masyarakat dan sebagai salah satu penyumbang dalam penggunaan
variasi bahasa. Termasuk dalam Organisasi DPM STKIP PGRI Jombang
yang telah dilakukan peneliti yakni melakukan observasi serta wawancara
untuk mengetahui lebih jauh variasi Bahasa, utamanya Bahasa slang yang
digunakan pada interaksi anggota DPM STKIP PGRI Jombang.

Dalam penelitian variasi Bahasa slang ini akan menyajikan kajian


teori dan paparan data mengenai Variasi Bahasa Slang yang digunakan
oleh Anggota STKIP PGRI Jombang. Dimana dalam sebuah organisasi
terdapat komunikasi serta interaksi dari banyak anggota
didalamnya.Perbedaan penggunaan Bahasa yang digunakan oleh anggota
DPM STKIP PGRI Jombang dikarenakan setiap anggota berasal dari
daerah yang berbeda. Meskipun masih dalam lingkup satu Kabupaten,
tidak menutup kemungkinan penggunaan Bahasa yang mereka gunakan
berbeda sehingga munculah variasi Bahasa Slang seperti hasil penelitian
yang telah dilakukan.

Salah satu adanya penggunaan variasi bahasa pada interaksi sosial


terjadi pada sebuah organisasi. Di tempat tersebut terdapat sekumpulan
orang dan berasal dari latar belakang juga daerah yang mungkin berbeda.
Beberapa faktor tentunya menjadi alasan bahasa seperti apa yang
digunakan tiap anggota dalam organisasi. Tingkat keakraban, keformalan,
usia, atau dari segi sarana merupakan faktor yang menjadikan anggota
dalam organisasi memilih variasi apa yang digunakan.

Penelitian ini akan memecahkan sebuah rumusan masalah yang


diantaranya adalah bagaimanakah variasi bahasa slang yang digunakan
dan faktor apa saja yang melatarbelakangi adanya variasi bahasa tersebut.

5
Alasan pemilihan Organisasi DPM STKIP PGRI Jombang sebagai objek
dalam penelitian ini dikarenakan pada masa ini dikarenakan banyaknya
mahasiswa yang sering melakukan interaksi social dalam sebuah
organisasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penggunaan Variasi Bahasa Slang Pada Interaksi


Anggota DPM STKIP PGRI Jombang ?

2. Apa saja faktor yang melatarbelakangi penggunaan Variasi Bahasa


Slang pada Interaksi DPM STKIP PGRI Jombang ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian Variasi Bahasa, Sosiolinguistik, dan


Bahasa Slang

2. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi penggunaan


bahasa Slang pada Interaksi anggota DPM STKIP PGRI Jombang

6
BAB II

KAJIAN TEORI

1. SOSIOLINGUISTIK

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin, yaitu disiplin ilmu sosiologi


dan ilmu linguistik, dua bidang ilmu yang masingmasing memberi peran yang
berbeda. Sosiologi memperhatikan hubungan sosial antar manusia di dalam
masyarakatnya, sebagai individu maupun kelompok. Sosiologi adalah kajian yang
objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat beserta
lembagalembaga sosial dan proses sosial yang ada di masyarakat.
Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi
berlangsung dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan
segala masalah sosial dalam satu masyarakat akan diketahui caracara manusia
bersosialisasi dalam masyarakatnya (Chaer dan Kristina, 2004:2). Sedangkan
linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Rokhman, 2002).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang
ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi dan dengan
objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam
suatu masyarakat tutur. Sosiolonguistik lebih berhubungan dengan perincian
penggunaan bahasa yang sebenarnya, sedang sosiologi bahasa berhubungan
dengan faktor-faktor sosial yang saling bertimbal balik dengan bahasa atau dialek.
Bram dan Dickey (dalam Rokhman, 2002), menyatakan bahwa sosiolinguistik
menitikberatkan perhatiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di masyarakat,
menjelaskan kemampuan manusia memainkan aturan berbahasa secara tepat
dalam situasi yang beragam

Dimensi masalah yang dibicarakan dalam sosiolinguistik, yaitu: (1)


identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari | 9 pendengar yang
terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa
tutur terjadi, di manakah tempat peristiwa tutur terjadi apakah di tempat
umum yang ramai ataukah di ruangan tempat seseorang tengah

7
beribadah, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial,
pilihan dialek yang berhubungan dengan status sosial penggunanya, (5)
penilaian sosial yang berbeda oleh penutur dan perilaku bentuk ujaran,
(6) tingkat variasi dan ragam linguistik, dan (7) penerapan praktis dari
penelitian sosiolinguistik (lihat Dittmar 1976:128).

Identitas sosial dari penutur antara lain dapat diketahui dari


pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya
dengan lawan tutur. Dengan demikian identitas penutur dapat berupa
anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan sebagainya), dapat
berupa teman karib, atasan atau bawahan (di tempat kerja), guru, murid,
tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas penutur
itu dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.

2. VARIASI BAHASA

Soepomo Poedjosoedarmo ( dalam Suwito, 1983 : 23) menyebutkan


bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang
masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa
induknya.

Bahasa itu beragam dan bervariasi. Terjadinya keragaman atau kevariasian


bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen,
tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat
beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman
bahasa itu.
Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan
oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya,
bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia; bahasa arab yang luas
wilayahnya dari Jabal Thariq diAfrika Utara sampai keperbatasan Iran (dan juga
sebagai bahasa agama Islam dikenal hampir di seluruh dunia); dan bahasa
Indonesia yang wilayah penyebarannya dari sabang sampai Merauke.

8
3. BAHASA SLANG

Variasi Bahasa Slang Variasi bahasa slang adalah variasi sosial yang
bersifat khusus. Dalam penggunaannya, kosakata yang digunakan dalam variasi
bahasa slang ini sering berganti-ganti. Variasi bahasa slang ini bersifat temporal;
dan lebih umum dipakai oleh kalangan anak muda walaupun tidak menutup
kemungkinan digunakan juga oleh kalangan orang tua.
Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alam
diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu,
slang juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim dipakai di
masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda dari makna sebenarnya.
Selanjutnya, Alwasilah (1993 : 47) mengatakan bahwa bahasa slang
adalah memperkaya kosakata bahasa dengan mengkomunikasikan kata-kata lama
dengan makna baru. Pemakaian slang dengan kosakata yang sama sekali baru
sangat jarang ditemui. Slang merupakan kosakata, bukan gramar atau pengucapan.
Kata-kataslang atau frasa-frasa slang seringkali ditemukan disesuaijan dengan
gagasan dan kebiasaan yang tumbuh di masyarakat.
Bahasa slang oleh Kridalaksana (1982: 156) dirumuskan sebagai ragam
bahasa yang tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial
tertentu untuk komunikasi intern agar orang diluar kelompoknya tidak dapat
mengerti. Slang berupa kosakata yang serba baru dan berubah-ubah.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Variasi Bahasa Slang Pada Interaksi Anggota


DPM STKIP PGRI Jombang ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Moleong (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif kualitatif
termasuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Hasil dari penelitian ini adalah pemaparan dari penggunan
bahasa slang dari data yang telah di dapatkan peneliti.
B. Data dan Sumber Data

a. Data yang ada dalam penelitian ini berupa kosa kata dan kalimat
b. Sumber Data dalam penelitian ini adalah bahasa slang yang
dituturkan anggota DPM STKIP PGRI Jombang..
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
-Metode

1) Metode simak atau observasi dilakukan dengan menyimak


penggunaan bahasa
2) Metode survey dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan
yang terstruktur untuk memperoleh informasi dari informan
3) Metode wawancara dilakukan dengan cara melakukan percakapan
antara peneliti dengan informan.

-Langkah-langkah pengumpulan data


1. Kelompok melakukan observasi pada anggota DPM STKIP PGRI Jombang
2. Setelah melakukan observasi, dilakukan penentuan objek penelitian
3. Selanjutnya, ketika sudah selesai penentuan objek, maka dilakukan
perekaman suara ketika anggota DPM berinteraksi dan juga melakukan
wawancara

10
4. Dari audio rekaman yang telah diambil, maka dilakukanlah transkripsi data
5. Setelah melakukan transkripsi, maka dilakukan analisis data

D. Instrumen Penelitian
Menggunakan instrumen / Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa
handphone Realme 5 Pro.

E. Tahap Analisis Data

Data yang sudah diperoleh peneliti kemudian dianalisis menggunakan


metode simak dan catat. Peneliti mencatat hal-hal penting yakni kata-kata
yang termasuk ke dalam pokok pembahasan yakni variasi Bahasa Slang pada
interaksi Anggota DPM STKIP PGRI Jombang.

F. Tahap Penyajian Data

Data yang telah diperoleh akan disajukan peneliti dalam bentuk tabel.
Tabel tersebut berisikan tentang kata-kata yang termasuk dalam bahasa slang
sehingga akan memudahkan peneliti ketikan menganalisis data tersebut.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL DATA PENELITIAN

No Kalimat Slang Arti


1 Aku pas turu tangi jekekal Jekekal Kaget
2 Kuliah online biasae mager, opomaneh pas posoan Mager Malas Gerak
3 Lahyo telmi Telmi Telat Mikir
4 Yo gak ngunu coy Coy Bahasa panggilan
kepada teman
sebaya
5 Gak onok sing bucin banget Bucin Budak Cinta
6 Jenenge desone saru ya Saru Tidak Jelas/tidak
sesnonoh/tidak
nyata kelihatan
7 Awakmu ojo spoiler ngunu ta Spoiler Memberitahukan
garis besar suatu
cerita dengan
maksud agar
seseorang penasan
apa yang
dibicarakan
8 He iyo nda Nda Bahasa panggilan
kepada teman
sebaya
9 Tapi kadang bedo nylentung ngunu loh Nylentung Mengalihkan

pembicaraan
10 Bella jek OTW Otw On The Way

(dalam perjalanan)

12
11 He berarti akeh arek jamet dong Jamet Jajak mental (orang
yang ingin bergaya
keren, mengenakan

atribut metal)
12 Gak oleh julid ngunu Julid Sesorang yang

terlalu pedas saat


melontarkan kata
atau pembicaraan
13 Weh anjay sendal anyar Anjay Kata-kata uang
dipakai remaja saat
mengungkapkan
kekaguman
14 Ayo gasken bukber Gasken Bersedia
melakukan suatu
ajakan
15 Kuy kuy kuy Kuy Bersedia
melakukan suatu
ajakan

B. PEMBAHASAN
Data 1

“Aku pas turu tangi jekekal”

Pada kata jekekal, termasuk dalam bahasa jawa, yang artinya menunjukkan sebuah rasa kaget,
umumnya ketika situasi orang tertidur dan terbangun mendadak. Kata jekekal termasuk dalam
bahasa slang, karena kata tersebut hanya sekelompok orang saja yang mengerti maksud dari kata
tersebut.

Data 2

13
“Kuliah online biasae mager, opomaneh pas posoan”

Pada kata mager, atau kepanjangannya malas gerak yang artinya sedang malas gerak atau
melakukan sesuatu , namun disingkat dengan kata mager. Kata mager termasuk dalam bahasa
slang karena cenderung dipakai dalam kelompok anak muda dan tidak tergolong bahasa baku.

Data 3

“Lahyo telmi”

Pada kata telmi, atau kepanjangannya adalah telat mikir yang artinya bahwa seseorang ketika
diberi suatu penjelasan, ia lama memahaminya sehingga di sebut telmi. Kata telmi termasuk
dalam bahasa slang karena hanya sebagian kelompok saja yang dapat mengerti singkatan dari
kata telmi tersebut.

Data 4

“Yo gak ngunu coy”


Pada kata coy mengandung arti sebuah panggilan kepada teman sebaya. Kata coy termasuk
dalam bahasa slang karena dalam penggunaanya hanya digunakan kelompok remaja atau anak muda
ketika berinteraksi dengan teman sebayanya.
Data 5
“Gak onok sing bucin banget”
Pada kata bucin atau kepanjangannya adalah budak cinta merupakan kata julukan bagi pasangan-
pasangan yang di mabuk cinta. Kata bucin termasuk dalam bahasa slang karena bukan termasuk
bahasa vvaku dan hanya digunakan kalangan remaja atau kalangan muda.

Data 6
“Jenenge desone saru ya”

Pada kata saru berasal dari bahasa jawa yang memiliki arti Tidak Jelas/tidak sesnonoh/tidak nyata
kelihatan. Kata saru termasuk dalam bahasa slang karena dalam pemakaiannya hanya

14
sekelompok orang saja yang mengerti arti kata tersebut, utamanya masyarakat jawa yang
memang mengerti arti dari penggunaan kata tersebut.

Data 7
“Awakmu ojo spoiler ngunu ta”

Pada kata spoiler berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti Memberitahukan garis besar suatu
cerita dengan maksud agar seseorang penasaran apa yang dibicarakan. Kata spoiler termasuk dalam
bahasa slang, dimana penggunaannya biasa dipakai kalangan muda yang mempunyai kegemaran
menonton film, karena kata spoiler biasanya merujuk pada maksud pembicaraan sebuah film.

Data 8
“He iyo nda”

Pada kata Nda biasa digunakan masyarakat di jawa yang artinya sebuah Bahasa panggilan

Kepada teman sebaya. Dalam penyebutan panggilan Nda juga tergolong dipengaruhi faktor
jenis kelamin, biasa nya dipakai antar laki-laki, bisa juga antar perempuan. Kata Nda
termasuk dalam bahasa slang karena penggunaannya tidak semua masyarakat mengerti dan
hanya kelompok tertentu yang biasa menggunakan.

Data 9

“Tapi kadang bedo nylentung ngunu loh”


Pada kata nyelentung berasal dari bahasa jawa atau umumnya digunakan masyarakat jawa pada
kelompok tertentu. Nyelentung mempunyai arti mengalihkan pembicaraan. Kata nyelentung termasuk
dalam bahasa slang karena hanya sekelompok orang saja yang mengerti maksud dari kata tersebut dan
bukan merupakan bahasa baku.

Data 10

“Bella jek OTW”

Pada kata OTW berasal dari bahasa inggris yang kepanjangannya On The Way, artinya
sedang dalam perjalanan. Kata OTW termasuk dalam bahasa slang karena bukan
merupakan bahasa baku, melainkan bahasa gaul yang umumnya digunakan kalangan
15
anak muda.

Data 11

“He berarti akeh arek jamet dong”


Pada kata Jamet memiliki arti Jajak mental (orang yang ingin bergaya keren, mengenakan atribut
metal). Kata jamet termasuk dalam bahasa slang, karena bukan merupakan bahasa baku dan hanya
sekelompok masyarakat saja yang mengetahui arti dari kata jamet.

Data 12

“Gak oleh julid ngunu”


Pada kata julid memiliki arti Sesorang yang terlalu pedas saat melontarkan kata atau pembicaraan.
Biasanya digunakan ketika mengomentari sesuatu yang dianggap kurang baik. Kata Julid termasuk
dalam bahasa slang, karena dalam penggunaannya digunakan kalangan muda dan jarang ditemui pada
kalangan dewasa ataupun lansia.

Data 13

“Weh anjay sendal anyar”

Pada kata anjay merupakan Kata-kata yang dipakai remaja saat mengungkapkan kekaguman.
Kata anjay kadang di nilai sebagai kata yang kurang pantas bagi sebagian kelompok, namun
di sisi lain masih ada juga yang menggunakan kata anjay tersenut. Kata anjay termasuk
dalam bahasa slang karen adalam penggunaannya hanya dipakai dikelompok tertentu dan
bukan merupakan bahasa baku.

