DOSEN :
DISUSUN OLEH :
Nurul Ainun – 105331105521
Irmawati - 105
Muh. Nurjaya - 105
Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Bahasa” yang
telah disesuaikan dengan tugas yang diberikan dosen pengampu mata
kuliah Sosiolinguistik. Penyusunan makalah ini untuk mendalami materi
tentang perencanaan bahasa. Penyusun menyadari bahwa makalah ini memiliki berbagai
kekurangan. Oleh karena itu, setiap kritik yang bermaksud untuk menyempurnakan
makalah ini sangat kami harapkan. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini. Semoga Allah
SWT memberikan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan.
Akhir kata, besar harapan penyusun semoga makalah ini dapat membantu unuk
menunjang ilmu pengetahuan. Serta memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
A. Pengertian Sosiolinguistik..........................................................................................5
B. Sosiolinguistik dan Disiplin Ilmu Lain..........................................................................7
C. Kegunaan atau Manfaat Sosiolinguistik...................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manusia, tidak hanya dapat
dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal. Artinya pengkajian bahasa tidak hanya
dapat dilakukan dengan menganalisis struktur fonologis, morfologis maupun sintaksisnya,
melainkan dapat pula dikaji dengan hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa
yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-
kelompok sosial kemasyarakatan.
Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan disiplin linguistik dengan
bahasa sebagai objek kajiannya. Persoalan kita sekarang adalah apakah sosiolinguistik itu
sebenarnya; bagaimana hubungannya dengan disiplin ilmu lain; dan apa kegunaan serta
masalah-masalah sosiolinguistik. Atas dasar di atas penyusun kemudian tertarik untuk
membicarakan masalah seputar sosiolinguistik, kegunaan dan ruang lingkup sosiolinguistik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sosiolinguistik itu?
2. Bagaimana hubungan sosiolinguistik dengan disiplin ilmu lain?
3. Jelaskan kegunaan dan manfaat (ruang lingkup) sosiolinguistik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian sosiolinguistik.
2. Menunjukkan hubungan sosiolinguistik dengan disiplin ilmu lain.
3. Menjelaskan manfaat (ruang lingkup) sosiolinguistik.
D. Manfaat Penulisan
1. Pengetahuan atas pengertian sosiolinguistik.
2. Mampu menunjukkan dengan saksama hubungan sosiolinguistik dengan disiplin
ilmu lain.
3. Mampu memahami kegunaan dan manfaat (ruang lingkup) sosiolinguistik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi sendiri dapat diartikan sebagai kajian
yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-
lembaga dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui
bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah
bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai
objek kajiannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah bidang
ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu
di dalam masyarakat.
De Saussure (1961) pada awal abad ke-20 menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu
lembaga kemasyarakatan yang sama dengan lembaga kemasyarakatan yang lain seperti
perkawinan, pewarisan harta peninggalan dan sebagainya. Pada pertengahan abad ini para
pakar di bidang bahasa merasa perlu adanya perhatian yang lebih terhadap dimensi
kemasyarakatan bahasa, karena ternyata dimensi kemasyarakatan bukan hanya memberi
“makna” kepada bahasa, tetapi juga menyebabkan terjadinya ragam-ragam bahasa yang tidak
hanya menunjukkan adanya perbedaan sosial dalam masyarakat tetapi juga memberi indikasi
mengenai situasi berbahasa serta mencerminkan tujuan, topik, kaidah dan modus-modus
penggunaan bahasa.
Bahasa sebagai objek dalam sosiolinguistik tidak didekati sebagai bahasa sebagaimana
dilakukan oleh linguistik umum, melainkan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi
di dalam masyarakat manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia selalu berhubungan
dengan bahasa. Oleh karena itu, bagaimana pun rumusan mengenai sosiolinguistik yang
diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan-
kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan. Perhatikan beberapa rumusan mengenai
sosiolinguistik dari beberapa pakar berikut:
§ Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi
bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan denan ciri funngsi variasi bahasa itu di
dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana 1984:94)
§ Pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan... disebut sosiolinguistik (Nababan
1984:2)
§ Sociolinguistiek is subdisiplin van de taalkunde, die bestudert welke social factoren een rol
spelen in het taalgebruik er welke taal spelt in het special vekeer (sosiolinguistik adalah
subdisiplin ilmu bahasa yabg mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam
penggunaan bahasa dan pergaulan sosial (G. E. Booij, J.G. Kersten, dan H.J. Verkuyl 1975:
139).
§ Sociolinguistics is the study of language in operation, it’s purpose is to investigate how the
convention of the language use relate to other aspect of social behaviour (sosiolinguistik
adalah kajian bahasa dalam penggunaannya, dengan tujuan untuk meneliti bagaimana
konvensi pemakaian bahasa berhubungan dengan aspek-aspek lain dari tingkah laku sosial
(C. Criper dan H.G. Widdowson dalam J.P.B. Allen dan S. Piet Corder (ed.) 1975: 156).
