Anda di halaman 1dari 9

Bahasa sebagai Medium Komunikasi Antarbudaya

Dinara Maya Julijanti1


Prodi Ilmu Komunikasi, FISIB, Universitas Trunojoyo Madura

Abstrak
Adanya perbedaan bahasa dan dialek bahasa maka permasalahan yang diangkat adalah hambatan-hambatan
bahasa komunikasi antarbudaya. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut yaitu: 1) Etnosentrisme,
2) Stereotip, dan 3) Prasangka. Karenanya agar komunikasi antarbudaya berjalan efektif dan meminimalisir
hambatan komunikasi pada individu-individu maka beberapa syarat yang perlu diperhatikan antara lain;
(1) Menciptakan iklim yang komunikasi, (2) Mengidentifikasi keterampilan komunikasi, (3) Memahami komunikasi
lisan, (4) Mendengarkan secara aktif, (5) Memanfaatkan umpan balik. Juga variabel kognitif, variabel personal
dan efektivitas komunikasi antarbudaya yang meliputi; (1) perilaku yang berorientasi pada kerja, (2) perilaku
yang berorientasi pada diri sendiri, (3) etnosentrisme, (4) toleransi terhadap situasi yang ambigu, (5) empati,
(6) keterbukaan, (7) kompleksitas kognitif, (8) yang menyenangkan hubungan antarpribadi, (9) control personal,
(10) inovatif, (11) harga diri, dan (12) perilaku yang menunjukkan tingginya daya serap informasi.
Kata kunci: Bahasa, Komunikasi Antar Budaya, Masyarakat Multikultural

Abstract
Difference languages and dialects of the issues raised were language barriers of communication between cultures.
Some causes of these differences are: 1) ethnocentrism, 2) Stereotypes, and 3) Bias. Therefore, for effective
intercultural communication and minimize communication barriers in these people, several conditions must
be taken into account include: (1) a climate connection, (2) identify communication skills, (3) understanding
speech communication (4) active listening, (5) Using feedback. As cognitive variables, personal variables and
the effectiveness of communication between cultures, which include: (1) the work-oriented behaviour (2) conduct
itself-oriented, (3) ethnocentrism, (4) tolerance of ambiguous situation, (5) (6), empathy, openness, (7) cognitive
difficulties (8) nice to interpersonal relations, (9) personal control, (10) innovative, harg (11).
Keywords: language, intercultural communication,multiculture society

Bahasa adalah medium untuk menyatakan 2) Interaksi, dan 3).Transmisi. Bahasa yang digunakan
kesadaran, tidak sekedar mengalihkan informasi. Ada oleh semua komunitas suku bangsa di dunia terdiri
beberapa pandangan yang mengatakan bahwa bahasa dari susunan kata-kata. Kata-kata disusun oleh simbol
menyatakan pikiran, dan prosedur pengujian struktur sehingga bahasa merupakan susunan dari simbol yang
berpikir tentang sesuatu. (Whorf, 1956, Vygotsky, ditata menurut ilmu bahasa.
1962; Fodor,1988; Jackendoff, 1994; Miller, 1996). Komunikasi antarbudaya melibatkan beberapa
Dengan demikian ada hubungan erat antara bahasa konsep-konsep seperti: komunikasi lintas budaya, etnik
dengan kesadaran, seperti dalam pernyataan “kita dan ras, etnosentrisme, rasisme, dan multikultural.
betbicara dengan akal melalui bahasa”. Lewat bahasa Perbedaan inilah akhirnya menimbulkan banyak
orang mengetahui tentang karakteristik orang lain yang variasi bahasa dalam komunikasi antar budaya di
berekspresi dengan kata-kata. Indonesia. Menurut data kurang lebih ada 750 bahasa
Dalam kehidupan berinteraksi manusia sangat daerah yang ada di Indonesia, variasi berbahasa dalam
membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi. komunikasi antar budaya ini bersumber pada: dialek,
Menurut Larry L. Barker dalam Mulyana, 2003; aksen, jargon, dan argot.
fungsinya bahasa yaitu: 1) Penamaan (Labelling),

1
Korespondensi: D.M. Djulijanti, Prodi Ilmu Komunikasi, FISIB, Universitas Trunojoyo Madura, Jl Raya Telang PO BOX 2 Kamal
Bangkalan, Telp: 031-3011146 ext 48
Dinara Maya Julijanti, Bahasa sebagai Medium Komunikasi Antarbudaya 165

Dalam masyarakat multikultural sekurang- Variasi Sistemik


kurangnya ada 750 buah bahasa daerah dan dialek
Yaitu variasi itu terjadi pada tataran fonem, yaitu
(Asosiasi Tradisi Lisan, 1999) dua kemampuan atau
bagaimana melafalkan suatu kata. Contoh technologi
keterampilan berbahasa, pertama, penggunaan bahasa menjadi teknologi, “ch” menjadi “k”.
dan kedua, intonasi. Ohoiwutun dalam Liliweri (2003)
mengemukakan untuk menjelaskan bahasa dalam suatu Variasi Ekstrasistemik
masyarakat multikultural (masyarakat multi etnik
Variasi berbahasa juga berasal dari luar bahasa
dan ras) ditentukan oleh empat variabel utama yaitu:
kita sendiri, sering disebut dengan variasi eksternal.
(1) Heteogenitas versus homogenitas, (2) Bilingual
Misalnya pengaruh faktor geografis sehingga membuat
atau multilingual, (3) Campur kode dan alih kode, dan
satu kata disebutkan secara berbeda-beda. Jadi kata-
(4) Interferensi (hal. 156). Oleh karena itu masyarakat
kata yang sama akan diucapkan dengan cara yang
Indonesia sebagai masyarakat multikultural sangat
berbeda.
membutuhkan kesejajaran bahasa sebagai media
Variasi ekstrasistemik yang lain dipengaruhi
komunikasi antarbudaya di Indonesia sehingga
oleh faktor kedudukan sosial. Bahasa bertingkat ini
lebih memperkaya khasanah bahasa yang sudah ada.
berlaku pada masyarakat yang berdasarkan sistem
Kesejajaran bahasa dimaksudkan agar setiap individu
pemerintahan kerajaan, seperti yang berlaku di Jawa
saling menghargai dan menghormati perbedaan bahasa
Tengah.
sehingga setiap individu dapat berkomunikasi dengan
efektif.
Masyarakat kita adalah masyarakat multikultural di Variasi berbahasa Antarbudaya
mana setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai Dalam berkomunikasi antarbudaya kita mengenal
variasi bahasa yang tidak dimiliki oleh negara lain. beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada:
Dalam masyarakat multikultural dibutuhkan sekurang- Dialek, yakni variasi berbahasa di suatu daerah
kurangnya dua kemampuan atau keterampilan dengan kosa kata yang khas. Contoh, “sampai kita
berbahasa, pertama, penggunaan bahasa yang tepat berjumpa lagi” dalam bahasa Ambon diungkapkan
dalam irama tertentu (speech/voice, V/S, jadi suara dalam kalimat “sampe kitorang baku dap alai.”
harus jelas dalam percakapan) dan kedua adalah Untuk arti yang sama dalam bahasa Melayu Kupang
intonasi, yakni nada suara dalam mengucapkan kata, diungkapkan “sampe ketong bakatemu lagi.”
nada untuk menggambarkan emosi. Aksen , yang menu nju kkan kep emikir an
Indonesia terdiri dari banyak etnis dan suku bangsa, pronounciation, tekanan dalam pengucapan yang bisa
maka sering kali dalam berkomunikasi terjadi konflik kita bedakan. Misalnya berdasarkan wilayah geografis:
atau bersihtegang atau salah paham misunderstanding Contoh: umumnya orang Texas di AS menyebut
antarpeserta komunikasi karena yang satu bermaksud “water” sama tulisannya “water” namun orang New
menyampaikan maksud A yang lain mengartikan York menyebutnya dengan “woter”.
B sehingga komunikasi antarbudaya menjadi tidak Jargon, yaitu sebuah unit kata atau istilah yang
harmonis, karena masalah-masalah ini, maka tulisan ini dibagikan atau dipertukarkan oleh mereka yang
membahas tentang hambatan-hambatan apa saja yang sama profesinya atau pengalamannya. Contoh, istilah
ditemui dalam komunikasi antarbudaya dan bagaimana BUMIL (ibu hamil).
cara meminimalisasi hambatan tersebut. Argot, bahasa-bahasa khusus yang digunakan oleh
Dengan latarbelakang di atas penulis merumuskan suatu kelompok yang luas dalam sebuah kebudayaan
masalah, apa sajakah hambatan-hambatan bahasa untuk mendefinisikan batas-batas kelompok mereka
dalam komunikasi antarbudaya? dengan orang lain dan juga untuk menunjukkan posisi
mereka yang kuat dalam suatu masyarakat. Komunitas
Makna variasi anak-anak di Malang mengucapkan sebuah kata dengan
cara membalik, contoh, Malang menjadi ngalam, kasur
Ohoiwutun dalam Liliweri, 2003; (hal.165–167)
menjadi rusak, dan sebagainya.
menjelaskan bahwa variasi kebahasaan tersebut
bisa menjelaskan wujud perubahan atau perbedaan
dari pelbagai manifestasi kebahasaaan, namun tidak Bahasa dalam Masyarakat Multikultural
bertentangan dengan kaidah kebahasaan. Menurut Ohoiwutun dalam Liliweri (2003;
156–160) menjelaskan bahasa dalam suatu masyarakat
166 Pamator, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2010

