2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Sosiolinguistik: Kajian Kontak Bahasa ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pragmatik Ibu Yayuk Eni Rahayu, M.Hum. Pada Mata Kuliah Pragmatik. Tidak hanya itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kajian Kontak Bahasa bagi
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Yayuk Eni Rahayu, M.Hum.
Selaku dosen Mata Kuliah Pragmatik karena dengan adanya tugas ini kami Kelompok 8
sebagai mahasiswa semakin mengetahui mengenai topik pembahasan Sosiolinguistik: Kajian
Kontak Bahasa sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami sebagai
mahasiswa. Kami menyadari, makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu usul, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan dan kami terima
dengan senang hati.
Penyusun Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………2
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………..2
D. Manfaat Pembahasan………………………………………………………3
A. Kontak Bahasa…………………………………………………………….4
B. Faktor-Faktor Kontak Bahasa……………………………………………..8
1. Faktor Geografis……………………………………………………….8
2. Faktor Historis………………………………………………………..10
3. Faktor Sosial………………………………………………………….13
4. Faktor Politik…………………………………………………………16
C. Sikap Bahasa……………………………………………………………..18
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………37
A. Kesimpulan…………………………………………………………….....37
B. Saran……………………………………………………………………...37
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………39
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara perihal kontak bahasa tidak akan pernah terlepas dari situasi
individu atau kelompok yang saling berinteraksi menggunakan berbagai
bahasa atau dialek. Artinya, terjadi aktivitas secara langsung antarindividu
yang berkomunikasi menggunakan bahasa daerah masing-masing baik dialek
atau memang disebabkan adanya pengaruh adaptasi. Kontak bahasa secara
harfiahnya memiliki latar belakang yang mempengaruhinya, diantaranya dapat
mengarah pada perubahan bahasa, evolusi dialek, penciptaan bahasa pidgin
atau kreol, dan adaptasi budaya. Dalam banyak kasus, ini juga mengarah pada
multilingualisme, di mana individu atau kelompok berbicara lebih dari satu
bahasa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kontak bahasa dapat terjadi
1
dalam berbagai situasi dan kondisi bergantung dengan konteks sosial yang
melingkupinya. Konteks tersebut sangat memengaruhi terjadinya kontak
bahasa. Tidak hanya sebatas pada komunikasi lisan saja, kontak bahasa juga
dapat diidentifikasi dalam komunikasi tulis dengan melihat pada pilihan
bahasa yang digunakan. Tuturan yang digunakan oleh seorang penutur
dipengaruhi oleh faktor partisipan, latar, dan topik. Ketiganya secara umum
dikenal dengan konsep ranah (domain) penggunaan bahasa. Faktor lain yang
juga harus diperhatikan antara lain jarak sosial, hubungan status penutur,
peran sosial, dimensi formalitas, dan juga fungsi atau tujuan dari interaksi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2
dengan Komunitas Tutur Bahasa Sasak di Pulau Lombok" oleh Desi
Rachmawati dan pada artikel "Fitur-fitur Fonologis Penggunaan
Elemen-elemen Bahasa Arab dalam Komunikasi Masyarakat
Keturunan Arab Surakarta" oleh Jiah Fauziah.
D. Manfaat Pembahasan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
sumber bacaan.
c. Bagi Mahasiswa
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kontak Bahasa
1. Bilingualisme
4
Bilingualisme juga bisa mengacu pada kemampuan seseorang
dalam menggunakan kedua bahasa dengan tingkat kecakapan yang tinggi,
sehingga dia dapat menggunakannya secara setara untuk berbagai
keperluan, baik lisan maupun tertulis. Dalam konteks masyarakat,
bilingualisme mengacu pada kebiasaan penggunaan dua bahasa dalam
komunikasi dengan orang lain. Salah satunya adalah bahasa ibu atau
bahasa pertama (B1), dan yang lainnya adalah bahasa kedua (B2).
Bilingualisme dapat menimbulkan berbagai masalah dan tantangan dalam
masyarakat yang menggunakan dua bahasa, termasuk masalah terkait
identitas, komunikasi, dan pilihan bahasa dalam berbagai konteks.
2. Alih Kode
5
3. Campur Kode
4. Interferensi
6
fenomena ini dipengaruhi oleh kemampuan penutur dalam menggunakan
bahasa. Macam-macam interferensi adalah sebagai berikut:
5. Integrasi
7
B. Faktor-Faktor Kontak Bahasa
1. Faktor Geografi
1. Alat-alat teknologi.
2. Sistem ekonomi.
3. Keluarga.
4. Kekuasaan Politik-Politik
5. Hubungan Kelas Sosial dengan Pemakaian Bahasa
8
bahasa disebut unda-usuk. Unda-usuk dapat dilihat pada Bahasa Jawa,
seperti yang dikatakan oleh Soepomo, “Bahasa Jawa mempunyai tingkat
tutur yang sangat kompleks”. Perbedaan tingkat tutur ini disebabkan,
karena dalam stratifikasi sosial Jawa dikenal tiga tingkatan yaitu: ngoko,
madya, dan krama. Berdasarkan stratifikasi ini dikenal pula dalam Bahasa
Jawa ragam-ragam bahasa.
9
Hubungan budaya dengan bahasa merupakan hubungan yang
berlanjut secara terus-menerus. Struktur sosial menimbulkan ragam
struktur bahasa atau ragam linguistik tertentu terutama dalam berperilaku.
Perilaku tersebut pada gilirannya menghasilkan kembali struktur sosial
yang baru. Hal ini akan berlanjut seperti lingkaran; pola sosial tertentu
akan menghasilkan pola linguistik tertentu yang pada gilirannya
menghasilkan kembali pola sosial dan seterusnya. Setiap orang
mempunyai atribut untuk menyatakan kekuasaannya. Misalnya, seorang
Kepala Sekolah SD (Sekolah Dasar) akan lain bahasanya dengan seorang
kepala rumah tangga. Seorang kepala rumah tangga tidak mudah bertemu
dengan Kepala Dinas Kecamatan dan jika berjumpa maka suasana
kebahagiaan akan berbeda jika Kepala Dinas tersebut berbicara dengan
Kepala Sekolah SD (Sekolah Dasar). Cara berbahasa Kepala Dinas akan
berbeda dan akan berubah apabila menghadapi orang yang berbeda
kekuasaannya, (Pateda, 1987:79) Perbedaan tingkat pendidikan juga akan
menghasilkan variasi kontak bahasa.
2. Faktor Historis
10
penyebaran agama melalui jalur perdagangan dan faktor penjajahan
(kolonialisasi)
11
b. Penjajahan dan Kolonialisasi
12
berinteraksi, mereka sering kali meminjam kata-kata dari bahasa satu
sama lain. Ini bisa terjadi karena adanya kebutuhan untuk
menyebutkan konsep atau objek baru yang belum ada dalam bahasa
asli mereka. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, banyak kata serapan
dari Bahasa Belanda seperti "Apotek" yang diambil dari kata
"Apotheek", kata "insinyur" dari kata "ingenieur" dan lain sebagainya
3. Faktor Sosial
Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi
untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dan
lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh
manusia melalui bahasa. Bahasa adalah sistem komunikasi
manusia yang dinyatakan melalui susunan suara atau ungkapan
13
tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang lebih
besar, seperti morfem, kata, dan kalimat (Richards, Platt &
Weber dalam Wiratno dan Riyadi). Hubungan bahasa dengan
kehidupan sosial menimbulkan interaksi dalam bentuk
komunikasi antar makhluk hidup. Bahasa dalam kehidupan
sosial masyarakat menempati fungsi sebagai alat komunikasi.
14
sosial menurut Latif (2016) dapat mempunyai arti yang
beragam, yaitu sebagai berikut.
a. Mobilitas Fisik
15
rakyat biasa menikah dengan seorang pangeran maka akan
mengalami mobilitas sosial vertikal di mana status sosialnya
menjadi naik.
