Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia yang sangat luas wilayah pemakaiannya dan beragam penuturnya,
mau tidak mau takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu selalu tak terelakkan
karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana. Faktor sejarah dan perkembangan
masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam
bahasa beraneka macan itu masih tetap disebut “Bahasa Indonesia” karena masing – masing
terbagi atas teras dan inti sari bersama yang umum.

Oleh karena masyarakat pengguna bahasa itu beragam, maka bahasa yang di
pergunakan juga beragam. Keragaman bahasa ini menghasilkan apa yang disebut variasi
bahasa. Sebenarnya dalam hal variasi bahasa ini terdapat dua pandangan yang berbeda.
Pertama, variasi itu dilihat dari adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman
fungsi bahasa. Jadi, variasi bahasa iitu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial
dan keragaman fungsi bahasa. Andai kata penutur bahasi itu adalah kelompok bahasa yang
homogen, baik etnis, status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau
keragaman itu tidak akan ada. Artinya, bahasa itu menjadi bahasa seragam.

Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memnuhi fungsinya sebagai
alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat
saja di terima ataupun di tolak. Yang jelas, variasi atau ragam bahasa itu dapat di
klasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam
masyarakat sosial.

Variasi bahasa dapat di hubungkan dengan sapaan, status dan pemakaiannya. Salah
satu dari ragam bahasa itu adalah “Bahasa Vulgar”. Zaman yang modern ini mulai dari
kalangan anak – anak hingga kaum – kaum akademis sering kita jumpai menggunakan kata –
kata vulgar seperti memanggil dengan sapaan “Anjing”. Tentu ini menjadi sorotan bagi kaum
tua bahwa kata – kata itu tidak pantas di ucapkan. Pada makalah ini saya akan membahas
tentang bahasa vulgar, siapa penggunanya dan apa saja contoh – contoh dari bahasa vulgar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di tentukan rumusan masalah sebagai


berikut.:
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa?
2. Apa saja fungsi bahasa?
3. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa?
4. Apa yang dimaksud bahasa vulgar?
5. Siapa saja pengguna bahasa vulgar?

1
6. Sebutkan contoh – contoh bahasa vulgar!
7. Bagaimana pengaruh bahasa vulgar pada kehidupan sehari – hari?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan :
• Pengertian Bahasa
• Fungsi bahasa
• Ragam Bahasa
• Pengertian bahasa vulgar
• Pengaruh bahasa vulgar

1.4. Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep kebahasaan.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis, sebagai bahan penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
kebahasaan.
2. pembaca, sebagai media informasi tentang konsep kebahasaan baik secara teoritis maupun
secara praktis.

. 1.5. Metode Pengkajian

Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang
dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis makalah ini dikumpulkan dengan
menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan mebaca
berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis
isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dengan tema
makalah

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Isi
1.1.1 Pengertian Bahasa
Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri.
Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia, bukan bunyi yang dihasilkan alat lain.
Bahasa berasal dari udara yang keluar dari paru-paru menggetarkan pita suara di kerongkongan
dan kemudian terujar lewat mulut.Abidin, dkk (2010 : 1 )
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian
pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bahsa adalah bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara anggota
masyarakat.

2.2.2. Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa menurut Abidin, dkk ( 2010 : 3 ) menjelaskan bahwa fungsi utama bahasa
adalah sebagai media komunikasi, tetapi selain sebagai media komunikasi bahasa juga memiliki
fungsi lain yaitu :
1. Fungsi ekspresif
Bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan
pengelaman. Contohnya dalam puisi. Pengarang mengeksperikan ide, gagasan dan
pengalamanya dengan bahasa yang ditulis per bait yang disebut puisi.
2. Fungsi estetis
Bahasa sebagai media yang indah untuk menyampaikan pesan. Fungsi estetis
ini biasa diwujudkan dalam bentuk karya sastra.
3. Fungsi informatif
 Artinya bahasa dapat digunakan untuk menginformasikan sesuatu kepada
orang lain.
4. Alat fungsional
Artinya bahasa dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.

3
2.2.3. Ragam Bahasa

Namun dilihat dari daerah dan asal usulnya, disetiap daerah memiliki bahasa
tersendiri. Salah satu contoh yaitu daerah Sumatera Utara menggunakan bahasa adat yang
dikenal dengan nama “Bahasa Batak”. Contoh lain yaitu, daerah Sumatera Barat
menggunakan bahasa adat yang dikenal dengan nama “Bahasa Minang”.”.

Ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyaknya comtoh ragam bahasa. Ragam
bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang berbeda – beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan
serta menurut medium pembicara. Jadi, ragam bahasa adalah variasi menurut pemakaiannya
yang timbul menurut situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya varias bahasa tersebut.
Ragam bahasa memiliki macam dan jenis ragam bahasa diantaranya sebagai berikut.:

1. Ragam bahasa pada bidang tertentu, seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa
jurnalistik dan sebagainya.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek, seperti gaya bahasa mantan presiden
Soekarno, gaya bahasa Benyamin S., dan lain sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek, seperti
dialek bahasa Madura, dialek bahasa Medan, dialek bahasa Sunda, dialek bahasa Bali, dialek
bahasa Jawa dan lain sebagainya.
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial, seperti ragam
bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasa orang – orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa, seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi, seperti ragam bahasa formal ( baku ) dan informal (tidak
baku ).
Dari ragam bahasa dan jenis ragam bahasa diatas, pemakalah akan membahas
mengenai poin ke empat yaitu ragam bahasa pada anggota mastarakat suatu golongan sosial
diantaranya bahasa vulgar.

4
2.2.4. Pengertian Bahasa Vulgar
Bahasa vulgar berasal dari bahasa latin latin yaitu vulgus. Bahasa vulgar adalah
variasi sosial yang ciri – cirinya adalah pemakai bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar,
atau dari kalangan mereka yang tidak berpendidikan. Bagi kalangan yang kurang terpelajar,
agaknya dalam berbahasa cenderung langsung mengungkapkan maksudnya tanpa
mempertimbangkan bentuk bahasanya. Oleh karena itu,bahasa yang dipergunakan adalah
bahasa dengan kata – kata kasar. Kosakata itulah yang menjadi ciri vulgar.

Bagi kalangan yang terpelajar kosakata kasar cenderung dihindari karena dinilai tidak
sopan. Di dalam masyarakat, golongan terpelajar memang dianggap memiliki status sosial
yang lebih tinggi sehingga ia harus menyesuaikan bahasa dipakai dengan kedudukan itu.
Bagi golongan yang kurang terpelajar, kosakata kasar itu sudah terasa wajar karena sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari – hari. Bahasa vulgar dengan demikian juga dapat
sebagai tingkatan bahasa yang lebih rendah dari bahasa formal. Contoh bahasa vulgar yang
digunakan pda kehidupan sehari – hari yaitu bahasa dalam masyarakat Jawa.

1.2 Pembahasan Makalah


1.2.1. Ciri – Ciri dan Contoh Bahasa Vulgar

Bahasa vulgar berasal dari bahasa latin latin yaitu vulgus. Bahasa vulgar adalah variasi sosial
yang ciri – cirinya adalah pemakai bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar, atau dari
kalangan mereka yang tidak berpendidikan. Bagi kalangan yang kurang terpelajar, agaknya
dalam berbahasa cenderung langsung mengungkapkan maksudnya tanpa mempertimbangkan
bentuk bahasanya. Oleh karena itu,bahasa yang dipergunakan adalah bahasa dengan kata –
kata kasar. Kosakata itulah yang menjadi ciri vulgar.

Bagi kalangan yang terpelajar kosakata kasar cenderung dihindari karena dinilai tidak
sopan. Di dalam masyarakat, golongan terpelajar memang dianggap memiliki status sosial
yang lebih tinggi sehingga ia harus menyesuaikan bahasa dipakai dengan kedudukan itu.
Bagi golongan yang kurang terpelajar, kosakata kasar itu sudah terasa wajar karena sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari – hari. Bahasa vulgar dengan demikian juga dapat
sebagai tingkatan bahasa yang lebih rendah dari bahasa formal. Contoh bahasa vulgar yang
digunakan pda kehidupan sehari – hari yaitu bahasa dalam masyarakat Jawa. Masyarakat
Jawa adalah masyarakat yang heterogen. Selain dikenal adanya tingkatan sosial ( priyayi dan
wong cilik ), masyarakat Jawa dapat di bedakan ke dalam golongan kota ( wong negara ) dan

5
negara desa ( wong desa, mancanegara ), orang kaya ( wong sugih ), dan orang miskin (
wong mlarat, keskarat ), serta orang terpelajar ( wong pinter ) dan orang kurang terpelajar (
wong bodho ). Orang – orang kaya biasanya juga tergolong orang yang terpelajar karena
mereka selalu menyekolahkan anak – anaknya sebaliknya orang miskin biasanya tergolong
orang yang tidak terpelajar karena mereka tidak mampu bersekolah.