Selain istilah sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak orang
menganggap kedua istilah itu sama: tetapi banyak pula yang menganggapnya berbeda. Ada
yang mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena penelitiannya dimasukkan dari
bidang linguistik; sedangkan istilah sosiologi bahasa digunakan kalau penelitiannya itu
dimasuki dari bidang sosiologi (Nababan 1884: 3, juga Bright 1992: vol 4:9). J.A. Fishman,
pakar sosiolinguik mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif, sedangkan
kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Artinya kajian sosiolinguistik sendiri lebih
bertumpu pada hubungan dengan perincian-perincian penggunaaan bahasa yang sebenarnya,
seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa/dialek dalam budaya tertentu yang dilakukan
penutur, topik dan latar pembicaraan. Sedangkan sosiologi bahasa lebih berhubungan dengan
faktor-faktor sosial yang saling bertimbal balik dengan bahasa/dialek.
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan faktor
sosiologi. Dengan demikian, sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik. Hal yang dikaji
dalam linguistik (ilmu yang mengkaji bahasa sebagai fenomena yang inedependen) dijadikan
dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan perbedaan penggunaan bahasa yang dikaitkan
dengan faktor sosial. Hal yang dikaji dalam linguistik, meliputi apa yang ditelaah De
Saussure, kaum Bloomfieldien (Bloomfield, Charles Fries, dan Hocket) serta kaum Neo
Bloomfieldien dengan deepstructure dan surface structure-nya, dipandang oleh sosiolinguis
sebagai bentuk bahasa dasar yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa
akan mengalami perubahan dan perbedaan. Kajian mengenai fonologi, morfologi, struktur
kalimat, dan semantik leksikal dalam linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk
mengungkap struktur bahasa yang digunakan oleh tiap-tiap kelompok tutur sesuai dengan
konteksnya. Karenanya, tidaklah mungkin seorang sosiolinguis dapat mengkaji bahasa
dengan tanpa dilandasi pengetahuan mengenai linguistik murni itu. Sosiolinguistik mengkaji
wujud bahasa yang beragam karena dipengaruhi oleh faktor di luar bahasa (sosial), yang
dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan oleh faktor di luar bahasa. Untuk
dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat diperlukan pengetahuan tentang
linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang dilakukan tidak meninggalkan objek
bahasa itu sendiri.
Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai dasar kajian (lihat kembali hubungan antara
sosiolinguistik dan linguistik) dan memandang struktur sosial sebagai faktor penentu
variabel. Keduanya dipandang sebagai gegenseitige einbettung dan gegenseitige
determination, dan hubungan antara keduanya ditentukan oleh persyaratan manusia,
organisasi pikiran manusia (dalam bentuk argumen lahiriah), serta tuntutan intrinsik dari
sebuah bidang yang sistematis, kuat,dan efektif (Hymes,1966). Apa yang terdapat dalam
sosiologi, yang berupa fakta-fakta sosial ditransfer ke dalam sosiolinguistik, sehingga
muncullah keyakinan bahwa bahasa berhubungan dengan strata sosial. Meskipun demikian,
hubungan antara sosiolinguistik dan sosiologi sebenarnya bersifat timbal-balik (simbiosis
mutualisme).
Dengan kata lain, sosiolinguistik membantu sosiologi dalam mengklasifikasi strata sosial,
seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam penelitiannya mengenai tuturan dalam
masyarakat Amerika dalam tingkat sosial yang berbeda.
Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tujuan dan dampak berbahasa yang
dikaitkan dengan konteks, atau penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan topik
pembicaraan, tujuan, partisipan, tempat, dan sarana. Sebagaimana sosiolinguistik, pragmatik
juga beranggapan bahwa bahasa (tuturan) tidaklah monostyle.
Pragmatik memandang bahasa sebagai alat komunikasi yang keberadaannya (baik bentuk
maupun maknanya) ditentukan oleh penutur dan ditentukan dan keberagamannya ditentukan
oleh topik, tempat, sarana, dan waktu. Fakta-fakta ini dimanfaatkan oleh sosiolinguistik untuk
menjelaskan variasi-variasi bahasa atau ragam bahasa. Pragmatik sangat menekankan aspek
tujuan dalam berkomunikasi, seperti yang dikemukakan oleh Searle dalam tindak tuturnya.
Bahasa akan berbeda karena adanya tujuan yang berbeda. Hal-hal ini pun dimanfaatkan oleh
sosiolinguistik dengan menekankan variasi bahasa karena (berdasarkan) fungsi bahasa
tersebut. Penggunaan bahasa dalam pragmatik juga sangat mempertimbangkan faktor
interlokutor, yakni orang-orang yang terlibat dalam proses berkomunikasi dan berinteraksi.
Karenanya, kode (meminjam istilah sosiolinguistik) yang digunakan pun berbeda. Dalam
sosiolinguistik, aspek interlokutor ini dikembangkan lebih jauh dengan faktor sosial atau
dialek sosial seperti tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, hubungan
sosial, dan sebagainya. Semisal tuturan “3 X 4 berapa?” akan memiliki makna dan jawaban
yang berbeda. Pragmatik memandang, perbedaan itu disebabkan faktor tempat, tujuan, dan
penutur. Sosiolinguistik memandangnya dari sudut register. Meskipun demikian, keduanya
memerlukan “pengetahuan bersama” atau common ground untuk sampai kepada pemahaman
yang sebenarnya.
Antropologi merupakan ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna
bentuk fisik, adat-istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Antropologi memandang
bahwa dalam budaya terkandung aspek bahasa. Dengan demikian apabila di daerah terdapat
persamaan bahasa berarti mempunyai kekerabatan budaya yang dekat. Berarti pula, kesamaan
bahasa menandai kesamaan budaya, dan bahasa dipakai dalam proses pembentukan budaya
seperti mantra, pantun berbalas, debat, musyawarah, dan upacara-upacara adat. Antropologi
membicarakan bahasa secara garis besar guna menjelaskan aspek budaya.
Kebudayaan dalam antropologi disampaikan lewat bahasa, yang karenanya harus ada
kemampuan komunikatif. Prinsip ini pun diambil oleh sosiolinguistik. Demikian pula,
pengetahuan tentang budaya diperoleh bersamaan dengan pemerolehan bahasa, seperti
sapaan, penggunaan bahasa sesuai konteks. Melalui ini pun dapat diketahui bagaimana
budaya itu hidup dalam suatu masyarakat lengkap dengan nilai-nilai filosofi yang
berkembang di dalamnya.
Bahasa dalam antropologi digunakan untuk pengungkap budaya. Dengan demikian, apa yang
dipandang penting, pastilah akan ditonjolkan. Dalam suatu masyarakat ditemukan berbagai
istilah, sesuai dengan tingkat budayanya. Di Mesir misalnya, terdapat 500 kosakata untuk
singa, 200 kata untuk ular, 80 kata untuk madu, dan 4644 kata untuk unta. Demikian pula,
dalam budaya Jawa yang menonjolkan rasa (hingga ada istilah rumangsa bisa lan bisa
rumangsa) memiliki cukup banyak kosakata ajektiva afektif, seperti sedih, susah, ngenes,
nelangsa, miris, wedi, gila.
e. Hubungan Sosiolinguistik dengan Psikologi
Pada masa Chomsky, linguistik mulai dikaitkan dengan psikologi dan dipandang sebagai
ilmu yang tidak independen. Lebih jauh Chomsky mengatakan (1974) bahwa linguistik
bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Linguistik merupakan bagian dari psikologi dalam cara
berpikir manusia. Chomsky melihat bahasa sebagai dua unsur yang bersatu,
yakni competence dan performance. Competence merupakan unsur dalam bahasa (deep
structure) dan menempatkan bahasa dari segi kejiwaan penutur,
sedangkan competence merupakan unsur yang terlihat dari parole. Dengan demikian,
Chomsky memandang bahwa bahasa bukanlah gejala tunggal. namun dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan penuturnya.
Chomsky juga mulai merambah wilayah makna walaupun akhirnya mengakui bahwa wilayah
makna merupakan wilayah yang paling sulit dalam kajian linguistik. Apa yang dikemukakan
Chomsky tentang struktur dalam dan struktur luar digunakan oleh sosiolinguistik sebagai
pedoman bahwa tuturan yang tampak sebenarnya hanyalah perwujudan dari segi kejiwaan
penuturnya. Lebih lanjut sosiolinguistik membuka diri untuk menelaah perbedaan bentuk
tuturan itu.
(tangis bertujuan: lapar, dingin, takut), tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan.
Kesemuanya diikuti atau sejalan dengan perkembangan kebahasaannya. Dalam
sosiolinguistik, hal ini diadopsi sebagai variasi bahasa dilihat dari segi usia penutur,(orang
mempelajari bahasa sesuai dengan tingkat perkembangannya). Karenanya dikenal juga
variasi bahasa remaja dan manula.
Dari sudut psikologi, laki-laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda dengan wanita.
Karenanya, apa yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik mentransfer konsep
ini, sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau jenis kelamin.
PENUTUP
4. Ada tujuh dimensi yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik yaitu (1)
identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses
komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, (4) analisis sinkronik dan
diakronik dari dialek-dialek sosial, (5) penelitian sosial yang berbeda oleh penutur akan
perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan (7) penerapan
praktis dari penelitian sosiolinguistik.
DAFTAR PUSTAKA