01 02
Bahasa dan
Verbal Repertoire
Tutur
03 04
Masyarakat Bahasa dan Tingkat Sosial
Tutur Masyarakat
BAHASA DAN TUTUR
Pengertian langage, langue, dan parole menurut Ferdinand de Saussure (1916):
1. Langage, istilah ini digunakan untuk menyebut bahasa sebagai sistem lambang
bunyi yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
verbal diantara sesamanya.
Langage bersifat abstrak.
2. Langue dijelaskan sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh
sekelompok anggota masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan
berinteraksi sesamanya.
3. Langue bersifat abstrak.
4. Parole bersifat konkret. Parole merupakan pelaksanaan dari langue dalam
bentuk ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh para anggota masyarakat di
salam berinteraksi atau berkomunikasi sesamanya.
Dari pembahasan diatas terlihat bahwa kata atau istilah bahasa
dalam Bahasa Indonesia menanggung beban konsep yang amat
berat, karena menanggung pula konsep atau pengertian lain
Contoh : “Nyatakan rasa cintamu dalam bahasa bunga. Hasilnya pasti akan lebih
baik
Perhatikan contoh di atas. Kalimat tersebut tidak ada hubungannya baik dengan
kata langage, langue, maupun parole. Akan tetapi, makna dalam kalimat di atas
adalah “alat komunikasi”
Bahasa
Sebagai langage bahasa bersifat Universal dan bersifat terbatas pada satu
masyarakat tertentu. Satu masyarakat tertentu ini agak sukar, namun adanya
ciri yang bisa dipakai manjadi batasan adanya suatu bahasa.
Verbal repertoire ada dua macam yaitu yang dimiliki setiap penutur secara
individual, dan yang dimiliki masyarakat tutur secara keseluruhan.
Verbal Repertoire
Kajian yang mempelajari penggunaan bahasa sebagai sistem interaksi verbal di
antara para penuturnya di dalam masyarakat disebut sosiolinguistik
interaksional atau sosiolinguistik mikro. Sedangkan kajian mengenai
penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan adanya ciri-ciri linguistik di
dalam masyarakat disebut sosiolinguistik korelasional atau sosiolinguistik
makro (Appel 1976: 22)
Masyarakat Tutur
Variasi bahasa tersebut disebut juga dengan variasi dialek sosial atau sosiolek. Perbedaan
variasi bahasa terjadi apabila yang terlibat dalam pertuturan itu memiliki tingkat sosial yang
berbeda.
Dalam bahasa jawa, variasi bahasa didasarkan pada tingkatan-tingkatan sosial yang dikenal
dengan istilah undak usuk. Undak usuk terbagi menjadi dua, yaitu krama dan ngoko. Keduanya
itu masih terbagi menjadi beberapa tingkatan.
Menurut:
Uhlenbeck (1970) membagi tingkat bahasa jawa menjadi tiga, yaitu krama, madya,
dan ngoko. Lalu, masing-masing diperinci lagi menjadi muda krama, kramantara,
dan wreda krama madya ngoko, madyantara, dan madya krama; ngoko sopan, dan
ngoko andhap.
Clifford Geertz (1976: 168) membagi menjadi dua pokokj, yaitu krama dan ngoko.
Llau, krama dibagi lagi menjadi krama inggil, krama biasa, dan krama madya,
sedangkan ngoko diperinci menjadi ngoko madya, ngoko biasa, dan ngoko sae.
CONTOH :