Anda di halaman 1dari 4

Cerita Kancil dan Buaya Si Kancil Cerdik Tak

Terkalahkan
Suatu ketika di hari yang cerah Kancil sedang berjalan-jalan di hutan yang rindang
nan sejuk.

Si Kancil yang cerdik kemudian merasa lapar dan ingin memakan buah mentimun
kesukaannya.

Dalam cerita Kancil ini Kancil yang cerdik merasa bingung bagaimana ia bisa
mendapatkan buah mentimun kesukaannya itu, sedangkan kebun buah mentimun
berada jauh diseberang sungai.

Sambil merenung memikirkan caranya Ia berjalan mendekat sungai.

Tiba-tiba ia mendengar suara air bergemericik dan melihat segerombolan Buaya di


dalam sungai.

Akal cerdiknya mulai bekerja, dengan sigap ia memanggil para Buaya.

“Hai… Buaya… Buaya…,” teriak si Kancil.

Buaya-Buaya merasa terpanggil dan mendekat ke arah Kancil.

“Ada apa Kancil?” tanya sang Buaya.

“Aku memiliki banyak daging yang akan aku bagikan,” ucap sang Kancil.

Kancil dengan sengaja membodohi para Buaya dengan embel-embel akan membagi
Buaya banyak daging untuk santapannya.

Dengan demikian para Buaya mulai bermunculan.

“Dimana daging yang kau janjikan Kancil?” tanya sang Buaya.

“Tenang dagingnya amat sangat banyak, kalian harus berbaris berjajar hingga
keseberang sungai agar aku bisa menghitung berapa banyak jumlah kalian” titah
sang Kancil.

Kancil membodohi para Buaya dengan menyuruh mereka untuk berbaris berjajar
hingga keseberang sungai untuk dihitung ada berapa banyak Buaya di dalam sungai
agar bisa membagi daging sama banyaknya.

Dengan senang hati para Buaya mulai berbaris berjajar hingga ke seberang sungai.
Tanpa pikir panjang Kancil mulai menyeberang dan melompat dengan riang diatas
Buaya tentunya sambil berhitung.

Setelah sampai di seberang sungai Kancil pun berteriak dengan lantang kepada para
Buaya jika mereka bodoh Kancil sama sekali tidak membawa daging untuk santapan
mereka mau saja ditipu Kancil.

Buayapun marah dan hendak memakan Kancil.

Tanpa pikir panjang Kancil lari terbirit-birit menjauh dari sungai menghindari
kejaran sang Buaya hingga akhirnya berhasil lolos.

Dengan riang gembira Kancil menuju ke kebun buah mentimun kesukaannya dan
memakan buah mentimun kesukaannya.

Demikianlah ulasan mengenai cerita Kancil dan Buaya.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda dan kita bisa memetik pelajaran dari
cerita Kancil ini.

Jadilah si cerdik yang tidak hanya mengandalkan otot tetapi juga harus
mengandalkan otak.

Yang terpenting dari kisah ini kita harus percaya dan yakin akan kemampuan yang
dimiliki serta jangan pernah menyerah dan tetap semangat dalam menghadapi setiap
persoalan hidup.

Legenda Batu Menangis di Kalimantan


Dahulu kala di atas bukit kecil yang jauh dari pemukimam penduduk tepatnya
daerah Kalimantan Barat hiduplah seorang anak perempuan bersama ibunya yang
seorang janda miskin.

Anak gadis sang janda memiliki perawakan dan paras yang indah, namun sifatnya
tak secantik parasnya.

Ia sangat malas dan tak pernah mau membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah,
kerjanya hanya berdandan setiap harinya.

Sikapnya manja sekali dan segala permintaannya harus terpenuhi, tanpa


memedulikan keadaannya yang miskin.

“Ibu, aku ingin makan membeli pakaian baru. Isi lemari ku hanya ada pakaian lama
yang sudah usang,” pinta sang gadis.

“Pakai saja yang ada nak, uang penghasilan hari ini hanya cukup untuk membeli
makan hari ini dan besok,” jawab sang ibu.

“Aku tidak peduli, pokoknya aku mau pakaian baru, kalau perlu ibu tidak usah
makan biar uangnya buat beli pakaianku saja,” geram sang gadis.

Mendapat perlakuan seperti ini sang ibu hanya mencoba bersabar dan sebisa
mungkin memenuhi keinginan anaknya.

Suatu hari sang ibu mengajak anak gadisnya ke pasar yang terletak di bawah bukit
untuk berbelanja.

Dengan berjalan melenggang sambil bersolek, sang gadis meninggalkan ibunya di


belakang sambil membawa keranjang belanjaan.

Dikarenakan mereka tinggal ditempat terpencil, penduduk desa tidak ada yang
mengetahui bahwa kedua orang tersebut adalah ibu dan anak.

Ketika memasuki desa, penduduk desa memandang pasangan ibu dan anak gadisnya.
Mereka terpesona dengan paras cantik anak gadis itu.

Diantara pemuda yang memandangi kecantikan yang jarang terlihat ini, ada yang
mendekat dan berkata, “ Hai, cantik. Apakah yang berjalan tak jauh dibelakangmu
itu ibumu?”

Si gadis menjawab, “Lihatlah aku sangat cantik dan ia begitu buruk rupa dan
pakaiannya compang-camping. Tentu ia bukan ibuku, ia adalah pembantu di
rumahku.”
Begitulah sepanjang perjalanan ke pasar, mereka bertemu dengan orang-orang desa
yang menanyakan apakah mereka sepasang ibu dan anak.

Sepanjang itu pula anak gadis itu menolak mengakui ia bersama ibunya.

Mulanya sang ibu masih menahan diri mendengar jawaban sang anak.

Namun setelah berulangkali mendengarnya hati sang ibu amat sakit.

Dia pun berdoa, “Ya Tuhan, hinaan dari anakku sendiri sudah tak sanggup ku tahan.
Teganya dia memperlakukan ibunya seperti ini. Ya Tuhan, berilah keadilan Mu dan
hukumlah anak durhana ini!”

Dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, do’a sang ibu segera terwujud, perlahan-
lahan mulai dari kaki hingga menuju badan gadis durhaka itu berubah menjadi batu.

Merasakan hukuman Sang Maha Kuasa gadis itu merengek dan memohon, “Ibu…
ibu…, ampuni anakmu ini, aku telah durhaka ampunilah kesalahanku ibu…”

Namun, semua telah terlambat seluruh tubuh gadis durhaka itu telah menjadi batu.

Dari kedua mata batu tersebut orang-orang masih bisa melihat sang gadis
meneteskan air mata layaknya orang yang menangis.

Itulah mengapa batu itu dinamakan “batu menangis”.

Sekian cerita legenda batu menangis yang dipercaya masyarakat setempat memang
benar-benar terjadi.

Nilai kehidupan yang bisa di ambil dari cerita rakyat ini adalah barang siapa
mendurhakai ibu kandung yang telah merawat dan memeliharanya, laknat Sang
Maha Kuasa akan segera diterimanya.

Maka hormati dan berbaktilah kepada kedua orang tua mu,terutama ibu.

Anda mungkin juga menyukai