Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN DAN MANFAAT SOSIOLINGUISTIK

DOSEN :

DISUSUN OLEH :
Nurul Ainun – 105331105521
Irmawati - 105
Muh. Nurjaya - 105

PRODI PENDIDKAN BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Bahasa” yang
telah disesuaikan dengan tugas yang diberikan dosen pengampu mata
kuliah Sosiolinguistik. Penyusunan makalah ini untuk mendalami materi
tentang  perencanaan bahasa. Penyusun menyadari bahwa makalah ini memiliki berbagai
kekurangan. Oleh  karena  itu, setiap kritik yang  bermaksud untuk menyempurnakan
makalah  ini  sangat  kami  harapkan. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang  telah  membantu dalam  proses penulisan makalah ini. Semoga Allah
SWT memberikan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan.

Akhir kata, besar harapan penyusun semoga makalah ini dapat membantu unuk
menunjang ilmu pengetahuan. Serta memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
A. Pengertian Sosiolinguistik..........................................................................................5
B. Sosiolinguistik dan Disiplin Ilmu Lain..........................................................................7
C. Kegunaan atau Manfaat Sosiolinguistik...................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manusia, tidak hanya dapat
dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal. Artinya pengkajian bahasa tidak hanya
dapat dilakukan dengan menganalisis struktur fonologis, morfologis maupun sintaksisnya,
melainkan dapat pula dikaji dengan hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa
yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-
kelompok sosial kemasyarakatan.

Pengkajian secara eksternal inilah yang menghasilkan rumusan-rumusan yang berkaitan


dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam
masyarakat. Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya melibatkan teori dan prosedur
linguistik saja, tetapi juga melibatkan teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa itu, sehingga wujudnya berupa ilmu antardisiplin yang namanya
merupakan gabungan dari disiplin ilmu-ilmu yang bergabung itu, umpamanya sosiolinguistik.

Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan disiplin linguistik dengan
bahasa sebagai objek kajiannya. Persoalan kita sekarang adalah apakah sosiolinguistik itu
sebenarnya; bagaimana hubungannya dengan disiplin ilmu lain; dan apa kegunaan serta
masalah-masalah sosiolinguistik. Atas dasar di atas penyusun kemudian tertarik untuk
membicarakan masalah seputar sosiolinguistik, kegunaan dan ruang lingkup sosiolinguistik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah sosiolinguistik itu?
2. Bagaimana hubungan sosiolinguistik dengan disiplin ilmu lain?
3. Jelaskan  kegunaan dan manfaat (ruang lingkup) sosiolinguistik?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian sosiolinguistik.
2. Menunjukkan hubungan sosiolinguistik dengan disiplin ilmu lain.
3. Menjelaskan manfaat (ruang lingkup) sosiolinguistik.

D. Manfaat Penulisan
1. Pengetahuan atas pengertian sosiolinguistik.
2. Mampu menunjukkan dengan saksama hubungan sosiolinguistik dengan disiplin
ilmu lain.
3. Mampu memahami kegunaan dan manfaat (ruang lingkup) sosiolinguistik?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiolinguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi sendiri dapat diartikan sebagai kajian
yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-
lembaga dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui
bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah
bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai
objek kajiannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah bidang
ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu
di dalam masyarakat.

De Saussure (1961) pada awal abad ke-20 menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu
lembaga kemasyarakatan yang sama dengan lembaga kemasyarakatan yang lain seperti
perkawinan, pewarisan harta peninggalan dan sebagainya. Pada pertengahan abad ini para
pakar di bidang bahasa merasa perlu adanya perhatian yang lebih terhadap dimensi
kemasyarakatan bahasa, karena ternyata dimensi kemasyarakatan bukan hanya memberi
“makna” kepada bahasa, tetapi juga  menyebabkan terjadinya ragam-ragam bahasa yang tidak
hanya menunjukkan adanya perbedaan sosial dalam masyarakat tetapi juga memberi indikasi
mengenai situasi berbahasa serta mencerminkan tujuan, topik, kaidah dan modus-modus
penggunaan bahasa.

Berbeda dengan De Saussure, dalam bukunya Sign, Language and Behaviour, Charles Morris


(1946) membicarakan bahasa sebagai sistem lambang, membedakan adanya tiga kajian
bahasa berkenaan dengan fokus perhatian yang diberikan. Jika perhatian difokuskan pada
hubungan antara lambang dengan maknanya disebut semantik; jika fokus perhatian diarahkan
pada hubungan lambang disebut sintaksis; dan kalau fokus perhatian diarahkan pada
hubungan antara lambang dengan penuturnya disebut pragmatik yang tidak lain daripada
sosiolinguistik.