Bahasa vulgar dalam bahasa Jawa banyak dipergunakan oleh masyarakat yang kurang
terpelajar, dengan demikian juga yang miskin bahasa vulgar bagi golongan priyayi Jawa
dinilai sebagai bahasa yang tidak sopan. Sopan santun ( tata krama ) Jawa agaknya memang
identik dengan golongan priyayi. Golongan priyayi dalam segala tindakannya harus selalu
menjaga sopan santun, termasuk dalam santun berbahasa. Hal itu disebabkan karena para
priyayi adalah golongan yang dekat dengan raja dan keratonyang dikenal sebagai pusat
budaya Jawa. Dalam segala hal para priyayi harus bersikap halus. Sebaliknya wong cilik,
apabila kurang terpelajar, dan tinggal di desa cenderung kurang menguasai tata krama,
sehingga segala tindakannya kasar, termasuk didalam berbahasa. Oleh karena itu, orang –
orang yang kurang terpelajar kurang mengenal tata krama maka ia tidak merasa janggal atas
kekasaran dalam berbahasa. Mereka telah terbiasa dalam berlaku demikian.
Contoh bahasa vulgar dalam bahasa Jawa sebagai berikut. :

A : Dhasaré lanangan ngglathak! Mung buruh gêrji waé gêgêdhèn tékat nyunduki prawan!
Mbok nyêbut! O uwong ki yèn thukmis!
B:Sum! Aja sêru-sêru, iki ki nèng kampung!
A : Sing gawé ramé dhisik sapa? Yèn wédokanmu ora nganti mêtêng ya ora bakal dadi ramé!
Bèn waé! Kabèh bèn dha ngêrti. Mbah…Mbah Sima, Gito ngêtêngi prawan! Lik… Lik Jiah,
gilo iki si Gito ngêtêngi bocah!
B : Sum, cangkêmmu bisa mênêng ora ta Sum!
A : Apa kuwi … Karêpé golèk gratisan! Grayangan nèng pêtêngan, mbok diakoni waé nèk
ora kuwat nglonthé! Lha, sukur saiki bocahé mêtêng! Rumangsané apa dha ora ngêrti.
B : Cocotmu sida tak suwèk, mêngko!
A : Bèn! Wis sakkarêpmu dhéwé! Tanggungên dhéwé! Ning aku ra sudi mbok maru. Ora
sudi! Aku minggat! Sumpêg nèng kéné! Wong lanang ki yèn wis kêbrongot birahiné dadi
kaya kéwan kontholé! Gatêl ya gatêl, ning diampêt sêdhéla apa ya ra bêtah. Sêmêlang dadi

6
akik pa piyé! Njur apa gunané bêbojoan, kok ndadak golèk turuk liyané! Béda apa jênêngé,
béda apa ambuné, béda apa rupané!

Terjemahan:
A : Dasar laki-laki rakus! Hanya tukang jahit saja bertekad menumpuk gadis! Mbok
menyebut! O orang itu kalau hidung belang!
B : Sum! Jangan keras-keras, ini di kampung!
A : Yang lebih dulu membuat ramai siapa? Jika pacarmu tidak sampai hamil ya tak akan jadi
ramai! Biar saja! Semua biar tahu. Mbah … Mbah Sima, Gito menghamili gadis! Lik … Lik
Jiah, ini lho Gito menghamili gadis!
B : Sum, mulutmu bisa diam tidak to Sum!
A : Apa itu … inginnya mencari gratisan! Meraba-raba di kegelapan, diakui saja jika tidak
kuat (membayar) pelacur! Lha, rasakan sekarang anaknya hamil. Dikiranya apa tidak pada
tahu ….
B : Mulutmu jadi kusobek nanti!
A : Biar! Sudah sekehendakmu saja! Tanggung saja sendiri! Tapi aku tidak mau dimadu.
Tidak mau! Aku pergi! Gerah di sini! Laki-laki itu kalau sudah terbakar birahi jadi seperti
hewan kemaluannya! Gatal ya gatal, tapi ditahan sebentar apa ya tidak kuat. Takut jadi akik
apa gimana! Lalu apa gunanya berkeluarga, kok masih cari kemaluan yang lain! Beda apa
namanya, beda apa baunya, beda apa bentuknya!