multikultural (multi etnik dan multi ras) ditentukan Kita namai gejala ini sebagai gejala campur kode.
oleh 4 (empat) variabel utama yaitu: Dengan demikian canpur kode dapat didefinisikan
sebagai penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode
Heterogenitas dan Homogenitas dalam satu wacana menurut pola-pola yang masih belum
Suatu masyarakat multikultur adalah masyarakat jelas. Beberapa contoh berikut ini menunjukkan campur
yang terdiri dari bergam etnik dan ras yang berbeda, kode sebagaimana yang dimaksudkan di atas:
kita sebut heterogen umumnya mengggunakan berbagai Tanya: Hai, sampeyan mau tindak ke mana?
bahasa sehingga kita sebut multilingual. Sedangkan Jawab: Kaulo mau tindak ke saudara.
homogenitas mengacu pada kesamaan karakteristik Contoh di atas menggambarkan bahwa ada
kultur yang dimiliki etnik dan ras, dan umumnya campuran alih kode dari dialek Jawa dengan bahasa
menggunakan bahasa tunggal (monolingual). Indonesia.
Owoitun dalam Liliweri (2003; 157), situasi
multilingual di negara-negara ASEAN ternyata Interferensi
memiliki dua kondisi yang berbeda, meskipun
Hadirnya alih kode dan campur kode merupakan
keduanya mewakili masyarakat yang heterogen.
akibat dari kemampuan anggota masyarakat berbahasa
Kelompok pertama mencakup 3 (tiga negara)
lebih dari satu. Selain itu bila dua atau lebih bahasa
yaitu Indonesia, Filiphina dan Thailand. Mayoritas bertemu (karena digunakan oleh penutur dari
penduduk di ketiga negara ini bahasa-bahasa yang
komunitas yang sama) maka komponen-komponen
sangat terkait erat satu sama lainnya secara genetik,
tertentu dapat ditransfer dari bahasa yang satu, yakni
sama halnya dengan kebudayaan yang mirip satu sama
bahasa sumber ke bahasa lain yakni bahasa penerima.
lainnya. Contoh: Masyarakat bahasa Jawa dan Madura
Akibatnya terjadi pungutan bahasa atau “interference”
di Indonesia. Dari sisi kebahasaan masyarakat ketiga sebagaimana diistilahkan oleh Weinrich (1953).
negara tersebut heterogen namun apabila ditinjau dari
Proses terjadinya interferensi sejalan dengan proses
aspek etnografis masyarakat ketiga negara tersebut
terjadinya difusi kebudayaan yang kita kenal dalam
bersifat homogen.
ilmu Sosiologi.
Bilingual atau Multilingual Mackey dalam Aloliliweri, 2003 membedakan
antara campur kode dengan interferensi bahasa.
Kita sebut bilingual jika seseorang atau kelompok Campur kode dikatakan sebagai interferensi, sedangkan
orang menggunakan dua bahasa dalam percakapannya yang kita namai interferensi disebutnya integrasi.
dan penulisannya sehari-hari. Sebagian masyarakat Gejala interferensi dapat dilihat dalam tiga dimensi
Malaysia jelas merupakan bahasa bilingual gual karena kejadian yaitu; (1) Dimensi tingkah laku berbahasa dari
memakai bahasa Inggris dan bahasa Melayu. Dalam individu-individu di tengah masyarakat, (2) Dimensi
masyarakat Indonesia, penggunaaan bahasa bilingual sistem bahasa dari kedua bahasa atau yang lebih
terjadi di daerah-daerah perbatasan. Seperti Cirebon berbaur, dan (3) Dimensi pembelajaran bahasa.
menggunakan bahasa Jawa dan Sunda, penduduk
Gilimanuk dan Ketapang dapat berbahasa Jawa dan
Fakto r- f a kt o r P e ng ha mb at K o m uni ka s i
Bali. Yang dimaksud dengan multilingual adalah Antarbudaya
penggunaan lebih dari dua bahasa. Seseorang atau
sekelompok orang yang dapat berbahasa daerah (Sunda Young Yun Kim (dalam Gudykunst �� Kim (ed.),
atau Jawa) ditambah dengan kemampuan berbahasa 1984: 15–16) mengatakan, tidak seperti studi-studi
Inggris dan Jakarta, kita menyebut mereka sebagai komunikasi lain, maka hal yang terpenting dari
kelompok berbahasa multikultural. komunikasi antarbudaya yang membedakannya dari
kajian keilmuan lainnya adalah tingkat perbedaan yang
Campur Kode dan Alih Kode relatif tinggi pada latar belakang pengalaman pihak-
Di antara sesama penutur yang bilingual atau pihak yang berkomunikasi (the communicators) karena
adanya perbedaan-perbedaan kultural. Sedangkan
multilingual sering dijumpai gejala yang dapat
dipandang sebagai suatu kekacauan atau interfensi Saral (dalam Asante dkk. (ed.), 1979: 77–78)
berbahasa (performance Interference). Fenomena ini menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya dimaknai
sebagai interaksi yang berlangsung ketika speaker dan
terlihat pada penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa
tertentu dalam suatu kalimat atau wacana bahasa lain. listener berasal dari budaya yang berbeda. Komunikasi
Dinara Maya Julijanti, Bahasa sebagai Medium Komunikasi Antarbudaya 167

antarbudaya sering melibatkan perbedaan-perbedaan Bila stereotip dan prasangka sangat intensif, maka
ras dan etnis, namun komunikasi antarbudaya juga orang yang berprasangka akan terlibat dalam antilokusi
berlangsung ketika muncul perbedaan-perbedaan ras yang aktif dan deskriminatif terhadap kelompok yang
dan etnis. tidak disukai.
Berikut iniakan dielaborasimengenaietnosentrisme,
stereotip dan prasangka. Beberapa Syarat Berkomunikasi Antarbudaya
dalam Masyarakat Multikultural
Etnosentrisme Penulis mulai dengan menjelaskan prinsip (atau
dalam banyak kepustakaan komunikasi antarbudaya
Merupakan persoalan komunikasi yang dihadapi disebut juga aksioma) komunikasi antarbudaya.
oleh hampir semua budaya. Ia merupakan kendala
utama bagi tercapainya pemahaman antarbudaya
Keinginan Menciptakan Iklim Komunikasi Orang
(intercultural understanding).
Mendambakan Komunikasi Antarbudaya yang
Efektif
Stereotip Ada suatu humor tentang pelayanan sebuah hotel
Merupakan keyakinan yang terlalu di Indonesia. Suatu ketika beberapa wisatawan asing
digeneralisasikan, disederhanakan, atau dilebih- yang sedang duduk di restoran hotel itu meminta
lebihkan terhadap kelompok etnis tertentu. Berdasarkan pramuria mengantarkan beberapa botol bir. Setelah
pemahaman stereotip di atas, maka ketika melakukan para wisatawan itu meneguk habis 4 botol bir mereka
kontak antarbudaya dengan seseorang, pada dasarnya memanggil sang pramuria untuk menambah lagi
kita sedang berkomunikasi dengan identitas etnis beberapa botol. Sang pramuria menggerutu sambil
dari individu tersebut. Persoalan besar yang terjadi berkata, “Mengapa dari tadi Anda minta sekitar
dalam komunikasi antarbudaya adalah apabila orang 20 botol agar saya tidak bolak-balik mengambil bir
yang berbeda latar belakang etnisnya memfokuskan untuk Anda?” Para wisatawan itu tersinggung karena
secara destruktif stereotip negatif yang mereka pegang di negeri asal mereka tidak pernah menemukan omelan
masing-masing. seperti itu. Petang harinya para wisatawan itu pamit di
kantor depan dan kemudian berpindah ke hotel lain.
Banyak relasi sosial dan ekonomi terpaksa hilang
Prasangka hanya karena orang tidak memberikan perhatian yang
cukup mendalam atau karena orang tidak mengerti
Dalam catatan Rogers �� Steinfatt (1999: 230–231),
kebudayaan orang lain, apalagi jika kurang trampil
prasangka merupakan sikap yang tidak beralasan
berkomunikasi antarbudaya. Thibaut dan Kelley (1959)
(unfounded) terhadap outgroup yang didasarkan pada
dalam teori pertukaran sosial mengatakan bahwa
komparasi dengan ingroup seseorang. Biasanya,
perasaan tertarik dari orang lain kepada kita sangat
prasangka diekspresikan melalui komunikasi.
tergantung pada sejauhmana kita memberikan ganjaran
Prasangka merupakan jenis dari kebutuhan kultural
socsial demi kepuasan hati orang lain. Ini tidaklah berarti
(cultural blindness). Ia menghalangi kita untuk melihat
bahwa setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya
realitas secara akurat.
harus selalu bersifat sosial, tetapi sekurang-kurangnya
dibalik kelakuan itu ada motivasi untuk membangun
Relasi antara stereotip, prasangka, dan relasi sosial melalui tampilan wajah yang bersahabat
kontak antarbudaya atau ungkapan kata-kata yang santun. Semua itu perlu
ditunjukkan untuk menampilkan kesan kita hadir untuk
Dalam catatan Samovar dkk. (1981: 126), stereotip
memindahkan pesan dan sekaligus menciptakan relasi
dan prasangka akan memengaruhi kontak antarbudaya
sebagaimana yang disukai orang lain
dalam berbagai cara, yaitu:
Stereotip dan prasangka dapat menjadi penyebab
tidak berlangsungnya kontak antarbudaya. Variabel Iklim Komunikasi
Stereotip dan prasangka cenderung menciptakan
beberapa faktor negatif selama pertemuan antar Gudykunst (1977) mengatakan bahwa iklim,
budaya yang secara serius akan memengaruhi komunikasi adalah suasana kebatinan saat komunikasi
kualitas interaksi. itu berlangsung. Sekurang-kurangnya iklim komunikasi
168 Pamator, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2010