Bahasa sebagai objek dalam sosiolinguistik tidak didekati sebagai bahasa sebagaimana
dilakukan oleh linguistik umum, melainkan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi
di dalam masyarakat manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia selalu berhubungan
dengan bahasa. Oleh karena itu, bagaimana pun rumusan mengenai sosiolinguistik yang
diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan-
kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan. Perhatikan beberapa rumusan mengenai
sosiolinguistik dari beberapa pakar berikut:

§  Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi
bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan denan ciri funngsi variasi bahasa itu di
dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana 1984:94)
§  Pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan... disebut sosiolinguistik (Nababan
1984:2)

§   Sosiolinguistics is the study of the characteristics of language variaties, the


characteristics of their function, and the characteristics of their speakers as these three
constantly interact, change and change one another within a speech
community (sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi
variasi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah dan
saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur (J.A. Fishman 1972:4)

§  Sociolinguistyiek is de studie van taal en taalgebruik in de kontext van maatschapij en


kultuur (sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks
sosial dan kebudayaan (Rene Apple, Gerad Hubert, Greus Meijer 1876:10)

§  Sociolinguistiek is subdisiplin van de taalkunde, die bestudert welke social factoren een rol
spelen in het taalgebruik er welke taal spelt in het special vekeer (sosiolinguistik adalah
subdisiplin ilmu bahasa yabg mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam
penggunaan bahasa dan pergaulan sosial (G. E. Booij, J.G. Kersten, dan H.J. Verkuyl 1975:
139).

§  Sociolinguistics is the study of language in operation, it’s purpose is to investigate how the
convention of the language use relate to other aspect of social behaviour (sosiolinguistik
adalah kajian bahasa dalam penggunaannya, dengan tujuan untuk meneliti bagaimana
konvensi pemakaian bahasa berhubungan dengan aspek-aspek lain dari tingkah laku sosial
(C. Criper dan H.G. Widdowson dalam J.P.B. Allen dan S. Piet Corder (ed.) 1975: 156).

§  Sociolinguistics is a developing subfield of linguistics which takes speech variation as it’s


focus, viewing variation of it social context. Sociolinguistics is concerned with the correlation
between such social factors and linguistics variation (sosiolinguistik adalah pengembangan
subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajianya
dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu
dengan variasi bahasa (Nancy Parrot Hickerson 1980: 81).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah


cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek
penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat
tutur.

Selain istilah sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak orang
menganggap kedua istilah itu sama: tetapi banyak pula yang menganggapnya berbeda. Ada
yang mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena penelitiannya dimasukkan dari
bidang linguistik; sedangkan istilah sosiologi bahasa digunakan kalau penelitiannya itu
dimasuki dari bidang sosiologi (Nababan 1884: 3, juga Bright 1992: vol 4:9). J.A. Fishman,
pakar sosiolinguik mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif, sedangkan
kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Artinya kajian sosiolinguistik sendiri lebih
bertumpu pada hubungan dengan perincian-perincian penggunaaan bahasa yang sebenarnya,
seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa/dialek dalam budaya tertentu yang dilakukan
penutur, topik dan latar pembicaraan. Sedangkan sosiologi bahasa lebih berhubungan dengan
faktor-faktor sosial yang saling bertimbal balik dengan bahasa/dialek.

B. Sosiolinguistik dan Disiplin Ilmu Lain


a. Sosiologuistik dengan Linguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan faktor
sosiologi. Dengan demikian, sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik.  Hal yang  dikaji
dalam linguistik (ilmu yang mengkaji bahasa sebagai fenomena yang inedependen) dijadikan
dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan perbedaan penggunaan bahasa yang dikaitkan
dengan faktor sosial. Hal yang dikaji dalam linguistik, meliputi apa yang ditelaah De
Saussure, kaum Bloomfieldien (Bloomfield, Charles Fries, dan Hocket) serta kaum Neo
Bloomfieldien dengan deepstructure dan surface structure-nya, dipandang oleh sosiolinguis
sebagai bentuk bahasa dasar yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa
akan mengalami perubahan dan perbedaan. Kajian mengenai fonologi, morfologi, struktur
kalimat, dan semantik leksikal dalam linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk
mengungkap struktur bahasa yang digunakan oleh tiap-tiap kelompok tutur sesuai dengan
konteksnya. Karenanya, tidaklah mungkin seorang sosiolinguis dapat mengkaji bahasa
dengan tanpa dilandasi pengetahuan mengenai linguistik murni itu. Sosiolinguistik mengkaji
wujud bahasa yang beragam karena dipengaruhi oleh faktor di luar bahasa (sosial), yang
dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan oleh faktor di luar bahasa. Untuk
dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat diperlukan pengetahuan tentang
linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang dilakukan tidak meninggalkan objek
bahasa itu sendiri.

b.  Sosiolinguistik dengan Sosiologi

Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai dasar kajian (lihat kembali hubungan antara
sosiolinguistik dan linguistik) dan memandang struktur sosial sebagai faktor penentu
variabel. Keduanya dipandang sebagai gegenseitige einbettung dan gegenseitige
determination, dan hubungan antara keduanya ditentukan oleh persyaratan manusia,
organisasi pikiran manusia (dalam bentuk argumen lahiriah), serta tuntutan intrinsik dari
sebuah bidang yang sistematis, kuat,dan efektif (Hymes,1966). Apa yang terdapat dalam
sosiologi, yang berupa fakta-fakta sosial ditransfer ke dalam sosiolinguistik, sehingga
muncullah keyakinan bahwa bahasa berhubungan dengan strata sosial. Meskipun demikian,
hubungan antara sosiolinguistik dan sosiologi sebenarnya bersifat timbal-balik (simbiosis
mutualisme).

Hubungan sosiologi – sosiolinguistik:

1) Kemajuan teori sosiologi seperti kelompok politik, mobilisasi massa, interferensi


antarkelompok digunakan dalam sosiolinguistik
2) Metodologi dalam sosiologi seperti angket, wawancara, pengamatan terlibat
digunakan juga sebagai metode dalam sosiolinguistik;
3) Istilah-istilah sosiologi seperti funktion, rolle, dan soziale dimension juga
digunakan dalam sosiolinguistik;
4) Fakta-fakta sosial dalam sosiologi ditransfer ke dalam sosiolinguistik yang
meliputi transfer terhadap fungsi bahasa secara keseluruhan dan terhadap struktur
bahasa itu sendiri.

Dengan memperhatikan fakta-fakta sosial ini, sosiolinguistik pun mempertimbangkan situasi


berbahasa, siapa yang berbicara, di mana, dan sebagainya,, karena bagaimanapun
sosiolinguistik muncul karena adanya bantuan sosiologi.

Hubungan sosiolinguistik – sosiologi

1) Data sosiolinguistik yang memberikan ciri-ciri kehidupan sosial, menjadi


barometer untuk sosiologi;
2) Aspek sikap berbahasa mempengaruhi budaya material dan spiritual suatu
masyarakat;
3) Bahasa yang diteliti secara sosiolinguistik adalah alat utama dari perkembanagan
penegetahuan menegenai sosiologi.

Dengan kata lain, sosiolinguistik membantu sosiologi dalam mengklasifikasi strata sosial,
seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam penelitiannya mengenai tuturan dalam
masyarakat Amerika dalam tingkat sosial yang berbeda.

c. Hubungan Sosiolinguistik dengan Pragmatik

Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tujuan dan dampak berbahasa yang
dikaitkan dengan konteks, atau penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan topik
pembicaraan, tujuan, partisipan, tempat, dan sarana. Sebagaimana sosiolinguistik, pragmatik
juga beranggapan bahwa bahasa (tuturan) tidaklah monostyle.

Pragmatik memandang bahasa sebagai alat komunikasi yang keberadaannya (baik bentuk
maupun maknanya) ditentukan oleh penutur dan ditentukan dan keberagamannya ditentukan
oleh topik, tempat, sarana, dan waktu. Fakta-fakta ini dimanfaatkan oleh sosiolinguistik untuk
menjelaskan variasi-variasi bahasa atau ragam bahasa. Pragmatik sangat menekankan aspek
tujuan dalam berkomunikasi, seperti yang dikemukakan oleh Searle dalam tindak tuturnya.
Bahasa akan berbeda karena adanya tujuan yang berbeda. Hal-hal ini pun dimanfaatkan oleh
sosiolinguistik dengan menekankan variasi bahasa karena (berdasarkan) fungsi bahasa
tersebut. Penggunaan bahasa dalam pragmatik juga sangat mempertimbangkan faktor
interlokutor, yakni orang-orang yang terlibat dalam proses berkomunikasi dan berinteraksi.
Karenanya, kode (meminjam istilah sosiolinguistik) yang digunakan pun berbeda. Dalam
sosiolinguistik, aspek interlokutor ini dikembangkan lebih jauh dengan faktor sosial atau
dialek sosial seperti tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, hubungan
sosial, dan sebagainya. Semisal tuturan “3 X 4 berapa?” akan memiliki makna dan jawaban
yang berbeda. Pragmatik memandang, perbedaan itu disebabkan faktor tempat, tujuan, dan
penutur. Sosiolinguistik memandangnya dari sudut register. Meskipun demikian, keduanya
memerlukan “pengetahuan bersama” atau common ground untuk sampai kepada pemahaman
yang sebenarnya.

