BAB I
Kajian yang membahas tentang tutur atau ujaran manusia yang bervariasi
adalah sosiolinguistik. Menurut J.AFishman (dalamLukiana2019:3),“
Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi
variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi
dansaling mengubah satu sama lain dalam suatu masyarakat tutur”.
B. Rumusan masalah
1
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
C. Tujuan penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. MASYARAKAT BAHASA
Jumlah penutur bahasa Indonesia sebesar 153 juta di antara ±175 juta
penduduk Indonesia di atas 5 tahun pada tahun 1995 merupakan
“masyarakat bahasa Indonesia” di Indonesia. Dari bahasa-bahasa yang ada
di Indonesia terdapat 11 bahasa utama dengan patokan jumlah penutur > 1
juta orang. jika penutur > 10 juta orang dipakai sebagai rujukan, maka hanya
4masyarakat bahasa paling utama, yaitu masyarakat bahasa Indonesia, Jawa,
3
Sunda, dan Melayu.Jika fungsi bahasa yang dipakai sebagai rujukan, maka 19
bahasa yang lebih berperan diIndonesia, karena digunakan untuk lebih dari
satu tujuan, yaitu : bahasa Indonesia, Jawa, Sunda,Malay Dialects, Madura,
Makasar, Minangkabau, Batak, Bali, Aceh, Sasak, Mandaar,
Minahasa,Gorontalo, Halmahera, Nias, Sangir, Toraja, dan Bima.Bila bahasa
tulisan yang dijadikan patokan, maka hanya terdapat 13 masyarakat bahasa
diIndonesia, yaitu: bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Madura, Makasar,
Minangkabau, Batak, Bali,Aceh, Sasak, Nias, Sangir, dan Toraja.
2.DIGLOSIA
4
pemakaian bahasa tidak hanyaditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi
juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor Nonlinguistik yang
mempengaruhipemakaian bahasa, yaitu:
Karena faktor-faktor di atas, maka timbul lah keaneka ragaman bahasa yang
dimiliki olehseluruh umat manusia, atau biasa kita sebut variasi bahasa.
Jadi, dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah
sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan
situasinya, tanpa mengabaikankaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam
bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan,variasi bahasa itu terjadi
sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
5
Banyaknya macam dari variasi bahasa, variasi bahasa disebabkan oleh adanya
kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang
sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat
sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman
fungsi bahasa itu.Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu
sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam. Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi
bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya.
Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individu
dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif, yang
berada pada satu tempat/wilayahatau area.Pembagian variasi bahasa dari segi
penutur adalah sebagai berikut:
6
c) Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa
yang digunakan olehsekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya,
variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa
pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
d) Variasi bahasa sosiolek yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan
status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.Variasi bahasa ini
menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia,
pendidikan,seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial
ekonomi, dan lain scbagainya.
e) Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan
berdasarkan tingkat usia.Misalnya variasi bahasa anak-anak akan
berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.
f) Variasi bahasa berdasarkan pendidikan yaitu variasi bahasa yang terkait
dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orangyang
hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi
bahasanya dengan orangyang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula,
orang lulus pada tingkat sekolah menengah atasakan berbeda
penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
g) Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait
dengan jenis kelamin dalamhal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan oleh ibu-ibu akan berbedadengan varisi bahasa
yang digunakan oleh bapak-bapak.
h) Variasi berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur yaitu
variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas
para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh
para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu
mempunyai perbedaan variasi bahasa.
7
1. Interferensi, Chaer (1994: 66) memberikan batasan bahwa interferensi
adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang
sedang digunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari
bahasa yang digunakan itu. Bahasa daerah masih menjadi proporsi
utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa
Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
2. Integrasi, juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia.
Chaer(1994:67) menyatakan, bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari
bahasa lain yang terbawa masukserta sudah dianggap, diperlakukan,
dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atauyang
memasukinya.
Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama,
sebabunsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bentuknya.Contoh kata yang berintegrasi antara
lain montir, riset, sopir, dan dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur KodeAlih kode adalah beralihnya penggunaan
suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu)ke dalam kode
yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode
adalah duakode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan
biasanya terjadi dalam situasi santai(Chaer, 1994: 69).
Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur
kode gejala yang seringmerusak bahasa Indonesia adalah campur kode.
Biasanya dalam berbicara dalam bahasaIndonesia dicampurkan dengan
unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalamkalangan
orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-
unsur bahasa Inggris.
4. Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia
sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir
ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenalsebagai bahasanya para
8
bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam
pergaulansebagai preman.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang
digunakan oleh sebagianmasyarakat modern, perlu adanya tindakan
dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia
yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
pengantardalam dunia pendidikan.Penggunaan bahasa gaul menjadi
lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertianmengumpulkan
kosa-kata yang digunakan dalam komunikasi tersebut dan menerbitkan
kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.
BAB III
A. Kesimpulan
9
kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
10