Data 14

“Ayo gasken bukber”


Pada kata gasken mempunyai arti bersedia melakukan suatu ajakan. Kata gasken termasuk dalam
bahasa slang karena bukan merupakan bahasa baku, namun termasuk dalam bahasa gaul yang
digunakan sekelompok remaja atau kalangan muda.

Data 15

16
“Kuy kuy kuy”
Pada kata kuy kuy kuy mempunyai arti Bersedia melakukan suatu ajakan. Kata kuy kuy kuy
sebenarnya adalah kebalikan dari kata yuk yuk yuk, namun bagi sekelompok anak muda lebih sering
menggunakan kata kuy karena lebih terlihat gaul. Kata kuy termasuk dalam bahasa slang karena bukan
merupakan bahasa baku, dan hanya digunakan sekelompok anak muda.

Faktor yang Mempengaruhi Variasi Bahasa Slang Pada Interaksi Anggota


DPM STKIP PGRI Jombang

Chaer dan Agustina (2014: 64) menjelaskan bahwa variasi bahasa yang
disebabkan oleh penuturnya disebut sebagai variasi bahasa sosiolek. Variasi
bahasa tersebut berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para
penuturnya. Di samping itu, variasi bahasa sosiolek dapat menyangkut masalah
pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
Adanya bahasa dalam proses komunikasi tentunya Fahmi Arizki Imelda,
Ni Wayan Sartini tidak dapat disamaratakan karena di dalam sebuah komunikasi
terdapat adanya variasi bahasa. Munculnya sebuah variasi bahasa tentunya
disebabkan oleh beberapa faktor. Bentuk pemakaian bahasa yang digunakan oleh
antar anggota DPM STKIP PGRI Jombang sebagai lawan tuturnya tentunya juga
berbeda-beda.

Sesuai dengan tempatnya organisasi merupakan tempat untuk berinteraksi seperti


untuk berkumpul bersama dengan anggota dan diluar jam perkuliahan, dan
pemakaian bahasa yang digunakan berbentuk informal. Penggunaan bahasa
informal dilakukan dengan tujuan untuk membuat suasana yang menyenangkan
sehingga antar anggota pun dapat lebih enjoy ketika berada dalam sebuah
organisasi.
Peristiwa komunikasi yang terjadi antara anggota DPM akan
menyebabkan sebuah variasi bahasa yang ditimbulkan oleh beberapa faktor.

- Faktor Usia Bentuk pemakaian bahasa yang digunakan oleh Anggota


DPPM kepada lawan tuturnya tentunya juga berbeda-beda. Sesuai dengan
tempatnya bahwa Organisasi merupakan tempat untuk berinteraksi seperti untuk

17
berkumpul bersama teman diluar perkuliahan maka bahasa yang digunakan
berbentuk informal. Penggunaan bahasa informal dilakukan ditiap organisasi
dengan tujuan untuk membuat suasana yang menyenangkan sehingga antar
anggota leih nyaman dan enjoy uberada di organisasi tersebut. Peristiwa
komunikasi yang terjadi antara anggota DPM akan menyebabkan sebuah variasi
bahasa yang ditimbulkan oleh beberapa faktor.
Data (7) :” Awakmu ojo spoiler ngunu ta”

Ditemukan adanya faktor usia yang menjadikan adanya variasi bahasa


dalam percakapan di atas. Ditemukan data pada percakapan di atas. Pada kata
spoiler biasa digunakan kalangan remaja hingga mahasiswa untuk membicarakan
hal agar lawan bicaranya penasaran dengan apa yang belum diketahuinya.
Penggunaan kata spoiler ini dinilai peneliti lebih banyak digunakan kalangan
remaja hingga mahasiswa dan untuk kalangan dewasa menuju lansia mungkin
kurang familiar dengan kata itu. Maka dari itu faktor usia juga menjadi penentu
penggunaan bahasa Slang.