Demikianlah, dari kutipan Vulgar di atas tampak bahwa termuat leksikon yang
bernuansa kasar. Ditinjau dari tingkat tutur, bahasa kasar tergolong dalam tingkat Ngoko.
Bahasa kasar dalam bahasa Jawa memang selalu berbentuk Ngoko yang tercampur kata-kata
kasar (Antunsuhono, 1953: 9). Kosakata memang merupakan penentu bentuk bahasa atau
tingkat tutur dalam bahasa Jawa. Jika bahasa itu menggunakan kosakata Ngoko maka ia
tergolong tingkat Ngoko. Jika bahasa itu menggunakan kosakata Krama maka masuk tingkat
Krama. Masyarakat tutur Jawa mengenal adanya kosakata Ngoko, Madya, Krama, dan
Krama Inggil. Selain itu juga dikenal kosakata kasar. Beberapa kosakata kasar antara lain
adalah sebagai berikut.

7
Kasar Ngoko Arti
cocot cangkêm ‘mulut’
gêrangan tuwa ‘tua’
goblog bodho ‘bodoh’
mbadhog mangan ‘makan’
micêk turu ‘tidur’
modar mati ‘mati’
picêk wuta ‘buta’
wadhuk wêtêng ‘perut’

Selain itu, kata-kata kasar juga sering dipungut dari kata-kata untuk binatang yang
diterapkan untuk manusia, misalnya suthang yang berarti ‘kaki belalang’ digunakan untuk
menyebut kaki manusia. Kata nguntal yang berarti ‘makan’ untuk ular digunakan untuk
manusia. Dalam hal ini kekasarannya disebabkan oleh penurunan derajat manusia ke tingkat
binatang.
Selain masyarakat Jawa, para pengguna bahasa vulgar juga meliputi calo, pencopet,
pencuri, preman siswa, mahasiswa dan lain sebagainya. Contoh lain dari bahasa vulgar
adalah memanggil dengan sapaan “Anjing”. Terkadang orag yang cukup terdidik memang
enggan menyebutkan secara jelas, enggan terlihat kurang terdidik dengan menyamarkan kata
“Anjing” dengan anjrit, anjiang, anjis dan anying.

8
BAB III
PENUTUP

. 3.1. Simpulan dan Saran

Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan olet alat ucap manusia yang digunakan untuk
berkomunikasi atau berinteraksi antara anggota masyarakat. Fungsi bahasa yaitu sebagai
fungsi ekspresif, fungsi estetis, fungsi informatif, dan juga sebagai alat fungsional.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya
variasi tersebut. Macam – macam ragam bahasa yaitu ragam bahasa pada bidang tertentu,
ragam bahasa pada perorangan atau idiolek, ragam bahasa pada kelompok anggota
masyarakat suatu wilayah atau dilek, ragam bahasa pada bentuk bahasa dan ragam bahasa
pada bentuk bahasa.

Bahasa vulgar adalah variasi sosial yang ciri – cirinya adalah pemakai bahasa oleh
mereka yang kurang terpelajar atau dari kalangan mereka yang tidak berpendidikan. Para
pengguna dari bahasa vulgar diantaranya yaitu calo, pencopet, pencuri, preman, siswa
bahkan mahasiswa. Salah satu contoh dari bahasa vulgar yaitu memanggil dengan sapaan
kata anjing.

Di zaman yang modern ini dan penuh keragaman ini tidak terlepas dari bahasa –
bahasa yang digunakan. Ironisnya semakin berkembangnya zaman, bahasa – bahasa yang
digunakan tidak baik. Bahkan para pelajar pun cenderung menggunakan bahasa yang tidak
baik untuk berkomunikasi antar sesama.

Semoga dengan makalah yang bertemakan bahasa vulgar ini dapat bermanfaat bagi
pemakalah dan bagi para pembaca untuk tidak menggunakan bahasa vulgar di kehidupan
sehari – hari karena bahasa vulgar sangat todak baik untuk diucapkan

9
Daftar Pustaka

Hapsari Wijayanti Sri dkk.Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta:PT


RajaGrafindo Persada.2013.Hal.97-119
Hikmat Ade, Nani Solihati .Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa S1 &
Pascasarjana,Guru,Dosen,Praktisi, dan Umum. Jakarta:PT Gramedia
WidiasaranaIndonesia.2013.Hal.59-73
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Muslich, Mansur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi Kedudukan, Fungsi,
Pembinaan, dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif. Jakarta: Andi
Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai