Anda di halaman 1dari 50

Disusun Kelompok 5

Elisabeth Trinitas P. (21201241013)


Fadli Muhammad (21201241029)
Karisma Nur Fitria (21201241032)
Nazyla (21201241040)
Kontak bahasa adalah fenomena di mana dua bahasa atau lebih
digunakan dan berinteraksi dalam situasi yang sama, sering kali
dengan pengaruh saling terhadap satu sama lain. Thomason (2001:1)
menjelaskan mengenai pengertian kontak bahasa bahwa menurutnya
kontak bahasa adalah peristiwa penggunaan lebih dari satu bahasa
dalam tempat dan waktu yang sama. Ini dapat terjadi ketika penutur
dari berbagai latar belakang bahasa berkomunikasi atau
berinteraksi satu sama lain.
1.
2.
3.
4.
1.

2.
3.
4.

5.
Stratifikasi sosial dalam masyarakat menciptakan ragam bahasa, yang
pada gilirannya memperkuat stratifikasi tersebut. Contohnya, Di
Indonesia, terdapat fenomena, misalnya penggunaan kata “dalem”
dalam bahasa Jawa, yang menunjukkan perbedaan status sosial. Kata
ini digunakan apabila lawan berbicara lebih tinggi kedudukannya.
Stratifikasi sosial yang mempengaruhi pemilihan bahasa dalam
tingkatan-tingkatan bahasa disebut unda-usuk. Perbedaan tingkat
tutur ini disebabkan, karena dalam stratifikasi sosial Jawa dikenal
tiga tingkatan yaitu: ngoko, madya, dan krama.
Faktor historis dalam konteks kontak bahasa tak lepas
dari kejadian-kejadian sejarah yang terjadi pada
bangsa Indonesia. Hal yang paling mempengaruhi
kontak bahasa di Indonesia adalah faktor penyebaran
agama melalui jalur perdagangan dan faktor
penjajahan (kolonialisasi)
Pertama, masuknya kata serapan. Ketika dua komunitas berbeda
berinteraksi, mereka sering kali meminjam kata-kata dari bahasa satu sama
lain.
Kedua, masuknya unsur morfologi baru. Ketika bahasa-bahasa berbeda
bersentuhan, unsur-unsur morfologi dari satu bahasa dapat dicampurkan
dengan bahasa lain.
Ketiga, masuknya fonem baru. Suara-suara yang tidak ada dalam bahasa asal
dapat masuk ke dalam bahasa karena pengaruh dari bahasa lain. Sistem
fonetik dan fonologi bahasa dapat berubah seiring waktu karena fonem baru

Terakhir, masuknya variasi tutur baru. Variasi tutur mencakup variasi


pengucapan, tata bahasa, dan kosakata dalam interaksi sehari-hari. . Variasi
ini bisa muncul dalam bentuk dialek, aksen, atau gaya bahasa yang khas
Bahasa dalam kehidupan sosial masyarakat menempati fungsi
sebagai alat komunikasi.
Faktor sosial sebagai sebab adanya kontak bahasa di Indonesia
dapat dilihat melalui keberagaman bahasa yang ada.
Adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam komunikasi
sosial oleh seorang penutur baik dilakukan secara intens
maupun bergantian menyebabkan terjadinya kontak bahasa.
Faktor sosial --- kontak bahasa --- akibatnya pergeseran
bahasa, campur kode, alih kode, dan lainnya.
“Mobilitas sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat menjadi faktor
sosial adanya kontak bahasa”
Kolonisator biasanya Bahasa yang Kebijakan bahasa resmi
membawa bahasa mereka diperkenalkan oleh yang diadopsi oleh suatu
sendiri ke wilayah yang penguasa atau penakluk negara dapat
mereka kuasai, dan dapat menggantikan atau mempengaruhi hubungan
bahasa kolonisator ini mempengaruhi bahasa antara bahasa-bahasa di
bisa berinteraksi dengan lokal. dalam wilayah tersebut.
bahasa yang sudah ada
di wilayah tersebut
Ketika kelompok-kelompok Pergerakan penduduk Pendidikan yang
etnis atau politik berbeda yang disebabkan oleh mempromosikan satu
berhadapan satu sama faktor politik seperti bahasa di atas bahasa
lain, bahasa sering perang atau perubahan lainnya dapat
digunakan sebagai alat pemerintahan dapat menyebabkan pergeseran
identitas atau menghadirkan berbagai bahasa dalam
perjuangan. bahasa ke wilayah baru. masyarakat.
Globalisasi politik, ekonomi, dan
budaya dapat mempengaruhi
interaksi bahasa. Pengaruh bahasa
Inggris, sebagai contoh, dalam
politik dan bisnis global dapat
mengarah pada penggunaan
bahasa ini dalam konteks yang
lebih luas.
Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary
(Hornby, dalam Malabar 2015 : 56) mencantumkan
bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia
attitudine yang berarti cara menempatkan atau
membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan
perilaku
Thomas & Znaniecki (dalam Malabar 2015 : 56)
menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal
psikologis yang murni dari individu (purely psychic
inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses
kesadaran yang sifatnya individual.
Sikap merupakan penolakan atau persetujuan terhadap
suatu fenomena. Fenomena tersebut merupakan suatu
peristiwa yang terjadi di sekitar. Seseorang yang
menunjukkan respon mengenai fenomena tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut menyikapi
sebuah fenomena
Percakapan secara terus menerus dengan orang dari berbagai suku,
terutama menggunakan bahasa Indonesia akan menimbulkan sikap
tertentu dalam berbahasa. Sikap atau perilaku yang muncul tersebut
dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif (Nuryani Dkk, 2021
: 138) Sikap inilah yang kemudian disebut dengan sikap bahasa
Anderson (dalam Malabar 2015 : 60) memberikan pengertian tentang
sikap berbahasa yaitu tata kepercayaan yang berhubungan dengan
bahasa yang secara relatif berlangsung lama, mengenai suatu objek
bahasa yang memberikan kecenderungan kepada seseorang yang
memiliki sikap berbahasa itu untuk bertindak dengan cara tertentu
yang disukainya
Cooper dan Fisherman (dalam Malabar 2015 : 60) menafsirkan sikap
bahasa berdasarkan referennya. Referen meliputi bahasa, sikap
berbahasa, dan hal yang berkaitan dengan bahasa atau sikap
berbahasa yang menjadi penanda atau lambang. Jadi, sikap
terhadap suatu bahasa, atau terhadap ciri suatu bahasa, atau
terhadap bahasa sebagai penanda kelompok merupakan contoh sikap
berbahasa.
Judul : “Kontak Bahasa Antara
Komunitas Tutur Bahasa Bugis dengan
Komunitas Tutur Bahasa Sasak di Pulau
Lombok”
Penulis : Desi Rachmawati
Terbit : Jurnal Mabasan, Vol. 2, No. 1,
Januari-Juni 2008
Berdasarkan jurnal artikel yang dianalisis mengenai “Kontak Bahasa Antara Komunitas
Tutur Bahasa Bugis dengan Komunitas Tutur Bahasa Sasak di Pulau Lombok” terdapat
fenomena kemajemukan yang terlihat dari kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Hal
tersebut dipacu dan ditopang oleh kenyataan selalu bertemu dan berinteraksinya
warga masyarakat suku Sasak dan Bugis dalam wahana kegiatan sehari-hari sehingga
banyak terdapat individu pada suku Bugis yang memiliki dan menguasai banyak bahasa
(multilingual) atau sedikitnya dua bahasa (bilingual), begitu juga sebaliknya. Adanya
Adaptasi Linguistik Berbentuk Alih Kode yang disebabkan oleh oleh dua faktor yaitu
faktor geografis dan faktor sosial dan budaya.
A. Faktor Geografis
Letak geografis suatu wilayah mempengaruhi adanya adaptasi linguistik. Enklave Bugis