d.  Hubungan Sosiolinguistik dan Antropologi

Antropologi merupakan ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna
bentuk fisik, adat-istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Antropologi memandang
bahwa dalam budaya terkandung aspek bahasa. Dengan demikian apabila di daerah terdapat
persamaan bahasa berarti mempunyai kekerabatan budaya yang dekat. Berarti pula, kesamaan
bahasa menandai kesamaan budaya, dan bahasa dipakai dalam proses pembentukan budaya
seperti mantra, pantun berbalas, debat, musyawarah, dan upacara-upacara adat. Antropologi
membicarakan bahasa secara garis besar guna menjelaskan aspek budaya.

Sosiolinguistik berusaha untuk memanfaatkan penggolongan masyarakat melalui budaya


yang dilakukan antropologi serta memandangnya sebagai faktor pemengaruh bahasa.
Sosiolinguistik berusaha menguji ulang data linguistik yang ditemukan antropologi itu.
Pandangan hidup (yang tercermin dalam perilaku) dipakai sebagai faktor penyebab variasi
bahasa terutama aspek kosakata dan struktur. Hal ini tampak antara lain dalam hipotesis
Sapir-Whorf. Antropologi mendekati objek secara naturalistik.

Antropologi berusaha memasuki “setting” penelitian dengan rapport sebelum mengadakan


observasi partisipatoris. Metode ini dimanfaatkan oleh sosiolinguistik guna menemukan data
bahasa secara akurat sekaligus menemukan faktor pemengaruhnya secara terperinci. Di
dalam Atropologi terdapat prinsip perkembangan dan perubahan. Prinsip ini ditransfer ke
dalam sosiolinguistik sehingga muncullah istilah kronolek, tempolek, serta istilah-istilah tabu
dalam sosiolinguistik. Antropologi juga memberikan konsep tentang struktur kebudayaan dan
transformai kebudayaan kepada sosiolinguistik. Hal itu ditunjukkan dengan munculnya istilah
grandfather (karena adanya konsep dan penghargaan kepada kakek sebagai orang tua yang
mempunyai sifat dan kedudukan yang agung), serta simbok (sebagai orang tua yang dapat
melengkapi dan memberi kesempurnaan atau tombok).

Kebudayaan dalam antropologi disampaikan lewat bahasa, yang karenanya harus ada
kemampuan komunikatif. Prinsip ini pun diambil oleh sosiolinguistik. Demikian pula,
pengetahuan tentang budaya diperoleh bersamaan dengan pemerolehan bahasa, seperti
sapaan, penggunaan bahasa sesuai konteks. Melalui ini pun dapat diketahui bagaimana
budaya itu hidup dalam suatu masyarakat lengkap dengan nilai-nilai filosofi yang
berkembang di dalamnya.

Bahasa dalam antropologi digunakan untuk pengungkap budaya. Dengan demikian, apa yang
dipandang penting, pastilah akan ditonjolkan. Dalam suatu masyarakat ditemukan berbagai
istilah, sesuai dengan tingkat budayanya. Di Mesir misalnya, terdapat 500 kosakata untuk
singa, 200 kata untuk ular, 80 kata untuk madu, dan 4644 kata untuk unta. Demikian pula,
dalam budaya Jawa yang menonjolkan rasa (hingga ada istilah rumangsa bisa lan bisa
rumangsa) memiliki cukup banyak kosakata ajektiva afektif, seperti sedih, susah, ngenes,
nelangsa, miris, wedi, gila.
e. Hubungan Sosiolinguistik dengan Psikologi

Pada masa Chomsky, linguistik mulai dikaitkan dengan psikologi dan dipandang sebagai
ilmu yang tidak independen. Lebih jauh Chomsky mengatakan (1974) bahwa linguistik
bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Linguistik merupakan bagian dari psikologi dalam cara
berpikir manusia. Chomsky melihat bahasa sebagai dua unsur yang bersatu,
yakni competence dan performance. Competence merupakan unsur dalam bahasa (deep
structure) dan menempatkan bahasa dari segi kejiwaan penutur,
sedangkan competence merupakan unsur yang terlihat dari parole. Dengan demikian,
Chomsky memandang bahwa bahasa bukanlah gejala tunggal. namun dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan penuturnya.

