Anda di halaman 1dari 4

Tugas 2 (tanggal, februari 2023)

Mata Kuliah, SKS  Bahasa Indonesia, 2


Nama Mahasiswa  Syifa fania
NIM /NPM  2212101010052
Kelas  13.01.002
Hari Kuliah, jam  Jum’at,

1. Jelaskan pengertian ragam bahasa?


Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.
Munculnya keragaman bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya
yang tidak homogen, melainkan juga oleh keragaman interaksi sosial yang mereka
lakukan. Keragaman ini akan semakin bertambah jika bahasa tersebut dipakai
oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas.

2. Apa yang harus menjadi perhatian penutur suatu bahasa terkait dengan ragam
bahasa?

Ditinjau dari sudut pandangan penutur, ragam bahasa dapat dirinci menurut
patokan daerah, pendidikan, dan sikap penutur. Ragam daerah dikenal pula
sebagai logat atau dialek. Dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Indonesia
ragam lisan, kita mengenal bahasa Indonesia logat orang Aceh, bahasa Indonesia
logat orang Bali, bahasa Indonesia logat orang Makassar, bahasa Indonesia logat
orang Tapanuli, dan logat-logat bahasa Indonesia lainnya yang bercorak
kedaerahan. Logat-logat ini umumnya muncul karena faktor geografis atau
wilayah tempat tinggal penutur. Selain itu, logat atau ragam daerah dimaksud juga
sangat dipengaruhi oleh bahasa ibu si penutur.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dialek, idiolek, sosiolek, fungsiolek, dan
kronolek dalam hubungannya dengan ragam bahasa!

1) Dialek adalah ragam bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif yang
berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Meskipun memiliki idiolek
masing-masing, para penutur dalam suatu dialek memiliki kesamaan ciri yang
menandakan bahwa mereka berada dalam satu dialek yang berbeda dengan penutur
lain, misalnya bahasa Jawa dialek Banyumas memiliki ciri yang berbeda dengan
ciri yang dimiliki oleh bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang, atau juga
dialek Surabaya. Demikian juga di Aceh, umpamanya dikenal bahasa Aceh dialek
Aceh Besar, dialek Pidie, dialek Peusangan, dialek Aceh Barat, dialek Aceh
Selatan. Meskipun terjadi perbedaan dialek, para penutur yang berbeda dialek ini
masih dapat saling mengerti.

2) Idiolek adalaha Idiolek adalah ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut
konsep idiolek, setiap orang memiliki ragam bahasa tersendiri. Ragam idiolek ini
berkenaan dengan "warna" suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan
sebagainya. Yang paling dominan dari ragam idiolek adalah "warna" suara. Melalui
ragam "warna" suara tersebut, kita dapat dengan mudah mengenal orang tersebut
tanpa harus melihat terlebih dahulu. Mengenal idiolek seseorang melalui suaranya
memang lebih mudah daripada melalui karya tulis. Akan tetapi, jika kita sering
membaca karya seseorang, misalnya karya Hamka, Alisjahbana, atau
Habiburrahman El Sirazy, pada suatu saat jika kita menemukan selembar karya
mereka, kita dapat mengenali lembaran itu karya siapa.

3) Sosiolek merupakan ragam bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan
kelas sosial para penuturnya. Sebagai contoh di sini akan disebutkan ragam bahasa
berdasarkan kelas sosial yaitu kebangsawanan. Di dalam masyarakat tutur yang
masih mengenal tingkat kebangsawanan, dapat pula kita lihat ragam bahasa yang
berkenaan dengan tingkat kebangsawanan tersebut. Bahasa Jawa, bahasa Bali, dan
bahasa Sunda mengenal ragam kebangsawanan ini. Dalam bahasa Jawa ragam
bahasa berdasarkan kebangsawanan ini disebut undak usuk dan dalam bahasa Bali
disebut sor singgih.

4) Fungsiolek adalah ragam bahasa dari segi penggunaannya. Ragam bahasa ini
berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk keperluan atau bidang tertentu,
misalnya bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian,
perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Ragam bahasa berdasarkan
bidang kegiatan ini paling tampak pada kosakata yang dipakai. Setiap kata bidang
ini memiliki sejumlah kosakata khusus dipakai dalam bidang yang lain.

5) Kronolek adalah Ragam bahasa yang ketiga adalah kronolek. Kronolek adalah
ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu, misalnya
ragam bahasa Indonesia yang digunakan pada masa tiga puluhan berbeda dengan
ragam bahasa yang digunakan pada masa lima puluhan atau pada masa kini.

4. Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa baku!

Bahasa baku sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia
pendidikan, tidak hanya dikaji atau diteliti saja, tetapi juga diajarkan di sekolah-
sekolah. Bahasa baku atau bahasa standar merupakan ragam bahasa yang
dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar.

5. Sebutkan tiga ciri bahasa baku disertai dengan penjelasan!

Ragam bahasa standar memiliki sifat atau ciri:

pertama kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku
atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Kemantapan atau ketepatan tidak
bersifat kaku, tetapi bersifat cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan
yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan peristilahan, dan mengizinkan
perkembangan berjenis ragam yang diperlukan dalam kehidupan modern. Ragam
baku yang baru dalam penulisan laporan, karangan ilmiah, undangan, dan
percakapan telepon perlu dikembangkan lebih lanjut.

Kedua, ciri kedua yang menandai bahasa baku adalah kecendekiaan-nya.


Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar
mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
Proses pencendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan
teknologi modern masih banyak bersumber pada bahasa asing, harus dapat
dilangsungkan lewat bahasa baku bahasa Indonesia.

Ketiga, baku atau standar berpraanggapan adanya keseragaman. Proses


pembakuan pada taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan
penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa. Itulah ciri ketiga
ragam bahasa baku.

6. Tuliskan empat fungsi bahasa baku disertai dengan penjelasan!

1) Fungsi pemersatu
Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa, fungsi
mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses
identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat.
2) Fungsi pemberi kekhasan Fungsi pemberi kekhasan yang diemban bahasa
baku, membedakan bahasa itu dengan bahasa lain. Karena fungsi itu, bahasa baku
memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang
bersangkutan.
3) Fungsi pembawa kewibawaan
Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa
wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan
peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. Bahasa
Indonesia sudah mencapai tingkat ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pertumbuhan yang pesat pada bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa penting
di dunia sehingga banyak dipelajari bangsa lain. Fungsi pembawa wibawa dapat
dicontohkan, dari pengalaman yang ada tidak disangsikan lagi di beberapa tempat
bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
memperoleh wibawa di mata orang lain.
4) Fungsi sebagai kerangka acuan Bahasa baku berfungsi sebagai kerangka acuan
bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan
kaidah itu menjadi tolak ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang
seorang atau golongan. Bahasa baku juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi
estetika bahasa yang tidak saja terbatas pada bidang susastra, tetapi juga
mencakup segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena
bentuknya yang khas seperti dalam permainan kata, iklan, dan tajuk berita.

Dosen pengasuh, Mahasiswa,

Dr.Teuku Alamsyah,M.Pd. Syifa Fania

Anda mungkin juga menyukai