-Faktor Keakraban

Adanya faktor keakraban sering terjadi di dalam sebuah organisasi.


Suasana yang memang diatur agar menjadikan suasana yang ntidak terlalu tegang,
maka tiap anggota DPM memiliki sifat saling terbuka kepadalawan bicaranya.
Keakraban yang secara spontan terjadi kepada orang terdekat seperti keluarga,
teman, atau sahabat. Faktor keakraban dalam sebuah komunikasi terjadi karena
telah adanya kedekatan emosional dan saling mengerti satu sama lain.

Data (2) : “Kuliah online biasae mager, opomaneh pas posoan”

Pada data (2) terlihat adanya faktor keakraban dimana terdapat adanya interaksi
saling bercerita antar anggota. Penggunaan kata mager dinilai termasuk dalam
bahasa slang dan interaksi saling bercerita antar anggota tersebut juga dinilai
sebuah kekaraban yang sudah terjalin antar anggota.

- Faktor Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin pada interaksi yang tidak memandang gender. Lelaki

18
maupun wanita sering untuk berkumpul bersama teman-temannya untuk bersantai
atau berdiskusi di sebuah organisasi. Dalam sebuah komunikasi yang terjadi di
dalamnya antara anggota satu dengan yang lain tentunya memiliki sebuah faktor
jenis kelamin yang dapat menimbulkan variasi bahasa. Faktor pada jenis kelamin
yang dapat menjadikan suatu variasi bahasa terlihat pada saat saat satu anggota
memilih sejenis panggilan akrab.

Data (8) : He iyo nda Pada data (8) terlihat adanya variasi bahasa dari faktor jenis
kelamin. Percakapan di atas terjadi antara penutur dan mitra tutur yang memiliki
kesamaan jenis kelamin, yakni perempuan. Adanya kesamaan jenis kelamin
terlihat pada saat anggota DPM membuat panggilan “Nda” kepada temannya yang
juga berjenis kelamin perempuan.

-Faktor Situasional

Faktor yang menyebabkan adanya variasi bahasa juga disebabkan oleh


situasi yang terjadi di Organisasi tersebut. Adanya faktor situasional disebabkan
oleh siapa lawan tutur yang berinteraksi oleh anggota organisasi tersebut. Bahasa
yang digunakan di dalam organisasi tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia
saja. Terdapat pula adanya bahasa Inggris, bahasa Jawa bahkan adanya bahasa
kekinian.

Data (11) : “He berarti akeh arek jamet dong”

Dalam data tersebut terdapat kata jamet yang merupakan bahasa kekinian yang
dipakai atau sedang booming di kelompok tertentu