ditentukan oleh 3 (tiga) dimensi, yaitu (1) perasaan Kalau Anda (Low Context Culture) berkomunikasi
positif, (2) aras kognitif, dan (3) aras perilaku. dengan seseorang yang berasal dari desa (High Context
Dimensi perasaan positif berisi perasaan adil, Culture) maka Anda membutuhkan keterampilan
menyenangkan, aman, menerima, dan tingkat untuk merinci pesan, pesan tentang sebab penyakit
kecemasan yang rendah. Dimensi kognitif meliputi malaria, bagaimana cara mencegah gigitan nyamuk,
derajad kepercayaan yang kita bawa dalam suasana dan jika terkena gigitan nyamuk maka apa yang harus
komunikasi, seperti adanya harapan, kepastian, dilakukan. Jika perlu, Anda harus terampil menguraikan
pemahaman, dan memenuhi hasrat ingin tahu. pesan-pesan itu dengan bantuan gambar-gambar visual
Dan dimensi perilaku terlihat dalam tindakan dan atau bercerita dan menampilkan contoh-contoh.
keterampilan Anda waktu berkomunikasi melalui kata Keterampilan yang dibutuhkan adalah keterampilan
dan perbuatan. yang memudahkan atau mempercepat pemahaman
Selain Gudykunst, Wiseman dan Hammer pesan dengan meminimalisasi derajat kesalahpahaman
(1977) juga menegaskan bahwa untuk mengatasi antarbudaya.
iklim komunikasi Anda dapat menciptakan bentuk
„kebudayaan ketiga‟ yang lebih netral agar dua Memastikan Jenis Keterampilan Berkomunikasi
pihak bisa menerimanya. Harris dan Moran (1991)
Pastikan jenis keterampilan berkomunikasi mana
menunjukkan beberapa indikasi terciptanya efektivitas
yang Anda rasa paling sulit, keterampilan itulah
komunikasi antarbudaya, yaitu hadirnya iklim yang
yang Anda harus pelajari, lalu Anda lakukan. Ketika
tidak mengancam, terbukanya pintu komunikasi,
berhadapan dengan komunikan antarbudaya yang
adanya pengolahan percakapan yang lebih baik,
sangat mengutamakan senioritas maka perhatikan
dan terwujudnya relasi yang memuaskan dua pihak.
kebiasaan berkomunikasi mereka, dengan membiarkan
Dengan kata lain, dalam rangka menciptakan „budaya
orang-orang yang lebih tua berbicara lebih banyak dan
ketiga‟ itu kita harus cepat mengidentifikasi faktor-
lebih dahulu daripada yang lebih muda. Mungkin Anda
faktor pembentuk iklim komunikasi yang positif.
sendiri sulit melakukan itu karena Anda datang sebagai
seorang wartawan yang terbiasa dengan mengajukan
Menjawab Beberapa Pernyataan Budaya pertanyaan bertubi-tubi. Kesulitan ini dapat dipecahkan,
Berkomunikasi
Anda perlu belajar kebiasaan mendengarkan sehingga
Tatkala berlangsungnya komunikasi antarbudaya bisa menghadapi budaya komunikan yang sedang
maka aktivitas komunikasi selalu diwakili oleh dihadapi. Kalau ada kesulitan maka Anda dapat
perasaan bimbang tentang „siapakah sebenarnya orang menanyakan kebiasaan mendengarkan itu kepada
akan berkomunikasi dengan Anda itu?‟ Jawaban atas orang lain (yang berasal dari kebudayaan yang
pertanyaan itu adalah dengan menentukan pilihan sama dengan komunikan) atau kepada mereka yang
keterampilan berkomunikasi secara efektif. mengetahui latarbelakang budaya komunikan. Waktu
yang tepat untuk mempelajari adalah sebelum Anda
Identifikasi Jenis Keterampilan Komunikasi mewawancarai komunikan itu.
Periksalah diri Anda melalui self concept,
keterampilan mana yang paling banyak dibutuhkan Memahami Kebiasaan Berkomunikasi Lisan
dalam komunikasi antarbudaya? Jika Anda berhadapan Kebanyakan komunikasi antarbudaya (yang
dengan seseorang yang datang dari latar belakang merupakan komunikasi antarpribadi/antarbudaya)
kebudayaan Low Context Culture, sementara Anda bersifat lisan. Rencanakan dengan seksama tentang apa
sendiri datang dari kebudayaan High Context Culture (message) yang ingin Anda katakan. Apakah kata-kata,
maka Anda tidak perlu menguraikan sebuah pesan kalimat, dan ungkapan pesan yang disampaikan itu
secara terperinci. Keterampilan Anda sangat ditentukan diterima oleh komunikan antarbudaya? Tahap berikut
oleh bagaimana menyampaikan pesan secara ringkas, adalah memahami bagaimana cara Anda mengatakan.
tak perlu bertele-tele, sehingga maknanya mudah Ada beberapa kebudayaan yang mengajarkan
diterima tanpa ada perasaan bosan. Mereka yang anggotanya untuk mengatakan sesuatu secara
berasal dari kebudayaan Low Context Culture tak langsung, namun sebaliknya ada yang lebih menyukai
terlalu suka dengan rincian pesan, mereka lebih suka ungkapan tidak langsung. Perhatikanlah jika Anda
kalau pesan yang disampaikan itu hanya garis-garis berkomunikasi dengan orang Batak, Timor, Makassar,
besarnya saja. Ambon, dan Irian yang lebih menyukai kejelasan dan
Dinara Maya Julijanti, Bahasa sebagai Medium Komunikasi Antarbudaya 169