Haji di ujung timur Pulau Lombok dan enklave Bugis Pelangan di ujung barat Pulau
Lombok merupakan daerah yang strategis sebagai jalur perhubungan dan pemerintahan
cenderung lebih terpengaruh oleh bahasa lain daripada daerah yang kurang strategis.
letak geografis suatu wilayah juga disertai pula dengan tingkat kelancaran akses ke
suatu wilayah juga mempengaruhi bahasa yang digunakan dalam komunikasi. Daerah
yang terbuka akan lebih mudah menerima pengaruh dari bahasa lain.
B. Faktor Sosial Budaya
Pada enklave Labuhan Haji, penduduk memiliki mata pencaharian yang lebih
bervariatif, sementara di enklave Pelangan mayoritas penduduk adalah petani
dengan mobilitas rendah. Ini mempengaruhi tingkat adaptasi linguistik, dengan
Labuhan Haji lebih adaptif karena mata pencahariannya yang beragam dan
mobilitas tinggi.
Judul : “Fitur-Fitur Fonologis
Penggunaan Elemen-Elemen Bahasa
Arab dalam Komunikasi Masyarakat
Keturunan Arab Surakarta”
Penulis : Jiah Fauziah
Terbit : Jurnal Adabiyyat, Vol. X, No. 2,
Desember 2011
Terdapat fenomena simbiosis mutualisme di mana kedua bahasa yakni bahasa Arab
dan Surakarta yang saling berinteraksi dalam satu lingkup masyarakat tutur.
Ditemukan pula fitur-fitur fonologis unsur-unsur bahasa Arab yang digunakan
dalam komunikasi komunitas migran Arab di Surakarta.
kontak yang sangat lama dengan bahasa-bahasa Austronesia, misalnya dalam
problematika ini hubungan antara bahasa Indonesia dan Jawa, sebagai bahasa
kelompok mayoritas memberikan pengaruh yang signifikan pada bahasa yang
mereka pertahankan dari nenek moyangnya.
Kontak bahasa yang terjadi sebab faktor sosial kemudian berakibat pada
pergeseran bahasa secara fonologis.
Unsur-unsur bahasa Arab yang digunakan kelompok migran telah mengalami
beberapa modifikasi fonologis yang sebagian besarnya menunjukkan adanya
pengaruh yang kuat dari bahasa kelompok mayoritas dan sebagian lagi
menunjukkan modifikasi yang memang sudah terjadi dari dialek nenek moyang
mereka.
Analisis dilakukan dengan membandingkan sejumlah tertentu leksem yang dianggap
sepadan (berasal dari akar yang sama).
Kontak bahasa yang terjadi disebabkan oleh faktor sosial atau sosial-budaya
sehingga terjadilah pergeseran bahasa dan memperoleh bahasa baru masyarakat
keturunan Arab - Surakarta yakni dialek Yaman.
Akibat terjadinya berbagai fitur-fitur fonologis yang beragam dari masyarakat
Arab—Surakarta disebabkan karena faktor sosial yang dipengaruhi oleh budaya
dari aktivitas asimilasi orang Arab di Surakarta, baik diperoleh dari kegiatan
perdagangan maupun perkawinan.
Penjelasan tentang sistem fonologi tersebut meliputi inventarisasi fonem, struktur
silabel, tekanan kata, kaidah akhir tuturan, dan kaidah morfofonemik.
Pergeseran beberapa aspek fonologis pada bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
melahirkan bahasa baru yakni dengan bentuk turunan dialek Yaman.
Ditemukan beberapa modifikasi, baik secara vokalik, konsonantal, juga secara
prosodik.
Faktor-faktor ---- Kontak Bahasa ---- Akibat-akibat Kontak Bahasa
--- ---
--- Sikap bahasa ---
Melalui jurnal yang membahas mengenai faktor penyebab terjadinya kontak
bahasa dan akibatnya, pada jurnal 1 yang berjudul “Kontak Bahasa Antara
Komunitas Tutur Bahasa Bugis dengan Komunitas Tutur Bahasa Sasak di
Pulau Lombok” ditemukan bahwa adanya faktor geografis dan faktor sosial
budaya yang memicu adanya kontak bahasa sehingga berakibat adanya
masyarakat bilingual dan multilingual. Sedangkan pada jurnal 2 dengan
judul “Fitur-Fitur Fonologis Penggunaan Elemen-Elemen Bahasa Arab dalam
Komunikasi Masyarakat Keturunan Arab Surakarta” ditemukan adanya faktor
historis dan faktor sosial yang menjadi sebab terjadinya kontak bahasa
yang kemudian berakibat pada pergeseran bahasa secara fonologis.
Abdurrahman, A. (2008). Sosiolinguistik: Teori, peran, dan fungsinya terhadap kajian
bahasa sastra. LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 3(1).
Fauziah, S. (2015). Pemakaian Bahasa Daerah Dalam Situasi Kontak Bahasa. Jurnal
Al-Munzir, 8(2).
Fauziah, Jiah. 2011. Jurnal Adabiyyat “Fitur-Fitur Fonologis Penggunaan Elemen-
Elemen Bahasa Arab dalam Komunikasi Masyarakat Keturunan Arab Surakarta”. Vol.
X, No. 2, Desember.
Latif, Saiful. 2016. Pengaruh Mobilitas Sosial Terhadap Perubahan Bahasa. EDUKASI -
Jurnal Pendidikan. Vol. 14 No.1 Januari.
Nuryani, Siti Isnaniah, dan Ixsir Eliya. 2021. Sosiolinguistik dalam Pengajaran
Bahasa Berbasis Multikultural: Teori dan Praktik Penelitian. Bogor: In Media.
Tolla, A. (2006). Pergeseran Bahasa daerah Akibat Kontak Bahasa Melalui
Pembauran. LITERA, 5(1).
Wiratno, Tri, dan Riyadi Santosa. Modul 1: Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks
Sosial.

Anda mungkin juga menyukai