19
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Penggunaan variasi bahasa slang yang digunakan oleh Anggota STKIP PGRI
Jombang terjadi dimana dalam sebuah organisasi terdapat komunikasi serta interaksi dari
banyak anggota didalamnya.Perbedaan penggunaan Bahasa yang digunakan oleh anggota DPM
STKIP PGRI Jombang dikarenakan setiap anggota berasal dari daerah yang berbeda. Meskipun
masih dalam lingkup satu Kabupaten, tidak menutup kemungkinan penggunaan Bahasa yang
mereka gunakan berbeda sehingga munculah variasi Bahasa Slang seperti hasil penelitian yang
telah dilakukan.Hasil Penelitian didapatkan 15 data sebagai berikut : Jekekal, Mager, Telmi,
Coy, Bucin, Saru, Spoiler, Nda,Nyelentung, OTW, Jamet, Julid, Anjay, Gaskkeun, Kuy. Kata-
kata tersebut dinilai peneliti termasuk ke dalam Bahasa Slang.
Faktor yang melatarbelakangi penggunaan variasi bahasa slang, yakni pertama
Faktor Usia Bentuk pemakaian bahasa yang digunakan oleh Anggota DPPM kepada lawan
tuturnya tentunya juga berbeda-beda. Sesuai dengan tempatnya bahwa organisasi merupakan
tempat untuk berinteraksi seperti untuk berkumpul bersama teman diluar perkuliahan maka
bahasa yang digunakan berbentuk informal. Kedua, faktor keakraban. Adanya faktor keakraban
sering terjadi di dalam sebuah organisasi, suasana yang memang diatur agar menjadikan
suasana yang ntidak terlalu tegang, maka tiap anggota DPM memiliki sifat saling terbuka
kepadalawan bicaranya. Keakraban yang secara spontan terjadi kepada orang terdekat seperti
keluarga, teman, atau sahabat. Ketiga, faktor Jenis Kelamin, terjadi dalam sebuah komunikasi
yang terjadi di dalamnya antara anggota satu dengan yang lain tentunya memiliki sebuah faktor
jenis kelamin yang dapat menimbulkan variasi bahasa. Faktor pada jenis kelamin yang dapat
menjadikan suatu variasi bahasa terlihat pada saat saat satu anggota memilih sejenis panggilan
akrab. Terkahir, Faktor Situasional, yakni faktor yang menyebabkan adanya variasi bahasa juga
disebabkan oleh situasi yang terjadi di Organisasi tersebut. Adanya faktor situasional
disebabkan oleh siapa lawan tutur yang berinteraksi oleh anggota organisasi tersebut.

20
B.Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk
itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang
dapat melhat referensi sumner lain agar kami dapat memperbaiki makalah
lebih baik lagi

21
DAFTAR PUSTAKA

Malabar, Sayama. 2015. Sosiolinguistik. Gorontalo : Ideas Publishing


Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : PT
Rineka Cipta.

Dwi, Martinus. 2018. Bentuk, Jenis, dan Makna Kata Slang Dalam Majalah Hai Edisi
Januari-Juni 2017. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Fakultas Sanata
Dharma Yogyakarta.

Arizki, Fahmi dan Wayan Ni. 2021. Variasi Bahasa Dalam Interaksi Coffee Shop Di
Kecamatan Gubeng Kota Surabaya: Kajian Sosiolinguistik. Universitas Airlangga Surabaya

F, Margaretha dkk. Variasi Bahasa Yang Digunakan Oleh Kalangan Waria Kota Merauke.
Program Studi Sastra Inggris. Universitas Musamus

Padmadewi, Nyoman. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu

22
LAMPIRAN

DOKUMENTASI

23
24
25
26
TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber : Anggota DPM STKIP PGRI Jombang

Waktu : 18 April 2021 (10. 34 WIB)

Sinta

Sinta : Apa yang anggota DPM tau tentang bahasa Slang ?

Anggota DPM : Bahasa Slang adalah bahasa yang tidak baku

Sinta : Bahasa Slang adalah bahasa yang tidak resmi atau tidak baku yang biasanya digunakan oleh sekelomp
remaja untuk komunikasi dengan maksud agar anggota yang bukan kelompok tersebut mengerti. Bahasa slan
komunikasi kita dengan kelompok tersebut.

Terisa

Terisa : Adakah contoh lain bahasa slang yang anggota DPM tau selain (Jamet, Gabut, Julid, dan mager) ?

Anggota DPM 1 : Contohnya kata Anjay

Anggota DPM 2 : Selanjutnya kata Cuy

Anggota DPM 3 : Contoh kata Gasken (Bahasa slang dengan arti kalimat ajakan)

Anggota DPM 4 : Contoh kata Kuy (Bahasa Slang dengan arti kalimat ajakan)

Putri

Putri : Faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa slang adalah :

1. Faktor Usia

2. Faktor keakraban

27
3. Faktor jenis kelamin

4. Faktor situasional

Menurut anggota DPM fak tor apa yang paling mempengaruhi penggunaan bahasa slang?

Anggota DPM : faktor keakraban

28

Anda mungkin juga menyukai