keterusterangan maka, ungkapan Anda harus langsung, sikap mendengarkan Anda, apakah termasuk dalam
apa yang Anda katakan mengandung „isi‟ dan „relasi‟. kategori poor listening habits atau active listening
Tipikal suku bangsa ini lebih suka jika suatu pesan habits. Yang dimaksudkan dengan kebiasaan „miskin
diungkapkan secara denotatif, bukan konotatif. Kepada mendengarkan‟ adalah perilaku komunikasi yang
mereka, Anda harus mengatakan bahwa harga-harga tak suka mendengarkan percakapan orang lain.
Sembilan bahan pokok segera dinaikkan, mereka tak Akibat miskin mendengarkan maka miskin pula
suka pada pernyataan orang Jawa bahwa harga-harga pesan yang dikirim dan diterima sehingga kita tidak
itu akan disesuaikan. Kata-kata penyesuaian harga memahami makna pesan, dan komunikasi antarbudaya
biasanya diucapkan oleh komunikator yang datang menjadi tidak efektif. Mengubah komunikasi
dari budaya yang mengungkapkan sesuatu secara antarbudaya menjadi efektif dapat dilakukan dengan
tidak langsung. Persoalannya di sini adalah what do membiasakan diri mendengarkan secara aktif, artinya
you want to say. mendengarkan sambil mengajukan pertanyaan dan
Aspek lain yang patut diperhatikan adalah dengan menyela pembicaraan untuk memperjelas pesan.
siapa Anda berkomunikasi antarbudaya. Contoh pesan Cara ini dapat menolong Anda untuk mengidentifikasi
tentang penyesuaian harga dan kenaikan harga di atas kembali gagasan dasar pesan (content) sehingga Anda
menggambarkan kalau Anda sudah memahami dengan dapat meramalkan apa yang akan terjadi setelah
siapa kalimat-kalimat itu diucapkan. Perhatikanlah menghubungkan inti pesan dengan pengalaman
bahwa setiap ungkapan selalu ditunjukkan pada Anda.
kebiasaan berbahasa para komunikan berdasarkan
kategori-kategori tertentu, apakah ketegori umur Memanfaatkan Umpan Balik
(senioritas tua-muda, antargenerasi), atau jenis
Konsep mendengarkan secara aktif di dalamnya
kelamin (perbedaan antara penggunaan kata dan
mengandung usaha mengubah kemampuan untuk:
kalimat untuk perempuan dan laki-laki). Jadi, perhatian
(1) memisahkan secara jelas cara-cara mendeskripsi,
diletakkan pada to whom you want to say it, to whom
inter pr etasi, dan cara mengevaluasi pesan;
are you talking, dan metamessage (kadang-kadang
(2) mengutamakan umpan balik; (3) mendengarkan
disamaartikan dengan metakomunikasi) yakni
secara efektif; (4) metakomunikasi. Beth Helslett
memperhatikan aspek relasi antarbudaya.
dan John Ogilvie (1988) mengemukakan bahwa
pemanfaatan umpan balik dalam berkomunikasi
Mendengarkan Secara Aktif bermanfaat agar (1) umpan balik dapat diungkapkan
Salah satu syarat komunikasi antarpribadi yang secara langsung dan khusus serta didukung oleh bukti-
efektif adalah mendengarkan secara aktif. Jika selama bukti; (2) umpan balik sedapat mungkin memenuhi
ini para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi kebutuhan (menjawab maksud pesan); (3) umpan
antarbudaya sebagai komunikasi antarpribadi dari balik menjurus pada pemenuhan kebutuhan sekarang
komunikator kepada komunikan yang berbeda (4) jangan menambah kebingungan orang dengan
latarbelakang kebudayaannya maka komunikasi umpan balik negatif campurlah umpan balik negatif
antarbudaya yang efektif juga ditentukan oleh dan positif; (5) nyatakan umpan balik pada waktu
mendengarkan secara aktif. yang tepat, jangan menunda; (6) nyatakan umpan
Hal penting untuk menunjukkan pribadi Anda yang balik secara tegas, dinamis, responsif, dan dengan gaya
selalu menghormati pribadi orang lain apa adanya, santai; (7) umpan balik harus dapat dinyatakan secara
dan bukan sebagaimana yang Anda kehendaki. Anda jujur, adil, dan dapat dipercaya oleh orang lain.
diminta untuk mendengarkan dengan senang hati dan
mendengarkan tanpa menilai. Perilaku ini sekaligus Variabel Kognitif, Variabel Personal, dan Efektivitas
menunjukkan bahwa pelaku komunikasi antarbudaya Komunikasi Antarbudaya
menghargai keterbukaan terhadap perubahan dan
Pemahaman terhadap variabel kognitif dan personal
keragaman, juga berempati dengan komunikan.
(variabel prediktor) yang dipakai untuk menerangkan
Pelbagaipenelitiantentang kebiasaanmendengarkan
komunikasi antarbudaya yang efektif terinci ada
menunjukkan bahwa lebih dari separo perhatian dalam
beberapa indikator, yaitu (1) perilaku yang berorientasi
berkomunikasi dicurahkan untuk mendengarkan
pada kerja, (2) perilaku yang berorientasi pada diri
(53%), membaca (17%), berbicara (16%), dan menulis
sendiri, (3) etnosentrisme, (4) toleransi terhadap
(14%). Lalu apa yang harus kita lakukan? Periksalah
170 Pamator, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2010

Efektif Tidak efektif


• Mementingkan relasi antarmanusia, kurang • Mengutamakan tugas, kurang memperhatikan
menekankan tugas relasi antarmanusia
• Hanya sedikit menampilkan diri • Terlalu banyak menonjolkan diri
• Etnosentrisme rendah • Etnosentrisme tinggi
• Empati tinggi pada keadaan yang ambigu • Empati rendah, kurang mendengarkan
• Keterbukaan diri besar, dogmatism rendah • Toleransi rendah pada keadaan yang ambigu
• Kompleksitas kognitif • Keterbukaan dari kecil. Dogmatism tinggi
• Suka pada relasi pribadi, kejujuran dan keadilan • Kesederhanaan kognitif
• Control pribadi tinggi, sikap fatalism yang rendah • Kurang suka pada relasi antarpribadi, kurang jujur
• Inovasi yang tinggi dan kurang adil
• Harga diri tinggi daya serap rendah • Control pribadi rendah, tinggi fatalismenya
• Inovasi yang rendah
• Harga diri rendah
• Daya serap tinggi

situasi yang ambigu, (5) empati, (6) keterbukaan, kontrol personal, (10) inovatif, (11) harga diri, dan
(7) kompleksitas kognitif, (8) yang menyenangkan (12) perilaku yang menunjukkan tingginya daya serap
hubungan antarpribadi, (9) kontrol personal, informasi.
(10) inovatif, (11) harga diri, dan (12) perilaku yang
menunjukkan tingginya daya serap informasi.
Daftar Pustaka
Dodd, Carley H. (1991) Dynamics of Intercultural
Kesimpulan Communication. Wm. C. Brown Publishers,
Dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan USA.
bahwa dalam masyarakat multikultural yang terdiri dari Gudykunst, W.B, dan S. Ting-Toomey. (1988) Culture
kelompok masyarakat multi ras dan multi etnik ditemui and Interpersonal Communication, Sage
beberapa variasi bahasa dalam komunikasi antarbudaya Publication, Newbury Park.
yaitu; variasi sistemik, variasi ekstrasistemik, dialek, Gudykunst, William B. (1991) Bridging Differences –
aksen, jargon, argot, heterogenitas dan homogenitas, Effective Intergroup Communication, Sage
bilingual atau multilingual, campur kode dan alih Publication, London.
kode serta interfensi bahasa. Sedangkan faktor Gudykunst, W. B, dan Y.Y. Kim. (1992) Communicating
penghambat komunikasi antarbudaya dalam masyarakat with Strangers: An Approach to Intercultural
multikultural dipengaruhi oleh; (a) Etnosentrisme, Communication (2nd ed.), McGraw-Hill Inc,
(b) Stereotip, (c) Prasangka, dan (d) Relasi. New York.
Oleh karena itu, agar komunikasi antarbudaya Kim, Y.Y. (ed.). (1986) Interethnic Communication:
berjalanefektif dan meminimalisir hambatankomunikasi Current Research, Sage, CA
pada individu-individu maka beberapa syarat yang Liliweri, Alo. (1989) Inang, Hidup dan Bhaktiku, PKK
NTT, Kupang
perlu diperhatikan antara lain; (1) Menciptakan iklim
Liliweri, Alo. (2003) Makna Budaya dalam Komunikasi
yang komunikasi, (2) Mengidentifikasi keterampilan
Antarbudaya, LKiS, Yogyakarta.
komunikasi, (3) Memahami komunikasi lisan,
Mulyana, Deddy. (2003) Ilmu Komunikasi sebagai
(4) Mendengarkan secara aktif, (5) Memanfaatkan
Suatu Pengantar, Rosdakarya, Bandung.
umpan balik. Juga variabel kognitif, variabel personal
Myron W. Lustig dan Jolene Koester. (1998)
dan efektivitas komunikasi antarbudaya yang meliputi;
Interpersonal Communication – Across Cultures
(1) perilaku yang berorientasi pada kerja, (2) perilaku
(2nd edition), San Diego State University, San
yang berorientasi pada diri sendiri, (3) etnosentrisme,
Diego.
(4) toleransi terhadap situasi yang ambigu, (5) Rahardjo, Turnomo. (2005) Menghargai Perbedaan
empati, (6) keterbukaan, (7) kompleksitas kognitif, Kultural, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
(8) yang menyenangkan hubungan antarpribadi, (9)
Dinara Maya Julijanti, Bahasa sebagai Medium Komunikasi Antarbudaya 171

Rogers, Everett M., Thomas M. Steinfatt. (1999) Handbook of Intercultural Communication.


Intercultural Communication, Waveland Press, Beverly Hills, Sage Publications, Inc,
Inc, Illinois. California.
Samovar, Larry A., Richard E. Porter, Nemi C. Wiseman, R.L. dan J. Koester (eds.). (1993) Intercultural
Jain. (1981) Understanding Intercultural Communication Competence, Sage, Newbury
Communication, Wadsworth Publishing Park.
Company, Belmont, California. Wiseman, R. L, ( ed.). ( 1995 ) Intercultural
Saral, Tulsi B. “The Concious Theory of Intercultural Communication Theory, Sage, Thousand Oaks
Communication”, dalam Molefi K. Asante, CA.
Eileen Newmark, Cecil A. Blake (ed.), (1979) WWW. Goegle, Masyarakat Multikultural.

Anda mungkin juga menyukai