4. Faktor Politik
Kontak bahasa adalah fenomena di mana dua atau lebih
bahasa berinteraksi atau berdampingan dalam satu komunitas
atau wilayah tertentu. Faktor politik dapat memainkan peran
penting dalam terjadinya kontak bahasa. Berikut adalah
beberapa faktor politik yang dapat mempengaruhi terjadinya
kontak bahasa:
1. Kolonisasi
Proses kolonisasi oleh bangsa asing seringkali
menghasilkan kontak bahasa. Kolonisator biasanya
membawa bahasa mereka sendiri ke wilayah yang
mereka kuasai, dan bahasa kolonisator ini bisa
berinteraksi dengan bahasa yang sudah ada di wilayah
tersebut. Akibatnya, mungkin terjadi campuran bahasa
(creole) atau perubahan signifikan dalam bahasa lokal.
2. Imperialisme dan Penaklukan
Selain kolonisasi, imperialisme dan penaklukan oleh
negara atau kekuatan asing juga dapat mempengaruhi
kontak bahasa. Bahasa yang diperkenalkan oleh
penguasa atau penakluk dapat menggantikan atau
mempengaruhi bahasa lokal.
3. Politik Negara
Kebijakan bahasa resmi yang diadopsi oleh suatu
negara dapat mempengaruhi hubungan antara bahasa-
bahasa di dalam wilayah tersebut. Penetapan bahasa
resmi atau dominan dapat memajukan satu bahasa
sementara mengancam bahasa-bahasa minoritas.
Sebaliknya, kebijakan bahasa yang inklusif dan
mendukung bahasa-bahasa minoritas dapat
mempromosikan multibahasa.
16
4. Konflik Etnis atau Politik
Konflik etnis atau politik dalam suatu wilayah dapat
mempengaruhi kontak bahasa. Ketika kelompok-
kelompok etnis atau politik berbeda berhadapan satu
sama lain, bahasa sering digunakan sebagai alat
identitas atau perjuangan. Ini dapat menghasilkan
campuran bahasa, perubahan dalam penggunaan bahasa,
atau bahkan penghapusan bahasa tertentu.
5. Migrasi dan Mobilitas Penduduk
Pergerakan penduduk yang disebabkan oleh faktor
politik seperti perang atau perubahan pemerintahan
dapat menghadirkan berbagai bahasa ke wilayah baru.
Ini dapat menyebabkan kontak bahasa dan mungkin
perubahan bahasa dalam jangka panjang.
6. Pendidikan dan Kebijakan Bahasa
Kebijakan pendidikan dan bahasa yang diterapkan oleh
pemerintah dapat mempengaruhi pemeliharaan atau
perubahan bahasa. Pendidikan yang mempromosikan
satu bahasa di atas bahasa lainnya dapat menyebabkan
pergeseran bahasa dalam masyarakat.
7. Globalisasi
Globalisasi politik, ekonomi, dan budaya dapat
mempengaruhi interaksi bahasa. Pengaruh bahasa
Inggris, sebagai contoh, dalam politik dan bisnis global
dapat mengarah pada penggunaan bahasa ini dalam
konteks yang lebih luas.
17
C. Sikap Bahasa
1. Pengertian Sikap
18
Indonesia dapat saling berkomunikasi antar suku tanpa terjadi salah
tafsir.
a. Komponen kognitif
19
Komponen ini berhubungan dengan proses berpikir
yang melibatkan lingkungan sekitar atau gagasan. Di dalam
konteks sikap bahasa, hal ini mencakup cara seseorang berpikir
terkait bahasa. Misalnya, pemahaman mengenai kata-kata, tata
bahasa, atau konsep linguistik dalam bahsa tersebut.
Singkatnya, komponen kognitif mengacu pada seberapa tinggi
penguasaan seseorang terhadap suatu bahasa. Pemahaman dan
penguasaan ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar,
pendidikan, dan pengalaman idividu.
b. Komponen afektif
c. Komponen konatif
a. Sikap Positif
20
● Keberhasilan suatu bangsa yang multilingual dalam
menentukan bahasa nasional dari berbagai bahasa dalam
bangsa tersebut. Contohnya penetapan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia
● Kecermatan pemakaian bentuk dan struktur bahasa serta
ketepatan dalam pemilihan kata yang dipergunakan oleh
pemakai bahasa. Contohnya ketika seseorang
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
● Mengurangi atau bahkan menghilangkan warna bahasa
daerah atau dialeknya dalam berbahasa nasional.
Contohnya ketika seorang penutur bahasa Jawa tidak
menggunakan bahasa Indonesia “medhok” ketika
menuturkan bahasa Indonesia. Medhok disini
mengandung arti bahwa bahasa Indonesia yang
diucapkan memiliki dialek bahasa Jawa. Dialek ini
dihilangkan sebab termasuk dalam warna bahasa
daerah.
b. Sikap Negatif
21
● Jika sekelompok masyarakt tidak memiliki kebanggaan
terhadap bahasanya sendiri dan mengalihkan rasa
bangganya kepada bahasa lain yang bukan miliknya.
Contoh nyata yang sering terjadi adalah di kalangan
anak muda Jakarta Selatan yang menggunakan bahasa
Indonesia dicampur bahasa Inggris dengan sikap
meninggikan bahasa Inggris lebih dari bahasa
Indonesia. Anggapan-anggapan seperti “bahasa Inggris
lebih keren dari bahasa Indonesia” dan sebagainya
merupakan wujud nyata sikap negatif bahasa
● Jika sekelompok masyarakat sampai pada
ketidaksadaran akan adanya norma bahasa. Norma
bahasa merupakan suatu pedoman yang mengatur
penggunaan bahasa dalam suatu komunitas tertentu,
misalnya cara pengucapan, struktur kalimat, kosakata,
ejaan, dan tata bahasa yang dianggap benar atau standar
dalam suatu bahasa. Sikap ini akan mewarnai hampir
seluruh perilaku berbahasanya.
22
BAB III
PEMBAHASAN
A. Review Jurnal 1
Identitas jurnal 1
Judul : Kontak Bahasa Antara Komunitas Tutur Bahasa Bugis dengan
Komunitas Tutur Bahasa Sasak di Pulau Lombok
Penulis : Desi Rachmawati
Terbit : Jurnal Mabasan, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2008
Link :
http://mabasan.kemdikbud.go.id/index.php/MABASAN/article/downlo
ad/122/92
Kelebihan Kekurangan
23
Subab dalam pembahasan runtut Pada halaman 3, terdapat
dan sistematis, yakni terdiri dari : paragraf yang kurang rapi
24
terhadap bahasa Sasak
Pelangan
4. Kecenderungan Masing-
Masing Enklave yang
Melakukan Adaptasi
Linguistik
● Kecenderungan Segmen
Sosial Komunitas Tutur
Bahasa Bugis yang
Melakukan Adaptasi
Linguistik Pada Masing
Masing Enklave
5. Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi
Kecenderungan Suatu
Segmen Melakukan Adaptasi
Linguistik
● Faktor georafis
● Faktor sosial dan budaya
25
2. Perbandingan Kesesuaian Isi Jurnal 1 dengan Materi
26
sosial dan linguistik, menunjukkan adaptabilitas yang tinggi, dengan
hampir semua anggotanya bisa berbicara dalam beberapa bahasa, seperti
Bahasa Bugis, Bahasa Sasak, dan Bahasa Indonesia. Alih kode ke Bahasa
Sasak dilakukan oleh beberapa informan dengan berbagai alasan, termasuk
untuk memudahkan interaksi sosial dan budaya, mencegah penipuan,
menghormati etnis Sasak, atau untuk meningkatkan pengetahuan. Selain
itu, alih kode juga terjadi ke Bahasa Indonesia, terutama ketika
berinteraksi dengan orang-orang yang bukan dari etnis Bugis atau tidak
mengerti Bahasa Bugis.
27
kedua enklave baik Bugis Haji maupun Bugis Pelangan. Sedangkan
segmen sosial tua mendapatkan pengaruh yang bervariasi. Terjadinya
pengaruh bahasa yang dominan dan bervariasi ini disebabkan berbagai
faktor antara lain geografi, sosial-ekonomi, pendidikan, usia, dan budaya.
A. Faktor Geografis
28
mata pencahariannya yang beragam dan mobilitas tinggi. Faktor sosial
dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:
29
hubungan yang harmoni antar sesama atau berlainan suku.
Organisasi sosial kemasyarakatan yang dimaksud antara lain
seperti adanya LKMD, PKK, karang taruna, dan pengajian ibu-ibu.
Dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan yang berada di wilayah
Labuhan Haji maupun Pelangan dihadiri berbagai suku yang lebih
cenderung menggunakan bahasa Sasak dan Indonesia. Penggunaan
bahasa tersebut didorong oleh rasa ikut memiliki wilayah ini
meskipun mereka bukan penduduk asli tetapi mereka telah menetap
dan dibesarkan di wilayah ini, dan agar lebih mudah untuk
berkomunikasi.
5. Aspek usia, merupakan salah satu faktor sosial yang membagi dan
membedakan kelompok-kelompok manusia dalam masyarakat.
Bahasa anak-anak akan berbeda dengan bahasa remaja. Begitu juga
bahasa remaja akan berbeda dengan bahasa orang dewasa dan
bahasa orang dewasa pun akan berbeda dengan bahasa orang tua.
Masing-masing kelompok usia akan memiliki ciri bahasa sendiri-
sendiri.
30
Berdasarkan Jurnal artikel yang berjudul “Kontak Bahasa Antara
Komunitas Tutur Bahasa Bugis dengan Komunitas Tutur Bahasa Sasak di
Pulau Lombok” Penggunaan bahasa Indonesia dalam masyarakat tutur bahasa
Bugis dan bahasa Sasak terjadi melalui alih kode dan campur kode. Ini terjadi
ketika orang-orang dari suku-suku ini berkomunikasi dan tidak sepenuhnya
memahami bahasa lawan bicara mereka atau ketika ada tamu dari suku lain.
Penggunaan bahasa Indonesia dilakukan sebagai bentuk penghormatan.
Terjadinya pengaruh bahasa yang dominan dan bervariasi ini disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain geografi, sosial (ekonomi, pendidikan, kebutuhan,
usia) dan budaya pada setiap daerah pengamatan yang berbeda.
B. Review Jurnal 2
Identitas jurnal 2
Judul : Fitur-Fitur Fonologis Penggunaan Elemen-Elemen Bahasa
Arab dalam Komunikasi Masyarakat Keturunan Arab Surakarta
Penulis : Jiah Fauziah
Terbit : Jurnal Adabiyyat, Vol. X, No. 2, Desember 2011
Link : https://digilib.uin-
suka.ac.id/id/eprint/23748/1/Jiah%20Fauziah%20-%20FITUR-
FITUR%20FONOLOGIS%20PENGGUNAAN%20ELEMEN%20-
%20ELEMEN%20BAHASA%20ARAB%20DALAM%20KOMUNIK
31
ASI%20MASYARAKAT%20KETURUNAN%20ARAB%20SURAK
ARTA.pdf
Kelebihan Kekurangan
32
keterkaitan antara objek kajian dengan masyarakat Arab, manusia dan
penelitian yang dilakukan. kontak bahasa, dan fitur-fitur
fonologi tanpa memberikan
penjelasan hubungan antara teori
yang disampaikan dengan hasil
analisis yang dilakukan. Pembaca
harus membaca berulang kali agar
memahami keterkaitan antara teori
yang disampaikan penulis dengan
analisisnya.
33
Surakarta. Diasumsikan bahwa kontak yang sangat lama
dengan bahasa-bahasa Austronesia, misalnya dalam
problematika ini hubungan antara bahasa Indonesia dan Jawa,
sebagai bahasa kelompok mayoritas memberikan pengaruh
yang signifikan pada bahasa yang mereka pertahankan dari
nenek moyangnya. Jadi, tidak heran jika penutur bahasa Jawa
selalu berhasil menarik banyak penutur-penutur asing melalui
interaksi atau komunikasi sosial.
34
Fokus kajian ini yaitu pada sebuah bahasa satu kelompok etnis
migran yang dipertahankan sebagai identitas kelompok dalam
bentuk yang khas. Dalam kasus ini, bahasa tersebut telah
berkembang berdampingan dengan bahasa masyarakat
mayoritas selama beberapa generasi. Pada dasarnya, interaksi
antara kelompok penutur bahasa yang berbeda memang hampir
dapat dikatakan tidak mungkin terelakan. Inilah situasi yang
kemudian memunculkan penggunaan lebih dari satu bahasa
dalam interaksi komunikatif kedua kelompok atau apa yang
dikenal dengan sebutan kontak bahasa. Dengan demikian,
akibat terjadinya berbagai fitur-fitur fonologis yang beragam
dari masyarakat Arab—Surakarta disebabkan karena faktor
sosial yang dipengaruhi oleh budaya dari aktivitas asimilasi
orang Arab di Surakarta, baik diperoleh dari kegiatan
perdagangan maupun perkawinan.
35
Arab yang berimigrasi ke Surakarta, baik dalam aktivitas
perdagangan maupun perkawinan sehingga terjadilah kontak
bahasa sebagai akibat dari interaksi antar kelompok-kelompok
yang berkontak. Pergeseran beberapa aspek fonologis pada
bahasa Indonesia dan bahasa Jawa melahirkan bahasa baru
yakni dengan bentuk turunan dialek Yaman. Dialek Yaman
disebut juga dialek San’an yang memiliki tiga kekhasan.
Pertama, dialek ini merealisasikan bunyi hambat uvular q
sebagai hambat velar g. Kedua, dialek Yaman mempertahankan
realisasi konsonan-konsonan interdental. Ketiga bunyi geser
faring menjadi bunyi hambat faring. Ditemukan beberapa
modifikasi, baik secara vokalik, konsonantal, juga secara
prosodik.
Terlepas dari hasil data yang konkret dan signifikan, artikel ini
masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya: (1)
Pemilihan judul “Fitur-Fitur Fonologis Penggunaan Elemen-
Elemen Bahasa Arab dalam Komunikasi Masyarakat
Keturunan Arab Surakarta” kurang sesuai dikarenakan judul
lebih menggambarkan bahwa jurnal tersebut hanya berfokus
pada ranah fonologi saja padahal di dalam pembahasannya
memiliki konsep dasar kajian sosiolinguistik kontak bahasa. (2)
Pada bagian pembahasan maupun kesimpulan tidak membahas
keterkaitan antara teori-teori yang dikemukakan hingga secara
keseluruhan isi dari artikel ini masih sulit dipahami. (3) Pada
bagian kesimpulan mengenai apa saja ciri-ciri atau yang
membedakan atau yang mengalami pergeseran antara bahasa
Arab dan bahasa Arab tidak dipaparkan sehingga bagi para
pembaca akan sulit menemukan kekostrasan antara keduanya.
Ketiga problematika tersebut tentunya perlu pembaharuan lebih
bagi para peneliti-peneliti sebelumnya, agar mencapai
kesesuaian antara judul, teori, isi, dan kesimpulan.
36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
37
Berdasarkan pembahasan mengenai teori kontak bahasa, faktor-faktor
yang mempengaruhinya, akibat kontak bahasa serta aspek lainnya, penulis
memberikan saran bagi pembaca mengenai pentingnya menyadari kontak
bahasa yang terjadi di sekitar. Tidak hanya itu, sikap bahasa atau respon
mengenai suatu bahasa juga harus diperhatikan sebagai individu yang
bilingual atau bahkan multilingual. Pembaca khususnya mahasiswa sebaiknya
mendiskusikan mengenai kontak bahasa yang terjadi dan bahasa apa saja yang
ada dalam lingkungannya agar saling memahami keberagaman bahasa.
38
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, A. (2008). Sosiolinguistik: Teori, peran, dan fungsinya terhadap kajian bahasa
sastra. LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 3(1).
Fauziah, S. (2015). Pemakaian Bahasa Daerah Dalam Situasi Kontak Bahasa. Jurnal Al-
Munzir, 8(2).
Latif, Saiful. 2016. Pengaruh Mobilitas Sosial Terhadap Perubahan Bahasa. EDUKASI -
Jurnal Pendidikan. Vol. 14 No.1 Januari. Diakses dari
file:///C:/UNY%20sm%205/Soiolinguistik/sisual%20dan%20bahasa.pdf .
Nuryani, Siti Isnaniah, dan Ixsir Eliya. 2021. Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa
Berbasis Multikultural: Teori dan Praktik Penelitian. Bogor: In Media.
Tolla, A. (2006). Pergeseran Bahasa daerah Akibat Kontak Bahasa Melalui Pembauran.
LITERA, 5(1).
Wiratno, Tri, dan Riyadi Santosa. Modul 1: Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial.
Diakses dari https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/BING4214-M1.pdf
39