Chomsky juga mulai merambah wilayah makna walaupun akhirnya mengakui bahwa wilayah
makna merupakan wilayah yang paling sulit dalam kajian linguistik. Apa yang dikemukakan
Chomsky tentang struktur dalam dan struktur luar digunakan oleh sosiolinguistik sebagai
pedoman bahwa tuturan yang tampak sebenarnya hanyalah perwujudan dari segi kejiwaan
penuturnya. Lebih lanjut sosiolinguistik membuka diri untuk menelaah perbedaan bentuk
tuturan itu.

Kaitan antara competence dan performance terlihat dari penggunaan bahasa penutur. Orang


dikatakan mempunyai kompetensi dan performansi yang baik apabila dapat menggunakan
berbagai variasi bahasa sesuai dengan situasi. Orang yang berperformansi baik tentulah
memiliki kompetensi yang baik, dan memungkinkan penggunaan kode luas (elaborated
code). Sebaliknya, orang yang kompetensinya rendah, akan muncul kode terbatas (restricted
code). Dalam psikologi perkembangan terdapat fase perkembangan yang dimulai menangis

(tangis bertujuan: lapar, dingin, takut), tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan.
Kesemuanya diikuti atau sejalan dengan perkembangan kebahasaannya. Dalam
sosiolinguistik, hal ini diadopsi sebagai variasi bahasa dilihat dari segi usia penutur,(orang
mempelajari bahasa sesuai dengan tingkat perkembangannya). Karenanya dikenal juga
variasi bahasa remaja dan manula.

Dari sudut psikologi, laki-laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda dengan wanita.
Karenanya, apa yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik mentransfer konsep
ini, sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau jenis kelamin.

C. Kegunaan atau Manfaat Sosiolinguistik


Setiap bidang ilmu tentu mempunyai kegunaan dalam kehidupan praktis. Begitu juga dengan
sosiolinguistik. Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, sebab bahasa
sebagai alat komunikasi verbal manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu. Dalam
penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan
bahasa. Sosiolinguistik menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa itu dalam aspek atau
segi sosial tertentu seperti dirumuskan Fishman (1967:15) bahwa yang dipersoalkan dalam
sosiolinguistik adalah, “who speak what language, to whom, when, and to what end”. Dari
rumusan Fishman itu dapat kita jabarkan manfaat atau kegunaan sosiolinguistik bagi
kehidupan praktis.

Pertama-tama pengetahuan sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam berkomunikasi atau


berinteraksi. Sosiolinguistik akan mendapatkan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi
dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan
jika kita berbicara dengan orang tertentu. Jika kita adalah anak dalam suatu keluarga tentu
kita harus menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah,
ibu, kakak, atau adik. Jika kita seorang murid, tentu kita harus menggunakan ragam atau gaya
bahasa yang berbeda pula terhadap guru, terhadap teman kelas, atau terhadap sesama murid
yang kelasnya lebih tinggi. Sosiolinguistik juga akan menunjukkan bagaimana  kita harus
berbicara bila kita berada di dalam mesjid, di ruang perpustakaan, di taman, di pasar, atau
juga di lapangan sepak bola.
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan penulisan makalah, dapat disimpulkan tentang sosiolinguistik, sebagai


berikut:

1.      sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan


ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial
di dalam suatu masyarakat tutur.

2.      Sosiolinguistik memiliki hubungan dengan beberapa disiplin ilmu lainnya yaitu:

 Sosiolinguistik dengan linguistik,


 Sosiolinguistik dengan sosiologi,
 Sosiolinguistik dengan pragmatik,
 Sosiolinguistik dengan antropologi,
 Sosiolinguistik dengan psikologi.

3.      Kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, dalam


penggunaannya sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan
bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu.

4.      Ada tujuh dimensi yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik yaitu (1)
identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses
komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, (4) analisis sinkronik dan
diakronik dari dialek-dialek sosial, (5) penelitian sosial yang berbeda oleh penutur akan
perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan (7) penerapan
praktis dari penelitian sosiolinguistik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kaitan Sosiolinguistik dan Disiplin Ilmu Lain. http://staff.uny.ac.id.

Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai